A lot of thanks to : Voidy, Ichikia, chan, Ana cii Bunny, Kazue Ichimaru,

Keiko Eni Naomi, ichirukilover, Azalea Yukiko, Ruru-chan, Wintersia


Der Weiße

.

Summary : White suits you... (sekuel dari The Gentleman and Fairytale)

.

Disclaimer : bleach isn't mine.

Warnings : this fic may contains OOC-ness. Drabble. Plotless. DLDR.


Gadis shinigami berdiri tegak. Pendaratannya dari Divisi Nol rupanya cukup dramatis, menyisakan debu yang membumbung di sekitarnya. Ketika kepulan debu itu memudar, pandangannya tertuju pada satu-satunya orang yang berdiri di hadapannya.

Mata violet sang fuku-taichou menatap lekat. Ketegangan melingkupi pemuda itu. Alisnya bertaut. Matanya memicing di balik kacamata. Bibirnya terkatup rapat. Rukia memutuskan, wajah laki-laki ini lebih cocok dihiasi mata hangat dan senyum simpul. Bahkan pipi merona merah muda yang muncul tiap kali ia digodanya, jauh lebih baik.

Pria itu, seperti halnya kaumnya, menggunakan seragam putih yang pas di badan. Meski terdapat sobekan di bagian lengan kirinya, dan ternoda percikan darah di bagian dadanya, tetapi tetap saja...

Putih.

Rukia tersenyum.

"Halo, Ishida."

Kedua alisnya kini terangkat heran. "Halo..." Terhenti sejenak. "Kuchiki-san." Pungkasnya. Dalam keadaan seperti ini, nama keluarga terdengar lebih baik.

"Kau terlihat tidak baik." Iris lebar itu kembali melakukan inspeksi. Kali ini, pada memar di pipi kanannya dan tetesan darah di lengan kirinya.

Uryuu Ishida tersenyum kecut mendengar hasil observasi gadis ini. "Dan sebaliknya, kau terlihat luar biasa baik, Kuchiki-san." Matanya menyapu wajah, rambut dan tubuh perempuan mungil itu. Bersih, utuh, tanpa bekas luka. Tanpa cela. Sempurna.

"Memalukan ya?" Suara Rukia memaksa Uryuu berpaling dari surai hitamnya yang kini dipangkas lebih pendek dari yang dilihatnya terakhir kali. "Aku baru muncul. Sementara rekanku sudah banyak yang tewas."

Sang Quincy muda agak terkejut. Namun, segera ia menggeleng pelan. "Setidaknya kita bisa bertemu."

Senyum kecil kembali menghiasi bibir tipisnya. Melanjutkan pengamatannya pada pria yang tak dilihatnya selama satu setengah tahun. "Apa aku sudah pernah mengatakannya padamu?" Ketika mimik bingung muncul di hadapannya, ia melanjutkan, "Dari semua warna yang pernah kau pakai, putihlah yang cocok denganmu."

"Putih adalah warna kebanggaan Quincy." Ujarnya dengan nada tak mengerti.

"Ya. Tentu." Rukia mengangkat bahu, "dan kau terlihat gagah dalam warna putih."

Ishida muda tak bisa mengendalikan warna pink samar yang merambati pipinya. Jadi ia berpura-pura memperbaiki letak kacamatanya. Sementara sang gadis terlihat menikmati ekspresi salah tingkahnya sambil tersenyum geli.

Oh, sial.

"Kau tahu?" Tanyanya sembari menghela nafas. "Sejak awal aku mengetahui bahwa Kuchiki-san adalah shinigami, aku selalu mencari alasan untuk membencimu."

"Kau membenciku, Ishida? Karena aku shinigami." Tandas Rukia.

"Tapi aku tidak bisa." Mata elang Uryuu menangkap sepasang amethyst, menguncinya hingga hanya dirinya yang terpantul di sana.

"Kenapa?"

"Mungkin, karena kau memiliki sesuatu yan tidak mungkin bisa kubenci, Kuchiki Rukia."

Rukia tak bertanya. Tidak pula menjawab. Ia hanya mengulum senyum. Perlahan, dihunusnya pedang, diputarnya dalam satu gerakan halus. "Mae..." Ketika katana logam itu berubah menjadi sebilah pedang putih, matanya yang sedetik pun meninggalkan sang Quincy, memejam. "Apakah sekarang kita akan bertarung, Ishida Uryuu?"


Fin


ternyata fic dgn pair ini dikit banget ya.. Y_Y