Pemuda ramping berumur 27 tahunan dengan surai emasnya yang ditutupi oleh sebuah topi cowboy berwana merah serta pakaian modis yang sesuai dengan topinya, berjalan lesu menelusuri kota Hokkaido sambil menyeret koper hitam yang lumayan besar dibelakangnya.
Berniat untuk berlibur ke Osaka, dirinya malah terkena sial bertubi-tubi. Mulai dari ia ketiduran dikereta hingga terlewat dari stasiun tujuannya sampai ia baru menyadari kalau dompet, handphone, serta barang-barang penting miliknya telah lenyap tanpa jejak entah kemana.
Hilang sudah niatnya untuk berlibur.
Sial memang dirinya hari ini. Ia bahkan tidak bisa membuka identitasnya yang sangat terkenal itu pada siapapun, karena kalau hal itu terjadi dijamin dirinya benar-benar tak akan bisa pulang dengan selamat sampai rumah. Tahu sendirilah fans di jepang itu fanatiknya kayak apa.
Satu-satunya cara agar ia bisa kembali adalah dengan mencari ongkos untuk pulang...
Kruyuuuuk~
Dan juga untuk makan.
Kise mengusap-usap perutnya yang tengah keroncongan. Dia baru ingat kalau sebelum berangkat dirinya hanya sarapan sedikit.
Menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan. Kise tak juga menemukan tempat untuknya agar bisa mendapat uang.
Ia tak bisa kerja di toko bunga. Sangat bahaya bila si pelanggan bahkan pemilik toko mengenali wajahnya.
Ia juga tak bisa kerja di cafe, sama saja akibatnya dengan yang diatas. Lalu ia harus bekerja dimana? Tidak mungkin kan kalau ia menjadi kuli bangunan?
Hari semakin sore seiring membengkaknya betis Kise yang rasanya sudah mau copot karena terus berjalan tanpa henti ia bahkan tak memiliki uang sepeser pun untuk menginap di hotel. Miris.
Tapi, di tengah keputus asaannya, tiba-tiba selembar kertas terbang mengenai Kakinya.
Penasaran, ia pun mengambil kertas itu dan terkejut dengan wajah sumringah ketika melihat tulisan yang ada disana.
SANGAT DI CARI!
L/P YANG BISA MENGURUS ANAK
TELP.021XXXXXXX
SEGERA!
Senyum terkembang di wajahnya yang tadi kusut. Sepertinya ini sangat cocok untuk pekerjaannya sementara, apalagi ia juga menyukai anak kecil. Dengan terburu-buru satu tangannya pun langsung bergerak dengan cepat untuk mengambil benda elektronik yang selalu di bawanya.
Tapi...
Ia langsung jatuh berlutut dengan kedua tangan terkepal yang meninju aspal ketika mengingat handphone kesayangannya sudah hilang.
"Sial sekali aku 'ssu yo..."
Gumamnya sambil meratapi kembali kertas yang ia temukan tadi.
Terdiam sebentar ketika ia membaca tulisan kecil yang ada di pojok kanan paling bawah. Tidak terlalu kecil sih, hanya Kise saja yang tidak membaca tulisan itu sampai habis jadi ia tak sadar kalau disana tertera alamat dari pihak yang bersangkutan.
"Ah... rupanya aku beruntung 'ssu..." gumamnya dengan wajah yang kembali ceria.
Kuroko No Basket : © Tadatoshi Fujimaki
Be My Wife? NANIII?! : © Hiria-ka
Setelah susah payah mencari mondar-mandir sana sini dan bertanya pada beberapa orang di mana alamat itu. Akhirnya Kise sampai juga di depan sebuah rumah gedongan dengan desain kuno seperti rumah mewah milik bangsawan-bangsawan inggris zaman dulu.
'Pemiliknya pasti kaya sekali 'ssu' pikir Kise yang merasa dirinya kalah mewah dengan pemandangan itu.
Sedikit heran, bagaima ia bisa masuk kerumah itu bila tak ada satu pun tombol bel disana. Apalagi jarak rumah dan gerbangnya cukup jauh. Apa ia harus teriak?
Baiklah. Kalau memang begitu. Ia harus nekat melakukan apapun agar bisa pulang.
Kise menarik napasnya dalam-dalam. Baru saja ia mau mengeluarkan suara untuk berteriak, tiba-tiba bola matanya menangkap sosok wanita cantik paruh baya berambut merah yang sedang menyirami kebun bunga mawar yang berada dipinggir jalan berbatu yang memisahkan gerbang dengan rumahnya.
Tak mau menyia-nyiakan waktu Kise pun dengan cepat langsung memanggilnya dari luar gerbang "PERMISI?" teriaknya cukup kencang sehingga wanita surai merah itu menoleh kearahnya.
"Ya? Ada perlu apa?" si wanita paruh baya meletakan selang airnya yang masih mengalir begitu saja ditanah lalu menghampiri Kise dan membuka gerbangnya.
"Maaf nyonya, Apa benar pemilik rumah ini membutuhkan pengasuh anak? Aku melihat dari selebaran ini 'ssu" Kise menunjukan kertas yang di pungutnya tadi.
"Ah! IYA! Benar sekali! Aku memang sedang mencari seseorang untuk mengurus anak ku selagi aku tidak ada dirumah" Wanita itu tersenyum lembut pada Kise yang juga ikut mengembangkan senyum leganya.
"Uwaaah... syukurlah 'ssu... aku kemari ingin mengambil pekerjaan ini 'ssu yoo" ucap Kise dengan bersemangat.
Wanita cantik itu hanya bisa tertawa kecil melihatnya. "Oh.. baiklah. Kalau begitu ayo masuk. Kita bicara didalam" ia pun mengajak Kise untuk masuk ke rumahnya.
.
.
.
.
.
"Ah... jadi begitu..." tanggap wanita paruh baya yang diketahui adalah nyonya besar Akashi dengan prihatin, ketika mendengar semua cerita Kise mengenai kesialannya sampai ia harus mau tak mau bekerja disini.
"Maaf... karena aku tidak bisa lama-lama kerja disini 'ssu..."
Wanita itu tersenyum lembut "Tidak apa-apa. hanya satu bulan saja kan? Kebetulan aku hanya akan pergi kurang lebih tiga minggu"
"Waaahh! Terimakasih atas pengertiannya 'ssu, Akashi-san"
"Baiklah. Kau bisa bersiap-siap sekarang. Sebentar lagi putraku akan pulang"
Tanpa ada rasa janggal sedikit pun Kise mengangguk lalu pergi kekamarnya dengan diantar seorang pelayan.
Kise terdiam kaku. Di hadapannya berdiri pemuda bersurai merah dengan mata heterochrome yang masih mengawasinya tajam. Apakah penampilannya dengan kemeja putih dan celana hitam rapi yang ia pakai saat ini terlihat buruk sampai-sampai pemuda itu tak henti-hentinya mengamatinya? Padahal pemuda itu sudah menatapnya dari pertama kali ia datang. Terlebih lagi, kenapa majikannya— nyonya Akashi, hanya diam saja membiarkan suasana ini berjalan canggung setelah ia mengatakan "Selamat datang Sei-chan, perkenalkan ini Ryouta" dan setelahnya hanya dilanjutkan dengan tatapan tajam dari pemuda kepala merah itu sampai sekarang!
Oh! Kise benar-benar tak tahu harus melakukan apa. Kurang lebih 30 detik ditatapi seperti itu terasa seperti 30 abad baginya. Ia hanya bisa menunggu sampai pemuda yang kurang tinggi itu selesai menatapnya.
"Apa maksud ini semua. Ibu"
Kise melotot.
'Apa katanya? Ibu?' batinnya setelah pemuda itu mengeluarkan suara untuk yang pertama kalinya.
Wanita cantik bersurai scarlet itu hanya mengulas senyum mendapati pertanyaan dari si pemuda.
"Selama ibu pergi, dia yang akan mengurus mu Sei-chan. Ibu sudah pernah bilang padamu kan kalau ibu akan mencarikan seorang pengasuh untuk menjaga mu?"
DEGH
Kise menelan ludah. Ya-Yang benar saja? Kise tidak salah dengar kan? Masa iya dia harus mengurus 'anak' yang sudah berumur sepertinya? Apa ia salah baca tulisan yang ada diselebaran kemarin? Tapi ia yakin sekali kok kalau tulisan yang ada pada selebaran itu'DICARI PENGASUH ANAK'! tapi mengapa yang muncul bukan anak-anak? Yang ada malah pemuda kurang tinggi yang jelas sekali tidak perlu pengasuh untuk mengurusi dirinya! Apa ini lelucon?
Kise menatap canggung si pemuda merah yang kini tengah memijat pangkal hidungnya. Kedua manik heterochrome itu terpejam dengan kedua alis merah yang mengkerut tanda tak suka.
"Sudah ku bilang, aku bisa mengurus diriku sendiri" ucapnya dengan intonasi dingin dan berat.
Kise kontan tambah menegang mendengar pernyataan itu. Aahh! Berarti gagal deh ia bisa pulang kerumah secepatnya.
"Tidak ada penolakan Sei-chan! Kau sudah berani melawan ibu?" wanita scarlet itu berkacak pinggang sambil menatap anaknya kesal.
Kise sempat mengira kalau pemuda merah itu tetap akan membantah, tapi ajaibnya, si pemuda pen— kurang tinggi itu hanya menghela nafas berat dan menyetujui perintah ibunya.
"hah... Baiklah."
Setelahnya ia pun melenggang pergi dari sana dan meninggalkan Kise berserta majikannya berdua.
"Huff... baiklah, mulai detik ini, kupercayakan dia padamu Ryouta-chan" wanita itu menepuk bahu Kise.
"Urusi dia dengan baik. Pastikan kalau dia makan 3 kali sehari. Pagi, siang, malam. Kalau dia tidak mau makan paksa dia sampai mau. Dan pastikan kalau ia memakai selimut dengan benar ketika tidur, jangan sampai dia kedinginan. Jangan lupa untuk memberinya susu setiap pagi. Dan oh— Jangan membiarkannya tidur larut malam. Baiklah. Ku titip anak ku ya~" setelah berpesan pada Kise ia pun lalu pergi keluar bersama beberapa pelayan yang membawakan kopernya.
"Ha-Ha'i 'ssu..." Kise hanya bisa mengangguk gagap menanggapinya. Sepertinya tiga minggu kedepan akan menjadi hari-hari yang sulit baginya.
TBC...
A/N : no coment... hanya... salahkan saja otak saya yang lagi-lagi mendapat ide ditengah-tengah beberapa fic yang belom sempet dilanjut. I'm so sorry...
Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu anda untuk membaca^^
