Lovers!
Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.
WARN: Jika ada kemiripan cerita dan alur. Itu hanyalah unsur ketidak sengajaan. Karena fict ini pure karya saya.
TYPO/GAJE/OOC/EYDancur.
.
.
.
Perasaan ini adalah cinta. Tapi dihatiku, hanya terisi oleh penderitaan dan luka.
.
.
.
.
Aku bertanya-tanya. Apakah aku boleh mencintainya? Atau mungkin tidak. Perasaan yang seharusnya tak ku rasakan padanya. Setiap kali aku memikirkannya, hatiku berdebar seakan melayang bebas. Tapi, cinta ini adalah rahasia. Rahasia terbesar yang tak boleh ada seorangpun yang tau.
.
.
.
.
Hanya ketika kau jatuh cinta. Kau akan mengerti perasaan aneh ini. Ketika kau akan tertawa seperti orang gila. Dan berangan tentang sesuatu hal yang tidak masuk akal. Semuanya terasa manis, dan menyenangkan. Tapi, luka itu selalu ada. Meski waktu yang akan menuntunnya. Kau harus bersiap untuk terluka. Terlebih jika perasaanmu adalah salah. Atau bahkan kau memendamnya.
Bertindak egois, dan pesimis. Posesif atau bahkan agresif. Cinta tidak bisa di tebak. Dia akan membuatmu berbuat diluar logika mu sendiri.
Dan dijalan ini. Aku menghadapinya dengan caraku sendiri. Meski itu salah sekalipun, aku tidak akan menyerah terlalu awal. Perjuangan akan cinta, baru saja akan dimulai. Karena, aku adalah Hanasaki Tenten. Tokoh utama di dalam ceritaku sendiri.
Dan pemuda yang berjalan di depanku adalah, Hyuga Neji. Pemuda yang ingin kuraih. Sosok penting dalam hidupku, yang sudah bersama denganku, semenjak awal. Semenjak aku kecil. Neji Hyuga.
"Neji!"
Dia adalah Hyuga Neji. Laki-laki yang aku cintai, sekaligus sebagai tokoh utama dalam ceritaku. Laki-laki dengan pembawaan kalem dan pendiam. Dia jenius, makanya itu dia berada di sekolah ini. Sekolah yang ingin kumasuki dengan sekuat tenaga.
"Tenten?" Ia menoleh ketika aku menepuk pundaknya sedikit keras.
Neji adalah laki-laki yang sangat dingin dan kaku. Sikap dan kata-kata nya kasar. Tapi, aku yakin dia punya sisi lembut dan hangat. Aku tau itu, kami bersama-sama semenjak kecil. Menghabiskan seluruh waktu kami hingga kami tumbuh dewasa bersama.
AUTHOR POV
"Mulai sekarang, kita berada disekolah yang sama. Jadi Neji, mohon bantuannya!"
Tenten mengelus hidungnya di hadapan Neji. Kebiasaan yang selalu dilakukannya jika suasana hatinya sedang membaik. Neji hanya bergumam dengan mengalihkan pandangannya asal.
"hm... siapa yang mengira, kau diterima disekolah ini,"
Jawab Neji cuek. Neji tau betul sikap Tenten. Gadis itu sangat pemalas dan bodoh. Terakhir kali ketika mendaftar kesebuah smp yang samapun. Tenten tidak diterima karena nilai ujiannya kurang untuk masuk seleksi pendaftaran. Makanya, ia sedikit heran, mengapa Tenten bisa masuk ke dalam sekolah yang sama dengannya. Di Sma terbaik di Aomori.
"Tentu saja dengan kecerdasanku,"
Jawab Tenten sembari menunjuk-nunjuk kepalanya bangga. Jika saja Neji tahu Tenten belajar dengan giat seakan tak ada hari esok hanya agar dirinya dapat diterima disekolah ini, dan bersama dengannya. Mungkin, ia tak akan bersikap seangkuh ini. Ralat! Neji memang angkuh, dan itu tidak bisa dirubah. Sikapnya akan tetap seperti itu.
"Dari banyaknya hal, kenapa harus satu sekolah denganku?"
Tenten mengerutkan alisnya kesal. Memandang Neji yang memasang wajah sebal membuatnya semakin ingin memukul pemuda sarkastik itu.
"Ada apa denganmu? Apa masalahnya?"
"Masalahnya adalah, pasti akan menyusahkan jika harus satu sekolah denganmu,"
"Jangan bilang itu menyusahkan,"
Dingin seperti biasa. Seakan semuanya adalah penghalang baginya. Semuanya terlalu merepotkan dan menganggu. Neji yang pada dasarnya berpikiran rumit, mana mungkin mau bersama dengan Tenten yang memiliki pemikiran sederhana, dan terkesan aneh itu. Yang ada gadis itu justru akan merepotkannya nanti. Dan lihatlah tatapan datarnya itu. Seolah tidak merasa bersalah dengan apa yang dikatakannya barusan.
Tenten berkacak pinggang sembari menatap Neji tajam. Bagaimanapun juga mereka selalu bersama semenjak kecil. Kata-kata nya itu tidak seharusnya ditujukan pada Tenten. Seharusnya ia tau, tidak semudah itu mendekati Neji.
"Hey, hey! Lihatlah! pemuda itu terlihat sangat tampan! Apakah dia murid kelas satu?"
"Yah sepertinya begitu. Wajahnya sangat tampan, dan bentuk badannya sangat ideal. Aku serasa melihat model majalah,"
Tenten menoleh kearah beberapa gadis yang tengah berbisik. Sebenarnya tidak bisa dikatakan berbisik. Karena ia bisa mendengar semuanya dengan amat sangat jelas. Mereka semua tengah membicarakan pemuda di hadapannya. Hyuga Neji yang menarik perhatian bahkan di hari pertamanya sekolah.
'Menakjubkan! Apa mereka membicarakan tentang Neji? Jangan bilang jika Neji menjadi populer dihari pertamanya sekolah?"
Batin Tenten takjub. Tenten masih memperhatikan beberapa gadis yang masih asyik membicarakan Neji. Suasana menjadi sedikit diluar dugaan. Meski begitu, Neji tak ambil pusing, dan lebih memilih untuk mengabaikannya.
"Apakah gadis yang bersamanya adalah pacarnya? Mereka terlihat sangat serasi,"
"Yah! Gadis itu tinggi, jadi terlihat sangat cocok,"
'Apa? Maksudnya aku 'kan? Mereka menganggapku pacarnya? Apa tidak papa seperti itu? Mereka membuatku merasa sangat senang. Oh Ya Tuhan, aku tidak bisa menahan tawa ku.'
Inner Tenten menyeringai. Tidak masalah 'kan jika ia berharap sedikit saja? Dan perkataan gadis itu membuat Tenten melayang bebas ke udara.
"Seperti itu? Menurutku badannya itu terlalu kurus. Dia juga bisa dibilang tidak terlalu cantik. Sangat jauh jika dibandingkan dengan pemuda tampan itu,"
Detik itu juga Tenten merasa dirinya terhempas ketanah meskipun detik yang lalu ia masih berada di udara. Gadis itu tertunduk kesal. Sementara Neji memandang gadis didepannya prihatin.
'Tapi, Neji memang tampan. Dia bisa saja populer dalam waktu singkat. Bodohnya aku yang terlalu berharap padanya. Seperti orang bodoh saja.' batin Tenten masih setia menundukkan wajahnya ketika para gadis itu tak mengalihkan pandangannya dari mereka sedikitpun. Neji yang merasa ada sesuatu yang tidak beres menghela napas, sebelum akhirnya berargumen.
"Tenten!"
"Yeah?"
"Mulai sekarang, menjauhlah dariku. Terutama ketika di sekolah,"
Tenten terperanjat kaget dengan perkataan Neji yang terdengar sarkastik. Ia mengernyit sembari memandang kepergian Neji. Pemuda itu berjalan menuju kekelasnya tanpa memberikan Tenten penjelasan tentang apa maksud dari perkataannya yang terasa sukar diterima. Apa dia melakukannya, karena malu. Apakah karena dirinya populer, sementara Tenten justru dipandang tidak cocok dengannya? Apakah Neji berpikiran sesempit itu terhadapnya?
Tenten terdiam meresapi perkataan Neji. Menjauhi Neji ya? Dia meminta sesuatu hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Yah. Itu karena Tenten menyukainya. Tentu ia tidak bisa menjauhinya 'kan? Meskipun bisa, Tenten sama sekali tidak berniat menghindari Neji.
"Ohayo gozaimasu!"
Seseorang menepuk pundak Tenten kasar. Sungguh menyebalkan, mengangetkan dengan cara seperti ini. Tenten bahkan tau siapa orang ini. Gadis menyebalkan yang juga merupakan sahabatnya ketika Smp.
"Ohayo, kenapa kau baru tiba, Sakura?"
"Ehe! Gomen, gomen! Aku ada urusan tadi,"
Alasannya terlalu biasa. Kenapa dia tidak mengatakan yang sebenarnya. Tentang pekerjaan sampingannya sebagai stalker Uchiha Sasuke. Tepat semenjak Si Uchiha bungsu itu mengambil keputusan bersekolah di sekolah yang berbeda dengan Sakura.
"Sudahlah, ayo kita lihat kelas kita," Sakura merangkul pundak Tenten akrab sebelum mereka berjalan menuju ke papan pengumuman.
Sakura adalah gadis yang cantik. Satu-satunya sahabat Tenten yang paling pengertian. Berbeda dengan Tenten yang terkesan kasar dan tomboy. Sakura terlihat lebih feminime dan lembut. Bahkan, Sakura sering meminta Tenten bersikap selayaknya anak gadis baik-baik. Karena Tenten memang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Tapi, mungkin karena terlalu lama bersama dengan Neji yang dingin itu. Maka sikapnya yang dingin dan kasar itu, ia wariskan pada Tenten. Mereka sampai di papan pengumuman ketika suasana sedang sangat sesak oleh para murid.
.
"Sesak sekali, aku bahkan tidak bisa lihat apapun,"
Gumam Sakura sembari bersedekap.
"Kita tunggu saja,"
Balas Tenten menyender pada dinding koridor. Tenten mengedarkan pandangannya dan menatap sosok Neji yang berjalan melalui kerumunan. Pemuda itu terlihat mengangguk paham sebelum akhirnya berjalan menjauhi kerumunan. Tenten memicingkan mata, memfokuskan arah pandangnya.
"Semoga kita satu kelas," ucap Sakura, Tenten hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya ke arah pemuda yang berada di belokan koridor. Mata mereka bertemu, tapi buru-buru Neji memalingkan wajahnya sembari mengerucutkan bibirnya. Hingga siluet Neji menghilang dibelokan koridor.
"Apa-apaan itu," desis Tenten ikut membuang wajah.
"Dasar sombong," tambahnya, membuat Sakura bingung.
"Kau bicara dengan siapa?"
"Bukan siapa-siapa. Apa kita bisa melihat nya sekarang?"
"Kita coba saja,"
Meski masih sesak, tapi ini lebih baik daripada tadi. Tenten mulai menyelusup diantara mereka, berusaha masuk dan melihat dimana kelasnya serta Sakura. Tenten menyeringai tipis, sementara Sakura menatapnya heran. Sebuah kabar baik, batin Tenten senang.
"Ada apa? Apa kita satu kelas?"
Tenten menggeleng kecil.
"Sayangnya tidak,"
"Lalu, apa maksud tawamu itu, hee?!"
Sakura berjalan menjauh setelah berhasil melihat dimana kelasnya. Tenten terdiam sembari memikirkan sesuatu. Kesadarannya melayang membayangkan sesuatu. Sebuah senyum melebar tanpa ia sadari.
'Dia memintaku menjauhi nya 'kan? Tapi, sepertinya itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin aku menjauhinya, jika kami bahkan berada dikelas yang sama.'
Tenten terkekeh membuat semua murid disekitarnya menatapnya aneh.
Mungkin, dewi fortuna sedang berpihak padanya. Yah. Semoga saja ini tidak berakhir dengan buruk. Ah ya, dan mungkin Neji sudah tau itu. Alasan mengapa ia menatap Tenten sebal sebelum masuk kedalam kelas tadi.
"Oiy, Tenten. Aku kekelas dulu. Sampai bertemu siang nanti,"
Suara Sakura memecah lamunan Tenten. Ia melambaikan tangannya dan berjalan pergi menuju kelasnya. Begitupun dengan Tenten yang membalas lambaiannya sembari tersenyum.
'Sayang kami tidak berada dikelas yang sama. Tapi, setidaknya aku berada dikelas yang sama dengan Neji.'
Batin Tenten lagi-lagi tak bisa menyembunyikan senyum yang menghiasi wajah semu merahnya. Bukan komando dari Tenten. Bahkan bibirnya terangkat dengan sendirinya.
Bel berbunyi membuat Tenten kembali tersadar. Dengan cepat gadis itu berlari menuju kekelasnya. Benar saja, sepasang mata lavender menatapnya tajam, begitu ia berada di ambang pintu. Entah apa yang dipikirkan oleh Tenten. Gadis itu menyeringai lebar sembari menjulurkan lidahnya mengejek sang Hyuga. Tenten berjalan menuju tempatnya duduk tanpa berhenti menertawakan Neji yang dengan terpaksa menggerutu sebal.
'Kau lihat Neji, aku tidak mudah menyerah. Aku memang tidak seharusnya menjauhi mu.' Tenten tertawa dalam hati. Ia menoleh ke arah Neji dengan tatapan kemenangan mutlak.
.
.
.
To Be Continue...
Huwaaaaaaa!
Aku kehabisan ide jadi bisa terasa deh, di fict yang kali ini alurnya kubuat benar-benar sangat cepat.
Semoga aja readers sekalian bisa nyambung sama jalan cerita yang ngaco parah gila *just ignore!
Wait next chapter ya. Dan aku berharap kalian meninggalkan jejak dengan review and review.
Buat aku semangat nulis dengan review kalian dong! * ngemis alay*
Udahan aah, bye..! :-*
