Title: "CLUELESS"
Words: 4,5K
Genre: Fluff, school!au
Pairing: KaiSoo (GS)
Happy KaiSoo month, shippers!
"Jongin sunbaenim?"
Lelaki berkulit tanned yang sedang bercanda dengan teman segerombolannya di pinggir lapangan itu pun menoleh. Dilihatnya seorang gadis bermata bulat sedang berdiri tidak jauh darinya.
"Oh, aku? Ada yang bisa aku bantu?" tanyanya ramah seraya berdiri mendekat.
"A-aku Do Kyungsoo. Ah, ini." Kyungsoo menyerahkan sebuah amplop berwarna ungu, "Temanku, Byun Baekhyun menitipkan ini padaku. Ini untukmu, Sunbae."
Jongin meraih amplop berwarna ungu itu dan kemudian tersenyum, "Ah~ Byun Baekhyun yang berambut blonde itu?" Kyungsoo mengangguk, "Apa isinya?"
"Entah. Aku tidak berani untuk membukanya."
Suasana riuh terjadi di komplotan Jongin, "Aih, Jongin-ah! Captain sepak bola kita mendapatkan fangirl lagi, huh?" ucap seorang teman Jongin yang bernama Sehun, dan menyebabkan yang lainnya tertawa.
"All hail Kim Jongin!" seru Jongdae, keeper di team sepak bola tersebut.
Jongin hanya bisa tertawa kecil sembari menggaruk tengkuknya, "Jangan dengarkan mereka, anggap saja mereka tidak ada." Kyungsoo mengangguk pelan, "Bilang pada Byun Baekhyun, aku sudah menerima ini."
"Iya, sunbaenim." Ucap Kyungsoo seraya membungkukkan badannya dan berbalik untuk pergi.
"Tunggu!" Kyungsoo berbalik ke arah Jongin, "Terima kasih, Kyungsoo-ya." Ucapnya seraya menepuk lembut kepala Kyungsoo.
Gadis itu membulatkan matanya dan hanya memperhatikan Jongin yang kembali ke komplotannya. Jantungnya berdegup kencang kali ini. Bagaimana tidak, seorang Kim Jongin, siswa terpopuler di sekolahnya, baru saja menyentuh kepalanya. Dia memang menyukai lelaki itu, tapi semenjak Baekhyun mendeklarasikan bahwa Jongin adalah idolanya, dia lebih memilih untuk mengalah dan merelakan Jongin untuk sahabatnya tersebut.
Kyungsoo pun kembali menuju kelasnya. Dia satu kelas dengan Baekhyun juga. Bukan satu kelas, bahkan satu bangku. Mereka selalu bersama layaknya SpongeBob dan Patrick. Kyungsoo sebagai Patrick tentu saja. Karena gadis itu selalu clueless dan terlampau polos. Sedangkan Baekhyun? Baekhyun seorang cursing machine yang selalu membuat onar dimanapun dia berada.
"Kau sudah menyampaikan suratku pada Jongin oppa?" tanya Baekhyun ketika melihat Kyungsoo yang baru saja masuk.
"Sudah. Sudah aku sampaikan."
"Ah! Terima kasih, Do Kyungsoo!" seru Baekhyun seraya memeluk Kyungsoo yang tersenyum lembut.
Sejatinya Kyungsoo merasa iri dengan Baekhyun. Karena apa, Baekhyun selalu berani mendekati seseorang yang disukainya. Dan hasilnya selalu positif, orang tersebut selalu berhasil Baekhyun dapatkan. Sedangkan Kyungsoo, hanya bisa melihat Jongin, yang sudah dia sukai semenjak menjadi siswa baru, dari kejauhan. Dengan melakukan itupun Kyungsoo sudah senang bukan main.
Sebenarnya Kyungsoo bukanlah gadis yang pendiam. Dia adalah pribadi yang menyenangkan dan ramah. Hanya kulitnya saja yang ramah. Kyungsoo sendiri adalah perlindungan bagi Baekhyun. Karena apa, disaat Baekhyun terlibat masalah, jalan terakhir adalah menyuruh Kyungsoo untuk menyelesaikannya. Tatapan Kyungsoo – jika sedang marah – sama seperti tatapan setan yang siap membunuh korbannya kapan saja.
Keesokan harinya pada jam olahraga, Baekhyun menarik Kyungsoo paksa. Memang pelajaran olahraga selalu membebaskan muridnya untuk melakukan apapun. Dan saat itu dimanfaatkan oleh Baekhyun untuk melihat team sepak bola yang sedang berlatih di lapangan sekolahnya.
Ketika mereka sampai di lapangan tersebut, Kyungsoo dan Baekhyun memilih untuk duduk di samping Luhan, hoobae mereka, yang merupakan kekasih dari Oh Sehun, salah satu pemain disana.
"Lu!" seru Baekhyun sembari mendudukkan dirinya disana.
"Oh! Baekhyun sunbae!" sapanya.
"Menunggu Oh Sehun?" tanya Baekhyun.
"Tidak ada yang lain. Sunbae sendiri?"
"Kami? Kami sedang melihat Kim Jongin, Kai, Kkamjong, capt-"
Kyungsoo menyela, "Aku hanya ikut denganmu, Baekhyun-ah." Ucapnya seraya memutar kedua bola matanya.
Pandangan mata Kyungsoo tidak pernah beralih dari lelaki berambut brunette tersebut. Apalagi dengan keringat yang mengucur deras di pelipis dan bahkan seluruh badannya, benar-benar membuat Kyungsoo ingin mengubah dirinya menjadi sebuah handuk saja.
Disaat dia sibuk memperhatikan Jongin yang sedang sibuk memperhatikan yang lain berlatih – karena dia captain tentu saja – tiba-tiba lelaki tersebut menangkap tatapan Kyungsoo. Kemudian dia tersenyum dan melambaikan tangan padanya. Mendapat perlakuan tersebut, Kyungsoo menunjuk dirinya sendiri. Dan dia mendapat anggukan dari Jongin.
'Aku? Bukan Baekhyun?' Kyungsoo menoleh ke arah Baekhyun yang masih memperhatikan lapangan sepak bola dengan senyum yang melekat, 'Eh? Apa Jongin tidak salah orang?' batinnya.
Setelah itu Jongin kembali berlari bersama teman-temannya. Sesekali dia mengarahkan teman satu timnya untuk mengikuti instruksi dari pelatih mereka, Choi Minho.
Popularitas tim sepak bola memang bukan hal baru di sekolah Kyungsoo. Mereka terdiri dari sekumpulan siswa-siswa yang populer. Apalagi Jongin, sebagai seorang yang tidak punya masalah sama sekali di sekolah. Sikap ramahnya juga bisa membuat semua siswi terpesona disana.
Sore itu Kyungsoo pulang sekolah sendirian. Entah mengapa Baekhyun mengatakan bahwa dia ada keperluan mendadak. Maka dari itu dia terpaksa melangkahkan kakinya seorang diri. Sesekali dia melihat beberapa pasangan yang berjalan di sekitarnya. Ada Minseok yang berlari mengejar Jongdae karena sudah mengelap gadis itu dengan handuk bekas keringatnya saat latihan. Iya, latihan sepak bola baru saja usai. Maklum saja, pertandingan besar yang melibatkan seluruh sekolah menengah atas di Korea akan dimulai satu minggu lagi. Maka dari itu semua siswa yang terlibat di tim sepak bola mau tidak mau harus merelakan sekolahnya selama tiga bulan untuk diisi dengan latihan saja.
Gadis tersebut sengaja melewati lapangan sepak bola walaupun sebenarnya jarak dengan gerbang sekolah lebih jauh dari biasanya. Dilihatnya Luhan yang sedang duduk bersama Sehun di bangku penonton. Sikap malu-malu yang ditunjukkan mereka berdua membuat Kyungsoo tersenyum. Tanpa sadar dia mengibarkan bendera shipper-nya pada pasangan itu. Lain lagi dengan Yixing, yang sedang memijat kaki Junmyeon di pinggir lapangan. Yixing sendiri seperti sedang mengomel karena mungkin Junmyeon terlalu memforsir badannya untuk latihan. Lalu ada pula Tao yang sedang memberikan death glare-nya pada Kris. Ah, mungkin mereka berdua sedang dalam keadaan yang tidak baik. Disana juga ada Chanyeol yang sepertinya sedang mengetik sesuatu di ponsel seraya melengkungkan senyumnya sendiri.
'Jongin… dimana?' batin Kyungsoo.
Selama dia berdiri sepuluh menit disana, dia tidak menemukan dimana lelaki itu berada. Kemudian dia menghela nafasnya dan berniat untuk pergi.
Disaat dia membalikkan badannya, tiba-tiba, "BOO!"
"AH!" teriak Kyungsoo terkejut.
Gadis itu memegangi dadanya dengan nafas yang berusaha diatur. Matanya terpejam dan sesekali menggelengkan kepalanya. Di depan gadis itu berdiri seseorang yang sedang membawa tas berisi perlengkapan sepak bola. Orang tersebut tertawa dan sesekali memegangi perutnya.
"Ah, sunbae…" keluh Kyungsoo yang mengetahui bahwa Jongin berdiri di hadapannya.
"Mianhae, Kyungsoo-ya." Jongin tersenyum, "Kau sedang mencari siapa?" tanyanya.
'NO! Kenapa dia menanyakan itu?' batin Kyungsoo.
"Aku… aku… ah! Aku mencari Lee Howon. Dia meminjam catatan matematikaku kemarin." Ucapnya berbohong.
"Lee Howon? Ah… Lee Hoya! Apa dia teman sekelasmu?" Kyungsoo mengangguk, "Sepertinya dia sudah pulang. Hanya tinggal senior saja yang masih di lapangan."
"Ah… begitukah? Baiklah, sunbae. Terima kasih atas informasinya." Ujar Kyungsoo tersenyum.
Gadis itu membungkukkan badannya dan bersiap untuk pergi. Dia sudah merasa pipinya menghangat sekarang. Apalagi jantungnya berdegup tidak terkendali.
"Kyungsoo-ya!" panggil Jongin lagi.
Kyungsoo membalikkan badannya, "Ne, sunbae?"
Jongin mendekat ke arah Kyungsoo, "Kau… akan pergi?"
"Ah, aku akan pulang ke rumah. Kelas sudah selesai dan aku tidak ada kegiatan lain."
Lelaki itu menggaruk tengkuknya kikuk, "Bolehkah aku pulang denganmu? Rumah kita berada di kompleks yang sama, bukan?"
'WHAT? Bisa-bisa jantungku berhenti jika begini caranya!'
"Iya, sunbae. Hm… ayo kita pulang sekarang." Ajak Kyungsoo.
Mereka berdua melangkah beriringan menyusuri lorong sekolah. Sesekali Kyungsoo melihat tatapan tidak suka dari senior perempuannya – yang satu angkatan dengan Jongin – karena dia berjalan dengan idola mereka. Kyungsoo sendiri tidak takut jika perempuan-perempuan itu akan marah padanya, justru yang dia pikirkan sekarang adalah, apa yang akan dia lakukan jika bertemu Baekhyun nantinya.
Jongin memang seorang laki-laki yang diinginkan Kyungsoo. Ramah, manis, dan humoris. Sepanjang perjalanan Jongin membuat suasana di antara mereka tidak canggung sama sekali. Bahkan sesekali Kyungsoo tertawa terbahak-bahak hingga orang-orang di sekelilingnya mengamati mereka berdua.
Mereka menjadi perhatian lagi ketika berada di tempat pemberhentian bus. Jongin melakukan sebuah hal bodoh yang membuat Kyungsoo semakin menyukainya. Dia sadar jika Jongin bukanlah seseorang yang sempurna seperti yang orang lain bayangkan. Dia masih seorang remaja laki-laki yang suka bermain-main dan jahil.
Sekali lagi Jongin membuat Kyungsoo kagum. Bus sedang penuh saat itu dan menyisakan satu bangku saja. Dan Jongin merelakan bangku itu untuk Kyungsoo. Jongin sendiri berdiri di samping Kyungsoo. Dengan lollipop yang terselip di mulut, jaket tim sepak bola, celana training berwarna hitam, serta sneakers membuat air liur Kyungsoo ingin keluar dari mulutnya.
'He's hot, indeed.' Batinnya.
"Apa kalian berkencan?" tanya seorang wanita paruh baya yang duduk di samping Kyungsoo.
"Ah, ani-"
Jongin menyela, "Apa kami terlihat cocok, ahjummeoni?" tanyanya yang diakhiri dengan dua buah mata yang membulat ke arahnya.
"Kalian cocok sekali." Wanita itu meraih tangan Kyungsoo, "Kau sangat cantik, nak. Tapi ingat, jangan menyerahkan apapun padanya. Kau paham maksudku, kan? Lelaki itu tidak bisa di tebak. Kalian bahkan masih bersekolah. Pikirkan masa depanmu. Mengerti?"
Kyungsoo tidak berani untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Dia tidak ingin jika wanita tersebut kecewa. Apalagi setelah mengatakan hal sepanjang itu.
"Ah, n-ne, ahjummeoni…" ucap Kyungsoo kikuk.
Gadis itu mengalihkan pandangannya pada Jongin yang menatap ke arah jendela dengan senyum jahil yang melekat disana. Sejenak Kyungsoo mengagumi wajah Jongin, tapi jawaban lelaki itu pada wanita di sampingnya membuat Kyungsoo malu.
Mereka berdua turun bersama karena rumah mereka yang berdekatan. Kali ini keadaan agak canggung karena kejadian di dalam bus sebelumnya. Bahkan Kyungsoo tidak berani mengatakan apapun pada Jongin.
"Sunbae…" Kyungsoo membuka suaranya.
"Hm?" tanya Jongin dengan alis yang terangkat.
Gadis itu menghirup nafasnya kuat-kuat, "Ini rumahku, sunbae. Hm… terima kasih sudah pulang bersamaku." Ucapnya.
"Ah… kita sudah sampai? Baiklah. Kau masuk saja." Ujar Jongin seraya menggerakan tangannya agar Kyungsoo masuk ke dalam rumah.
Kyungsoo membungkuk dan membalikkan badannya. Belum sempat dia melangkah, Jongin sudah memanggil lagi, "Kyungsoo-ya!"
Gadis itu berbalik, "N-ne?"
"Ingat kata ahjummeoni tadi baik-baik, eoh?" Jongin tertawa, "Aku bercanda. Cepat masuk! Aku harap kita bisa pulang bersama lagi besok!" serunya saat mulai melangkahkan kaki dan melambaikan tangannya pada Kyungsoo.
Gadis itu masuk ke rumah dengan senyum yang terpapar di wajahnya. Bahkan jantungnya masih berdetak tidak menentu saat ini.
"Eomma! Kyungsoo sedang aneh!" teriak Seungsoo yang menonton televisi di ruang tengah.
Kyungsoo menoleh dan mendelik ke arah Seungsoo, "Apa, oppa?"
"Kau tersenyum sendiri sejak tadi. Apa kau tidak sadar, hm?"
"Itu bukan urusanmu!" serunya seraya menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.
"Heol~ anak itu." Ucap Seungsoo yang kemudian kepalanya dipukul oleh ibunya.
"Jangan mengganggu adikmu! Kau selalu menggodanya!"
Malam harinya Kyungsoo sedikit uring-uringan karena Seungsoo yang terus menggodanya. Apalagi ayahnya juga ikut berkomplot dengan Seungsoo sehingga gadis itu terpojok sendirian. Bahkan ibunya sendiri juga tidak bisa membantu karena ayah dan kakaknya yang terus-terusan menjahilinya.
"Ugh!" seru Kyungsoo yang melemparkan dirinya ke ranjang.
Gadis itu meraih ponsel yang ada di almari kecil dekat ranjangnya. "Hm? Byun Baekhyun?" gumamnya ketika melihat sebuah pesan masuk ke ponselnya.
From: Angry Baek
7.52 p.m.
'Kyungsoo-ya! Maaf aku tidak menemanimu pulang tadi sore TT_TT apa kau pulang dengan badan yang utuh? ^^v'
To: Angry Baek
8.13 p.m.
'Kau pikir ada anjing di jalan yang menggigitku sehingga aku pulang dengan badan yang tidak utuh, huh? -_- sebagai gantinya, kau harus mentraktirku makan siang, bagaimana?'
Kyungsoo meletakkan ponselnya di samping bantal. Sejenak dia memikirkan sikap Jongin yang tiba-tiba manis di hadapannya. Pikiran itu membuatnya tersenyum seperti orang gila. Bagaimana tidak, sudah dua tahun dia hanya bisa mengamati Jongin dari kejauhan. Sekarang, disaat Jongin sudah menjadi senior dan sebentar lagi akan lulus, dia baru bisa dekat dengannya.
Disaat Kyungsoo sibuk dengan pikiran dan lamunannya, tiba-tiba ponsel yang ada di sampingnya itu berbunyi.
From: Angry Baek
8.17 p.m.
'Arra, aku akan mentraktirmu makan siang, Kyungie~ ah, kau harus mengganti namaku! Jangan menulisnya dengan Angry Baek! Kau selalu menyamakan aku dengan Angry Bird huhu TT_TT bye-bye, Kyungie Eomma!'
"AISH, anak ini." Ucap Kyungsoo dengan tawa kecilnya.
Kemudian dia teringat dengan Jongin. Wajahnya berubah kecewa kali ini. Dia merasa sudah mengkhianati Baekhyun, sahabatnya sendiri. Bahkan seharusnya dia ingat bagaimana Baekhyun menitipkan sebuah surat siang itu.
'Baekhyun-ah, mianhae…' batinnya.
Ponsel itu masih di genggaman Kyungsoo. Dia masih menerawang dengan perasaan yang bersalah. Dia membayangkan apa jadinya jika persahabatan yang dia bangun selama enam tahun itu harus rusak hanya karena seorang lelaki.
"Bodoh kau, Kyungsoo-ya. Bodoh!" ucapnya seraya mengetuk-ngetukkan ponsel pada pelipisnya.
Tidak lama setelah itu, ponsel yang masih di tangannya itu berbunyi lagi. Ada pesan yang masuk lagi ke ponselnya. Alis Kyungsoo mengerut ketika dia menerima pesan dari nomor yang tidak di kenalnya.
From: xxx-xxxx-xxx
8.34 p.m.
'Halo, nona Do! ^^'
To: xxx-xxxx-xxx
8.36 p.m.
'Ini… siapa?'
Belum lama dia menunggu, ponselnya berbunyi sekali lagi.
From: xxx-xxxx-xxx
8.38 p.m.
'Lelaki yang menemanimu pulang sekolah tadi sore, nona Do ^^ ah, sepertinya aku berhutang dengan Hoya karena sudah mendapatkan nomormu~'
'WHAT?! I HATE YOU, LEE HOWON!'
Kyungsoo memang mengumpat ketika tahu bagaimana cara Jongin mendapatkan nomornya. Tapi dalam hatinya dia berkeinginan untuk bertemu dengan Hoya – Lee Howon's nickname – dan memeluknya seraya mengucapkan terima kasih.
"Well, kau ada gunanya juga, Howon-ah." Ucapnya dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Howon-ah! Hoya!" panggil Kyungsoo pada Howon yang sudah bersiap di ruang pemain untuk berlatih sepak bola pagi itu.
"Hm? Apa, Kyungsoo-ya?" jawabnya.
"Kau… memberikan nomorku pada Jongin sunbae?"
Sejenak lelaki itu terdiam. Kemudian dia memberikan wajah bersalahnya, "Ah, maafkan aku, Kyungsoo-ya. Aku tidak sempat untuk menanyakan apakah aku boleh memberikan nomormu atau tidak. Semalam Jongin sunbae meneleponku. Awalnya dia menanyakan tentang latihan sepak bola hari ini. Tapi… tiba-tiba dia meminta nomormu. Aku merasa tidak enak jika tidak memberitahunya. Maafkan aku."
Kyungsoo kemudian mengangguk paham, "Oh, tidak apa. Kau tidak perlu meminta maaf. Dia sudah menghubungiku semalam." Ucapnya tersenyum.
"Kau tidak marah padaku?"
"Tidak, Won-ah. Kau tenang saja."
'Aku berterima kasih padamu, Howon-ah!'
"Syukurlah kalau begitu. Aku pergi dulu, Kyungsoo-ya. Aku harus menyiapkan perlengkapan untuk latihan di lapangan." Ucap Hoya yang bergegas pergi.
"Ei~ arraseo, vice captain! Semangat latihannya, Howon-ah!" seru Kyungsoo yang dibalas dengan lambaian tangan dari teman lelakinya itu.
Kyungsoo kemudian melangkahkan kakinya menuju kelas. Hari itu pelajaran sedang kosong karena ada persiapan acara di sekolahnya. Maka dari itu, Kyungsoo mengedarkan dirinya di sembarang tempat untuk sekadar mencari angin.
Ketika sampai di kelas, Kyungsoo melihat Baekhyun sedang sibuk dengan ponselnya. Sesekali dia tersenyum saat mendapat balasan dari orang yang ada di seberang.
"Eh~ siapa dia?" goda Kyungsoo yang kemudian mendudukkan dirinya di kursi sebelah Baekhyun.
Kemudian Baekhyun memberikan wajah kecewanya, "Dia sudah berlatih sekarang…" ucapnya lemah.
'Berlatih? Ah… berarti… Jongin sunbae?' batinnya.
"Soo-ya! Bagaimana kalau kita melihat latihan sepak bola sekarang? Sehabis itu, aku akan mentraktirmu pada jam makan siang nanti!" ucap Baekhyun bersemangat.
Lamunan Kyungsoo buyar seketika, "Ah, geurae. Kajja!" ajaknya seraya menarik tangan Baekhyun keluar.
Selama berjalan menuju lapangan sepak bola, Baekhyun terus-terusan mengoceh. Tapi sayang, Kyungsoo terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia masih memikirkan apa yang harus dilakukan jika bertemu dengan Jongin nantinya.
'Apa Jongin sunbae bersikap begitu karena berusaha mendapatkan Baekhyun? Ah… mungkin begitu.' Batinnya.
Jam makan siang pun tiba. Kyungsoo sudah duduk di bangku bersama Baekhyun yang sedari tadi mengoceh dengan cerianya. Sesekali dia tertawa melihat tingkah sahabatnya yang tidak memiliki rasa lelah tersebut.
"Apa kami boleh duduk disini?" tanya seseorang yang baru saja datang.
'Suara itu.'
"Jongin sunbae! Chanyeol sunbae! Duduklah!" seru Baekhyun dengan semangat yang berkobar.
Kyungsoo merasa canggung ketika Jongin memilih duduk di sampingnya, dan Chanyeol berada di hadapan lelaki itu. Bukan canggung terhadap Jongin, tapi dia tidak enak pada Baekhyun. Dia merasa merebut kesempatan Baekhyun untuk lebih dekat dengan Jongin.
Jongin, Chanyeol, dan Baekhyun lebih banyak bercanda dan tertawa. Tapi Kyungsoo hanya menyibukkan dirinya dengan makanan yang ada di hadapannya. Dia cenderung diam, bahkan hanya diam. Sesekali dia mengedarkan pandangannya untuk mengalihkan pikirannya yang sedang kusut.
"Soo, kau baik-baik saja?" tanya Baekhyun khawatir.
Kyungsoo yang sedang mengamati siswa lain yang berlalu lalang pun tidak menjawab, "Soo?" panggil Baekhyun lagi.
Karena Kyungsoo masih melamun, Jongin, yang berada di sampingnya pun mengusap kepala Kyungsoo, "Hei." Panggilnya.
"EH! Huh? Wae? Ada apa? Iya?" tanya Kyungsoo yang baru saja sadar.
Jongin menghela nafasnya, "Kau ini. Kenapa kau melamun sedari tadi? Apa kau tidak mendengar jika Baekhyun memanggilmu terus-terusan?"
"Iyakah? Ah, maafkan aku!" serunya dengan memberikan wajah menyesalnya pada Baekhyun, "Aku sedang merasa tidak sehat. Sebaiknya aku ke ruang kesehatan saja sekarang."
"EH? Kenapa kau tidak bilang kalau tidak enak badan?" tanya Baekhyun.
"Maafkan aku, Baek. Aku tidak enak jika harus mengganggu percakapan kalian. Aku pergi dulu." Pamitnya seraya melangkahkan dirinya ke ruang kesehatan untuk menenangkan diri.
'Bodoh! Bisa-bisanya kau bersikap begitu! Kau harus mengalah, Soo! Mengalah!'
Kyungsoo merebahkan dirinya di ranjang ruang kesehatan. Disana sedang kosong dan tidak ada orang sama sekali. Dia ingin mengistirahatkan pikirannya karena baginya ini sangat mengganggu. Dia bahkan sudah memberikan pesan pada Baekhyun untuk tidak menyusulnya sementara waktu. Meskipun Baekhyun bertanya mengapa, Kyungsoo bisa memberikan alasan bahwa dia ingin tidur sebentar.
Matanya terpejam untuk sebentar. Tapi baru dia berusaha untuk tidur, pintu ruang kesehatan itu terbuka. Dia pikir ada siswa lain yang ingin tidur disana, tapi dugaannya ternyata salah. Kim Jongin, dengan pakaian sepak bolanya datang kesana.
"Soo?" Kyungsoo membuka matanya, "Kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir.
"Aku baik-baik saja, sunbae. Apa yang sunbae lakukan disini?"
Mata Jongin berlari kesana kemari, "Ah, a-aku ingin mengambil cream analgesic. Persediaan kami sedang habis dan kaki Junmyeon baru saja terkilir. Maka dari itu aku mengambilkannya." Ucapnya gugup.
"Ah…" Kyungsoo mengangguk.
"Kau benar baik-baik saja? Apa aku perlu menunggumu disini?"
"Tidak, sunbae. Kau lanjutkan saja latihanmu. Aku benar-benar tidak apa-apa."
Jongin menghela nafasnya kuat-kuat, "Baiklah kalau kau berkata begitu. Aku pergi dulu." Lelaki itu melangkahkan kakinya, "Ah! Jangan lupa! Kita pulang bersama nanti!"
'Iya, kita pulang bersama nanti.'
Sudah hari kesekian anak tim sepak bola tidak masuk sekolah. Mereka harus melaksanakan pertandingan dan beruntungnya, mereka belum pernah kalah. Dalam hati kecilnya, Kyungsoo ingin menonton pertandingan tersebut, tapi dia tidak tahu harus mengajak siapa untuk kesana. Baekhyun? Kyungsoo tidak enak hati jika harus mengatakan dia ingin melihat Jongin bertanding.
Siang itu Kyungsoo berjalan sendirian di lorong sekolah. Baekhyun terkena detensi karena sudah menghajar Key, senior mereka. Baekhyun bilang, Key, gadis yang memiliki kepribadian sama dengan Baekhyun, mengusirnya – dengan kasar – ketika sedang duduk di taman. Dan karena Baekhyun tidak terima, dia menghujamkan sebuah pukulan pada Key hingga hidungnya patah.
Ketika sedang berjalan dan memainkan ponselnya, tiba-tiba Kyungsoo menabrak seseorang yang ada di depannya.
BUGH!
"AH! Mianhamnida!" Seru Kyungsoo seraya membungkukkan badannya tanpa melihat orang tersebut.
"Kau ini ceroboh sekali." Ucap orang itu.
Kyungsoo mendongakkan kepalanya, "OH! Jongin sunbae! Maafkan aku!"
Jongin hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Jangan memainkan ponsel ketika berjalan. Kau bisa menabrak lagi." Lelaki itu menarik ponsel Kyungsoo dan mematikan layarnya, "Kenapa kau berjalan sendirian? Dimana Baekhyun? Bukannya biasanya kalian berdua?"
'Dia mencari Baekhyun.'
"Dia terkena detensi karena sudah menghajar Key sunbae."
"Key?" Jongin tergelak, "Baguslah, Key si pem-bully itu pantas menerimanya."
Mendengar ucapan Jongin, Kyungsoo tersenyum, "Ah, sunbae, bukannya kau seharusnya bertanding hari ini?" tanyanya.
"Hari ini kami diberi waktu beristirahat. Maka dari itu aku tidak memakai seragam meskipun di sekolah. Oh, besok lusa adalah final untuk kami." Jongin mengeluarkan dua buah lembar kertas, "Ini tiket untuk pertandingan final kami. Ada dua, untukmu dan Baekhyun. Kau harus mengajaknya."
'Dia menginginkan Baekhyun untuk datang.'
"Ah, terima kasih, sunbae. Aku akan mengajaknya." Ucap Kyungsoo yang kemudian tersenyum.
"Ini ponselmu. Aku harus pergi untuk briefing latihan esok hari." Jongin melangkahkan kakinya, tapi kemudian berhenti lagi, "AH! Kau jangan terlambat untuk makan. Jangan sakit! Kau akan membuat konsentrasiku hilang jika kau sakit! Bye!" ucapnya seraya berlari menuju ruang pemain di samping lapangan sepak bola.
'Jongin sunbae… sikapmu membuatku bingung.'
"Kyungsoo-ya! Aku tidak sabar untuk melihat mereka bertanding!" seru Baekhyun ketika membelah kerumunan di tribun lapangan.
Final diselenggarakan hari itu. Kyungsoo datang bersama Baekhyun. Tapi dia bisa melihat Luhan, Minseok, Yixing, dan Tao di barisan tempat duduk penonton. Dan mereka berdua memutuskan untuk duduk bersama yang lainnya.
Diantara keenam gadis yang duduk bersama, hanya Kyungsoo lah yang mengerti bagaimana jalannya permainan sepak bola. Yang lainnya, kecuali Baekhyun, menonton kekasih mereka. Baekhyun menonton Jongin, sedangkan Kyungsoo? Dia lebih menikmati bagaimana serunya pertandingan disana tanpa memperhatikan siapa yang bermain.
Sayangnya, tim sekolah Kyungsoo harus kalah. Kyungsoo melihat wajah-wajah kecewa disana. Seperti Chanyeol yang tertunduk di tengah lapangan. Lalu ada Kris yang – merasa ini kesalahannya – menutupi mukanya karena menangis. Pantas jika mereka merasa kecewa. Karena apa, perjuangan yang mereka lakukan selama berbulan-bulan hanya memberikan hasil sebagai runner up saja.
Ada yang menarik perhatian Kyungsoo. Jongin. Hanya dia yang masih tersenyum dan berusaha membujuk teman-temannya yang masih bertahan dengan wajah kusut di lapangan. Bahkan Jongin memeluk Hoya, calon captain baru untuk tim sepak bola mereka, yang melamun karena kecewa. Jongin juga membantu Jongdae yang masih bersandar di bawah tiang gawang dengan lemas.
Kyungsoo dan yang lainnya turun hingga dekat dengan bench pemain. Sebenarnya Kyungsoo malas untuk bergerak, tapi Baekhyun sudah memunculkan wajah sedihnya dan memaksa gadis itu untuk ikut turun.
"Kalian sudah melakukan yang terbaik! Ayolah! Jangan kecewa! Kita hanya kalah beruntung!" seru Jongin yang suaranya terdengar oleh Kyungsoo.
"Hoya! Kau harus membangun suasana! Bantu aku!" Jongin menepuk bahu Hoya, "Ingat, untuk kalian, yang masih bisa mengikuti pertandingan tahun depan, harus menyiapkan sedini mungkin. Kita hanya berlatih intensif selama tiga bulan, dan mereka sudah menyiapkan ini sejak enam bulan lalu. Kita kalah start! Sudah, jangan kecewa! Aku sudah bangga dengan kalian! Pertandingan terakhirku bersama kalian membuatku senang! Ini pencapaian terbaik yang pernah kita raih!" ucapnya sekali lagi.
Kyungsoo tersenyum melihat sikap Jongin pada teman-temannya. Dia bangga melihat Jongin yang berusaha mati-matian membuat semua rekan satu tim-nya kembali semangat seperti sedia kala. Kyungsoo sendiri merasa kagum ketika melihat Jongin terus tersenyum dan tidak menampakkan wajah kecewa sedikitpun.
"Kita bertemu di ruang ganti setelah penerimaan medali. Banyak hal yang harus aku bicarakan dengan kalian." Ucap Minho, pelatih mereka.
Baekhyun meminta Kyungsoo untuk menunggu di depan stadion sendirian. Dia bilang, dia masih punya keperluan bersama Luhan dan lainnya. Tapi Kyungsoo berpikir jika Baekhyun menemui Jongin hanya untuk sekadar memberikan semangat. Gadis itu duduk dan mengusir sepinya dengan mendengarkan musik dengan earphone kesayangannya, yang tidak pernah keluar dari saku tasnya. Sesekali dia bergumam mengikuti nada lagu kesukaannya, Time Spent Walking Through Memories.
Disaat dia menunggu sahabatnya, tiba-tiba ada yang menarik salah satu earphone Kyungsoo, "Kau suka lagu ini? Aku juga." Ucap orang tersebut yang sudah memakai earphone Kyungsoo di telinganya.
"Jongin sun-"
"Oppa." Jongin memotong, "Panggil aku oppa mulai sekarang."
"Oppa…" ucap Kyungsoo lirih.
"Sedang menunggu Baekhyun?" Kyungsoo mengangguk, "Ah… aku tadi bertemu dengannya."
'Tentu saja, dia pasti menemuimu untuk berbincang sebentar.' Batin Kyungsoo dengan perasaan kecewa.
"Kyungsoo-ya, bolehkah aku bercerita sedikit padamu?" Kyungsoo mengangguk, "Aku merasa kecewa kali ini. Aku merasa gagal menjadi captain. Aku tidak bisa meredam emosi teman-temanku ketika bermain. Padahal aku sadar mereka sedang semangat-semangatnya."
Suara Jongin berubah serak, "Ini pertandingan terakhirku sebelum kelulusan. Padahal aku berharap bisa menjadi juara tahun ini, tapi kenyataannya hanya bisa menjadi runner-up. Ini benar-benar mengecewakan. Tidak ada gunanya jika kami tidak menjadi pemenangnya."
Kyungsoo menatap mata Jongin yang memerah. Bisa dilihat bagaimana air mulai membasahi mata tersebut. Gadis itu juga mengamati medali yang masih digenggam Jongin di tangan kanannya. Medali itu dibiarkan menggantung begitu saja disana.
"Kau sudah melakukan yang terbaik, Oppa." Ucap Kyungsoo.
"Jika aku sudah melakukan yang terbaik, tentu kami akan memenangkan pertandingan ini, Soo." Keluhnya.
Kyungsoo menghela nafasnya dan meraih medali yang ada di tangan Jongin. Kemudian gadis itu melemparkan medali itu ke tanah.
"YA! Apa yang kau lakukan?!" seru Jongin yang kemudian bergegas mengambil medali itu, "Kenapa kau membuangnya?"
"See? Medali itu berharga untukmu. Kau meraihnya dengan susah payah. Kalau kau benar-benar kecewa, kau pasti tidak akan mengambilnya lagi. Kau sendiri yang bilang jika kalian kurang beruntung. Karena aku pikir memang benar-benar begitu. Terjadi kesalah pahaman antara Kris dan Jongdae di lini belakang kalian. Lagipula semua orang tahu permainan kalian lebih bagus. Hanya saja setelah memasukkan satu gol, mereka lebih cenderung bermain defensif. Kau dan Hoya sudah berusaha untuk menyerang, tapi terlalu banyak pemain di barisan pertahanan mereka."
"Kau… mengerti tentang sepak bola?"
Kyungsoo mengangguk, "Sejujurnya aku seorang pemain futsal. Tapi karena tidak ada club untuk perempuan, maka aku tidak pernah bermain lagi." Ucapnya.
"Tapi aku masih merasa menjadi captain yang gagal, Soo…"
"Kalau begitu buang saja medalinya. Bukannya itu tidak berguna untukmu?"
"Bukan begitu. Aku hanya-"
"Dengar," Kyungsoo menghadap ke arah Jongin, "Tanpa adanya dirimu, tim sepak bola kita tidak akan sampai di final. Aku kagum melihat bagaimana caramu memberikan semangat pada yang lain, bagaimana kau terus tersenyum di depan teman-teman ketika kalah. Kau sudah berhasil membangun kepercayaan mereka lagi. Lagipula tidak ada yang menyalahkanmu disini. Kau sendiri yang membiarkan beban itu bersandar di pundakmu. Pencapaian ini sudah yang terbaik daripada tahun-tahun sebelumnya. Kau juga tahu tentang itu."
Jongin menundukkan kepalanya sesaat. Kemudian dia menatap Kyungsoo lekat-lekat dan tersenyum kembali.
"Terima kasih, Soo. Sepertinya aku memilih orang yang tepat untuk berkeluh kesah."
Kyungsoo memberikan tatapan tidak mengerti, "Maksudmu? Bukannya Baekhyun mencarimu? Kenapa kau tidak menceritakan ini padanya?"
"Baekhyun? Byun Baekhyun? Untuk apa dia mencariku?"
"Bukannya kalian-"
"Dia mencari Chanyeol, Soo. Apa dia tidak bercerita padamu kalau mereka berkencan?"
'Wait! Tunggu!'
Kyungsoo terdiam dan membulatkan kedua matanya pada Jongin. Dia masih belum mengerti dengan apa yang yang dikatakan oleh Jongin.
"Aku pikir selama ini Baekhyun menyukaimu… dia pernah berkata jika dia mengagumimu. Aku pikir…"
Jongin tertawa kecil, "Tidak, Soo. Dia menyukai Chanyeol. Mungkin dia kagum padaku, tapi hatinya lebih memilih Chanyeol."
"Tapi surat itu-"
"AH!" Jongin mengingat sesuatu, "Ini? Aku selalu membawanya kemanapun aku pergi. Kau bisa membacanya sekarang."
Kyungsoo membuka amplop berwarna ungu tersebut. Dia melihat ada sebuah kertas dan beberapa kalimat yang merupakan tulisan tangan khas dari Baekhyun.
'Jongin sunbaenim! Ini aku, Byun Baekhyun. Sahabat dari Do Kyungsoo, si pengirim surat ini. Aku memberikan surat ini hanya untuk memberitahumu bahwa Kyungsoo, selalu mendaratkan tatapannya padamu. Apakah kau sadar jika dia selalu mengamatimu ketika kau berada di lapangan, di kantin, atau bahkan di taman? Tentu kau menyadarinya, bukan? Jika tidak, mana mungkin kau menyukainya sejak kami menjadi siswa baru? Kalian sama-sama saling menyukai, tapi kalian sama-sama pencundang (maafkan aku, sunbaenim!). Dan aku merasa bosan dengan sikapnya yang diam-diam itu. Sekarang, kau bisa mendekatinya tanpa ragu. Perjuangkan gadis itu, Jongin sunbae! Kau tidak akan menyesal! Fighting!'
P.S.
Park Chanyeol yang memberitahuku tentang perasaanmu pada Kyungsoo.
Salahkan dia! Tapi jangan memarahinya! XOXO ^^
Kyungsoo hanya bisa membulatkan matanya dengan mulut yang terbuka ketika membaca surat tersebut. Ada beberapa hal yang membuat Kyungsoo terkejut, pertama, Baekhyun ternyata berkencan dengan Chanyeol, kedua, isi dari surat tersebut, ketiga, kenyataan bahwa Jongin juga menyukainya. Gadis itu tidak berani menatap Jongin. Dia merasa malu jika harus menghadapkan wajahnya pada Jongin.
"Soo?"
"N-ne?" jawab Kyungsoo dengan kepala yang tertunduk.
"Kau sudah tahu isi surat itu, 'kan? Jangan salah paham dan jangan terlalu clueless. Selama ini kita ternyata saling memperhatikan. Walaupun hanya dari kejauhan. Maafkan aku yang menjadi pengecut seperti itu. Aku tidak seperti yang orang-orang pikirkan, yang pintar, pemberani, berkharisma, dan lainnya. Aku, seorang Kim Jongin, yang katanya menjadi idola di sekolah, menjadi pengecut ketika berhadapan denganmu, Soo…"
Kyungsoo mendongakkan kepalanya dan menemui Jongin tersenyum dengan lembut, "Oppa…"
"Soo, apa kau menerimaku?" tanya Jongin.
Gadis itu tersenyum. Dia tidak bisa memberikan jawabannya karena masih belum bisa berkata apa-apa. Sebagai gantinya, dia memeluk lelaki yang ada di sampingnya itu. Dia tidak peduli bagaimana orang-orang memperhatikan apa yang mereka lakukan. Iya, benar-benar tidak peduli.
Jongin melepas pelukan itu, "Aku harus berterima kasih dengan Baekhyun dan Hoya, mereka benar-benar membantuku."
"Hoya juga tahu?"
"Dia curiga mengapa aku meminta nomormu padanya, dan kemudian aku bercerita padanya." Jongin terkekeh, "Ayo kita pulang, Soo. Hari mulai gelap dan dingin."
"Tapi Baekhyun-"
"Lihat orang yang sedang berciuman disana. Siapa mereka?"
'BYUN BAEKHYUN!'
"Soo, kau harus mengingat kata-kata ahjummeoni itu, eoh?"
Kyungsoo tertawa, "Tentu! Aku tidak akan memberikan apapun padamu!" ucapnya seraya menjulurkan lidah.
"Apapun? Kau tidak akan memelukku lagi?"
"No."
"Kau tidak akan menciumku?"
"NO!"
"Mencium pipi saja?"
"NOOO!"
"Bibir?"
Kyungsoo menutup telinganya, "AAAA~ aku tidak mendengar apa-apa!" ucapnya seraya bergegas dari tempat duduknya.
"YA! Do Kyungsoo!" seru Jongin yang berlalu menyusul dan kemudian merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.
.
.
END.
