Title : Your Promise
Cast :
Xi Lu Han
Oh Sehoon
All member EXO
Pair : HunHan slight! KAISOO CHANBAEK CHENMIN and other
Genre : Romance, Hurt
Rating : T
Warning : YAOI, OOC, Typo(s)
Summary : Luhan – namja manis keturunan China – yang sangat mengagumi hoobaenya sendiri. Berkat bantuan Minseok, sesuatu yang ditunggu-tunggu Luhan akhirnya datang juga. Bagaimana kisah Luhan setelah itu?/YAOI/HunHan/All official couple /RnR….
Teriknya matahari menyorot langsung pada Luhan yang tengah memandang keluar jendela melalui jendela kelasnya. Mata indah milik Luhan tengah memperhatikan sesosok namja tampan yang sedang bermain basket di lapangan sekolah bersama teman-temannya. Namja itu terlihat dingin dari luar. Wajahnya sangat datar sampai tak ada sedikit pun ekspresi yang keluar dari wajah tampannya itu. Jika kita lihat, namja tampan itu sudah begitu kelelahan. Keringat mulai bercucuran di sekujur tubuhnya, tapi ekspresi itu tak berubah. Ia tetap memasang wajah dinginnya.
Bukan hanya Luhan saja yang sedang menatap namja tampan itu, tapi banyak sekali yeoja dan namja – tentunya namja bestatus 'uke' – yang memandang sosok tampan itu. Mereka tak seperti Luhan yang menonton dengan keheningan, mereka terus saja meneriaki nama si namja tampan. Sesekali juga terdengar teriakan untuk para pemain basket lainnya.
"Memandanginya lagi, eoh?"
Luhan tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya sekilas sebelum mengangguk kecil dan melanjutkan kegiatan ayo-kita-lihat-si-namja-tampa-itu.
Xiumin – seseorang yang tadi bertanya – memutar bola matanya malas. Ia sudah terlalu kenal dengan Luhan, karena itu ia sudah tau rutinitas Luhan di jam istirahat ini. Luhan akan dengan senang hati duduk di kursinya, menatap namja'nya' itu bermain basket di lapangan sampai bel masuk kembali berbunyi.
"Kenapa kau tak menyatakan cinta mu saja padanya?" tanya Xiumin seraya memainkan ponselnya. Sepertinya melihat Luhan yang sedari tadi mendiamkannya membuat dirinya bosan. Karena itu ia lebih memilih untuk berkirim pesan dengan Chen – kekasihnya.
Luhan kembali menolehkan kepalanya menatap Xiumin. "Kau gila? Dia adik kelas ku!"
"Lalu kenapa jika dia adik kelas mu? Kau lupa jika Chen itu adik kelas kita?" Xiumin menatap Luhan. Untuk beberapa saat Luhan diam mendengar ucapan sahabat dekatnya itu. Walau bagaimana pun Xiumin benar, memangnya salah jika dia itu adik kelas? Tapi bukan itu yang Luhan takutkan. Luhan takut jika ia ditolak nantinya.
"Ayolah, Hannie. Bagaimana kau tau perasaan dirinya jika kau tak pernah menyatakan cinta mu itu?"
"Dia tak menyukai ku, Minnie."
"Kenapa kau selalu mengambil keputusan sendiri? Jika ternyata dia mencintai mu bagaimana?"
"Dia tak mengenal ku. Dia tak mencintai ku!"
Lagi-lagi Xiumin memutar bola matanya malas. Seperti itulah Luhan. Keras kepala. Xiumin menolehkan kepalanya melihat lapangan yang masih ramai. Senyuman jahil terukir jelas di wajah bulatnya. Dengan sekali tarikan, Xiumin berhasil membawa Luhan keluar kelas. Ia berlari kecil ke arah lapangan. Orang yang ditarik berusaha melepaskan diri, tapi percuma saja, Xiumin terlalu kuat dan cepat menariknya.
Langkah mereka berhenti di pinggir lapangan. Xiumin melambai-lambai kan tangannya.
"SEHUN! OH SEHUN! LIHATLAH KEMARI! SEHUUUUUN!"
Namja tampan berkulit putih susu itu sedang mengatur nafasnya yang tak beraturan. Ia menyeka keringat yang terus bercucuran di dahinya.
"SEHUN! OH SEHUN! LIHATLAH KEMARI! SEHUUUUUN!"
Merasa namanya dipanggil, ia menoleh ke sepenjuru lapangan. Padahal banyak sekali orang yang memanggil namanya, tapi entah kenapa ia penasaran dengan orang yang memanggilnya ini. Seperti ada sesuatu yang menyuruhnya untuk menoleh. Apa karena suaranya yang begitu keras? Oh tidak, banyak sekali yang memanggil namanya dengan lantang dan lebih keras dari suara barusan.
Pandangan Sehun berhenti pada seorang – lebih tepatnya dua orang- namja manis yang berdiri di ujung lapangan. Di tempat itu hanya ada mereka. Satu namja tengah melambai-lambaikan tangan ke arahnya, dan satu namja lagi terlihat gelagapan. Kenapa dengan namja bersurai coklat itu? Sehun mengkerutkan keningnya. Ia mengedikan bahunya – merasa acuh terhadap dua orang tersebut dan kembali fokus dengan permainan basketnya. Sehun apakah kau tak sadar jika mereka berdua itu sunbae mu? Jika aku menjadi mereka, aku kutuk kau sebagai hoobae paling kurang ajar yang aku kenal. Matilah kau Sehun! *apaini?-_-*
Di sisi lain Luhan merasa marah dan juga malu akibat perlakuan Xiumin tadi. Ia seperti orang bodoh saat sahabatnya itu memanggil Sehun – si namja tampan yang tadi diperhatikannya melalui jendela. Luhan tau tadi Sehun sempat menoleh ke arah mereka, makanya ia bertingkah bodoh. Mencoba menggapai tangan Xiumin yang terus melambai ke arah Sehun dan mencoba menundukan wajahnya yang sudah memerah akibat malu. Tapi kenapa Luhan harus malu? Apa ia malu atas perbuatan Xiumin atau ia malu akibat Sehun melihat mereka? Tapi bukankah Sehun sendiri merasa tak peduli dengan kehadiran mereka? Entahlah pertanyaan itu hanya Luhan, author dan Tuhan yang tau atas jawabannya.
Tersadar dari tingkah bodohnya, Luhan segera menarik tangan Xiumin menjauhi lapangan. Ia ingin sekali membentak namja berpipi chubby itu, tapi ia tak mungkin bisa melakukannya. Walau bagaimana Xiumin itu sahabatnya sejak dulu, dan jika ia harus memarahi Xiumin, ia juga harus dengan senang hati mendapat omelan baik dari si Bakpao itu. Oh malangnya kau Xi Luhan.
"Ya Minnie, mengapa kau melakukan itu semua?!" tanya Luhan sedikit emosi. Ingat hanya 'sedikit'!
"Memangnya kenapa? Seharusnya kau senang aku berbuat seperti itu. Apa kau tak lihat tadi Sehun menolehkan kepalanya itu padahal banyak sekali orang yang memanggil namanya, tapi kenapa ia hanya merespon panggilan ku?!" Bukan menjawab, Xiumin malah balik bertanya.
Luhan skakmat dengan pertanyaan – atau mungkin pernyataan – dari Xiumin itu. Ya, Luhan tadi memang melihat Sehun menolehkan kepalanya kepada mereka. Ia saja bingung, kenapa Sehun merespon? Ah mungkin itu hanya kebetulan saja, karena akhirnya Sehun kembali bersikap tak peduli pada sekitarnya itu.
"Ya aku melihatnya," gumam Luhan namun tetap terdengar ditelinga Xiumin. "Tapi tetap saja itu sangat memalukan!"
"Ne, aku minta maaf. Setidaknya Sehun sekarang tau dirimu dan mungkin ini awal yang bagus untukmu," ucap Xiumin diiringi senyum manisnya. Ia berjalan meninggalkan Luhan yang masih diam di tempat.
Sehun kenal diriku? Dan ini awal untukku? Apa itu benar…. Tuhan?
Udara sore hari memang cocok untuk bersantai. Awan hitam bergelut dengan manjanya di langit sana. Sang mentari tampak malu-malu untuk menampakan cahayanya, membuat banyaknya awan hitam itu semakin berkumpul membuat sebuah gumpalan bak kapas putih yang ternodai tinta.
Angin bersemilir dengan damainya. Dedaunan melambai-lambai mengikuti sang irama angin. Jika kau berdiri di sisi pantai, dapat di rasakan suara gemericik air bersentuhan dengan pasir. Melihat air itu bergulung-gulung bagaikan sebuah kincir. Indahnya cuaca hari ini namun belum tentu seindah orang-orang yang merasakannya.
Setiap hal yang kita lihat, belum tentu benar apa yang kita lihat. Bukankah itu benar? Sekeliling kita mungkin terlihat biasa. Banyaknya orang yang tertawa, tersenyum, dan bercanda bersama teman-temannya. Tapi apa kalian pernah berpikir apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Belum tentu kan apa yang mereka tunjukan pada dunia itu adalah sesuatu yang juga mereka rasakan? Itu salah besar! Di dunia itu tak jauh dengan kata kebohongan. Dunia ini hanya panggung sandiwara, di mana kita adalah pemainnya. Kita yang menentukan cerita itu sendiri. Kita yang menentukan alur dari kisahnya. Bagaikan seorang penulis yang merangkai kata-kata indah.
Sebuah cerita selalu berakhir dengan kata 'bahagia', tapi tak semuanya itu benar. Kalian yang menentukan akhir dari kisah kalian sendiri. Akankah bahagia atau terus berduka cita? Dimana ada suka, di situ ada luka. Tak ada yang sempurna di dunia ini. Seseorang pernah berkata 'jika kalian belum menentukan kebahagian itu, berarti cerita kalian belum selesai'. Jika itu benar, kejarlah kebahagian itu. Gapailah 'mereka' semudah kau menggapai tangannya. Carilah mereka sampai kau mendapatkannya. Tapi jangan lupa, semua itu sudah ada yang mengatur. Tuhan selalu tau yang terbaik untuk umatnya. Apa yang kita lakukan, apa yang kita kerjakan selalu dengan berusaha. Maka itu, berusahalah menggapai mereka. Menggapai cita dan juga cinta yang kau rasa.
Luhan tersenyum menatap langit yang sudah mulai kelam. Menatap langit memang selalu membuat perasaanya senang. Ada yang menarik di atas sana, sehingga bisa membuat namja manis itu selalu tersenyum melihatnya.
Kring.. Kring…
"Luhan hyung! Sampai kapan kau akan melamun di atas sana?"
Luhan tersadar dari lamunannya karena mendengar suara nyaring bel sepeda dan juga suara merdu dari orang yang tadi meneriakinya. Ia menundukan kepalanya untuk melihat orang yang sudah membantunya tersadar itu.
"Luhan hyung cepatlah turun! Kau tau, aku sudah bosan melihat mu dari bawah sini," ucap orang tersebut yang ternyata adalah seorang namja. Matanya yang bulat dan pipi chubbynya itu menambah kesan imutnya. Dia adalah Do Kyungsoo – sepupu dari seorang Xi Lu Han -. /kyaaa kyungie, akhirnya kau muncul /bawa banner kyungsoo/?)
Luhan tersenyum melihat tingkah sepupunya itu. Tanpa banyak bicara, ia segera masuk ke dalam kamarnya dan berlari ke bawah. Menemui Kyungsoo yang sudah terlihat amat-sangat-bosan.
"Mianhae Kyungie, aku terlalu asyik melihat langit," ucap Luhan setelah sampai dihadapan Kyungsoo. Ia kembali mengadahkan kepalanya untuk menatap langit.
"Ne ne, aku tau kebiasaan mu itu. Cepat ambil sepeda mu hyung, Baekhyun sudah menunggu kita di lapangan."
"Ah baiklah. Tunggu sebentar ne?" Luhan berlari kecil memasuki garasi rumahnya. Mengambil sebuah sepeda berwarna biru-hitam dan mendorongnya keluar. Melihat Luhan yang sudah mulai menaiki sepedanya, Kyungsoo mulai mengayuh sepedanya juga. Di susul Luhan di belakangnya.
Sore hari memang menjadi waktu yang pas untuk Luhan, Kyungsoo dan juga Baekhyun – tetangga Luhan – untuk bermain sepeda mengelilingi komplek. Selain untuk berolahraga, mereka juga mempunyai niat lain dari balik bersepeda itu.
Sebenarnya bukan mereka melainkan hanya Baekhyun saja yang mempunyai maksud lain. Namja ber-eyeliner itu ingin selalu bersepeda sore hari karena ingin melihat sang 'pujaan hati' bermain basket di lapangan kompleknya. (R : emang di korea kalau komplek begitu ada lapangannya? | A : gatau saya juga. Suka suka saya yang buat cerita ajalah #plak)
Selain membuat tubuh ku sehat, bersepeda juga membuat hati ku berbunga-bunga. Ya itulah kalimat yang selalu dilontarkan oleh Baekhyun. Ia menyukai Chanyeol – salah satu temannya di sekolah – yang kebetulan satu komplek juga dengan mereka. Tunggu.. chanyeol suka bermain basket? Bukankah itu artinya ia anak tim basket di sekolah? Dan berarti.. dia teman dari Sehun? Kalian semua salah! Chanyeol memang suka bermain basket, tapi ia tak pernah mau bergabung di tim basket sekolah. Mengapa? Hal inilah yang selalu dipertanyakan oleh Baekhyun, dan menganggap bahwa Chanyeol itu sosok yang misterius.
Luhan dan Kyungsoo sampai di tepi lapangan komplek. Mereka dengan sangat jelas bisa melihat Baekhyun tengah menopang dagu serya memperhatikan Chanyeol yang sekarang sedang mendrible bola. Oh lihatlah Baekhyun kita itu, ia terlihat merona hanya dengan memperhatikan Chanyeol bermain basket. Luhan tersenyum geli melihatnya. Baekhyun memang terlihat kekanakan, tapi tak sadarkah kau Luhan bahwa dirimu tak jauh beda dengan Baekhyun? Kau juga selalu merona jika sedang memperhatikan Sehun bermain basket! Ingat itu LUHAN! #authornyasarap-_-
"Kalian sudah sampai? Lihatlah Chanyeol'ku' bermain dengan sangat bagus!" ucap Baekhyun yang sudah tersadar akan kehadiran dua temannya itu.
Luhan dan Kyungsoo memutar bola mata malas. Belum jadian saja sudah mengklaim Chanyeol sebagai miliknya, bagaimana jika nanti mereka sudah bersama? Itulah pemikiran dua bersaudara di sebelah Chanyeol.
Untuk beberapa saat semuanya hening. Terlihat larut dalam pikiran mereka masing-masing. Baekhyung yang masih saja terpesona akan permainan Chanyeol, Luhan yang juga sedang memperhatika lapangan basket namun pikirannya melayang entah kemana. Yang jelas, pikiran namja keturunan china itu dipenuhi oleh namja bernama 'Oh Sehoon' yang sudah hapir 6 bulan ini memenuhi otaknya. Sedangkan Kyungsoo, ia terlalu malas untuk menyaksikan permainan bola. Karena itu ia memilih memperhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain di taman – di sebelah lapangan komplek itu.
Sebuah suara menyadarkan mereka bertiga. Baekhyun yang melihat siapa tersangka itu terlihat begitu tersipu, lagi-lagi kedua temannya hanya memutar bola mata malas. Namun di samping itu, sosok Chanyeol tak hanya berdiri sendirian. Di samping kanannya ada Kris – temannya di sekolah – dan juga… Sehun? Apa benar itu Sehun? Lalu bagaimana dengan ekspresi Luhan saat melihat Sehun berdiri dengan jarak yang begitu dekat dengannya? Jantungnya terus berdebar melihat sosok putih itu, matanya berkedip-kedip tanda ia tak percaya dengan apa yang ia lihat. Luhan, Sehun bukanlah sosok hantu yang harus kau takuti. Apa kau tak lihat banyak pasang mata yang sekarang menatap mu bingung, eoh? Untuk kali ini saja, biarkan Luhan seperti itu dulu. Menetralkan hati dan juga pikirannya.
.
.
.
TBC
Wihiiii ini FF ketiga aku, dan sekarang aku bawa FF tentang HunHan. Sebenarnya ini udah diupdate di Blogs pribadi tapi aku juga pengen nyoba update di sini. Rada dibedain sam yang diu blogs. Jadi kalau ada yang pernah baca ff serupa seperti ini tapi beda prolog dan judul maklumi ya? Hehe
Aneh kah FF ini? Ayo para HunHan shipper aku butuh review kalian:))
.
.
Mind to review?
