author note: Hi, this is my first ever story that i posted on internet huehehehe. i have a lots of story that i made in this 3 years after i joined , as a casual reader, i never think about to publish some story. in february, i'll be 18. so i think about this all night before i go to sleep: is it the time to be confident for whatever i made? what i love? i think this is the time. so this is my imagination, my story. my first ever story that i posted on internet. hope you'll enjoy it, dear readers. (i hope someone will read this story tho)

A DEAL

by

daikota-akira

chapter one

"Granger?"

Kepala berhiaskan rambut blonde emas yang dulunya ikal tak karuan dan tak terawat itu menoleh, merasa marga nya terpanggil oleh suara yang cukup familiar tertangkap telinganya sebelum ia menegak gelas berisi vodka nya yang ketiga kali. Gadis itu memicing, tak percaya akan pengelihatannya sendiri. Ia belum cukup mabuk hanya dengan tiga gelas vodka yang tadi ia minum untuk berhalusinasi bukan?

"Malfoy?"

Lelaki bersurai putih platina, badan tinggi tegap, dengan seringai yang masih sama terpampang diwajahnya. Draco Malfoy menyeringai sembari menempatkan posisi duduk disamping Hermione. "Hai, darah lumpur. Kejutan yang menyenangkan, bukan?"ujar Malfoy. Hermione tertawa hambar. Lelaki angkuh itu masih sama seperti dulu. Angkuh, tidak tahu diri, menganggap rendah orang lain, dan menyebalkan.

Hermione menatap lelaki yang duduk disampingnya itu lebih intens. Kaus hitam yang dilapisi jas dan celana senada, rambut klimis tertata rapi, dengan bahu mereka yang berjarak sejengkal, Hermione bisa mencium parfum lelaki itu, aroma mint. Khas sekali gaya angkuh Draco Lucius Malfoy. Masih sama, seperti terakhir kali Hermione berjumpa dengan nya di acara perpisahan Hogwarts angkatan mereka yang ke 198, 10 tahun lalu dan sejak saat itu Hermione hanya mendengar desas-desus bahwa lelaki itu mengasingkan diri dari dunia sihir, dan berdalih hidup di dunia para Muggle. Draco Malfoy disebut-sebut sebagai pebisnis miliyarder di dunia muggles ini. Kekayaannya, konon tak akan habis. well, Malfoy memang sudah kaya raya sejak ia lahir. Hermione juga sering mendengar nama perusahaannya di media. Lelaki ini masih terlihat sama, namun raut wajah nya yang menunjukan kedewasaan tidak dapat ditutupi. Mereka bertemu wajah lagi setelah hampir 10 tahun, merupakan kejutan bagi mereka berdua.

Yang berbeda hanya potongan rambutnya dan lelaki itu terlihat sedikit kurus, nampak dari rahangnya yang membentuk tulang tegasnya tanpa adanya daging. Selebihnya ia masih sama, lelaki itu terlihat baik dan bahagia. Tetapi tak berarti Hermione merasa senang menjumpainya disaat seperti ini.

"Kau mengejek ku darah lumpur, tetapi kau sendiri berada di diskotik para Muggle."kata Hermione datar. Malfoy hanya mengangkat bahu tak acuh, "Minuman mereka tidak buruk."katanya kemudian meneguk cairan bening.

"Kau sendiri mengapa disini?"tanya Malfoy melirik gadis yang terlihat berantakan dan frustasi disampingnya. "Apa pedulimu?"sahut gadis itu lagi-lagi menegak vodka nya yang entah sudah keberapa. Malfoy menyeringai melihat sikap cuek dan dingin yang sedari dulu gadis itu lontarkan padanya, bahkan sejak mereka bertatap pandang pertama kali pada usia mereka 10 tahun, gadis itu selalu memberikannya sarat dingin.

Hermione Jean Granger. Penampilannya sungguh mengejutkan saat pertama kali Malfoy menangkap samar-samar sosok gadis yang dulu menjadi partnernya sebagai ketua murid sewaktu di Hogwarts di barisan kursi bar dan sedang menegak minuman beralkohol. Penampilan Hermione yang dulu dengan rambut keemasannya yang tak teratur seperti sarang lebah yang selalu mengenakan pakaian alakadarnya dan rata-rata kebesaran, itu kini berubah menjadi rambut keemasan yang didominasi blonde dan rambut itu tidak lah ikal berantakan dan kini bertransformasi menjadi lurus, garis bawahi LURUS.

Lurus licin sebahu, poni nya yang dulu rata se-alis berciri khas sekali murid cemerlang dari Gryffindor yang hampir selalu mendapat nilai sempurna dan selalu menjadi pesaingnya dalam hal apapun telah hilang dengan poninya yang sama panjang dengan rambutnya. Wajahnya dipoles mengenakan make up tipis, dan tubuhnya terbalut tight dress tanpa lengan diatas paha. Membuat tubuhnya terbentuk jelas, membuat lelaki normal manapun pasti akan meliriknya. Menakjubkan. Perubahan gadis yang identik dengan prestasi serta kutu buku itu tumbuh menjadi gadis dewasa yang sempurna.

Malfoy melirik wajah pucat itu sekilas. Lelah, stress, frustasi, dan tampang seperti ingin bunuh diri, Malfoy menyimpulkan itu dari lingkaran hitam mata pandanya, ditambah matanya yang sembab, serta bagaimana cara gadis itu menjambak rambutnya sendiri dengan frustasi, apalagi dengan 7 gelas kosong sisa minuman beralkoholnya. Lengkap. Gadis itu sedang kacau.

Malfoy sendiri tidak terlalu mengetahui tentang kabar Hermione, secara sejak mereka dikelas satu Hogwarts, baik Malfoy maupun Granger telah mengibarkan bendera perang yang diawali dengan Malfoy menghina Hermione sebagai darah lumpur yang menjijikan. Yang artinya mereka tidak pernah sama sekali berteman jadi, mereka tidak peduli satu sama lain. Namun sialnya, saat Voldemort berhasil dijatuhkan dan Hogwarts kembali direnovasi, mereka menginjak tahun ke tujuh dan mereka terpilih sebagai ketua murid Hogwarts. Yang harus bekerja sama dalam hal apapun juga. Dan berada dalam satu asrama bersama, 10 tahun silam.

"Kau terlihat kacau, Granger."komentar Malfoy. Hermione mendesis, "Aku juga tahu, bodoh.". Malfoy terkekeh. "Jadi kau kemari untuk menghilangkan kekacauan mu?"tanya lelaki pemilik darah Slytherin yang mendarah daging. Hermione mengangguk singkat.

"Kau sendiri sedang apa di diskotik malam seperti ini?"tanya Hermione, sebenarnya Hermione juga tahu bahwa lelaki angkuh itu menyukai pesta. Malfoy terkekeh "Mencari wanita?"jawabnya singkat tapi mampu membuat Hermione mendecih jijik.

Malfoy berujar dalam hati, tiba-tiba diotaknya terdapat ide gila untuk membantu si pemilik darah lumpur itu. Kemudian ia memesan satu botol Whiskey beralkohol tinggi beserta dua gelas kosong kepada bartender. Menunangkannya pada dua gelas berukuran mini tersebut "Granger,"

Malfoy menaruh gelas kecil berisi Whiskey dihadapan Hermione, Hermione melirik gelas itu sanksi, "Aku memang berniat mabuk, tapi tidak bersamamu."katanya kemudian. "Ah, aku lupa, bahwa kau tidak kuat dengan Whiskey."pancing Malfoy hati-hati. Hermione mendengus kemudian menenggak habis Whiskey itu kemudian ia menggeleng kuat dengan matanya yang terpejam, alkoholnya terasa sangat kuat sampai kepalanya terasa diawang-awang. "Kata siapa?"tantang Hermione berusaha sadar.

"Kau lupa? Waktu itu kau sampai muntah-muntah diacara perpisahan Hogwart karna hanya meneguk segelas Whiskey."goda Malfoy menuangkan kembali Whiskeynya. "Omong kosong."sambarnya.

"Kau tidak lupa kan, kita partner waktu di kelas ke tujuh?"

"Masa-masa terburuk dalam hidupku."jawab Hermione singkat. Gadis sialan. "Jadi yang di media itu benar? Kau adalah Draco Malfoy yang itu?"tanya Hermione. Draco menyeringai "Aku tetap dan selalu menjadi Draco Malfoy, Granger, yang tampan dan kaya raya, tentu saja"

Hermione tertawa, lagi-lagi hambar. "Keturunan darah murni seperti mu kenapa sudi menginjakan kaki di dunia kami."cemoh Hermione. Malfoy kembali menyodorkan segelas Whiskey. Lelaki itu ingin melihat seberapa kuat yang artinya seberapa sering gadis itu minum. Hermione menenggaknya lagi.

"Kasta Pure-blood, Half-blood dan muggle telah dihapuskan sejak rezim voldemort jatuh."kata Malfoy ikut menenggak Whiskeynya. Hermione tidak menjawab.

"Aku penasaran, mengapa kau menetap disini? Dan mengembangkan bisnis mu di dunia muggles?"kali ini Malfoy bertanya. Hermione mengerjapkan mata. "Jadi kau mulai tertarik dengan ku?"kekehnya. Hermione menghela nafas panjang.

"Kukira kau juga menyadarinya, Granger, didunia sihir sudah tidak ada lagi masa depan. Untuk ku sendiri, dan nampaknya berlaku juga untuk mu, bukan?" Dalam hati, Hermione menyetujui hal itu.

Kali ini mereka terdiam diantara dentuman musik muggle yang memekak kan telinga, disusul puluhan para muggle yang turun ke lantai dansa dan berjoged dengan heboh. Mereka berdua memperhatikan, hingga akhirnya Hermione bersuara. "Nah. Aku tidak beminat menghabiskan waktu disini untuk berbincang denganmu."kata Hermione menenggak langsung Whiskey yang masih di dalam botol itu sampai habis sebelum benar-benar terjun ke tengah lantai dansa. Malfoy mengerutkan keningnya. Sejak kapan seorang Granger kutu buku itu menyukai pesta riuh macam ini? Detik berikutnya, Malfoy mengikuti langkah kaki Hermione.

Ditengah sana, Malfoy menangkap tubuh mungil Hermione berdansa heboh dan dikelilingi sekitar 5 orang lelaki yang berusaha mendapat kesempatan untuk meraba bagian tubuh Hermione.

Oh sial, dia mabuk berat.

Malfoy segera menyusup masuk ke lingkaran itu dan menarik lengan Hermione dengan cepat sebelum lelaki berbadan tegap itu mencumbu leher jenjang Hermione, sial. Malfoy merasa bersalah sekarang telah membuat mabuk berat Hermione.

"Kita kembali kebartender!"seru Malfoy berusaha melawan dentuman musik yang biasa sangat ia sukai itu. Hermione mengangkat bahu tak acuh, kemudian ia tertawa keras. Tiba-tiba, Hermione melingkarkan lengannya pada leher Malfoy, dan mulai berjoged riuh. Malfoy terkejut. Ia sudah biasa berdansa dengan seorang perempuan yang bahkan lebih cantik dari si kutu buku ini. Tetapi yang membuat kaget adalah ia sekarang malah berdansa dengan musuh bebuyutannya sendiri di masa sekolah.

Malfoy merasa agak canggung saat ia sedekat ini dengan darah lumpur, nyaris tanpa jarak. Seakan sudah tidak ada lagi oksigen dan akal yang tersisa, Melihat Hermione yang telah menubruk tiga orang secara berturut-turut dan menghardiknya tidak jelas, Malfoy menarik paksa lengan Hermione yang telah berdansa dengan nya selama satu jam.

"Eh? Kenapa kita keluar dari lantai dansa?"tanya Hermione polos setelah mereka duduk kembali di deretan kursi bartender.

"Ron, apa kita harus berakhir seperti ini?"tanya Hermione

"Tidak. Jelas tidak."jawab Ronald Wiliam Weasley tegas.

"Kenapa?"pintanya sekali lagi.

"Sudah kubilang. Aku tidak bisa berhubungan jarak jauh seperti ini, apalagi kau yang menolak keras kembali ke dunia sihir dan memilih untuk menetap di duniamu."kata Ron sambil mengepalkan tangan.

"Aku hanya meminta pengertian mu, Ron. Kau tahu aku butuh waktu untuk kembali di dunia sihir, aku harus memikirkan orang tuaku juga. Hidupku bukan hanya untukmu,"ujar Hermione berusaha untuk sabar yang kesekian kalinya. Bertahan untuk tidak berteriak karena pertengkaran mereka yang kesekian kalinya minggu ini. Tapi Ron amat tegas. Hubungan mereka akhir-akhir ini tidak jelas karna jarangnya komunikasi diantara mereka yang berbeda dunia sebab Hermione memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan dirumah ayahnya, Dunia Muggle. Dan Ron tidak mensupport itu. Hermione tidak mengerti mengapa ia ditempatkan disuatu kondisi dimana ia dihadapkan harus memilih antara Ron atau kedua orangtuanya. Mengapa Ron tidak pernah bisa dewasa? Mengapa sahabat sekaligus kekasihnya ini begitu egois? Mengapa Ron begitu marah akan setiap hal kecil yang ia lakukan?

Entah karna apakah ia memang benar-benar membenci dunia Muggle atau Ron cemburu bahwa Hermione lebih mementingkan ayahnya dibanding dirinya.

"Maafkan aku, Hermione. Mungkin ini sudah jalan yang terbaik bagi kita. Kau dengan dunia mu, dan aku dengan duniaku. See you on the other side, Mione."

"Kau sudah bangun?"ujar suatu suara disampingnya tanpa menoleh dan tetap fokus pada bukunya. Hermione mengerjapkan mata, kepalanya terasa pusing dan ia merasa akan muntah sekarang juga, ia menoleh mendapati Malfoy kini menatapnya datar tanpa atasan. Hermione terkesiap. Ia mengintip badannya dibalik selimut tipis. Baju jersey lengkap dengan celana tidur, gaun nya tergeletak dilantai. Tidak perlu dijelaskan apa yang terjadi padanya dan Malfoy ferret semalam, bukan? karena jelas-jelas ia telah memakai baju lain, gaunnya tergeletak diatas lantai, dan Malfoy sialan half naked di sampingnya. Hermione sudah tidak mau berpikir apa-apa lagi, ia gemetar kemudian berseru:

"Kau... Bajingan!"

to be continued

mind if you give some review? because i would love to read that ;)