Flower Petal

.

.

.

ChanBaek

.

Disclaimer: Cerita absurd ini jelas milik sosok ajaib/nyengir

.

Summary: Untuk menghilangkan kebimbangan hatinya, ia mengambil setangkai bunga lalu ia cabuti setiap helaian kelopaknya.

Ia adalah orang bodoh!

.

Rated: Aman dan terkendalikan.

.

Length:Episode?

.

©riz614

enJoy~

Chanyeol menutupkan pintu kamar asramanya dengan sedikit bantingan, terlihat wajahnya jauh dari kata baik-baik saja, ada lebam dibagian rahang pipi dan setetes darah terdapat disudut bibirnya. Ditambah dengan ekspresinya yang menahan suatu emosi yang tertahan cukup lama. Hal itu memberikan aura negatif disekitar tubuh jangkungnya.

"Ssshh.. Sial!" desisan itu membuat tarikan bibirnya bergerak dan ia meringis karenanya.

.

Tok!

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu yang terdapat dipintu kamarnya membuat Chanyeol mengernyit bingung. Namun pria tinggi itu tak mengindahkannya, mungkin ada seseorang yang berbuat hal tidak penting dan hal itu pasti si albino Oh yang melakukannya, roommatenya selama lima bulan ini berbagi tempat tidur itu adalah anak usil yang selalu bertindak layaknya manusia yang mengalami gangguan mental.

Tetapi, suara ketukan pintu itu kembali terdengar, bahkan kini secara berulang. Jika dibalik pintu itu adalah Sehun, kemungkinan yang akan anak itu lakukan adalah membuka pintu dan memberikan ucapan pedas kepadanya lalu Sehun akan memaafkannya sebelum ia mengucapkan permohonan maaf, dan tidak akan melakukan perkerjaan secara berulang. Ia mengetahuinya karena Sehun terlalu sering melakukannya.

.

Tok! Tok! Tok! Tok!

.

Chanyeol pun melangkahkan kaki menuju pintu untuk menghentikan aksi ketukan tersebut.

Dan seharusnya ia tidak perlu merasa terkejut, ketika matanya menangkap sosok mungil Baekhyun yang kini melambaikan tangan secara kaku, namun tetap saja hatinya berdesir dengan jantung yang berdetak tak normal. "Hai... Tidak ikut bergabung di lapangan?"

Chanyeol menjawab cepat, "Aku banyak kerjaan." Dan sudut kiri bibirnya berdenyut nyeri.

Baekhyun mengangguk kecil seraya memperhatikan wajah Chanyeol. Baekhyun tahu jika ada sesuatu yang terjadi antara Chanyeol dengan Wufan tatkala ia meninggalkan kedua pria itu ditaman sekolah tadi, sebelumnya ia berniat akan menanyakannya pada Wufan setelah memberikan se cup eskrim, tetapi pria blasteran itu malah mengajaknya kelapangan. Apalagi melihat sudut bibir Chanyeol yang kini terdapat lebam biru.

"Ada apa?" Chanyeol berusaha untuk tidak peduli dengan pria kecil didepannya sekarang.

Alih-alih menjawab, Baekhyun mengangkat tangannya yang membawa sebuah kotak persegi sampai setinggi tubuhnya yang terbilang pendek.

"Tidak perlu, aku—"

Namun Baekhyun terlebih dulu mendorong tubuhnya, masuk tanpa izin dan bahkan pria itu kini duduk manis di ranjangnya seraya mengobrak isi kotak yang dibawanya itu. "Ada perban, kompres dan obat merah... "

Chanyeol menambahkan diameter bola matanya, tidak percaya, merasa telah lama mendengar kata 'obat merah' dari umurnya sekarang. "Apakah kau membawa kotak P3K zaman SD-mu?"

Baekhyun nyengir, lalu menggapai lengan Chanyeol hingga membuatnya terduduk diranjang. Mengambil es batu yang telah dibungkus oleh plastik bening, dan menekankan benda tersebut untuk dijadikan kompres pada sudut bibir pria didepannya. Dan Chanyeol segera mengaduh.

"Tidak perlu bersikap seperti anak SD!" Baekhyun membiarkan Chanyeol untuk memegang kompresnya dan melanjutkannya sendiri, lalu membubuhkan cairan antiseptik pada cutton bud. Chanyeol memperhatikannya, namun itu segera dihentikan ketika Baekhyun mengangkatkan kepala.

Baekhyun menatap lama Chanyeol, "Uhm...apa yang dikatakan Wufan tadi?"

"Sesuatu yang bisa membuatmu mati karena kegirangan," gumam Chanyeol dibalik kompresnya, membuat dahi Baekhyun berkerut. Chanyeol menatapnya, lalu menjentikkan dahi pria kecil itu oleh telunjuk. "Rahasia."

Baekhyun mengusap dahinya yang menimbulkan rasa nyeri, "Cih, sok misterius."

Chanyeol terkekeh, lalu segera menyadari jika ia telah terlena oleh pesona pria mungil itu. Chanyeol baru akan menyuruhnya keluar saat Baekhyun tiba-tiba duduk disampingnya dan meraih dagunya.

"Sini." Baekhyun menempelkan cutton bud kesudut bibir Chanyeol yang sobek. Dan Baekhyun dapat merasakan dagu Chanyeol yang tegas dan kasar.

Seharusnya bibirnya terasa perih,namun ia tidak merasakan apa pun. Sebagai gantinya, muncul rasa hangat yang menggelitik dari dagu yang disentuh Baekhyun. Dan, meskipun ingin, Chanyeol tidak dapat mengalihkan mata dari pria yang kini berkosentrasi terhadap lukanya itu.

Persetan dengan si pirang tonggos Wufan, Chanyeol menginginkan pria didepannya ini, menginginkan pria berisik ini, menginginkan pria bermental SD ini, menginginkan pria yang telah menjungkirbalikkan dunia serba kakunya, untuk ia jadikan sebagai kekasih.

"Ah," pekikan lirih Baekhyun yang tiba-tiba, mengurungkan niat Chanyeol untuk membelai kepala pria manis itu.

"Aku tidak menyangka kalau kau mempunyai kerutan yang menyerupai keriput."

Dahi Chanyeol berkedut, mulai menyesali segala pemikirannya tentang pria ini, mungkin ia terbawa suasana, apapun yang ia pikirkan tentang Baekhyun hanya pengaruh analgesik yang diminumnya sebelas menit yang lalu.

"AH!" kini Baekhyun menjerit dan menepuk pipinya sendiri, "Tunggu sebentar, aku keluar dulu."

Belum sempat Chanyeol bertanya, Baekhyun terlebih dahulu menghilang dari kamarnya. Chanyeol memijat dahinya, dan kedatangan Baekhyun kini membawa jinjingan yang ia rasa familier. Tunggu, Baekhyun memakai bando kelinci di kepalanya?

Itu pemandangan yang lebih menggemaskan daripada bayi!

"Kau tidak malu memakai barang perempuan seperti itu?" Chanyeol tertawa lirih dan itu adalah ejekan. Tetapi Baekhyun nampak tak terganggu, pria imut itu menyimpan jinjingannya disebelah kotak P3K. Lalu mengambil beberapa barang yang membuat mata Chanyeol hendak meloncat.

Dengan pandangan horror Chanyeol kembali berbicara, "Mau kau apakan barang-barang haram itu?!" pria dengan luka disudut bibir itu tak percaya akan si Byun yang memiliki kantung kosmetik wanita—yang pernah Chanyeol lihat dari kamar Yoora.

"Tentu untuk wajahmu". Dan Baekhyun membuka sebuah botol yang tentu asing bagi pria didepannya, "Ini perawatan kulit, ada pembersih, penyegar, krim malam dan serum anti keriput... Akan aku tunjukkan bagaimana cara memakainya, agar nanti kau bisa melakukan ini sendiri." Baekhyun mengambil selembar kapas.

Chanyeol menatap datar, "Kau pikir aku mempunyai waktu dengan itu semua?"

Baekhyun berkacak pinggang, "Harus disediakan waktunya! Kau mau jadi kakek-kakek setelah lulus nanti? Bagaimana kalau ibumu bingung membedakan wajah antara suami dengan anaknya?"

Chanyeol terkekeh garing, tetapi diam-diam ia juga tak menginginkan hal itu terjadi.

"Nah!" tiba-tiba si Byun berseru dan menepuk tangan, membuat Chanyeol tersentak. Baekhyun menatap wajah tegas didepannya dengan padangan menilai. Lalu melepaskan bando dan memakaikannya kepada Chanyeol.

"Apa yang kau lakukan, Baekhyun?" desis Chanyeol disaat Baekhyun menarik rambut depannya menggunakan bando sialan itu.

"Agar mudah untuk menggunakanya, Yeol." Baekhyun harus menahan tawanya ketika melihat dahi lebar Chanyeol.

Chanyeol mendesah tatkala Baekhyun menuangkan cairan kental pada kedua tangannya yang lentik.

"Ini pembersih, dan dipakai pertama." Si mungil mulai menempelkan cairan itu dan meratakannya pada wajah Chanyeol.

Seumur hidupnya, Chanyeol tidak pernah membiarkan seorang pun untuk menyentuh wajahnya. Chanyeol bukan termasuk orang-orang yang selalu keluar masuk salon untuk menjaga kesehatan kulit. Pria dengan telinga peri itu akan menggunakan waktu libur hanya duduk dirumah dan akan keluar jika ada keperluan yang mendesak.

Sementara Baekhyun tengah berhati-hati untuk tidak menyentuh lebam pada sudut bibir pria yang kini memejamkan matanya. Hatinya berdebar, baru kali ini ia membersihkan wajah seorang pria. Sebelumnya hanyalah wajah ibu dan adiknya yang selalu ia bersihkan jika pada waktu libur ia pulang ke rumah. Perpaduan kasar dengan kerutan membuat tangannya dialiri sengatan listrik. Mata bulat yang selalu berkedut dan memicing itu tersembunyi oleh kelopak indah.

Dengan otak jahil, Baekhyun diam-diam mengambil instax yang ia selundupkan dari kantung kosmetik.

Chanyeol membuka mata ketika mendengar suara familier, menatap datar Baekhyun lalu menghela napas. Ia tidak ingin memulai kembali pertengkaran.

"Satu sajaa... " ucap Baekhyun yang tanpa sadar mengeluarkan aegyo-nya. Baekhyun segera menyimpan instaxnya lalu mengusap wajah Chanyeol oleh penyegar. "Tinggal pakai serumnya."

Meskipun Chanyeol telah memejamkan matanya kembali, tetapi otak dengan hatinya berperang habis-habisan. Satunya makhluk bumi yang pernah dimilikinya hanyalah Yejin. Dan setelah mereka memutuskan hubungan, ia terlalu malas untuk dekat dengan yang lain. Mendekati seorang wanita itu merepotkan, tetapi ia tidak menduga akan lebih semerepotkan untuk dekat dengan pria didepannya.

Tiba-tiba Chanyeol merasakan sengatan pada wajahnya. Ia membuka mata dan melihat Baekhyun yang memoleskan cairan bening pada wajahnya, seakan-akan belum cukup menyakitkan, Baekhyun mulai menampar-nampar wajahnya tanpa perasaan.

"Haruskah ditampar?" Chanyeol berusaha untuk menghindar dari jangkauan tangan Baekhyun yang terus bersikeras menamparnya.

"Agar pori-porinya terbuka," jawab Baekhyun, sementara leher Chanyeol meliuk-liuk.

"Tidak ada cara lain yang lebih manusiawi?" Chanyeol menangkap tangan lentik itu. "Apa sih ini sebenarnya? Cairan kimia?" wajahnya benar-benar terasa pedih bukan main.

"Ini namanya ser—"

Tanpa sengaja, Baekhyun menginjak botol serum yang menggelinding di lantai lalu terpeleset dan jatuh kepada pelukan Chanyeol. Selama beberapa saat, baik Chanyeol maupun Baekhyun masih tetap pada posisi masing-masing. Membeku dengan mata membola. Sibuk dengan pikiran dan debaran jantung.

Baekhyun tersadar terlebih dahulu, ia berusaha bangkit, tetapi tangan Chanyeol menahannya. Tanpa berkata apa-apa Chanyeol merengkuh pinggang Baekhyun lebih erat. Baekhyun sendiri terpaku pada bahu lebar pria berbando itu, mendadak sulit bernapas.

Chanyeol membiarkan Baekhyun mengangkatkan kepala, dan kini mereka saling berhadapan satu sama lain dengan jarak yang terlalu dekat membuat desiran darah mereka begitu hebat.

Entah apa yang di pikirkan Baekhyun, mengapa ia ingin dipeluk oleh pria kaku semacam Chanyeol. Tetapi, satu hal yang ia tahu. Ia tidak pernah senyaman ini bersama seorang pria.

Kedua mata itu saling mengunci, Baekhyun memejamkan mata kala Chanyeol mencondongkan kepalanya pada wajahnya.

Dan disayangkan karena momen itu dirusak oleh suara pintu yang terbuka. "Uh.. Aku mengganggu?" tanya Sehun merasa telah mengacaukan sesuatu.

"Ti-tidak, kok!" cicit Baekhyun panik, pipinya langsung bersemu merah. Ia menyambar kotak P3K dan jinjingan, bermaksud kabur. Tetapi, sebelum mencapai pintu, kakinya menginjak kembali botol serum. Alhasil tubuhnya berdebum jatuh pada kerasnya lantai.

Chanyeol langsung terbahak, tak kuasa menolong Baekhyun. Sementara Baekhyun mendelik padanya, lalu tersenyum canggung pada adik kelasnya itu. Tertatih sendiri, berjalan menuju kepintu lalu menghilang.

"Kyeopta," gumam Chanyeol seraya mengambil botol serum.

"Ternyata kalian.." Chanyeol menoleh pada Sehun yang berbicara menggunakan nada godaan. "Aku pikir dia menyukai Wufan sunbae.." senyuman diwajah Chanyeol menghilang. Wufan. Lagi-lagi ia melupakan keberadaan sitonggos itu.

Chanyeol tersenyum samar, membuat Sehun melirik benda berkilauan yang terpasang pada kepalanya. Chanyeol buru-buru melepaskan bando itu dan menatap tajam pada sosok Sehun yang menyembunyikan ledakan tawa, matanya seolah mengirimkan rangkaian kata 'jangan tertawakan aku kalau kau masih sayang pada hidupmu!'

Sehun mengangguk-angguk, sementara Chanyeol menatap bando ditangannya.

.

.

Ini harus ia selesaikan secepatnya, jika tidak... Ia akan benar-benar terlambat...

#

#

#

#

TBC OR DELETE?

A/n: Aku pen tau gimana reaksi kalian dengan aku yg bawa fic baru /pdhl yang lain belum kelar ni malah nambah utang mulu/.

Tenang-tenang saudara-saudara aku bkln lanjutin kok ffnya. Minggu ini insya Alloh aku akan update the magic namja dan say yes juga. Semoga kalian terhibur dengan cerita-cerita yang aku buat sepenuh hati :"

ANYEOLLL

SALAM SOSIS!