Januari 2019

Belleza Occhi Chapter I By Serenia Alba

Anime/Manga : Jojo Bizzare Adventure

Pairing : Fugo/Narancia

Genre : Angst, Romance, sepercik Humor, Crime, Adventure, etc.

Rate : T (13 or older)

Disclaimer : Chara punya abah Araki. Keseluruhan Alur itu punya akuh.

Peringatan :

Fic ini sebagian berdasarkan Manga dan Novel Vento Aureo, Novel Purple Haze Feedback, juga hasil pemikiran sendiri, juga beberapa referensi lain yang mendukung.

Plot sebagian besar nyambung ke reset universe Father Pucci.

Ini semi Canon

Narancia disini lebih ke arah femme

Jika Reader merasa sesak. Tim medis akan membantu Andah!

Sinopsis Fic untuk Summary: Kau tak perlu takut kematian, karena hal itu sudah menjadi takdir semua manusia. Kita tak bisa melawan, tapi kita bisa berusaha untuk memberikan hal yang terbaik saat dipanggil oleh-Nya. Jika kita diberi kesempatan, maka gunakan kesempatan itu untuk kebaikan kepada semua orang. Gunakan kesempatan itu untuk memupuk kembali hubungan yang mati. "Narancia! Tapi kenapa?" Pria berumur enam belas tahun itu terkejut. "Ketika aku melihat Trish ditinggalkan oleh orang yang dia percaya dengan keadaan terluka begitu, Aku tak bisa membiarkan hal sama terjadi lagi kepada orang terdekatku. Aku tidak akan meninggalkan temanku lagi seperti dirimu sendiri saat datang kepadaku di masa lalu, Fugo."

Summary Chapter 1 : Narancia Ghirga, nama indah itu sekarang terukir di atas batu marmer keabu-abuan yang berdiri tegak diantara semua bebatuan bernama. Pemuda yang berdiri di sebelah batu marmer tersebut menaruhkan sebuket bunga mawar dengan warna kuning cerah sesuai kesukaan bocah yang sekarang terkubur di situ. Dia tersenyum ketika melihat nama seseorang pada batu nisan yang sampai saat ini benar-benar menjadi teman sejatinya. "Kau baik-baik saja hari ini, Narancia? Aku harap kau bisa tersenyum disana... Hari ini sama seperti waktu itu kan?"

Interlude author : Halo kembali lagi dengan Author, menjelang akhir tahun emang sibuk dengan kepanitiaan juga penelitian. Alasan aku ingin nulis ini karena relasi antara Fugo dan Narancia yang begitu dekat, kebetulan animenya juga udah rilis. Aku pikir Narancia itu lebih deket sama Mista akibat ngeliat di EOH dan di manga, dan... Ternyata bocah imut itu lebih deket dengan Fugo apalagi kalau baca Purple Haze Feedback. Jika kamu baca Over Heaven jadi ingin nabok Dio, di PHF kamu akan merasa kasihan kepada Fugo yang ga bisa move dari kawan dekatnya, Narancia. Kita tahu mereka begitu dekat setelah Narancia secara ga langsung emang diselamatin Fugo di mana saat dia sendiri ditinggal semua orang. Araki pun menuliskan sebuah takdir bahwa dengan nasib yang sama, mereka sampai kapanpun ga bisa dipisahkan. Sheila E pun jadi bukti bahwa Fugo akhirnya bisa mengerti perasaan Narancia untuk nyelamatin Trish. Untuk lebih jelas mengutamakan rasa haru, aku ingin nulis soal kisah kedekatan mereka. Sedikit bocoran, peristiwa chapter ini bersamaan dengan reset dan back up universe stand Made In Heaven punya Pucci yang dicampur sama asumsi sendiri karena kekuatan stand tersebut masih belum sempurna. Monggo di read dah!

Narancia : Wkwkwkwk, Fugo lemah jadinya karena nangis mulu seabad.

Fugo : Diemlah yang jadi bahan top topic sesosmed dalam satu bulan, pas giliran gue debut di anime malah elu yang dapet nama. Mana Recap episode gue cuma sebentar, battlenya ga sampe selesai, mana dapet sisa buat ngabisin waktu recap doang…

Narancia : Sorry ea, gue banyak fansnya. Apalagi Giorno di trending chara no 4 sama Mista no. 5 beberapa bulan kemarin ea ga mis?

Mista : Oh iya dong, biasalah Fugo iri sama kyta-kyta. Dia kan ntar juga cuma setengah jalan di anime. Mangkanya boejang, ikut seru-seruan syuting sama si Boss!

Trish : Jangan lupa elu harus beliin kyta air perapatan ciamis ea, Boejang.

Fugo : BERISIK!1!1

Jotaro : Yare-yare daze

.

Karte I : Torna All'inizio

Napoli, 20 Maret 2012.

Voglio tornare all'inizio

Aku ingin melihatmu lagi dengan mata indah itu

Kau membuatku tergila-gila…

Aku tak bisa melupakanmu

Aku tak bisa melupakanmu

Voglio tornare all'inizio

Aku menyukai sepenuh hati ini untukmu...

Kau membuatku buta

Malam-malam penuh bintang kuberdoa untukmu

Te amo

Te amo

Jangan tinggalkan aku disini, wahai malaikatku...

.

.

.

Sudah sebelas tahun setelah perjalanan yang melelahkan itu berakhir dengan kemenangan seorang lelaki pirang bernama Giorno Giovanna, lalu dia menjadi seorang bos dari mereka yang menjadi anggota Organisasi Passione. Pelan tapi pasti, perdagangan narkoba terkikis demi menyelamatkan anak-anak yang disinyalir menjadi korban mafia narkoba. Ketamakkan terus berkurang, pemerintah yang korup mulai bertransisi dengan adanya pemimpin baru yang bijak. Bos lama telah pergi untuk menebus dosa atas niat yang hendak membuat puteri semata wayangnya kehilangan nyawa. Giorno menjadi Bos, Mista hidup seperti biasa, Trish menjadi penyanyi pop terkenal, dan Polnareff, lebih tepatnya hantu yang di dalam kura-kura dekat Giorno, menjadi salah satu penasihat Passione. Semuanya kembali pada situasi biasanya tanpa harus berpikir untuk melawan orang-orang bawahan Diavolo. Tidak ini bukan kembali seperti biasanya, ada beberapa yang hilang... Dimana wajah yang tersenyum dengan mata yang berbinar-binar itu? Mata indah itu... Kemana dia?

Fugo, bocah manis itu memanggil dengan nama sapaan pemuda berambut pirang itu. Dia tertawa riang sambil menarik-narik dengan tangannya yang mungil untuk pergi suatu tempat. Pemuda tersebut hanya terdiam memperhatikan semangat yang meluap-luap bagai anak kucing yang baru bisa berlari dengan kaki-kakinya. Rambut pendek seleher dibalut dengan bandana oranye, mata ametis besar yang indah, pakaian hitam tak berlengan, ditambah dengan kain oranye bercorak membaluti celana panjang yang menutupi kaki-kaki kecil itu. Bocah itu seharusnya berumur 17 tahun, tapi tubuhnya tetap seperti anak remaja SMP. Ditambah dengan sifatnya yang kadangkala tidak terlalu dewasa apalagi ketika belajar Matematika Dasar. Fugo menyukai semuanya, dia senang ketika ada didekatnya, terkadang harus berdebat atau malah terjadi perkelahian kecil di antara mereka berdua dengan diakhiri minta maaf dan tawaan. Atau mungkin malah dilerai oleh lelaki rambut pendek bernama Bucciarati yang berperan sebagai ayah mereka? Entahlah, tapi menurutnya itu akan selalu menjadi goresan tinta catatan hidup yang bermakna.

Semuanya terjadi sebelas tahun yang lalu tetap membekas di hati orang yang ditinggalkan. Peristiwa yang membuat dia tak ada di manapun. Dia tak bisa lagi tersenyum, hanya bisa membisu dengan tubuhnya yang begitu dingin. Mata indah itu tertutup untuk menikmati tidur yang panjang. Dia sedang tertidur sampai waktu dia dibangunkan. Tak ada kata terakhir yang diucapkan, senyuman itu hilang seperti angin yang lewat, nafasnya berhenti oleh jarum waktu. Tak ada yang menyangka dia hanya tidur biasa atau tidur selamanya. Siapapun tak akan mengira bunga yang membaluti tubuhnya mengisahkan seorang malaikat kecil Tuhan tanpa sayap turun untuk sebuah tujuan, malah akhirnya tertidur seperti kisah yang ada di sebuah dongeng.

Kini, pemuda berambut pirang berjalan di antara taman yang menceritakan hidup dan mati manusia hanya untuk melihat bocah itu lagi. Hanya dentuman kakinya yang terdengar ketika dia berjalan pelan. Pepohonan sudah mulai memekarkan bunga-bunganya, langit biru yang cerah dengan bongkahan kapas tipis, tepat tanggal 20 Maret 2012. Hari ini sampai kapanpun tidak akan bisa dilupakan oleh Fugo. Karena hari inilah untuk kegembiraan bocah itu saat semua orang berbahagia di seluruh dunia. Tertulis pada batu marmer dikhias dengan bunga-bunga, Narancia Ghirga. Nama itu terukir jelas pada batu marmer yang berdiri tegak bersama bebatuan lain yang memiliki sebuah nama. Dia tak bisa menahan senyuman ketika melihat nama itu memang terdapat pada batu nisan bermarmer, ditaruhlah sebuket mawar kuning yang sering dibawanya kepada bocah yang dipanggil Narancia.

"Pagi yang indah, Narancia," katanya menyentuh batu nisan yang bisu tersebut. "Kali ini aku datang dengan mawar kuning seperti biasa, tapi ini lebih banyak…"

"Ngomong-ngomong… Bagaimana kabarmu hari ini? Aku harap kau baik-baik saja dan bisa bahagia. Kau tidak lupa? Hari ini adalah hari terpentingmu, kan? Sebuket mawar ini khusus untukmu. Oh ya wanita tua yang menjaga toko bunga langganan kita memberikan potongan harga lebih banyak kali ini, karena dia tahu pasti kau akan sangat senang ketika menerimanya. Kau harus mengetahui bahwa PBB meresmikan tanggal ini menjadi hari bahagia sedunia. Jika kau menanyakan kabar mereka, Giorno masih ada urusan dengan seseorang di Amerika dalam beberapa bulan ini, juga Mista sedang menjaga Trish untuk konser amalnya. Jadi tak perlu khawatir, mereka baik-baik saja kok. Jadi... Selamat datang di musim semi Narancia, juga selamat hari bahagia sedunia..."

"Selamat datang di musim semi kita, Naranciaku. Aku sangat bahagia bertemu denganmu di hari ini…" Air matanya mengalir ketika dia duduk sambil menggenggam batu nisan tersebut.

"Grazie, Fugo."

Suara itu, suara orang yang dirindukan pemuda yang sekarang berhenti menundukkan kepalanya. Dia tak salah dengar, nada bicara yang riang dengan semangat yang hanya dimiliki oleh bocah berambut hitam. Pemuda pirang itu menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Narancia?" panggilnya.

"Grazie…" sekali lagi bocah itu mengucapkan kata yang sama.

Bocah berambut hitam berdiri menatap Fugo dengan senyuman biasa. Dia berdiri dihadapan pemuda pirang yang sedang menyentuh batu nisannya. Mata pemuda itu terbelalak sempurna ketika melihat penampilan orang itu. Itu adalah bocah dengan bandana jingga yang penampilannya sama seperti sebelas tahun yang lalu. Dia tidak percaya sama sekali atas apa yang dilihat sekarang. Pemuda pirang langsung bangkit dan segera berlari ke arah bocah berbandana jingga.

"Narancia... Narancia!"

"Fugo..."

"Narancia! Narancia!" panggil Fugo ketika bocah itu menghilang sekejap di kedua mata ungunya.

"Fugo! Fugo!"

"Oi, Fugo!"

~Belleza Occhi~

.

.

.

Seorang pria berpenutup kepala dengan panah ke bawah menyadarkan Fugo. Pemuda itu menatap heran seakan Pemuda yang sekarang berhadapan dengannya ini seperti melihat sesuatu. Bisa jadi dia malah berpikir pemuda pirang ini sedang berhalusinasi karena kesedihan yang berlarut sampai sekarang. Pannacota memang agak aneh beberapa hari ini.

"Mista!"

"Aku dan Trish baru saja diberi izin oleh manajernya untuk ke pemakaman ini, lalu segera menyusulmu yang sedang begini. Kau kenapa? Sejak tadi kau berteriak seperti orang kesurupan?" dia bertanya.

"Aku melihatnya, Mista! Aku melihatnya lagi!" seru Pemuda Pirang tersebut.

"Hah? Apa maksudmu? Kau lihat apa memang?" kata pemuda berkupluk biru semakin heran.

"Aku melihat Narancia, aku bertemu dengannya," jelasnya, Pria yang bernama Mista itu melirik ke seluruh area pemakaman umum itu. "Aku tak melihat siapa-siapa disini kecuali kita berdua dan orang-orang yang mau ziarah ke tempat ini."

"Tidak, Narancia ada disini tadi. Aku melihat dia lalu-"

"Fugo, sepertinya kau butuh makan siang lebih awal. Nomor 6 bilang kalau kau sepertinya tidak sarapan hari ini," ujarnya.

"Apa maksudmu? Aku benar-benar melihat dia ada di depanku dan mengatakan sesuatu," kata Fugo tidak mau mengalah.

"Kau memang butuh makan lebih awal. Kau terlalu banyak berhalusinasi seakan Narancia itu masih hidup beberapa hari ini. Aku tau kau itu orang sensitif juga susah melupakan bocah manis yang seakan dia adalah mendiang istri tercintamu. Ini sudah sebelas tahun kawan, pernahkah kau berpikir bahwa Narancia yang berada di alam kematian akan mentertawai kelakuanmu ini?"

"Setidaknya untuk hari pembukaan musim semi Narancia, cobalah untuk tidak membuat dia marah atau sedih karena dia dianggap sebagai setan gentayangan oleh sahabat dekatnya. Tidak lucu juga jika Purple Haze menjadi tambah gila sepertimu atas kekuatannya yang semakin tidak bisa dikendalikan akibat tangisan seabad yang tidak berhenti itu." Lanjutnya.

"Hey! Purple Haze bukan Stand yang senaif itu!"

"Memang bukan, tapi Stand merefleksikan jiwa pemiliknya. Itu bisa disimpulkan bahwa orang yang gagal move on akan membuat standnya jadi…"

"BERISIK!" Teriaknya mulai marah.

"Apa-apaan kalian ini?! Kalian tidak malu dengan Narancia atau peziarah lain kalau kalian berkelahi di pemakaman?" Omel wanita berambut merah potongan pendek mengenakan mantel kulit coklat.

"Trish!"

"Astaga kalian berdua ini sudah kepala dua, masih saja ribut-ribut begini..." Trish hanya menepuk dahinya sembari menghela nafas, "Kau sudah berbicara dengan... Maksudku sudah berdoa untuk Naracia?"

"Bukan hanya berdoa, dia tadi berdiri di depanku."

"Apa?" kata Trish menaikan salah satu alis karena tidak percaya. Mista langsung mendekati Trish dan berbisik kepadanya, "Seperti biasa, Trish, kawan kita ini adalah lelaki bujangan yang tidak bisa melupakan calon istrinya. Hanya saja lebih parah dari sebelumnya."

"Aku dengar itu, Mista!"

"Baiklah, karena sudah ada aku. Mari kita berdoa untuk Narancia di alam baka sana."

~Belleza Occhi~

.

.

.

Segera setelah mereka bertigapun mendoakan mendiang bocah itu dengan seksama, Trish mengajak ke restoran biasa mereka berkumpul yang merupakan tempat langganan Bucciarati. Mista dan Trish bersikap seperti biasa dengan lawakan-lawakan yang hanya dimengerti oleh mereka berdua, sedangkan pemuda bermata ungu hanya menjadi partisipan yang tidak terlalu memperhatikan mereka. Fugo masih memikirkan sesuatu yang terus membuatnya keheranan sampai saat ini. Dia tidak salah lihat pasti itu Narancia yang ada di makam tadi. Pemuda berIQ 152 itu masih memegang teguh atas logikanya, dia tidak terlalu percaya soal takhayul yang dikatakan oleh Mista untuk angka empat apalagi Vampire yang mengacaukan keluarga Joestar dari cerita Giorno. Tapi hal itu malah bergeser ketika beberapa minggu ini, kenangannya bersama bocah pendek berbandana Oranye kembali diperlihatkan. Seakan-akan dia memberitahu pemuda pirang akan terjadi sesuatu atau apapun yang ada di depan. Sheila E, gadis yang sekarang menjadi asisten Capo Murolo, pernah berkata kepadanya bahwa itu hanya bawaan penyesalan masalalu ketika dia berpisah dengan Narancia di San Giorgio. Oleh sebab itu gadis, beralias Eririni berkesimpulan kalau Fugo depresi ketika mendengar berita kematian bocah berbandana oranye. Dia juga menyarankan Fugo pergi ke dokter jiwa jika dia di suatu hari akan jadi gila, hanya saja pemuda tersebut menanggapinya dengan darah mendidih bahwa Sheila E masih menyindirnya seperti biasa biarpun hanya candaan.

"Trish, tadi kulihat penari latarmu berdandan konyol seakan dia ingin berenang di tepi sungai Venesia. Kupikir kita akan mengantarmu ke sana rupanya bukan..." kata Mista menyesal. "Ah padahal aku ingin menyelam di sungai dan mengambil ikan-ikan disana."

"Kau sudah mau berumur kepala tiga, setidaknya kau melakukan hal yang wajar seperti memancing bukan berenang..." balas Trish ketus.

"Tapi akan kucoba Spice girl untuk membuat kapal cepat kita jadi kapal selam sementara," lanjutnya.

"Ya, itu ide bagus kita juga harus mengajak Giorno dan Polnareff!" seru Mista, lalu mereka berdua pun tertawa bersama.

"Hey Fugo!" tegurnya membangunkan lamunan pemuda yang ada disebelah Mista.

"Ada apa? Kau ikut tertawa dong, daritadi melamun terus. Jangan bilang kau ingin bersenang-senang tanpa kami!"

"Apa? Aku sedang bosan saja hari ini."

"Oh ya, aku dengar dari Giorno kalau kau menyimpan buku harian Narancia yang kau temukan beberapa bulan lalu. Lalu katanya buku itu masih dalam keadaan bagus."

"Maksudmu ini?" katanya menggerogoh saku jasnya lalu mengeluarkan catatan kecil berwana hitam dengan pita oranye.

"Coba kulihat," pintanya sambil mengambil buku tersebut, hanya saja pemuda pirang malah semakin menggenggam buku harian Narancia dan tidak terlalu berniat menyodorkannya.

"Pannacotta Fugo, ada apa denganmu? Aku hanya sebentar untuk melihatnya?" keluh Trish merasa heran.

"Aku belum bisa menyerahkannya kepada orang lain, termasuk kalian berdua. Buku ini belum selesai kubaca,"jelasnya.

"Itu kan bukan buku Novel... Ya sudahlah kalau begitu lain kali saja. Lagipula aku belum benar-benar ingin membacanya juga," keluhnya lagi, "Mista, ayo kita kembali ke tempat konserku."

Wanita berambut merah mulai bangkit dari tempat duduknya bersama pemuda bermata gelap. Sebelum berjalan, dia memberi tahu sesuatu soal masa lalu bocah berbandana oranye kepada pemuda bernama Pannacota itu, "Aku selalu lupa untuk mengatakan pesan Narancia kepadamu setiap kali kita bertemu, dia bilang ingin kau bisa hidup dengan tentram tanpa harus menanggung bebannya lagi ketika dia sudah meninggal demi kondisi psikologismu." Raut wajah Pannacotta sedikit tersentak ketika mendengarnya, "Dia pernah bilang begitu?" Wanita dengan nama belakang Una berkata lagi, "Ya, dia tahu kau memang punya hubungan khusus dengannya lebih dari anggota team lainnya. Jadi dia ingin kau tidak merasa bersalah lagi dan bisa bahagia," Trish dan Mista pergi meninggalkan pemuda Pannacotta itu sendirian yang menggenggam buku harian Narancia sambil menutup matanya. Rasa sesak muncul setelah mendengar pesan Narancia yang disampai oleh Trish Una.

Continua

Illuso : H4H4H4, NGENES!

Fugo : Berisik, diih! Yang Jomblo diem aja!

Speedowagon, Formagio : BACOT!

Narancia : Wkwkwkwk diprotes dia. Bentar kapan gue buat diary ya?

Trish : Lah? Penulisnya sendiri malah kagak inget…

Narancia : Intinya urang senang liat Fugo menderita, MUAHAHAHA

Fugo : JAHAT AMAT LU!

Note Author : Kenapa pada nanya ngambil tanggal 20 Maret itu karena kebetulan ga ada hari yang pas lagi buat cari tanggal berdekatan dengan reset and back up made in heaven. Awalnya sih ingin ngambil tanggal White Day tapi budaya itu ga ada di Italia, mau ngambil tanggal lahir Narancia malah kejauhan dikarenakan reset universe itu berpengaruh ke seluruh bagian universe yang berkaitan. Fic ini juga diperuntukkan bagi Fugo yang nyesek recapnya dapet sisa dan ga sampai selesai. Tapi yang jelas recap kemarin cukup asik biarpun gue pikir itu Filler, wkwkwkwk. Okay kita tunggu chapter selanjutnya!

Note tambahan : Turut berduka cita kepada aidel sejuta umat kita, Narancia Ghirga. Fic ini gue rilis setelah penampilan terakhir Narancia di adaptasi anime pada tanggal 22 Juni 2019. Terima kasih kepada Tuan Hirohiko Araki yang memilihkan tanggal 6 April 2001 sebagai kepergian Narancia di manga yang menurut author sangat bermakna karena bertepatan di hari jum'at. Terimakasih kepada David Pro yang sudah nambahin scene kangen-kangenan Fugo dan Narancia di episode ini. Mungkin ini hadiah yang biasa tapi author harap bisa menghibur para fans Narancia yang sedang galao maupun sampai denial, grazie.