Disclaimer : Kuroko no Basuke milik Tadatoshi Fujimaki.
Warning : OOC, abalness, kacauness, ngawurness, settingnya.. Nggak tau kapan. Silakan pembaca imajinasikan sendiri *dibakar* Oke, pairingnya Kise x Kuroko, slight AoMomo. Cold!Kuroko juga, kayaknya (?). EH! INI AU JUGA! *dibuang ke sungai*
.
Are You Sure?
.
`( duskhawk )`
.
Tanpa sadar, Kuroko menggertakkan giginya ketika melihat Aomine dan Momoi berciuman. Meskipun itu hanyalah ciuman singkat, tetap saja hatinya serasa dihantam palu godam. Perutnya mual. Rasanya ingin ia memuntahkan kembali vanilla milkshake yang baru saja ia minum.
'Lupakan saja,' batinnya pada diri sendiri. 'Santai. Jangan biarkan dia merasukimu.'
Dunia seakan-akan baru saja ditarik dari bawah kakinya. Ia menghela nafas. Perasaannya hancur.
Kuroko tahu harusnya dia tidak perlu mencoba dan mempertahankan perasaan ganjil ini pada Aomine, sahabatnya. Diatelah mencoba segala cara untuk melupakan pemuda dim itu—tetapi gagal. Selalu gagal.
Sang phantom melangkahkan kakinya menuju toilet, tempat ia biasa menyendiri, selain di perpustakaan. Ia yakin poker-facenya tidak akan bertahan lama. Melihat Aomine dan Momoi bermesraan? Sama saja seperti menabur garam di atas luka.
.
"Kurokocchi?"
.
Kuroko menghela nafas berat ketika mendengar seseorang memanggil namanya dengan khas. Kuku-kukunya terbenam di telapak tangannya. "Ada apa?"
"Aku hanya ingin memeriksa keadaanmu, ssu." ujar Kise di belakangnya, dengan nada khawatir sekaligus ragu. "Tiba-tiba Kurokocchi pergi—aku—"
"Tidak ada yang peduli, Kise-kun."
Hening sejenak.
.
"Aku peduli, Kurokocchi," ucap Kise. Kuroko bisa mendengar langkahnya mendekat. Ia berbalik menghadap pemuda yang lebih tinggi darinya itu. "Karena aku sayang Kurokocchi-ssu."
Kuroko tak tahu harus berkata apa. "Aku akan pergi."
"Kalau begitu, aku ikut Kurokocchi!"
"Tidakkah kau mengerti, Kise-kun?" Jemari Kuroko menelusuri helaian rambut birunya. "Aku tidak bisa berlama-lama disini. Kau pikir aku bisa menyaksikan—menyaksikan mereka? Aku harus pergi, Kise-kun."
Kise melangkah mendekat dengan ekspresi tak terbaca, dan mau tak mau Kuroko mundur sambil menatap temannya itu dengan datar. "Apakah sesulit itu-ssu?" Pemuda berambut pirang itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Sesulit itukah melupakan Aominecchi?"
Kuroko memalingkan wajah. "Kau tidak tahu, Kise-kun," bisiknya. "Aku tidak berharap kau mengerti."
"Tidak," Kise menggelengkan kepalanya. "Jelas aku tidak secerdas itu untuk mengerti."
Mata biru Kuroko kembali menatap Kise, menatap mata keemasannya. Dia sama sekali tidak mirip Aomine. Kemiripan mereka hanyalah—yah, ketika Kise mencoba untuk ngopi Aomine (itu juga untuk mendapat perhatian Kuroko).
"Jangan pergi, ssu," kata Kise.
Kuroko merasa punggungnya menabrak dinding di belakangnya. Matanya masih terus memandangi Kise.
Kise meletakkan tangan kirinya di dinding sebelah kepala Kuroko, balas menatapnya.
Tanpa disadari, wajah mereka semakin dekat.
Kuroko memejamkan matanya.
.
Sedetik...
.
Dua detik...
.
Empat detik...
.
Delapan detik...
.
—tidak terjadi apa-apa.
.
.
"Apakah Kurokocchi yakin," ujar Kise, nyaris berupa bisikan, "tidak apa-apa... kalau itu aku?"
Wajah Kuroko kini berubah merah padam, pemandangan yang jarang sekali terlihat. Ia membuka mata dan meng-ignite pass Kise.
"Kurokocchi hidoi-ssu!"
.
Tapi tak sampai disitu.
.
Sang phantom melangkah menuju tempat Kise terjatuh, mencengkeram kerah baju sang model serta-merta menariknya—
.
.
—dan bibir mereka bertemu.
the end
Huehuehuehe. Iya, absurd. Aneh. Gak jelas. Ngaco. Garing. Iya, saya tau dan sangat sadar T.T
