Ini FFc pertamaku. mohon memaklumi apabila ada banyak kesalahan. selamat menikmati :)
Disclaimer GUNDAM SEED / DESTINY by. Sunrise
Bersamanya menjadikan aku seperti seorang putri. Apapun yang aku inginkan, dia selalu memperjuangkannya. Aku mengenal dia sejak kelas 4 SD. Awalnya ia anak cengeng yang selalu jadi sasaran kejahilan anak-anak nakal. namun seiring waktu, dia menjadi pria tangguh yang selalu menjagaku. Aku menyayanginya, kami saling menyayangi. Kami selalu bersama saat SD juga SMP. Semua terasa baik-baik saja jika bersamanya.
"Cagalli, jika aku menjadi orang yang sukses, bisakah aku menikahimu?"
***IDK***
"Oi, Kira.."
"Hm?"
" Tidak focus? Kenapa? memikirkan gadis pink itu?"
" Gadis pink?"
" Lacus Clyne tentu saja"
" Hmm... dia ya?"
" Heh? Bukan dia kah yang sedang kau pikirkan?"
" Berhenti bicara dan dengarkanlah penjelasan guru di depan, Athrun"
" Siapa yang tidak mendengarkan? aku atau kau?"
" Aku akan meminjam buku catatanmu nanti. biarkan aku menatap awan itu dulu."
" Kau sedikit aneh, Kira."
***IDK***
School
15.00
Gerbang sekolah
Kira POV
"Kau lama sekali, Kira."
Aku melihat dirinya bersandar di tembok gerbang sekolahku seraya memperhatikan langit biru di atas kami. Rambut pirang sebahunya sesekali dimainkan oleh angin nakal.
"Benar-benar hobby-mu memperhatikan langit?"
" Hobby kita, Kira."
" Kita punya banyak kesamaan, ya.. kita jodoh?" ucapku seraya tertawa kecil. dia hanya terus menatap langit seperti sedang memikirkan suatu hal. Tak lama kemudian, dia membalikkan badannya.
" Mari kita pulang. Ibu mengirim pesan padaku agar aku dan kau mampir dulu ke kedai ramen."
" Itukah sebabnya kau menungguku? rasanya sudah lama kita tidak pulang bersama." ucapku seraya tersenyum dan mulai berjalan mengikutinya yang lebih dulu melangkah.
***IDK***
Cagalli POV
Aku menunggu Kira hari ini untuk pulang. Sudah sebulan, sejak kami tahu bahwa kami adalah saudara kandung tepatnya saudara kembar, kami saling menjauhi. Walau kami satu sekolah, kami sudah jarang bertemu. Selain karna kita tidak sekelas, sekolah kami juga sangat besar dan luas, memberi kami kesempatan untuk saling menyendiri terlebih dahulu. Dari awal kami memang sangat tidak mungkin bertemu di sekolah, kelasku di gedung barat, dan Kira di gedung timur. Kami yang biasanya, mungkin akan sengaja ke halaman belakang sekolah, perpustakaan atau kantin untuk bisa bertemu. Namun sayang, tak ada lagi yang sengaja kesana setelah fakta 'itu'.
Sejujurnya, aku belum dapat menerima kenyataan ini. Orang yang aku cintai, ternyata kakakku. Bagaimana mungkin ini terjadi? setelah hari-hari yang kami lewati bersama.
" Cagalli.."
Suaranya yang lembut itu membuyarkan lamunanku. Aku melirik ke arahnya, dia tersenyum manis padaku. Apa dia sudah menerima kenyataan ini? dia bahkan sudah dapat bercanda tadi. "kita punya banyak kesamaan, ya.. kita jodoh?" lelucon apa itu? kita banyak kesamaan karna kita kembar, kan?! Kenapa aku sulit menerima kenyataan ini?
" Ya?"
" Aku bertanya-tanya, kenapa kau memutuskan untuk tinggal disini? tidak dengan paman Uzumi?" dia memiringkan sedikit kepalanya untuk melihatku. Itu kebiasaannya, dia selalu menatap lawan bicaranya. Akupun sedikit menunduk, tidak ingin menatapnya.
" Papa bekerja di luar negeri, kau tahu sendiri kan dia jarang di rumah? jadi setelah aku pikir-pikir, tinggal bersama kedua orangtua kandungku bukan masalah besar, apalagi papa mengijinkannya."
Aku mendengar dia tertawa kecil, " rasanya lucu gadis sebesarmu masih memanggil beliau 'papa'."
Aku cemberut, ah, bagaimana hebatnya ia merubah-ubah emosiku. Menggodaku, melelehkan hatiku, membuatku nyaman berbicara dengannya. Kenapa dia bisa melakukannya? jika dia tidak demikian, mungkin kami tidak akan dekat, karna aku hanya gadis yang kurang berbakat dalam mencari teman. Hanya Kira dan Miri temanku di SD, dan hanya Kira temanku di SMP.
" Itu kebiasaan. Lagipula itu akan membedakan papa dengan ayah. Aku tidak ingin mereka bingung saat aku memanggil salah satu dari mereka."
Tiba-tiba dia ada di hadapanku. Aku mengangkat wajahku, dan menemukan senyum manis itu. " Kau adik yang pintar." ucapnya seraya mengusap puncak kepalaku.
" Kau merusak rambut rapiku."
" Tidak pernah rapi, dan kau tahu aku sangat suka melakukan hal ini pada rambutmu."
Aku menatapnya, kenapa semua yang dikatakannya seolah ingin menghapus rasa antara aku dan dia di hari lalu? ucapannya seakan menegaskan bahwa hal yang lalu adalah hal biasa baginya, 'segala kebiasaan kita tidak lebih hanya karna kita kembar', kenapa seolah kau mengatakan itu, Kira?
Tanpa aku sadari, pandanganku menjadi kabur karna air mata yang memaksa keluar. Aku mengigit bibirku, tanpa aku pikir dimana kita berada, aku melangkah mendekat dan dengan tangan kananku, ku genggam erat baju seragamnya.
" Kira.." aku menunduk, air mata ini tidak bisa aku bendung lagi. tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya, dia memelukku erat.
' Aku tidak mengerti tentangmu sekarang, Kira.'
TBC
