Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Romane

WARNING : Typo, AU, DLL

.

.

.


Gemuruh teriakan histeris para fans girl menggema dalam gedung tempat konser Onyxshade digelar. Band papan atas yang yang terdiri dari tiga personel Uchiha bersodara yang kini sedang naik daun.
Hinata heran, bagaimana bisa mereka berteriak histeris bahkan sampai menangis haru hanya karena menonton konser live Onyxshade. Hey... Apa bagusnya band itu selain personilnya yang errr... Tampan?
Hinata sudah cukup muak dengan kebisingan para penggemar gila yang terus meneriakkan nama ONYXSHADE...
'Cih, apa hebatnya mereka selain punya wajah tampan? Yah meski sebenarnya Hinata tak tau jelas wajah para personilnya, tapi katanya mereka semua tampan. Suara pas-pasan jadi penyanyi segala,' gerutu Hinata tak henti berkumandang di batinnya.

Jika ia tak menikmati konsernya, mengapa ia mau menontonnya?
Bukan, bukan karena keinginannya, tapi karena beberapa hari yang lalu ayahnya memenangkan kuis berhadiah tiket nonton konsel live Onyxshade. Dari pada mubazir kan? Apalagi harga tiketnya sangat mahal, andai tiketnya dapat ditukar dengan uang saja.

Hinata menghela nafas lelah, berada di tengah-tengah para wanita pemburu pria-pria tampan memang sangat memuakkan, belum lagi teriakkan mereka yang memekakkan telinga. Demi Jashin, Hinata akan lebih menikmati kerja bakti dirumah dari pada terjebak di lautan wanita liar pecinta band tak jelas macam Onyxshade.

"KYAAAAAAA SASUKE, SAI, ITACHI..."

Hinata makin muak, bahkan Hanabi, adiknya yang pendiam itu turut histeris mengumandangkan nama-nama dari personil Onyshade.

"Err... Ano, bahkan suara kotek ayam lebih bagus saat bernyanyi."

"Apa peduliku dengan suaranya, yang penting mereka semua tampan, kyaaaaaaa jadikan aku istri salah satu dari kalian." Hanabi menggila, ia tak henti-hentinya melompat dan turut mengalunkan lagu yang kini dinyanyikan sang vokalis.
Hinata membuang nafas bosan, jiwa raganya telah lelah. 'Sabarlah, Hinata! Tinggal beberapa menit lagi konsernya berakhir.' Ia hanya bisa geleng-gelem melihat tingkah adiknya yang begitu luar biasa aktif. 'Andai ini bisa cepat berakhir.'

Seperti yang sudah diduga Hinata sebelumnya, konser berakhir dengan kondisi tubuhnya yang seolah remuk. Berdesak-desakan dikerumunan para fans gila bahkan lebih melelahkan dari pada mengepel seluruh kediaman Hyuuga. Lelah sekali. Dan lagi, ia harus rela pulang seorang diri karena sang adik menolak saat Hinata mengajaknya pulang, alasannya sederhana, karena Hanabi ingin meminta tanda tangan dari personel Onyxshade. Yah, Hinata tak mungkin merelakan tubuhnya untuk berdesakan lebih lama lagi. Yah, akan lebih baik jika ia pulang lebih dulu, meski beresiko ditelan ayahnya saat sampai rumah karena pulang tanpa Hanabi.

Hinata mengedarkan pandang, di sepanjang jalan ia sama sekali tak menemukan bus yang lewat. Tak heran, karena sudah larut malam. Hinata mengigit bibir bawahnya, agak miris juga dengan nasibnya saat ini, sudah beberapa menit berjalan kaki namun ia sama sekali tak menemukan bus.

BRAKKK!

Seseorang menabrak tubuh Hinata hingga nyaris terjatuh. Rasa kesal bernaung di benak Hinata. Dia lelah dan sekarang ditabrak dengan kuat.

"Bang, kalo jalan pake mata do-" ucapan Hinata terputus saat sepasang mata lavendernya menangkap sosok pemuda yang menabraknya. Pemuda yang sangat tampan. Hinata merasa sekujur tubuhnya merinding saat ia menyadari sepasang mata dengan sorot tajam sedang menatapnya. Guratan wajah yang mempesona, kulit putih mulus tanpa cela. Rambutnya yang ah... Aneh namun indah, dan yang paling membuat Hinata geregetan adalah bibirnya yang emh... Membuat Hinata bernafsu melumatnya. Ok itu sudah sangat keterlaluan, gadis berambut indigo itu segera menyibak lamunan nistanya sebelum ia terjebak lebih dalam.

"Jalan ya pake kaki, bukan pake mata," ucap sang pemuda dengan nada judes. Matanya menatap Hinata dengan tatapan merendahkan.

Kedutan samar muncul di kening Hinata, ternyata manusia itu tak dapat dinilai dari luarnya saja.
'untung situ cakep, kalau jelek udah aku gampar wajahmu,' batin Hinata menggerutu. "Err ano, benar juga." Meski di hatinya sudah menggerutu tak karuan, toh yang keluar dari bibirnya benar-benar berbeda dengan apa yang ia pikirkan. Hinata mamainka kedua telunjuknya, kebiasaan anehnya tiap ia grogi. Gak elit sih, tapi baginya sulit sekali untuk menghilangkan kebiasaan itu. Hinata menunduk malu, ia memang tak biasa berhadapan dengan kaum adam, apalagi setampan pemuda di hadapannya. Tanpa sadar kedua mata lavendernya kembali mengamati paras rupawan sang pemuda tampan, entah mengapa, ia seperti pernah menatapnya sebelumnya. Hinata memicingkan mata sejenak, berusaha mengingat-ingat siapa pemuda di hadapannya itu, yang diamati hanya diam tanpa ekspresi, meski mata onyxnya juga menatap sang gadis yang terlihat canggung itu, terus saling tatap, terus bertukar pandangan hingga ia mendengar suara gaduh yang mendekat, makin dekat, suaranya makin jelas.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA." Gerombolan gadis yang tak jelas asal muasalnya berlari menghampiri, kontan membuat mata Hinata membulat. 'Apa-apaan ini?'

"GAWAT! Ayo lari." Pemuda tampan itu menggeret Hinata dan membawanya berlari cepat.

"Huaaaa apa yang kau lakukan?" tanya Hinata panik, sungguh tak tau mengapa kini ia berlari dan dikejar-kejar banyak orang.

"Diam sajalah, tidak mau mati terinjak kan?" Pemuda tampan itu terus menggiring kakinya, tak lupa menggeret gadis yang belum dikenalnya itu, meski tak mengenalnya pemuda itu juga tak tega jika gadis itu harus terinjak-injak karena ulah para fans-nya. Pemuda itu berusaha menjauh dari gadis-gadis liar penggemarnya itu.

Akhirnya, setelah menghabiskan waktu beberapa menit untuk berlari, mereka memutuskan sembunyi di lorong gelap pertokoan. Sejenak mengistirahatkan tubuh yang dibanjiri peluh.
"Hosh... Kau pasti pencuri pakaian dalam wanita?" tanya Hinata penuh curiga. Ia terduduk sembarangan sambil menyadarkan tubuhnya di dinding lorong. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa konser Onyxshade akan membawanya pada kesialan seperti ini.

"Hey... Jangan sembarangan! Aku ini vokalis Onyxshade," ucap pemuda itu dongkol. Enteng sekali gadis itu menyebutnya pencuri. Tampang coverboy jadi pencuri? Apa kata dunia?

"Halah! Mentang-mentang situ cakep, jadi ngaku-ngaku artis. Kamu tau, aku ini juga artis, pemain film dunia lain hahaha." Hinata tak menyangka bisa mengatakan itu, mana rasa grogi yang biasanya selalu muncul tiap ia berhadapan dengan laki-laki? Entah mengapa ia merasakan bibirnya seperti bergerak dengan sendirinya.

Pemuda berparas oriental itu sweatdrop,
"Di rumahmu tidak ada tv, hah? Dasar norak."

GUBRAK!

Hinata terdiam sejenak, tak berani mengelak. Sadar sih, yang dikatakan pemuda itu memang benar. Tapi, tega nian pemuda itu menyebutnya NORAK? Hinata mendengus kesal, "emh ano, maaf deh." Lagi, Hinata memainkan telunjuknya.

"Keterlaluan jika kau tak mengenalku." Sasuke menyibak helai rambutnya yang jatuh diwajahnya, menunjukkan betapa COOL-nya dirinya. Hinata yang menatapnya hanya bisa menelan ludah dan beberapa kali mengucap istigfar, katanya menatap laki-laki dengan nafsu kan maksiat mata. Hinata tau jelas hal itu.

"Apa liat-liat?" tanya pemuda itu dengan pasang raut datar, ia mengantongi kedua tangannya di saku celana. Hinata terkesiap, terkejut? Jelas saja, ia sama sekali tak menyangka bahwa pemuda yang super tampan itu judesnya juga super, ingin sekali Hinata menampar kedua pipinya dengan brutal, bisa-bisanya ia terus menatap pemuda itu.

"Emh... Ano... " Hinata gugup, "aku mau pulang dulu ya, sepertinya sudah sepi, pasti para gadis itu sudah bubar." Hinata berdiri dari duduknya kemudian mengebaskan debu di rok belakangnya lantas segera beranjak tanpa menoleh lagi, ia tak mau pemuda itu makin ke-GR-an karena terus mergoki Hinata yang menatapnya.

"Hn," sahut pemuda itu seakan tak peduli, namun kemudian ia juga beranjak dari tempatnya, berjalan di belakang gadis itu. Hinata yang merasa dibuntuti reflek menoleh, "kenapa kau mengikutiku?" tanyanya curiga.

Si pemuda tampan menyeringai, "mengikutimu? Jangan GR deh, ini satu-satunya jalan disini, gak mungkin aku manjat dinding kan?" jelas sekali kata-kata itu bernada mengejek. "Huft," Hinata menghela napas. "biasa aja donk ngomongnya," ucap Hinata sangat pelan, nyaris tak terdengar lalu kembali melangkahkan kakinya.

Langkahnya terhenti saat menyadari mobil sedan hitam berhenti di tepian jalan, dihadapannya, tak lama kemudian sosok pemuda yang tak kalah tampan turun dari pintu kanan dan melangkah menghampirinya. Astaga! Ini bukan mimpi kan? Pangeran tampan menjemputnya?

"Kau dari mana saja?" tanya pemuda itu dengan raut kekhawatiran.

"Aku-" baru saja Hinata membuka suara saat ia menyadari bahwa pemuda tampan itu hanya melewatinya, dan berjalan kearah pemuda angkuh yang pertama ia temui tadi.

"Seharunya gak usah pake acara ngambek, kamu kayak gak kenal aniki saja, Sasuke. Dia itu memang keras."

Hinata masih cengo, ternyata yang di hampiri pangeran tampan bermobil berkilau itu si pantat ayam. Auh, malunya.

"Hah! Kesabaranku juga ada batasnya." Pemuda bernama Sasuke itu terlihat sewot.

"Ini..." Pemuda tampan yang agak mirip dengan Sasuke menatap Hinata lekat, "temannya Sasuke? Ah, kenalkan aku Sai, kakaknya Sasuke."

Otak Hinata sedang loading. Nama mereka... Sasuke dan Sai? WHAT? Jadi mereka benar-benar personil onyxshade? Ah, terlalu norak memang, jika tidak mengenali mereka, tapi jujur, gadis itu memang tak pernah nonton tv.

"Sa-salam kenal, aku Hyuuga Hinata." Hinata menunduk sopan beberapa kali.

"Sudah malam, ayo pulang, oh ya nona Hyuuga, kalau tidak keberatan aku akan mengantarmu."

Cheeesss...

Hinata merasakan sesuatu yang sejuk tiba-tiba saja terselip di hatinya. Pemuda bernama Sai ini begitu tampan dan lembut, tidak seperti Sasuke yang judes, dingin, angkuh, sombong dan sifat buruk lainnya. Hinata ragu, apa Sasuke memang adik dari pemuda pucat itu?

"Ah, te-terima kasih. Aku memang sedang butuh tumpangan," jawabnya sungkan.

Sai mengembangkan senyum terbaiknya, "oke, silahkan nona,"

Mata Hinata membulat saat mendapati Sai yang membukakan pintu untuknya. OMG, kali ini Hinata berada di puncak cengo.

"Hah! Lama sekali." Sasuke menerobos pintu yang sebenarnya dibukakan Sai untuk Hinata.

SIALAN! Rutuk Hinata dalam hati.

Sai menepukkan tangan di depan wajahnya, "maaf ya..."

"Eh? Ti-tidak seharusnya kau minta maaf." Hinata memaksa senyum mengembang dibibirnya, meski sulit, meski sebal pada sosok kurang ajar bernama Sasuke itu.

Sai buru-buru membuka pintu mobil belakang dan mempersilahkan Hinata masuk, Hinata hanya mengangguk sungkan lantas masuk dan duduk di jok penumpang. Sai tersenyum semanis mungkin kemudian menutup pintu dan segera berlari menuju jok kemudi dan melajukan mobilnya.

"Jadi, rumah nona Hyuuga ini di mana?" tanya Sai ramah saat ia mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Di kuburan," jawab Sasuke asal, tanpa membuka mata yang sedari tadi terpejam karena kelelahan. Sai sempat mengiranya tidur, karena sejak masuk mobil ia langsung bersandar dan memejamkan mata.

"Sasuke..." panggil Sai dengan bernada mengingatkan, sekilas melirik sekilas pada adiknya, tak biasanya Sasuke serampangan seperti ini.

"Ah, Sasuke sedang bad mood, jangan di ambil hati ya." Sai menatap Hinata dari pantulan kaca spion di dalam mobil, demikian juga Hinata yang menangkap senyum beserta raut penyesalan di paras tampan Sai. Entah mengapa itu seakan memunculkan perasaan aneh di hatinya, perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Saat menatap mata itu, rasanya damai sekali. Sasuke dan Sai, secara fisik mereka memang mirip. Sama-sama tampan penuh pesona, namun saat Hinata menatap mereka, ia dapat merasakan perbedaan mencolok, saat melihat Sasuke mungkin hanya mata yang dimanjakan, namun berbeda dengan Sai yang penuh kehangatan.

"Nona? Kau tidak apa?" Sai yang menyadari gadis yang duduk di jok belakang itu melamun, agaknya mulai cemas.

"Ah, ano maaf..." Hinata gelagapan, "err... Rumahku di jalan Shinobi no.10, " jawab dengan sungkan-sungkan.

"Oh, aku sering lewat sana."

"Benarkah?"

Sai mengangguk singkat, "lalu, nona mahasiswi ya?"

Hinata menggeleng, "ah... Panggil saja aku Hinata, aku bukan mahasiswi, tak ada biaya untuk kuliah."

Sai manggut-manggut, "jadi, sudah kerja?"

Hinata menggeleng lagi,"sulit mendapat kerja karena hanya lulusan SMA."

"Oh..." Sai masang raut penyesalan, "kalau begitu jadi manajer kita saja." Wajahnya kembali sumringah saat mengatakan ide briliantnya.

"TIDAK BISA." Sasuke yang sejak tadi pura-pura tidur langsung saja mendelik saat mendengar penuturan kakaknya. "Eh, kalo ngomong jangan asal," tandasnya dingin dengan menatap tajam pada Sai yang sibuk mengemudi.

"Kenapa?" tanya Sai tak mengerti.

"Kita kan sudah punya manajer."

"Ah, benar juga, kalau begitu Hinata jadi asisten pribadiku saja," ujarnya enteng.

"SAI! KAU INI?"

"Jangan berteriak." Sai mesem, "telingaku sakit."

Sasuke membuang muka, melemparkan pandangannya pada lukisan dunia malam dibalik kaca mobil, "Selalu saja terbawa perasaan, aku tau kau mudah kasihan pada orang lain. Itu yang membuatmu sering ditipu orang!"

Sai yang mendengarnya hanya tersenyum simpul, "aku yakin Hinata gadis baik."

Hinata cengo, bahkan ia belum mengatakan 'setuju' atas tawaran Sai, tapi mengapa kakak beradik itu justru sibuk berdebat sendiri?

"Sudah sampai, benar disini kan?" tanya Sai sambil menoleh kebelakan saat mobilnya berhenti tepat di depan rumah tradisional berpagar kayu setinggi dua meter.

"Iya," jawabnya sembari tersenyum kemudian turun dari jok penumpang. Sai menurunkan kaca mobilnya untuk melihat Hinata.

"terima kasih banyak." Hinata menunduk, "silahkan masuk dulu."

"Ah, lain kali saja, ini terlalu malam, lagi pula Sasuke sudah hampir tepar."

DUK!

Sai merasakan kakinya diinjak saat mengatakan itu, yah sebagai kakak yang baik, ia hanya membalasnya dengan senyum sejuta arti.

"Ok, aku pulang dulu ya... Besok jangan telat, ini kartu namaku." Ia menyerahkan selembar kartu namanya dan segera kembali menutup kaca mobilnya dan kembali mengemudikan mobilnya.

Hinata belum sempat menjawab. Ia juga tak tau harus menerima tawaran itu atau tidak, ia butuh pekerjaan, disisi lain ia sama sekali tak mengerti dengan dunia entertain. Harus bagaimana ini?

TBC


Ah...khrinya bangkit juga dari Hiatus. Ehehe malah bikin fic aneh, ok dah minta review ya. . .