Scandal

.

.

(c) Kertas Ungu

.

.

AU, rate M, Romance, Hurt/Comfort, Drama

No Flame, concrit? Its okay!

U. Sasuke & H. Hinata

.

.

Summary: Hyuuga Hinata aktris terkenal dengan segala penghargaannya. Uchiha Sasuke, pengusaha muda dengan kelainan yang ia derita. Bertemu karena suaru hal yang menjijikkan. Uchiha Sasuke, merasa sangat dikhianati. Hatinya hancur saat itu juga. Menyaksikan orang yang sangat ia cintai bercinta dengan orang lain bukanlah tontonan yang ia harapkan.

Happy reading ^^

Hyuuga Hinata. Aktris cantik dengan segudang penghargaan yang telah ia terima berkat talenta yang ia miliki. Tak hanya bermain akting, gadis cantik berumur 22 tahun ini pun kini menggeluti dunia tarik suara. Karena selain kemampuan beradu peran yang ia miliki sangat mengagumkan, suara yang ia miliki juga tak kalah mengagumkan. Ini terbukti dengan prestasi yang ia dapatkan setelah dua tahun terakhir ia terjun kedunia vokal, ia memenangkan penghargaan diajang bergengsi se-Asia, MAMA. Ia menjadi wakil Jepang dan mengalahkan boysband dan girlsband dari negeri Ginseng yang tengah digandrungi remaja-remaja hampir di seluruh dunia. Tak ayal decak kagum senantiasa menemani langkahnya kemanapun sang aktris cantik ini pergi.

Tubuhnya yang tinggi semampai, kulit putih mulusnya yang membuat para kaum hawa iri dan membuat kaum adam gigit jari, rambut panjang sepunggungnya yang indah dan lurus sempurna. Bola matanya yang besar dan beiris menawan. Serta pipi putihnya yang selalu merona, entah karena bahagia ataupun malu. Selain keindahan fisik yang ia miliki, Hyuuga Hinata juga dikenal sebagai gadis yang penuh dengan tatakrama, berhubung darah bangsawan yang mengalir dalam tubuhnya. Hinata juga dikenal sebagai orang yang lembut, perasa dan penuh kesopanan. Kecintaanya terhadap anak-anak membawanya pada suatu pembangunan panti asuhan yang ia dirikan. Beruntunglah lelaki yang kelak akan menjadi suaminya. Sekiranya seperti itulah ucapan-ucapan yang terdengar di masyarakat.

Seperti sekarang ini, Hinata ikut serta dalam pembukaan cabang perusahaan ayahnya-Hyuuga Ltd.- di daerah Sapporo, Hokaido. Dibalut gaun selutut berwarna ungu muda yang manis, rambut panjangnya yang ia gerai dengan sedikit bergelombng dibagian ujungnya, Hyuuga Hinata menjadi pusat perhatian yang menghadiri acara tersebut.

"T-tou-san... Sebaiknya aku pulang saja." Bisik Hinata pada sang ayah, Hyuuga Hiashi.

"Jangan malu seperti itu, Hinata."

"Ta-tapi-"

"Sebentar saja, temani ayahmu ini."

Hinata menghela napas pasrah. Kalau ayahnya sudah berkata demikian, Hinata tak sanggup untuk menolaknya. Malah, Hinata merasa senang karena ia dibutuhkan oleh ayahnya. Diam-diam Hinata bersorak senang karena ayahnya ternyata menahannya agar tetap berada disini. Dengan senyum senang, Hinata menyaksikan sang ayah menggunting pita merah sebagi simbol peresmian.

Uchiha Sasuke memijit pelipisnya pelan. Dokumen-dokumen yang harus segera ia tandatangani semakin menumpuk saja. Jadwal makan siang bersama klien semakin padat. Pertemuan dengan kolega bisnisnya yang berada diluar negeri juga menunggunya. Hari-harinya ia lewati dengan penuh kesibukan yang semakin hari semakin bertambah. Diusianya yang baru menginjak 25 tahun, Uchiha Sasuke telah berhasil membentangkan sayapnya hingga ke luar negeri dan membawa nama Uchiha Corporation semakin dikenal dunia.

Dengan tubuh tinggi yang atletis, tampang yang sangat, uh tampan, finansial yang terbilang sangat mapan, kejeniusan yang hampir menyamai Albert Einsten. Uchiha Sasuke menjadi sasaran para selebritis wanita seksi dan klien bisnis Uchiha yang gemar mencoba menjodohkannya dengan putri mereka. Uchiha Sasuke justru memiliki kelainan yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Aib besar jika seluruh dunia tahu rahasia yang selama ini ia pegang.

Duduk tenang dibalik meja kerjanya. Uchiha Sasuke mengeluarkan sebuah figura poto.

"Cih, brengsek!" Ia pun membanting keras figura tersebut. Mengacak semua dokumen yang ada diatas meja sampai-sampai perangkat laptop-nya pun hampir mengalami nasib yang naas sama seperti dokumen-dokumen penting yang kini berserakan dilantai marmer yang dingin. Rambutnya sedikit berantakan karena refleks ia mengacaknya. Pria itu mendengus kasar kemudian membanting punggungnya ke sandaran kursi malang yang menjadi pelampiasannya. Dengan sangat terburu-buru ia mengeluarkan perangkat komunikasinya. Terpampang poto seseorang berambut pirang bermata sebiru langit dilayar ponselnya. Dengan sangat cekatan jari-jari khas lelakinya mengetikkan beberapa angka yang sudah sangat ia hapal. Menunggu beberapa saat dan ia kembali mengumpat keras. "Brengsek!"

Uchiha Sasuke, sosok pria yang diyakini masih lajang oleh sebagian besar masyarakat itu beranjak dari kursinya. Mengambil jas yang tersampir di kursi kerjanya dan melangkah keluar ruangan.

"Sasuke-sama... Anda ada jadwal makan siang sekarang." Ucap seorang perempuan berambut merah menyala berkacamata, Uzumaki Karin.

"Batalkan."

"Tapi, Sasuke-sama. Ini pro-"

"Ku bilang batalkan!"

Si sekretaris tersebut terlonjak kaget. Sambil membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit merosot, Karin memberi jalan pada Sasuke. Kalau sudah begini, aku tak bisa berbuat banyak, pikirnya.

Sasuke membuka pintu mobil Range Rover-nya. Ia melonggarkan dasinya dengan kasar setelah duduk di kursi kemudi. Ia ingin kembali mengecek ponsel pintarnya. Masih tak ada pesan masuk. Ia kembali mendengus.

Hinata mendorong kopernya. Sore ini ia dan ayahnya akan terbang untuk pulang ke Tokyo. Suasana bandara yang ramai membuatnya sedikit pusing. Ditambah lagi banyak yang meminta poto bersama. Penyamarannya tak pernah berhasil. Fans-nya pasti dapat mengenalinya.

Dengan sangat terburu-buru, Hinata meneguk minuman dingin yang dibelikan oleh sekretaris ayahnya. Hatake Kakashi, pria setengah baya yang sudah lama mengabdi menjadi sekretaris ayah tercintanya, sudah Hinata anggap pamannya sendiri.

"Hinata-sama, penyamaran anda tak pernah berhasil." Kakashi terkekeh begitu melihat tampang Hinata yang terlihat sangat lelah. Bagaimana tidak lelah, hampir seluruh orang yang ada di bandar mengerubunginya.

"Su-sudah ku bilang, jangan me-memanggilku seperti itu." Hinata menggembungkan pipinya. Kakashi semakin terkekeh melihat kelakuan bintang terkenal yang ada di hadapannya.

"Aku juga tidak tahu. Kenapa penyamaranku tidak pernah berhasil, ya?" Hinata memiringkan kepalanya seolah ia sedang berpikir keras.

"Apa aku begitu terkenalnya?" Gurau gadis manis ini.

Tak ayal gurauannya tersebut menimbulkan gelak tawa Kakashi dan Hyuuga Hiashi yang baru saja kembali dari toilet. Hiashi menepuk kepala Hinata lembut, "mungkin karena kau begitu cantik. Oleh karena itu, segera punya suami."

"A-apa hubungannya, Tou-san?" sahut Hinata dengan rona merah yang menjalari pipi putihnya.

"Agar ayah mendapat cucu-cucu cantik seperti mu. Agar kau selalu ada di rumah dan menemani ayahmu ini, tidak melulu syuting sampai dini hari."

"Mmh.. Nggh.. Aaah..." Suara-suara desahan yang terdengar menjijikan itu menggema diseluruh bagian kamar suatu apartemen mewah yang terkenal di kota Tokyo.

Seorang wanita kisaran umur 23 tahun itu menggeliat lemah di bawah himpitan tubuh besar seorang lelaki. Kedua lengan putihnya tak hentinya menjambaki rambut si pria yang tengah mengecupi leher jenjangnya. Tanda merah tersebar di area lehernya. Sementara tangan kekar si pria terus mengelus payudara besar si wanita yang semakin mendesah karena perlakuan si pria.

Setelah puas menciumi leher putih si wanita, bibir si pria naik ke atas dan melumat kasar bibir pink si wanita. Kedua benda kenyal itu saling bersentuhan dengan intens-nya. Sesekali si pria melumat bibir bagian bawah si wanita, sementara si wanita melumat kasar dan sesekali menggigiti bibir atas si pria. Suara decapan yang dihasilkan oleh ciuman panas nan menggoda itu sesekali terdengar di ruangan yang terbilang cukup besar ini. Setelah puas dengan bibir bawah si wanita, pria memasukkan alat pengecapnya yang disambut dengan sangat hangat oleh si wanita. Pergulatan kedua benda tidak bertulang itu terjadi cukup lama sampai si wanita mendorong dada telanjang si pria dan berusaha melepaskan ciumannya karena hampir kehabisan napas. Bibir keduanya terlihat memerah dan basah. Si wanita tersenyum lembut dan mengusap peluh yang mengalir di pelipis si pria.

"I love you." Ucap si wanita penuh goda.

"I love you too." Si pria kembali melumat bibir merah yang masih basah oleh salivanya itu. Tangan kekar si pria kembali meremas pelan payudara si wanita. Wanita cantik yang belum diketahui namanya itu mendesah disela-sela ciumannya.

Si pria melepaskan ciumannya dan mulai menjelajahi bagian dada si wanita. Lidah panasnya menari di area dadanya. Sesekali menggigiti dada putih itu, setelah puas menjilati dada bagian atas si wanita, si pria mulai melumat puting kcoklatan si wanita. Tubuh putih mulusnya menggelinjang kegelian, sementara tangannya mecengkram erat sprei merah yang terlihat sudah berantakan karena pergumulan yang terbilang cukup lama ini. Tangan kiri si pria mulai melaju menuruni perut si wanita. Begitu sampai di tempat tujuan, si pria mengelus area vital si wanita.

"Lebarkan kakimu." Perintahnya dengan suara serak dan bibir yang masih menempel di payudara si wanita. Si wanita yang mulai kehilangan akal warasnya melebarkan kakinya.

"Kurang lebar." Ucap si pria yang merasa kaki si wanita kurang terbuka lebar.

"Ugghh..." Si wanita mendesah pelan. Cengkraman tangannya di sprei mulai mengendur. Matanya mengerjap-ngerjap mencari setitik cahaya yang mampu ia tangkap. Hanya cahaya bulan yang menerangi kamar yang gelap karena disengaja itu. Kedua irisnya dapat melihat sejumput rambut yang mencuat dihadapannya. Ia dapat melihat gerakan bibir yang terus melumat buah dadanya meskipun remang-remang. Diam-diam ia tersenyum. "Uhhh..."

Kenikmatan pertama diraih si wanita. Sementara si pria tersenyum puas akan hasil kerjanya. Sebelum melanjutkan aksinya si pria mengecup lemut bibir si wanita, akan tetapi si wanita menahan si pria saat ia akan melepaskan ciumannya. Dengan penuh nafsu, wanita itu memagut kasar bibir si pria, si pria diam tidak berontak. Sementara dibawah sana, si pria tengah menyiapkan 'kepunyaannya' di depan lubang kenikmatan wanita yang tengah menciumnya panas. Dengan penuh kejahilan ia menggesek-gesekkan kemaluannya di sekitar bibir kemaluan si wanita. Saking kesalnya, si wanita menggigit keras bibir si pria. Bersamaan dengan itu, si pria memasukkan sebagian kemaluannya yang terbilang besar ke dalam lubang kecil si wanita. Kedua tangan besarnya menarik pinggul si wanita dan semakin berusaha memasukkan semua bagian kemaluannya. Sementara si wanita terus memagut dan berperang lidah dengan si pria.

Dengan sekali hentakan, si pria berhasil memasukkan seluruh bagian kemaluannya. Si wanita mendesah keras, "ugghh... Ahh... Ahh."

Dengan tempo yang masih lambat, si pria memulai gerakan keluar masuknya. "Ugh..." Si pria mulai mendesah nikmat merasakan lorong si wanita yang seperti menghisapnya. Di tengah gerakan yang semakin cepat si pria melumat buah dada kiri si wanita, si wanita mengerang tertahan. Di tariknya rambut si pria dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lan mencengkram seprai sekuat tenaga. Si pria semakin mempercepat gerakan. Dan... Kedua insan yang tengah bercinta itu mencapai puncaknya bersamaan.

Cklek..!

Prok... Prok... Prok...

Dengan iringan tepuk tangan seseorang diambang pintu kamar, lampu kamar pun menyala. Kedua insan yang lemas karena kegiatan mereka berdua barusan membelalakkan matanya. Dengan gerakan patah-patah keduanya melirik kearah pintu kamar yang terbuka lebar. Di sana, berdiri seorang pria dengan tampang yang acak-acakkan. Lengan kemejanya tergulung sebelah sampai sikut. Salah satu ujung kemejanya keluar dan uh, tatapan matanya yang menyiratkan jijik yang amat sangat seolah bisa membuat kedua makhluk berbeda gender yang masih dalam posisi bercinta bisa mati seketika.

Uchiha Sasuke, merasa sangat dikhianati. Hatinya hancur saat itu juga. Menyaksikan orang yang sangat ia cintai bercinta dengan orang lain bukanlah tontonan yang ia harapkan. Dengan amarah yang memuncak, ia membanting pintu kamar tersebut dan bergegas meninggalkan apartemen terkutuk itu.

"Sasuke!" Ucap si pria penuh kekhawatiran.

"Ja-jangan hiraukan dia, Naruto-kun," si wanita berambut gelap itu menangkup wajah Namikaze Naruto yang terlihat sangat panik dan terkejut. Ia kecup lembut bibir pria itu. "Hm.. Kita lanjutkan saja."

Dengan mata yang menyiratkan kemarahan luar biasa, Sasuke menembus Harajuku street. Bayangan kedua orang yang brengsek tadi masih berputar-putar diotaknya. Bagaimana mereka mendesah bersama, saling melumat dan bagaimana mereka bercinta dengan penuh nafsu. Sasuke menggeram kesal.

"BRENGSEK!" Dengan sekuat tenaga ia memukul kemudi mobilnya, dan mengeremnya secara tiba-tiba di pinggir sebuah klub malam yang cukup terkenal.

Dengan gerakan lemah Sasuke melepas sabuk pengamannya dan keluar dari Range Rover-nya. Ia berdiri di depan klub itu. Sekelebat sosok yang sering menghiasi layar kaca melintas di hadapannya. Bau tubuhnya menyapa indra penciumannya. Lavender? Tanyanya dalam hati.

Mengacuhkan peristiwa barusan, Sasuke memasuki klub malam tersebut. Hingar bingar khas klub malam menyapa jiwanya yang tengah kacau. Bau asap rokok dan bau khas alkohol begitu menyengat di indra penciumanna, terlebih lagi parfum-parfum murahan para wanita penghibur yang Sasuke anggap sebagai wanita jalang begitu menyengat dan saling becampur dengan bau parfum lain. Membuatnya ingin muntah saja. Mengacuhkan setiap wanita yang berusaha mendekatinya, Sasuke menghampiri meja bartender dan duduk di kursi yang masih kosong.

"Vodka."

"Baik, Tuan. Tunggu sebentar." Ucap si bartender berambut putih bergigi runcing, Suigetsu.

Sementara itu, di sebuah meja yang tidak terletak jauh dari meja sang bartender, empat orang gadis sedang bercengkrama sambil meminum jus pesanan masing-masing. Si pinky, Haruno Sakura sedang asyik dengan jus stroberi dan cemilan yang ia pesan. Nona blasteran Jepang-Inggris, Yamanaka Ino, sedang asyik mengutak-atikponsel intarnya dan sesekali tersenyum. Gadis asal China, Tenten. Asyik dengan obrolan Sakura dan sesekali menanggapi curhatan sahabat pink-nya itu. Sementara Hyuuga Hinata, terlihat sedang menahan sesuatu.

"A-ano... Aku mau ke toilet dulu."

"Hahaha.. Tak usah malu seperti itu. Kalau kau, ingin pipis, bilang saja. Perlu diantar?" Tanya Tenten dengan wajah yang seperti menahan tawa.

"Um... Tak usah, terimaksih."

Hinata berdiri dan mulai mencari toilet. Pakaian yang ia kenakan tidak terlalu mencolok dan terbuka.

Hanya sebuah dress sebatas lutut berlengan pendek. Rambutnya ia sengaja kuncir tinggi dan menyisakan beberapa anak rambut. Dengan hati-hati, ia masuk kedalam toilet. Begitu ia masuk, tak ada bau khas toilet yang menyapa hidung mancungnya. Yang ada adalah toilet yang begitu bersih dan wangi. Dengn tersenyum simpul, Hinata masuk kedalam salah satu toilet.

Gemericik air terdengar begitu Hinata menyalakan kran. Ia membasuh tangannya dan merapikan penampilannya. Hinata dapat melihat pantulan dirinya di cermin yang tersenyum manis. Menghembuskan napas lega, kemudian Hinata berbalik dan berniat keluar dari toilet. Namun, sebuah tangan besar embekap mulutnya. Hinata berontak sekuat tenaga. Sebisa mungkin kedua tanganya ia gunakan untuk emukul seluruh bagian tubuh orang yang tengah membekapnya. Seorang laki-laki dengan rambut hitam dan iris mata yang senada tengah menyeringai kearahnya melalui pantulan cermin. Hinata tahu siapa pria ini. Pria ini salah satu pengusaha sukses di Jepang. Wajahnya sering Hinata lihat di majalah bisnis dan beberapa kali pernah muncul di televisi. Uchiha Sasuke. Hinata yakin, pria yang tengah membekapnya kini adalah sosok pengusaha muda Jepang, Uchiha Sasuke.

To be continue

Bersambung

Hai... Saya datang dengan fanfic baru dan rate M, muahahah :D

Jujur degdegan banget deh waktu nulis ini fic. Tapi selama nulis ga ada hambatan sama sekali. Saya tahu segala tetek bengek rate-M karena saya suka baca-baca fic rate-M #ketahuanMesum.

Saya sadar kok. Sebagai newbie, fic yang saya buat jauh dari kata bagus. Oleh karena itu bantu saya ya, tak usah sungkan untuk membetulkan letak kesalahannya.

Mind to Read and Review?