TINGGALLAH DIHATIKU SELAMANYA
Chapter 1 : Awal Kehidupan Yang Pahit
Hai.. readers…
Ini adalah ffanfiction pertama aku, jadi maklum jika banyak kesalahan. Aku fans baru naruto lho… hihi #gananyak. Emang telat banget sih tapi aku tertarik banget buat ikut membuat fanfic untuk reader-san, setelah lama menjadi reader, aku mencoba menjadi author. Maaf kalo aku kesannya agak kaku, karena di dumay maupun dunia nyata, aku ini orangnya pemalu loh.. nah, reader-san kali ini aku akan membuat fanfic dengan pair NaruHina. Aa…. Pair kesukaan ku..! Fanfic ini terinspirasi dari novel karya dahlian yang berjudul The Pilot's Women. awal cerita memang sama ya guys, tapi untuk bagian konflik jelas berbeda. Yaudah tanpa banyak bacot lagi silahkan dinikmatiii
Tinggallah Di Hatiku Selamanya
Disclaimer : naruto – masashi Kishimoto
Pair: NaruHina
Rated : T
Warning: OOC (sekali), Gaje dikit um.. ralat Gaje BANYAK, (typo) berserakan.
Happy Reading
.
.
.
Dalam rangka memeriahkan HUT TNI AU Konoha, para pilot peswat tempur Angkatan Udara mempersembahkan sebuah atraksi menarik di udara. Gerakan pesawat yang sangat ekstrim dan menarik tersebut sangat menghibur penonton yang menyaksikan kemeriahan HUT TNI AU tersebut.
Begitu pesawat tempurku menyentuh Lanud, riuh tepuk tangan dan sorak-sorai penonton langsung bergemuruh menyambut ku dan para TNI AU yang turun dari masing-masing pesawat tempurnya.
Naruto pov
Aku melihat bahwa hidupku begitu bahagia dan sempurna. Tercapainya cita-citaku menjadi pilot pesawat tempur dan sangat dibanggakan oleh kedua orang tuaku terutama ayahku yang memang sangat menginginkan diriku untuk mengikuti jejaknya yaitu menjadi seorang TNI AU. Dan aku sangat menikmati profesiku ini. Aku lulus menjadi seorang The Dragon pesawat tempur dimana lulusan yang hanya peringkat lima besar saja yang bisa masuk dan aku salah satunya. Kesempurnaan itu akan menjadi semakin lengkap karena bulan ini aku akan melepas masa lajangku dengan ikatan pernikahan dengan tunanganku yaitu Shion. Orang yang sangat aku cintai mata indahnya yang menatapku dan senyum manisnya yang begitu manja kepadaku, membuatku semangat menjalani hariku serta membuatku tidak sabar ingin mengikat janji suci kepada Shion. Shion adalah seorang model, tentu saja dia sangat cantik dan begitu digilai para pria tetapi yang aku tahu, cintanya itu hanya untukku.
End naruto pov
Di sela-sela lamunan naruto terdengar suara dari layar monitor. Semakin lama suara monitor itu semakin mengeras dan membuyarkan lamunan naruto, ada pertanda bahwa ada kerusakan pada mesinnya. Naruto masih mencari tahu apa yang menjadi penyebab kerusakan mesin tersebut sambil menghubungi Lanud Konoha untuk meminta izin kembali mendarat. Naruto berusaha untuk tenang. Pesawat naruto seolah bergerak dengan keinginannya sendiri. Pesawat naruto menukik tajam, naruto berusaha menaikkan moncong peswatnya tetapi malah terpilin. Membuat langit dan bumi terasa silih berganti dengan cepat. Dan naruto semakin panik. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, tangannya bergetar memegang kemudi. Ia tidak mungkin menggunakan kursi pelontar karena tinggi peswatnya kurang memadai. Jantung naruto berdegup sepuluh kali lebih kencang ketika pesawatnya menukik tajam menghantam bumi dengan kecepatan yang sangat mengerikan. Beginikah rasanya berhadapan dengan maut?
Kemudian pikiran naruto seolah mengingat wajah orang-orang yang dicintainya yaitu orang tua dan Shion kekasihnya. Masih bisakah ia bertemu dengan mereka Demi Kami-sama dia belum mau mati. Dia belum siap meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Pesawat naruto semakin cepat menghampiri bumi. Semakin dekat.. semakin dekat.. sangat dekat..
Shion.. maafkan aku. Bulir cairan bening keluar dari manik biru langitnya. Oh Kami-sama aku pasrah..
.
,
,
Naruto tersentak dari tidurnya. Manik biru langitnya terbelalak, kepalanya terasa pening dan nafasnya tersengal. Tubuhnya gemetar dan nyeri dari punggung bagian bawahnya begitu sangat naruto tersentak dari kesadarannya. 'Tch, mimpi buruk itu lagi'. Umpatnya dalam hati.
"Tenang ya pak!"
Tiba-tiba suara perempuan masuk ke gendang telinganya. Ternyata suara perempuan. Kekasihnya? Haha naruto mungkin mengharapkan itu kekasihnya juga. Tp nyatanya itu adalah suara perawat. Perlahan nafas naruto mulai teratur. Dan dia mulai menyadari dirinya bahwa ia sekarang berada di RUSPAU Lanud Konoha. Naruto dirawat disana setelah mengalami kecelakaan pesawat yang di kemudikannya sendiri. Dua hari lalu, hidupnya begitu sempurna dan kini segalanya telah berubah 180 derajat. Dua hari lalu, dengan gagahnya naruto yang telah menjadi seorang The dragon yang mengemudikan pesawat tempur miliknya. Dan dalam sekejab semuanya telah berubah. Kami-sama dengan mudah membalikkan takdirnya. Dan kini, naruto hanya bisa berbaring telungkup tak berdaya di ranjang rumah sakit. Dengan kaki yang tak bisa ia rasakan seakan benda yang ada di bawah pinggulnya itu bukanlah miliknya karena benda itu tidak bisa digerakkan, kakinya tidak bisa digerakkan.
Kami telah berusaha semampu kami.. tapi..
Kata-kata dokter Shizune itu masih terngiang di benak naruto.. Setiap pengulangannya membuat hatinya seakan tersayat-sayat. Dia tak percaya, dia tidak bisa berjalan lagi! Ia lumpuh! Syaraf tulang ekornya tidak bisa lagi pulih seperti dulu. Tapi naruto akan tetap menjalani operasi pada tulang ekornya dan itu sama sekali tak berpengaruh bagi naruto, karena operasi itu hanya memperbaiki tulang ekornya yang rusak saja bukan memperbaiki kelumpuhannya. Tapi setidaknya itu akan mengurangi rasa sakitnya dan dia tidak harus tidur dengan keadaan telungkup seperti arti lain, dia akan tetap lumpuh, selamanya. Kata-kata itu bagaikan vonis hukuman mati baginya. Meruntuhkan dunia dan mimpinya.
Lumpuh..? ia tahu arti kata itu tapi tak bisa memahaminya, karena ia tidak terlalu memperdulikannya. Tetapi sekarang kata itu seperti akan menjadi bagian dari dirinya, dari hidupnya. Seumur hidup ia akan bergantung pada kursi roda. Naruto merasa semua kerja kerasnya selama ini terasa sia-sia saja, semua tak berarti. Naruto mengeram frustasi, tubuhnya gemetar dan gelombang amarah menghantam hatinya. Ia tak mengerti, mengapa Kami-sama tak sekalian saja mengambil nyawanya, bukankah pada saat itu dia sudah berpasrah diri? Tetapi, kenapa Tuhan begitu kejam dengan membiarkannya tetap hidup dengan kondisi yang tidak berdaya. Air bening mengaliri pipi berkulita tan-nya itu dan tertawa getir di sela tangisnya itu. Dan selama ini dia salah sangka, hidup tidaklah bermurah hati padanya. Naruto mencengkram sprei nya kuat-kuat. Ternyata hidup hanyala mempermainkannya. Memberinya mimpi setinggi langit dan menghempaskannya begitu saja. Nyeri. Nyeri yang dirasakan naruto di dadanya, nyeri yang tak bisa diobati oleh pereda rasa sakit manapun!
Beberapa saat ia mengingat sosok ayahnya sesaat naruto merasa kepalanya sangat pusing dan nyeri. Ia tidak mengerti dengan maksud keluarganya yang dengan seenaknya mendaftarkan naruto ke Rumah sakit Rehabilitasi Penyandang Cacat. Naruto tertawa getir. Apakah ayahnya itu tak bisa meminta persetujuan darinya? Apakah lumpuh membuat ia tidak bisa menentukkan jalan hidupnya sendiri? Ayahnya telah memberi tahunya bahwa naruto akan dipindahkan kesana saat kondisinya sudah mulai membaik. Penyandang Cacat? Hati naruto terpilin. Cacat. Begitulah dia sekarang. Manusia yang telah rusak.
Kata cacat membuatnya menganggap dirinya seperti benda. Ibarat sebuah barang yang tidak sempurna saat diproduksi dan menjadi barang rejected. Ditolak. Tidak diinginkan. Naruto merasa dirinya tidak lagi mempunyai kemampuan apapun. Bahkan, ayahnya saja menganggap nya seperti tidak ada. Tatapan bangga yang biasa terpancar dari mata sang ayah sekarang berubah. Bahkan, minato-ayahnya-enggan membalas tatapan naruto. Dadanya terasa sakit. Walaupun ibunya masih tetap memperdulikannya tetapi apa guna semua itu jika ibunya tidak menolak keputusan sang ayah tetapi malah mendukungnya. Dan perlakuan itu membuat naruto -perlahan tapi pasti-merasa disingkirkan.
Tiba-tiba suara pintu terbuka, dan langsung membuyarkan lamunan naruto. Seorang perempuan bertubuh langsing dengan balutan jeans dan baju kaos santai membuatnya tetap terlihat cantik itu memasuki ruang perawatan naruto. Secuil harapan muncul di hati naruto saat ia membuka matanya. Senyum nya merekah membalas senyuman perempuan itu yang ternyata adalah Shion kekasihnya. Hatinya menghangat setiap melihat keberadaan perempuan itu. Shion-lah satu-satunya harapan yang naruto punya. Hanya dia yang masih peduli padanya dan tidak menyingkirkannya. Shion adalah satu-satunya orang yang akan menemani naruto menjalani sisa hidupnya. Keberadaan shion seakan membasuh luka yang ada di hatinya, pereda rasa nyeri hatinya. Naruto yakin shion tidak seperti perempuan-perempuan lain, dia akan selalu berada disisi naruto. Awalnya naruto ragu akan hal itu. Tetapi dengan perhatian perempuan itu yang selalu menemaninya, menyemangatinya dan shion juga yang selalu menemani naruto saat menjalani operasi. Shion adalah satu-satunya hal dalam hidupnya yang masih dia syukuri.
Shion langsung menghampiri ranjang naruto dan mengecup kening naruto sekilas. "Bagaimana keadaanmu?". Tanya shion sembari mendudukan dirinya di kursi sebelah ranjang naruto.
"Hm, sudah mendingan tadi suster sudah memberi obat penghilang rasa nyeri." Jawab naruto yang masih tersenyum senang dengan kedatangan shion.
Shion hanya ber ohh~ ria. "Makanannya kok gak dihabisin?" Tanya shion lagi saat menolehkan matanya pada seonggok makanan rumah sakit yang masih tersisa lumayan banyak.
"Um,, aku udah kenyang.". sahut naruto dengan santai. Shion hanya membalas dengan senyum maklum.
Naruto menatap lekat-lekat wajah cantik sang kekasih dengan raut yang sarat akan kerinduan. Dan rasa sedih dan bersalahpun langsung merasuki naruto kala ia melihat ada bayangan gelap di bawah mata sang wanita pujaannya tersebut. Pasti Shion menangis karena keadaannya saat ini. Pikir naruto.
"Gomen ne.." gumam naruto yang masih bisa didengar jelas oleh Shion. Shion yang tidak mengerti maksud perkataan narutopun hanya menaikkan satu alisnya. Naruto yang mengerti arti dari ekspresi Shion yang meminta penjelasan lebih lanjut darinya pun hanya bisa menghela nafas panjang.
"Aku sudah membuatmu menangis ya?" lanjut naruto sambil menggenggam tangan shion yang membuat Shion langsung mengerti. Rupanya garis gelap di bawah matanya masih belum menghilang setelah menangis karena shock dengan keadaan sang kekasih. Shionpun hanya membalas dengan senyum seadanya.
"Daijoubu ne, naruto-kun". Ujar shion sambil ikut menggenggam tangan naruto yang berada di atas tangan shion yang satunya.
"Apakah kaa-san sudah memberitahumu?". Tanya naruto lagi yang kembali dibalas oleh raut wajah Shion yang tak memahami maksudnya.
"Memberitahu tentang apa..?" Shion balik menanyai naruto.
Naruto menghela nafas berat. "Setelah aku membaik aku akan di pindahkan ke Rehabilitasi". Ujar naruto dan hanya dibalas anggukan oleh Shion.
"Aku minta maaf karena telah menunda pernikahan kita". ujar Naruto sembari mengelus pipi putih Shion dengan lembut. "Aku janji setelah aku keluar dari rehabilitasi aku –
"Naruto-kun"
"akan langsung menikahimu". Lanjut naruto tanpa membiarkan Shion memotong pembicaraannya.
"Naruto-kun". Panggil Shion yang dibalas tatapan heran naruto. "soal pernikahan kita.."
"Sudah kubilang aku akan menikahimu setelah-"
"Aku tidak bisa naruto-kun". Shion berhasil memotong perkataan naruto.
Naruto hanya melongo tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. "M-maksud kamu..?" Tanya naruto terbata-bata.
Shion hanya menundukkan dirinya. "Gomen-ne naruto-kun, aku tidak bisa". Ujar shion dengan nada lirih.
Naruto tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Ia hanya memandang kosong pada sang kekasih yang tengah berada di depannya. Tidak. Bukan 'kekasih' mengingat karena Shion barusan sudah mengakhiri hubungan ini secara tidak langsung.
"Aku tidak kuat menjalani semua ini naruto-kun. Aku sudah tak sanggup seperti ini lagi. Aku lelah". Kata shion sambil mendongakkan wajahnya dan memperlihatkan matanya yang telah berkaca-kaca.
Dengan cepat naruto menarik tangannya dari tangan shion. "Wakatta ". Naruto langsung membuang muka dan tidak berkeinginan untuk menatap perempuan itu lagi.
"Maafkan aku naruto-kun. Tapi kita masih bisa berteman kok". Ujar shion dengan wajah berharap dan tangannya mencoba menyentuh tangan naruto untuk skedar membujuknya.
"Aku paham shion. Tidak perlu. Tidak usah mengasihaniku". Sahut naruto mengibaskan tangannya yang disentuh oleh shion. "Kau sudah tidak ada urusan lagi denganku kan? Sekarang kau boleh pergi dari sini". Usir naruto.
"tapi naruto-kun"
"Aku sudah bilang pergi". Usir naruto sekali lagi pada shion yang masih belum keluar.
Shion berdiri dan melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu keluar yang ada di ruangan tersebut. Saat shion memegang gagang pintu tersebut, ia menoleh sejenak pada naruto yang masih membuang muka. "Maafin a-
"Pergi!". Bentak naruto pada shion. Dan shion pun langsung berlalu pergi meninggalkan naruto sendirian.
Naruto sangat membenci hidupnya, mungkin shion tidak salah. Karena setiap perempuan di dunia pastinya ingin menikahi seorang laki-laki normal yang bisa menafkahinya dan melindunginya. Bukan seorang lelaki difffable seperti dirinya. Yang hanya bias duduk di kursi roda dan tidak bias melakukan apapun untuknya selain menyusahkan. Ternyata shion sama saja dengan kaum hawa lainnya. Naruto tersenyum getir.
Naruto tidak habis fikir. Perempuan yang dikiranya akan selalu berada di sisinya dan menjadi satu-satunya harapan naruto juga ikut membuangnya. Pertama karirnya yang hancur, keluarga yang membuangnya dan sekarang perempuan yang dicintainya juga ikut mempermainkan hidupnya. Naruto tidak bisa menahan rasa sesak dalam hatinya. Dia tidak sanggup. Mengapa semua terjadi serentak dalam hidupnya. Naruto meremas erat sprei dan tanpa sadar cairan bening mengaliri pipi tan-nya. Setelah ini ia akan memasuki hidup yang tidak akan pernah naruto bayangkan, dikarenakan esok hari ia akan dipindahkan ke Rehabilitasi Penyandang Cacat. Cacat? Itu adalah kata yang akan menjadi saudara dekat naruto mulai hari ini, dan seterusnya.
.
.
.
RS Rehabilitasi
"Hari ini kamu perbeden yha Hinata, dengan si sakura " ujar suster Shizune- kepala perawat Rumah Sakit Rehabilitasi Penyandang Cacat-kepada hinata yang baru saja datang.
Ng? hinata mengernyit. "memangnya hidan dan kakuzu kemana?". Hinata menanyakan rekan kerjanya yang memang seharusnya mendapat tugas perbeden hari ini.
"kakuzu sakit, sedangkan hidan ada upacara di kampungnya". Sahut sakura menjawab pertanyaan hinata.
Hinata hanya menghela nafas panjang. Karena tugasnya akan bertambah hari ini. Jika hanya memeriksa tensi dan keadaan pasien setiap pagi sih tidak masalah untuknya, tetapi memandikannya juga termasuk didalamnya. Apalagi pasiennya sebagian besar adalah lelaki. Sebenarnya tugas itu dijalani oleh seorang perawat laki-laki. Tapi di waktu-waktu tertentu-seperti hari ini-mau tidak mau perawat perempuan yang harus menanganinya. Yah, mau bagaimana lagi, sudah menjadi risiko profesi.
"Kemarin ada pasien baru pindahan dari RUSPAU ini data-datanya". Kata suster Shizune kepada hinata sembari menyerahkan hinata sebuah map biru yang berisi data-data penyakit yang diderita oleh pasien. Mengingat hinata kemarin off.
Hinata manaikkan satu alisnya dan menerima map yang diberikan kepadanya kemudian dibacanya. 'Patah tulang paha dan pergeseran tulang ekor'. Hinata bergidik sekaligus kasihan terhadap pasien baru tersebut. Kemudian hinata kembali membaca isi map di hadapannya itu dia membaca nama pasien tersebut, Uzumaki-ia terkesiap-Naruto?
Deg!
Jantung hinata berdegup kencang. Apakah dia adalah lelaki yang dijumpainya 5 tahun yang lalu?
.
.
.
To be continued
.
.
.
Aaaa….. kira-kira naruto sama hinata udah saling kenal gak ya? Kalau mau tau lanjutannya review yha, biar author tau jika kalian penasaran #ehm, sebenernya ngarep, #plakk
Aduh author nervous banget #alay Bagus gak yha kira-kira fic-nya. Reader kira-kira minat gak yha bacanya? Aduhh.. kok adek yang malah nervous yahh . Semoga ada yang mau review dan mau fic ini dilanjutkan. Dan untuk fic pertama saya yang begitu hancur nan lebur ini, mohon sarannya yahh para senpai :D. See you next chap.
