I'm Hinata , Your Wife and Your Haters

Pairing : HinataxSasuke , NarutoxSakura , SasukexSakura .

Summary : Kami menikah karena dijodohkan , kami tinggal se-atap karena paksaan kedua orang tua . Hari – hari ku hanya di anggap angin oleh dirinya . Bahkan , ia tak segan – segan membawa kekasihnya kerumah kami dan membiarkan aku –istri sahnya- melihatnya .

Kapan penantian ku akan berakhir ? kapan aku akan terus dianggap bayangan oleh nya ?

Naruto bukan punya saya , tapi cerita ini punya saya .

By : Louise Yuiki

Warning : ada typo , ceritanya pasaran dan mungkin tak mempunyai feel , masih pemula jadi mungkin kurang menarik, dan mungkin serasa liat sinetron .

Chapters : 1 . A Devil Person

.

.

.

Dulu , sewaktu kecil Hinata bermimpi . Didalam mimpi tersebut , ia akan memiliki sebuah keluarga yang bahagia kelak . Memiliki tiga orang anak , hidup di keluarga bercukupan , tinggal dirumah sederhana , dan menjalani kehidupan bersama seorang pria yang tulus mencintainya .

Sayangnya ,

Hinata tak bisa melihat jelas rupa wajah suaminya , yang ia ingat hanya rupa anak – anaknya saja . Namun , ada satu petunjuk yang tak pernah Hinata lupakan . Pria itu bermata kelam se-kelam langit.

.

.

Disini , kita bisa melihat seorang gadis mungil yang tengah menunduk dan seorang pria paruh baya yang tengah menatapnya tajam . Mereka berdua duduk berhadapan dengan beralaskan bantal duduk .

Gadis bersurai indigo tersebut tak henti – hentinya meremas ujung pakaiannya yang sudah mulai lucek karena dirinya yang meremas kain itu terlalu kuat . Kepalanya ia tundukan dalam , seakan – akan ia tak berani menatap langsung sang ayah yang ada dihadapannya .

Setelah hening untuk waktu yang sangat lama , sang kepala keluarga yang memiliki mata unik – putih – tersebut angkat bicara . " Hinata , aku harap kau tak menolak perjodohan kali ini " ucapnya dingin .

Hinata berusaha mendongakkan wajahnya , tetapi ia kembali menunduk kala melihat tatapan ayahnya yang begitu menusuk . Dengan tergagap ia berkata " T-ta-tapi Tou-san.. "

" Aku harap kau tak mempermalukan nama Hyuuga didepan ketua Uchiha , Hinata. "

Hinata bungkam , bila ayahnya sudah berkata seperti itu artinya ia tak boleh membantah dan harus menuruti perkataannya . Dengan tangan yang saling bergetar ia meremas ujung pakaiannya lebih kuat lagi , hatinya terasa sakit .

Ia ingin bebas layaknya remaja gadis seperti yang lainnya , hidup bebas tanpa terlalu diatur oleh orang tua , bisa pergi jalan bersama teman , atau mengikuti acara gokon .

Namun , kenyataannya apa ?

Ia yang merupakan putri sulung keluarga bangsawan Hyuuga harus rela menjalankan masa mudanya dengan belajar , belajar , dan belajar . Sedangkan adik bungsunya dibiarkan bebas begitu saja , terkadang ia iri dengan adiknya , Hanabi .

Dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan sedari tadi , Hinata membungkuk . Kudua tangannya bertemu dan ia buat kan sebagai tumpuan jidatnya .

" S-saya mohon Tou – san , b-berikan saya waktu untuk memikirkannya se-secara b-baik – baik . " pinta Hinata .

" Tidak , Hinata . Pernikahan mu akan dilaksanakan dua minggu lagi dan itu artinya kau harus menjawabnya " ucap Hiashi dingin . Hinata ingin mengatakan sesuatu tapi langsung dipotong cepat oleh Hiashi . " Sekarang. " setelah itu Hiashi berdiri , meninggalkan Hinata seorang diri yang tengah menitikkan air mata .

.

.

Lain juga Hinata , lain juga pula Sasuke .

Pemuda yang tengah berdebat dengan ayahnya ini dengan gusar menggebrak meja tamu yang ada dihadapannya .

" Tidak , Tou-san ! Aku sudah bilang tidak akan pernah menyetujui perjodohan ini ! Aku sudah memiliki kekasih ! " ucap Sasuke sedikit membentak .

" Sasuke jaga ucapanmu ! Sudah berapa kali ayah bilang gadis jalang itu tak cocok dengan mu ! " bentak Fugaku , ia menatap tajam sang anak yang juga tengah menatapnya tak kalah tajam.

" Apa karena dia kerja di pub Ayah menyebutnya ia jalang begitu ? " tanya Sasuke jengkel.

" Justru karena itu ! Ia tidak memiliki latar belakang yang jelas Sasuke ! "

" Aku tidak mau ! Aku mencintainya , gadis inilah yang seharusnya disebut jalang kare— "

PLAK

Sasuke membentak Fugaku seraya menunjuk – nunjuk foto seorang gadis berbalut kimono yang tengah tersenyum manis kehadap kamera . Namun , ucapannya terhenti kala Fugaka menamparnya dengan keras .

Mikoto yang melihatnya langsung berdiri dan mengelus – ngelus punggung Fugaku . " Sabarlah Fugaku – kun.. " bisik Mikoto .

Nafas Fugaku memburu , dadanya naik turun , wajahnya pun sudah memerah menahan amarah . Setelah Mikoto berhasil menenangkannya , Fugaka meninggalkan ruangan tersebut bersama Mikoto .

" Kau tahu Sasuke , aku memilih gadis itu sebagai pendampingmu karena ingin melihatmu hidup bahagia kelak " ucap Fugaku lirih sebelum benar – benar pergi meninggalkan Sasuke seorang .

" Heh.. bahagia katanya ? " ucap Sasuke sinis , ia memandang foto gadis yang akan menjadi istrinya sekilas . Setelah puas memandangnya dengan tatapan jijik , ia meraih foto tersebut dan merobeknya . " Kita lihat saja , sampai mana gadis ini bertahan " ucapnya sinis dan membuang sobekan foto tersebut kesembarangan tempat .

.

.

Hinata mengerjapkan matanya beberapa kali kala mendengar jam waker nya berbunyi . Dengan malas ia ulurkan tangan kananya , mencari sumber suara tersebut dan mematikannya dengan malas .

Hari ini , langit nampak sangat hitam sekali . Padahal jam sudah menunjukkan angka ke tujuh , yang berarti menandakan bahwa hari sudah pagi . Cuacanya yang dingin membuat Hinata enggan bangkit dari kasur empuknya . Selimut ia rapatkan , guling sudah ia gapit . Ia siap pergi ke alam mimpi lagi jika saja suara Hanabi yang melingking itu tak mengganggu tidurnya .

" Hinata – neechan, cepat bangun dan sarapan ! " teriak Hanabi .

" Hanabi ! Jangan teriak – teriak didalam rumah ! " itu suara Neji yang menegur Hanabi .

Hinata sweatdrop , namun bukan Hinata namanya kalau ia marah – marah sama Hanabi dan Neji kalau mereka berdua sudah mengganggu waktu tidurnya . Dengan berat hati ia pun menyingkap selimutnya , tiba – tiba hujan pun turun . Hinata yang sudah duduk di pinggiran kasur pun menoleh kearah jendela kamarnya .

" Hujan.. " gumannya lirih .

" Hinata – chan , suatu saat bila ada hujan turun itu berarti aku menyuruh mu untuk semangat dan selalu tersenyum "

Hinata tersenyum melihat hujan deras turun dari langit , ia pun berusaha menyemangati diri sesuai ucapan seseorang yang dulu sangat ia cintai.

" Arigatou , Gaara – kun " guman Hinata .

.

.

Setelah bersiap – siap , Hinata turun ke lantai dasar untuk menemui Hanabi yang sudah menunggunya di ruang makan . Saat hendak menuju keruang makan , ia tak sengaja berpapasan dengan Hiashi . Dengan kepala sedikit menunduk ia menyapa ayahnya .

" O-ohayou , T-tou-san " sapa Hinata seraya membungkuk .

Hiashi tak menjawab , ia tetap saja berjalan dan mengacuhkan Hinata . Hinata yang mengetahui hal tersebut hanya bisa mengelus dada .

" Sabar Hinata .. " gumannya lirih .

Ia pun melanjutkan lagi perjalanannya menuju ruang makan , sesampainya didepan ruang makan Hinata menggeser pelan pintu dan menyapa satu persatu anggota keluarga yang masih bergeming di ruang makan .

"O-ohayou Neji – niisan , Hanabi – chan " sapa Hinata seraya tersenyum manis .

" Hn , Ohayou " jawab Neji tenang .

"Ohayou mo Nee-chan " jawab Hanabi semangat .

Hinata tersenyum manis terhadap dua saudaranya sebelum ia mengambil tempat disamping Hanabi untuk memakan sarapannya .

" Itadakimasu " doa Hinata , setelah itu ia mengambil sumpitnya dan mulai mencuil ikan goreng dengan beberapa buah dan saos diatasnya .

" Gimana ? " tanya Hanabi was – was , ia mengapitkan jari – jarinya .

" Um , ini enak sekali Hanabi – chan . Saosnya melumer dilidah " puji Hinata tulus , ia mulai mencuil daging ikan tersebut lagi .

Sedangkan Hanabi hanya tersenyum – senyum senang , ia pun meminum susu coklatnya seraya menunggu Hinata selesai sarapan . Neji yang sedari tadi menyelai roti tawar dengan saus kacang hanya bisa tersenyum samar melihat kedua saudaranya .

Setelah selesai sarapan , Hinata pergi ketaman belakang perumahan Hyuuga . Di sana , ia disambut dengan binatang peliharaannya . Dengan senyum yang merekah , Hinata menggendong binatang tersebut .

" Ne , Bunny – chan segitu kangen nya kah dengan ku ? " tanya Hinata seraya mengusap – ngusap kepalanya lembut . Sedangkan sang Bunny hanya menyamankan posisinya dalam gendongan Hinata , menandakan bahwa apa yang dikatakan Hinata itu benar .

Hinata tersenyum , ia pun membawa kelinci tersebut ke taman bunga yang ditengah – tengahnya ada air mancur . Bau air hujan masih tercium di indra penciuman Hinata , apalagi setelah melewati beberapa bunga mawar serbak aromanya sangat menyengat dan mengharumkan lingkungan . Padahal , langit masih me-rintikkan sedikit tetesan terakhir air hujan .

" Bunny – chan , apa kau tak rindu dengan pemilikmu ? Kalo aku , aku sangat rindu kepadanya " Hinata menengadah , menatap sendu langit yang mulai memancarkan kecerahannya . Perlahan tapi pasti awan hitam yang menutupi langit mulai menjauh dan digantikan dengan awan putih pemberi kehangatan .

Seolah bisa menebak pikiran Hinata , kelinci tersebut menggesek-gesekkan kepalanya di baju Hinata . Hinata yang menyadari ada gerakan lemah di sekitar perutnya hanya tersenyum setelah itu ia mengusap pelan kepala kelinci tersebut .

" Arigatou , sudah mau menemaniku " ucapnya , setelah itu ia pergi meninggalkan taman bersama sang kelinci .

.

.

Hiashi dan Hinata tengah bertatapan satu sama lain , masing – masing dari mereka seakan ingin mencari jawaban dari mata lawannya .

" Tou – san , a-aku.. aku a-akan menerima p-p-perjodohan ini " ucap Hinata , ia seusaha mungkin agar tidak tergagap namun kenyataannya ia tergagap .

Hiashi hanya diam seribu bahasa , ia menatap putri sulungnya dengan tatapan yang sulit diartikan . Bahkan , tatapan tersebut mampu membuat nyali Hinata sedikit menciut .

Setelah bungkam beberapa menit lamanya , Hiashi akhirnya angkat bicara . Namun , sebelumnya ia menghela napas pelan . " Baiklah , kalau begitu nanti malam persiapkanlah dirimu " ucap Hiashi datar . Setelah itu ia meng-akhiri pertemuannya dengan Hinata .

Setelah merasa Hiashi sudah cukup jauh dari ruangan , Hinata menghembuskan nafas berat . Ia menoleh ke kanan dimana disana langsung menghadap koridor luar . " Apa ini keputusan yang baik , Gaara – kun ? " batin Hinata .

Hinata pun bangkit menuju kamarnya , waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi . Ia ingin bersiap – siap untuk bertemu calon suami dan calon mertuanya nanti .

Seandainya saja Hinata tahu , bahwa Hiashi tidak benar – benar pergi . Saat Hinata keluar dari ruangan utama , Hiashi menatap punggung putrinya dengan tatapan sendu . Seandainya Hinata tahu sisi rapuh Hiashi , namun karena darah Hyuuga yang sudah mengalir dalam diri Hiashi ia jadi lebih memilih ego-nya dari pada menunjukkan sisi rapuhnya terhadap putri semata wayangnya . Sebenarnya , ia ingin mencegah Hinata untuk menolak perjodohan tersebut tetapi mulutnya berkata lain dari pada hati . Dan , dengan berat hati Hiashi merutuki kebodohonnya dalam menunjukkan emosi terhadap anaknya sendiri .

Hinata menghempaskan tubuhnya diatas kasur . Setelah memilah beberapa kimono untuk ia kenakan nanti malam , entah kenapa punggungnya terasa sangat pegal dan ia ingin sesegera mungkin merebahkan diri .

Ia melirik jaw wakernya , masih jam 12 siang . Mungkin ia bisa ber-istirahat sebentar sebelum waktu makan siang . Ia mencoba mempejamkan matanya , tak lama setelah itu terdengar dengkuran halus menandakan bahwa Hinata tengah tertidur .

.

.

Sasuke menggeram frustasi kala mengingat kekasihnya , - Haruno Sakura – mengusirnya dari apartementnya kasar setelah Sasuke menceritakan tentang perjodohannya . Ia membanting dengan geram setir mobilnya , ia masih ingat bagaimana pancaran mata Sakura yang menatapnya dengan tatapan sedih , sakit , kecewa , dan marah .

Ia juga ingat bagaimana Sakura menangis sambil memukul dada bidangnya , ia juga ingat bagaimana Sakura memberontak kala ia merengkuh tubuhnya erat .

Sasuke menggeram kesal untuk sekian kalinya , setelah beberapa menit dalam perjalanan yang hanya dipenuhi dengan umpatan dan geraman kesal dari mulut Sasuke . Sasuke tiba di rumahnya sendiri .

Setelah memberi kunci mobil kepada pelayan , Sasuke langsung melangkahkan kakinya kekamar dengan kaki yang saling menghentak . Namun , baru saja ia menaiki satu anak tangga Fugaku menghampirinya .

" Dari mana saja kau , Sasuke ? " tanya Fugaku dingin namun dienyah oleh Sasuke .

" Habis dari rumah mantan " jawab Sasuke enteng , ia pun mulai menanjaki satu anak tangga namun urun kala Fugaku mulai menanyainya lagi .

" Apa kau masih kerumah jalang itu lagi , Sasuke ? " tanya Fugaku geram , Sasuke yang mendengar Sakura disebut jalang pun langsung naik pitan .

" Dia bukan jalang yah ! " bentak Sasuke , setelah itu ia pun langsung melesat pergi menuju kekamarnya . Dengan kasar , ia buka daun pintu kamarnya dan menutupnya keras .

Fuguka yang mengetahui hal tersebut hanya bisa mengelus – ngelus dada dan beberapa kali ia mencoba menenangkan diri dengan menghela napas panjang .

Sasuke menghempaskan tubuhnya , ia menghela napas frustasi . Sesekali , ia akan mengacak – ngacak rambutnya dan memukul kasurnya kuat . Ia meraih handphone mahalnya , menjawab beberapa password dari handphone tersebut .

Setelah berhasil menjawab beberapa password , muncullah wallpaper gadis berambut pink tengah tertidur pulas . Gadis itu mengapit sebuah boneka 'ayam' yang tengah menatap kamera datar . Sasuke tersenyum tipis melihatnya , ia pun mengecup singkat gadis yang ada difoto tersebut .

" Aishiteru , Sakura " guman Sasuke .

TOK TOK

Sasuke menggeram frustasi kala ada seseorang yang berani mengusik ketenangannya . Dengan sedikit kasar , Sasuke membuka pintu kamarnya . Dihadapannya sekarang , ada seorang wanita cantik tengah menatapnya lembut .

" Kau sudah pulang Sasuke ? " tanya Mikoto lembut , ia hendak menyentuh pipi anaknya namun urun saat Sasuke menepis tangannya dengan kasar .

" Ibu , hari ini aku lelah . Bisakah ibu tidak mengganggu ku ? " tanya Sasuke dingin , Mikoto yang mendengar nada dinginnya Sasuke hanya bisa membelalakkan mata .

Dengan gugup , Mikoto pun berusaha tersenyum kearah Sasuke walau didadanya muncul sepercih rasa sakit .

" O-oh , begitukah Sasuke ? Maaf , Kaa-san tidak tahu.. " ucap Mikoto lirih , ia pun menunduk, menghela napas lalu menatap Sasuke lembut –walau dipaksakan- . "Kaa-san cuman ingin menyampaikan bahwa nanti malam keluarga Hyuuga akan kesini untuk makan malam " ucap Mikoto .

" Terserahlah " ucap Sasuke acuh tak acuh , ia pun menutup pintu dengan kasar . Tak memperdulikan Mikoto yang belum beralih dari posisinya .

Setitik air mata mulai membasahi pipi mulus Mikoto , namun itu langsung diseka oleh Mikoto . Setelah menormalkan kembali nafasnya yang mulai tersengal – sengal tadi , Mikoto pergi meninggalkan kamar Sasuke .

.

.

Hinata tengah siap dengan kimono nya . Kimono itu berwarna gelap , selaras dengan rambutnya yang gelap . Rambutnya disanggul dan di selipkan oleh jepit tusuk bermanik mawar dengan rantai – rantai emas disekitarnya .

Saat ini , ia dan Hiashi tengah dalam perjalanan menuju kediaman Uchiha . Hinata justru sangat gugup sekarang , ia tak henti – hentinya melirik – lirik keseluruh penjuru ruangan mobil . Kadang ke langit-langit , kadang keluar jendela , kadang ke bawah , kadang memperhatikan sang sopir melalu kaca spion .

Oke untuk kata yang terakhir lebih baik itu menjadi privasi Hinata sendiri , oke ?

Setelah 30 menit lamanya , akhirnya mereka berdua sampai ketempat tujuan dengan selamat . Jantung Hinata tak henti – hentinya berdegup kencang kala melihat rumah bergaya Eropa yang menjulang tinggi ke langit .

" Selamat datang , Hiashi – kun , Hinata – chan " sapa seorang wanita riang saat Hinata dan Hiashi sudah berada didepan rumah ala Eropa tersebut .

" Selamat datang , Hiashi " sapa seorang pria paruh baya dengan wajahnya yang stoic namun terkesan ramah dalam setiap nada perucapannya .

" Hn , lama tak jumpa , Fugaku , Mikoto " jawab Hiashi seraya menundukkan diri . Setelah menegakkan lagi badannya , Hiashi melirik Hinata . Menyuruhnya untuk memberi salam , secara tidak langsung .

" A-ah , konbanwa ojii-san , obaa-san " salam Hinata seraya membungkukkan diri . Sungguh santun sekali .

Mikoto hanya tertawa kecil , ia pun menepuk pundak Hinata pelan . " Ne , Hinata-chan panggil kaa-san saja ya ? kan sebentar lagi kau akan menjadi menantu ku " ucap Mikoto ramah , sedangkan Hinata hanya bisa menunduk membunyikan rona merahnya . Tersipu .

Mereka berempat pun pergi keruang makan , sesampainya diruang makan terdapatlah seorang pemuda bersurai raven tengah menatap 'tamu'-nya datar seraya menyembunyikan kedua tangannya di saku celana .

" Nah , Hinata – chanini Sasuke-kun calon suami mu nanti " ucap Mikoto memperkenalkan , sedangkan Hinata seberusaha mungkin untuk menyapa pemuda dihadapannya seramah mungkin .

" A-ah , yoroshiku . Sasuke-san "

Sasuke tak menjawab , ia menatap jijik Hinata sebelum mencoles pergi menuju bangkunya . Hiashi yang menyadari hal itu hanya bisa membatin . ' tidak sopan ' batin Hiashi . Fugaku pun sudah ingin membentak kelakuaan Sasuke yang tidak sopan itu jika saja ia ingat bahwa didepannya sedang ada 'tamu' .

Mikoto hanya memandang sendu sang anak sedangkan Hinata entahlah dia harus bilang apa untuk mendefinisikan perasaanya sekarang ini .

" Ehm , bagaimana kalau kita mulai makan malamnya ? " ucap Fugaku , memecah keheningan . Ketiga orang tersebut me-anggukkan kepala menyutujui usul sang tuan rumah . Mereka pun duduk di bangku masing – masing . Yang dimana , Fugaku duduk dibangku paling utama , Hiashi disebelah kanannya , Mikoto disamping kanan Hiashi dan berhadapan dengan tempat duduk Hinata yang duduk disamping kiri Sasuke setelah dipaksa Mikoto tentunya.

Mereka berdua pun makan dalam keheningan .

Setelah selesai menghabiskan makan mereka masing – masing , masih ditempat yang sama sang tuan rumah mengajak Hiashi untuk berbincang – bincang sebentar . Namun , lambat laun perbincangan ini menjadi panjang dan seru karena Mikoto ikut mengadili .

Sesekali , Mikoto , Fugaku , atau Hiashi menanyai Hinata atau Sasuke yang dijawab sopan oleh Hinata dan dijawab acuh oleh Sasuke . Hinata hanya bisa melirik pemuda yang disampingnya melalui poni ratanya . Ia merasa hawa disekitar Sasuke begitu mencengkam , seolah – olah berkata cepat-pergi-dari-sini .

Hinata meneguk ludahnya paksa , ia ingin segera pergi dari sini . Beberapa kali ia ingin mencoba berbicara dengan ayahnya untuk pulang , namun urun kala Mikoto atau Fugaku menanyainya lagi .

" A-ano.. "

" Ah , Sasuke-kun bagaimana kalau kau mengajak Hinata – chan jalan – jalan mengitari kediaman Uchiha ? " usul Mikoto semangat yang dibalas dengan plototan dari sang bungsu dan sulung Hyuuga .

" Ya , Sasuke . Ajaklah Hinata " kali ini Fugaku ikut menyuruh Sasuke , menyutujui usul sang istri .

Hinata hanya bisa menunduk gugup pasrah dan Sasuke berdecak kesal .

Dengan ogah – ogahhan ia langsung menyeret Hinata . Hinata yang belum siap langsung tersentak kaget dan hampir saja terjatuh jika Sasuke tidak langsung menariknya untuk segera mengikuti langkahnya yang lebar .

Hiashi yang melihatnya tentu saja tidak terima melihat putrinya diperlakukan kasar oleh calon menantunya . Namun ia urunkan karena ego-nya yang tinggi .

Ukh , Hyuuga Hiashi . Bahkan dalam keadaan begini pun kau masih saja mementingkan egomu .

Hinata tergopoh – gopoh mengikuti langkah kaki Sasuke yang besar dan terkesan buru – buru . Dengan sekuat tenaga ia berusaha menghentikan pemuda yang ada dihadapannya tersebut . " A-ano , Sasuke-san.. " panggil Hinata takut – takut .

Sasuke pun berhenti melangkah kala gadis yang diseretnya tadi memanggilnya . Ia menatap dingin Hinata .

BRUK

Hinata meringis pelan kala merasakan nyeri yang tak ketara di punggungnya , Hinata menengadah menatap Sasuke tak percaya . " Kau tahu Hyuuga , gara – gara kau aku berpisah dengan kekasih ku ! "

Sekali lagi , Hinata membelalakkan matanya , " A-apa maksud mu , Sa— "

" Jangan pernah memanggilku Sasuke kecuali didepan orang tua ku " bisik Sasuke dingin , ia mencengkram kuat kedua pundak mungil Hinata tak memperdulikan sang empu yang mulai meringis kesakitan.

Perlahan , Sasuke mencengkram erat leher putih Hinata membuat sang empu melotot melihatnya . Dengan sekuat tenaga , Hinata berusaha menarik tangan Sasuke menjauh dari lehernya namun itu tidak berhasil mengingat tangannya yang sudah bergetar hebat .

" Mungkin , bila kau mati itu lebih baik " bisik Sasuke tepat ditelinga Hinata . Ia mulai mencengkram erat leher Hinata , ibu jarinya menekan kuat nadi leher Hinata .

" Akhhh.. " Hinata menengadah , inginnya ia menghirup udara sebanyak yang ia bisa tapi ada sesuatu yang menahan keronkongan Hinata untuk bernafas dan alhasil nafas Hinata mulai terdengar putus – putus .

" S-s-sasuke – san.. akhhh.. to-tolong l-le-lepas k-khan.. " pinta Hinata disela – sela cengkraman Sasuke dilehernya semakin kuat .

Sasuke tak bergeming , ia terus saja mencengkram kuat leher Hinata . Namun , saat mendengar ucapan Hinata yang selanjutnya membuat Sasuke melepaskan cengkraman tangannya dengan tiba - tiba di leher Hinata .

Hinata langsung jatuh duduk merosot , ia terbatuk – batuk setelah itu mengambil nafas sebanyak – banyaknya . Nampak jelas memar biru ke unguan terekspos jelas di leher putih Hinata .

Sasuke menatap dingin Hinata , ia pun berjongkok dan menarik paksa surai indigo Hinata yang otomatis membuat gadis itu mendongak .

" Bila kau macam – macam sama dia , khe kau akan tau akibatnya ! " setelah itu , Sasuke melempar Hinata kasar dan secara tidak langsung membuat kepala gadis itu terbentur keras dengan dinding .

DUK

Hinata meringis , kepalanya tiba – tiba nyeri di bagian belakang . Belum lagi pinggang dan leher Hinata yang nyeri .

" T-tolong l-lepaskan a-aku , a-a-aku akan b-b-bilang ke-kepada kekasih Sasuke – san y-yang se-sebenarnya d-dan… "

" Uhuk.. a-a-aku ti-dak m-men-cintai akh.. mu.. J-jadi ja-ja-ngan k-k-khawatir.. "

Hinata menyandarkan tubuhnya perlahan , kepalanya menengadah menatap datar langit melalui atap kaca yang tembus pandang dari Hinata berada . Sedangkan itu , Sasuke langsung menghempaskan diri diatas kasur . Ia mengambil remote control ,

Klik

Setelah meneka tombol ON , tiba – tiba atap ruangan Sasuke bergerak membelah dan menampilkan langit-langit malam yang dilindungi oleh kaca tembus pandang .

Dari sini , takdir dan waktu akan memainkan alur jalan kehidupan mereka berdua . Di mana akan berakhir dengan sesuatu yang terduga dari kedua sejoli ini .

Saling menatap langit di tempat yang sama , mereka berdua menghela napas .

' Semoga ini hal yang terbaik yang diberikan Kami – sama untukku.. ' batin mereka berdua .

.

.

Hinata berjalin ter-atih – atih , tangan kanannya berusaha untuk menutupi ' bekas ' luka yang dihadiasi oleh Sasuke beberapa saat yang lalu . Ia menarik kerah kimononya , berusaha untuk menutupi walau nihil .

Setelah itu , Hinata mengambil sesuatu didalam kimononya . Sebuah sapu tangan bermotif lavender , Hinata pun membuat saputangan itu menjadi bagian segetiga dan menggulung perpanjang , setelah itu ia mengikatkan sapu tangan itu di sekitar leher putihnya .

Yak , sempurna .

Dengan begini , memar di leher jenjangnya tak akan terlihat oleh siapapun .

Walau hanya sesaat .

.

.

Hiashi menyerngit heran kala mendapati putri sulungnya melingkari sesuatu dileher nya , namun bukan ego Hiashi bila bertanya . Jadi ia berpura – pura tak mengetahui sesuatu hal yang ganjjil dalam diri Hinata .

Hinata mendekati ayahnya seraya menunduk , saat berada tepat didepan Hiashi , Hinata masih saja diam . Hiashi yang tak mengerti bertanya , " Apa ada masalah Hinata ? " tanya Hiashi datar .

Hinata hanya mengangguk , " Tou-san , b-b-bisakah kita p-pulang s-s-sekarang ? " tanya Hinata gugup , ia memainkan kedua jari telunjuknya .

Hiashi semakin menyerngit heran , Hinata tak biasanya meminta pulang duluan padanya . Padahal ia sendiri yang sering mengajak Hinata pulang .

Ada yang tidak beres.

" Baiklah , tetapi kau harus berpamittan terlebih dahulu kepada Uchiha – san " perintah Hiashi yang dijawab anggukan patuh oleh Hinata .

" A-ano.. Mikoto – basan , Fugaku – jisan , s-saya mohon p-p-pamit " ucap Hinata seraya membungkuk . Mikoto yang melihatnya hanya menyerngit heran . " Kenapa cepat sekali Hinata – chan ? " tanya Mikoto .

" Dia tidak enak badan , Mikoto . Maaf.. " ucap Hiashi , ia menepuk pelan puncuk kepala Hinata . Hinata hanya membelalakkan matanya , ia tak menyangka Hiashi akan menepuk kepalanya lembut .

" Oh , begitukah ? Baiklah.. " ucap Mikoto kecewa , ia pun memberikan pelukan hangat kepada Hinata . " Sering – sering main kesini ya Hinata – chan "

" B-baik "

Mikoto melepaskan pelukannya , ia memandang sendu terhadap Hinata . Fugaku yang menyadari hanya merangkul pinggang sang istri . " Jangan khawatir , kan masih ada Ino "

" T-tapi , Ino – chan kan lagi di London bersama Itachi – kun , dan parahnya Ino – chan tengah mengandung " Mikoto merengek , namun tak dihiraukan oleh Fugaku . Hinata hanya bisa melengo , dan Hiashi sudah biasa dengan sikap manja Mikoto .

" Baiklah , hati – hati di jalan ya . Hinata " ucap Fugaku lembut , yah walau tak ada senyuman yang mengpantri di bibir tipisnya .

" H-hai , arigatou gonzaimasu jisan – obasan " ucap Hinata seraya membungkuk , setelah itu Hinata dan Hiashi pergi meninggalkan rumah megah Uchiha tersebut .

Setelah dirasa Hinata dan Hiashi mulai menjauh dari rumah mereka , Mikoto menyenderkan kepalanya di pundak Fugaku . " Apa Sasuke akan menerima dengan baik kehadiran Hinata ? " tanya Mikoto lirih .

Fugaku tak menjawab , ia hanya mengusap lembut rambut gelap Mikoto . Setelah memberi kecupan singkat di ubun – ubun kepala Mikoto , Fugaku menarik Mikoto untuk masuk kedalam rumah besar mereka.

Sasuke yang melihat kepergian Hinata dari jendela kamar hanya menatap sedan hitam itu datar . Tak selang beberapa saat , handphone keluaran terbaru dari negeri gingseng tersebut berkedap – kedip . Menandakan sebuah pesan masuk .

From : Haruno Sakura

Alis Sasuke bertaut , buat apa gadis yang merupakan mantannya ini mengemail dirinya ? , tanpa basa – basi lagi Sasuke membuka pesan tersebut .

From : Haruno Sakura

Sasuke – kun , maafkan aku . Aku menyesal , bisakah kita bertemu ditempat biasa sekarang ?

PS : Aku mencintai mu , Sasuke – kun.

Setelah membaca pesan singkat dari Sakura , Sasuke langsung menyambar jaket kulitnya tak lupa pula ia menghubungi seorang pelayan untuk menyiapkan ia mobil sport hitamnya .

Sasuke turun dengan tergesa-gesa , tak mengindahkan panggilan Mikoto yang beberapa kali memanggilnya . Sasuke langsung menginjak pedal gas kuat , dan segera melesat pergi dari kediaman Uchiha . Meninggalkan sesosok wanita yang tengah menatap kepergian anaknya sendu.

.

.

Sasuke memparkirkan mobilnya kala ia sudah dekat dengan lokasi tujuan . Setelah dirasa mobilnya aman , ia pun berlari kecil ke sebuah cafe terkenal di kalangan remaja dan dewasa .

Kriing

" Selamat datang ! "

Sasuke mengedarkan pandangannya , lalu dilihatnya sesosok manusia bersurai bubble gum tengah memunggunginya . Kelegaan muncul dalam hati kecil Sasuke , setelah merapikan penampilannya Sasuke melangkah tenang dengan berwajah datar layaknya seorang Uchiha .

" Lama menunggu ? "

Sang gadis terlonjak kaget , ia menoleh ke kanan dan mendapati seseorang yang tengah ia tunggu sejak tadi . Senyum merekah di wajah ayunya . " Tidak , duduklah "

Sasuke menduduki kursi yang tepat berada dihadapan sang gadis . Setelah menyamankan tempat duduk , Sasuke membuka topik . " Jadi ? " tanya Sasuke tanpa basa – basi .

Sakura mengenggam erat kedua tangan pemuda yang berada dihadapannya , tatapannya berubah sendu yang tak bisa ditahan oleh Sasuke . " Aku mencintaimu Sasuke – kun , kembalilah kepada ku.. " pinta gadis tersebut , ia menuntun tangan tersebut ke pipi kanannya yang sudah dibasahi oleh air mata . " Onegai "

Hati Sasuke mencoles , jujur saja ia ingin mengatakan YA dan memperbaiki hubungannya dengan Sakura yang sempat putus tersebut . Namun , sesuatu menahannya , sesuatu yang mengatakan bahwa bila ia menerima tawaran Sakura akan terjadi sesuatu yang buruk .

" Uhuk.. a-a-aku ti-dak m-men-cintai akh.. mu.. J-jadi ja-ja-ngan k-k-khawatir.. "

Entah kenapa kalimat yang dilontarkan gadis bersurai gelap beberapa waktu yang lalu tergiang diotaknya .

Tidak , kenapa ia memikirkan gadis tersebut ? Dan , apa yang perlu ia khawatirkan ? Bukannya ia ingin sekali hubungannya dan Sakura berbaikan seperti sebelumnya ?

" Baiklah Sakura " ucap Sasuke , ia membalas genggaman tangan gadis tersebut .

.

.

Hinata melihat dirinya yang tengah membalas menatap dirinya di pantulan cermin . Disana , di sekitar lehernya yang putih terdapat noda biru keunguan . Salah satu tangan Hinata terulur untuk menyentuh memar tersebut , namun baru tersentuh sedikit saja sudah mengantarkan nyeri yang luar biasa sakit .

Hinata meringis pelan , ia pun berjalan menuju kotak obat yang berada di meja perhiasannya , mengambil obat salep oles dan kembali lagi ke cermin . Ia buka tutup obat salep tersebut , lalu mencolek isinya dengan jari telunjuk dan mengoleskannya di leher dengan perlahan dan hati – hati .

" Ukh.. " HInata meringis lagi kala jari telunjuknya menyentuh lembam .

Tok tok tok

" Hinata , daijoubu desu ka ? "

Hinata tersentak kaget , buru – buru ia mengoleskan semua lebam tersebut dengan obat salep lalu menutup tutup obat tersebut . Dan alhasil , salep tersebut tak menutup seluruh luka Hinata .

Buru – buru pula Hinata memakai gaun tidur terusannya , lalu menggeraikan rambut indigo nya .

" Hinata ? "

" Ha'i.. t-tunggu sebentar.. " ucap Hinata gugup , ia pun keluar dari kamar mandi dan langsung membuka pintu kamarnya .

Ceklek

" I-iya A-aniki ? " tanya Hinata seraya tersenyum , kikuk .

Neji menyerngitkan kedua alisnya , " Daijoubu desu ka ? " tanya Neji lagi . Ia melirik Hinata dari atas ke bawah lalu ke atas lagi dan berhenti di leher jenjang Hinata .

" Hinata , apa ini ? " tanya Neji khawatir , ia menyingkap sedikit rambut Hinata .

" O-oh i-i-ini.. b-bukan a-apa-apa Neji-Aniki " jawab Hinata gugup , keringat dingin mulai bercucuran di sekitar pelipisnya . Iris amethystnya bergerak gelisah saat Neji menatapnya intens . Bahkan , tatapan Neji bisa membuat bahu Hinata sedikit bergetar karenanya .

" Apa yang dia lakukan , Hinata ? " tanya Neji penuh penekanan , yang ditanya sudah kalang kabut mencari seribu alasan .

" I-itu.. a-ano.. ng.. " Hinata mulai panik , kedua telunjuknya sudah saling beradu , matanya bergerak gelisah , wajahnya pucat .

Benar – benar deh , pikir Neji.

" Kalau kau tak mau mengatakannya , aku akan tanya langsung ke pantat ayam tersebut " ucap Neji pura – pura kesal , ia pun hendak pergi meninggalkan Hinata yang sekarang berubah menjadi ketakutan .

Takut dimarahi Sasuke , takut di cuekin Neji .

" T-t-t-tunggu Aniki ! " seru Hinata , ia menarik lengan Neji .

" Apa ? " tanya Neji ketus .

Hinata menunduk dalam , ia berusaha menenangkan detak dan tangannya yang gemetar . Setelah memakan waktu yang lama dan Neji masih setia menanti , akhirnya Hinata mengangkat dagunya , melalui tatapannya ia menyuruh Neji untuk mengikutinya yang dibalas anggukan paham oleh Neji .

Dari kejauhan , Hanabi mengumpat geram kepada bungsu Uchiha tersebut . Dengan mengendap – ngendap ia mengikuti langkah kedua kakaknya tersebut .

.

.

Gaara – kun , hari ini langit tampak begitu indah . Bulan bersinar terang , jutaan bintang berkelap – kelip menghiasi langit , dan tak lupa angin malam musim semi pun berhembus pelan menarikan beberapa helai surai indigo ku .

Hinata menengadah menatap langit , kedua tangannya sibuk mengelus dan menompang tubuh kelinci kesayangannya . Surai indigo nya bergerak pelan kala angin malam meniupnya nakal .

Neji hanya bisa terpana melihat adik kandungnya . Di bawah sinar rembulan , ia tampak seperti malaikat yang baru jatuh dari bumi . Rambutnya yang bergerak pelan , wajahnya yang sayu , sungguh Neji tak bisa mengontrol detak jantungnya yang tiba – tiba bertalu cepat .

Apalagi sekarang , Hinata memakai kimono putih yang biasanya dipakai para Hyuuga untuk pergi ke alam mimpi . Dan , kimono yang dipakai Hinata adalah kimono tipis yang kedodoran dengan panjang kimono 3cm di bawah lutut .

Oh , tidak Neji ! Dia itu adik mu , kau pasti hanya terpesona dengan keanggunannya , ya pasti ! , batin Neji .

Setalah puas menatap langit , Hinata menunduk untuk melihat seseorang yang tengah menunggunya untuk memberinya penjelasan .

" Aniki.. "

Dan , panggilan Hinata tadi sukses membuat alam sadar Neji kembali .

" Masalah Uchiha – san itu.. m-memang b-b-benar.. " aku Hinata . Ia menunduk , mengelus bulu – bulu lembut kelinci kesayangannya .

Neji hendak saja memaki bungsu Uchiha tersebut namun dipotong cepat oleh Hinata , " T-tapi , U-Uchiha – san.. t-tak semuanya s-salah.. "

Neji melebarkan matanya , " Apa maksudmu Hinata ? Jelas-jelas— "

" Apa Aniki p-pernah berpikir u-untuk di.. j-jodohkan ? " potong Hinata .

Neji terdiam , pertanyaan Hinata tadi diluar perkiraan Neji . Ia tak pernah berpikir akan dijodohkan , toh Hiashi sendiri tahu bahwa ia ingin melanjutkan studinya terlebih dahulu lalu menggantikan ayahnya menjadi pengurus saham Hyuuga . Tak pernah terpikirkan olehnya akan dijodohkan dengan wanita lain .

Tapi , apa benar ayahnya selama ini tak pernah memikirkan jodohnya nanti suatu saat ?

" Tidak , aku tidak pernah berpikir seperti itu " guman Neji lirih yang masih bisa didengar oleh Hinata .

Sudah kuduga , pikir Hinata . Ia menghela napas panjang , entah kenapa masalah ini menjadi sedikit rumit dari yang ia pikirkan .

" S-seandainya Aniki s-sudah memiliki k-kekasih— " Hinata ragu untuk melanjutkan ucapannya , tapi ini sudah di tengah jalan dan Hinata tak ingin memperpanjang masalah ini .

"— dan.. d-dijodohkan dengan wanita l-lain . A-apa yang akan A-aniki lakukan ? "

Neji termenung , ia menatap Hinata yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan . Keadaan menjadi hening , bahkan Hanabi yang mengintip dari balik pohon pun bisa mendengar deru nafasnya yang teratur .

Angin berhembus lagi , menggerakkan pelan pohon bamboo dan menimbulkan suara daun yang bergesekan . Pohon yang rimbun daun pun tak kalah berisiknya saat helaian daun saling menggesekkan satu sama lain akibat angin malam yang konon katanya bisa membuat fisik kita lemah dan gampang terhinggap virus yang menyebabkan kita masuk angin .

Namun , Hinata justru menyukainya . Ia suka angin malam , ia suka suara – suara gesekan daun saat angin malam meniupi mereka . Biarpun tubuh Hinata lemah dengan dinginnya angin malam , tapi Hinata tak perduli . Justru ia senang bila sakit , dengan begitu semua penghuni Hyuuga akan memperhatikannya bila ia sakit .

Alasan yang konyol bukan ?

Itulah Hinata , darah Hyuuga yang mengalir pada dirinya membuat ia menjadi kepala batu yang tak memperdulikan dampak negative yang akan merugikan dirinya sendiri pada akhirnya .

" Mungkin , aku akan marah pada Tou – san karena telah mengambil keputusan sepihak dan akan membenci wanita yang akan menjadi istriku kelak " jawab Neji ragu pada akhirnya , oh ayolah Neji setelah hening yang cukup lama kau cuman bisa menjawab dengan kalimat seperti itu ? Mana Hyuuga Neji yang terkenal jenius ?

" Nah , seperti itulah perasaan Uchiha – san.. " Hinata tersenyum manis terhadap kakak kandungnya tersebut , kelinci yang sedari tadi berada dalam gendongannya sudah duluan pergi kealam mimpi .

" Tapi , setidaknya tak perlu berniat membunuh juga kan ? " tanya Neji tak terima , tentu saja tak terima . Siapa sih yang akan terima bila melihat adik kesayanganmu hampir dibunuh dengan calon suami nya sendiri ? Kecuali bagi dia yang tak beperasaan dan menaruh dendam terhadap adiknya sendiri .

Hinata menggeleng lemah , " A-aniki , U-uchiha – san begitu k-karena dia sedang t-terbawa emosi " ucap Hinata , ia melangkah pelan menuju gubuk mungil yang tak jauh dari tempat persembunyian Hanabi .

Hanabi yang menyadarinya sudah harap – harap cemas agar tak ketahuan oleh Neji sama Hinata .

" D-dijodohkan s-secara sepihak , b-berpisah d-dengan kekasih s-secara t-tak baik , m-menikah dalam jangka dekat , a-a-apa A-aniki y-yakin tak akan melakukan apa y-yang dilakukan U-uchiha – san ? " tanya Hinata . Setelah sampai didepan gubuk mungil tersebut , Hinata berjongkok , dengan hati – hati menaruh kelinci kesayangannya kedalam gubuk tersebut , menyelimutinya dan mengusap lembut kepala kelinci tersebut sebelum menutup pintu gubuk hangat tersebut .

Neji diam seribu bahasa , dalam hati ia membenarkan ucapan Hinata tersebut . Ia yang juga lelaki mengerti keadaan Sasuke , jika ia menjadi Sasuke pasti ia tak jauh dari sikap Sasuke yang melampiaskan kekesalannya terhadap calon istrinya berharap wanita tersebut tak akan betah dengannya dan akan membatalkan perjodohan – bila belum terikat tali pernikahan – tersebut .

" M-maka dari itu.. A-aku tak bisa m-marah t-terhadap Uchiha – san.. K-karena aku mengalaminya j-juga " Hinata berdiri , lalu berbalik dan sekali lagi memberikan senyum termanisnya kepada Neji .

" S-sebaiknya k-kita kedalam Aniki.. " usul Hinata saat bulu kuduk nya sedikit berdiri kala angin malam bertiup kencang .

Dan , usul Hinata tersebut dijawab anggukan oleh Neji .

Hinata dan Neji pun masuk , meninggalkan Hanabi yang tengah menatap langit datar .

" Gaara – nii , segeralah pulang "

.

.

Tak ada kata , yang ada saling bertaut kan tangan .

Sasuke dan Sakura sekarang berada di mobil BMW putih Sasuke yang sekarang tengah melaju menuju apartement Sakura .

Bisa terpancar , suasana bahagia dan romantic yang mendominasi keadaan tersebut . Walaupun tak ada yang buka suara , namun mereka berdua merasa nyaman dalam keheningan tersebut . Salah satu tangan Sasuke menggenggam tangan Sakura yang juga dibalas oleh Sakura dan yang satu lagi berteger nyaman di kemudi setir .

Setelah memakan waktu beberapa menit , akhirnya Sasuke dan Sakura sampai didepan apartement sederhana Sakura .

" Terima kasih tumpangannya , Sasuke – kun " ucap Sakura saat mobil mewah tersebut berhenti tepat di depan pagar apartement Sakura .

" Hn , Oyasumi " Sasuke mengecup singkat jidat Sakura , dan Sakura menikmatinya .

Setelah mengucapkan kata perpisahan , Sakura pun turun , sebelumnya ia tersenyum manis kearah Sasuke yang dibalas dengan anggukan .

" Jaa , Sasuke – kun " pamit Sakura didepan pintu mobil Sasuke .

" Hn "

Sasuke pun menjalankan mobilnya diikuti dengan tertutupnya kaca mobil penumpang yang Sakura duduki tadi . Sakura tetap setia menunggu mobil Sasuke berjalan menjauh sebelum benar – benar menghilang di tikungan jalan .

Iris Sakura yang tadi memancarkan kebahagiaan seketika berubah sendu .

" Sasuke – kun , suki da you " guman Sakura lirih .

.

.

Hinata memeluk erat boneka kelinci kesayangannya , yukata putih yang ia gunakan saat ini terlapisi oleh sweater tebal yang dapat menghangatkan dirinya dari angin malam .

Setelah percakapan dengan Neji tadi , entah kenapa Hinata tak bisa tidur . Pikirannya tak tenang , perasaanya tak enak , bahkan ia sudah meminum obat tidur , namun bukannya tertidur lelap ia malah terjaga dan waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari .

Ia juga pernah mengalami perasaan ini , perasaan dimana ia rindu seseorang . Seseorang yang telah lama pergi meninggalkannya dan pergi kesisi tempat yang berkuasa . Seseorang yang bisa membuatnya nyaman , seseorang yang bisa mengerti dirinya , seseorang yang akan selalu ada untuknya .

Saat bersama Sasuke tadi , ia teringat akan dirinya . Pertemuan mereka pun berawal dari perkenalan sesama rekan bisnis . Namun , mereka tak dijodohkan , tentu saja karena saat itu umur mereka masih berumur 13 tahun . Dan itu berarti , mereka berdua baru saja menduduki bangku Junior .

" Hinata – chan , perkenalkan . Ini anak bungsu Sabaku , Sabaku no Gaara "

Hinata terpaku melihat seorang anak laki – laki berambut merah dengan lingkaran hitam di sekitar matanya . Sama dengan anak laki – laki yang berada di depannya tersebut , menyadari bahwa mereka terlalu lama bertatapan membuat pipi keduanya di hiasi dengan garis merah tipis .

Anak laki – laki tersebut mengulurkan tangannya , Hinata yang tadi menunduk menyadari laki – laki tersebut mengulurkan tangan kepadanya , lantas ia pun mendongak .

" Sabaku no Gaara desu " ucap anak laki – laki tersebut , ia tersenyum tipis .

Hinata yang mulai paham dengan maksud anak laki – laki dihadapannya pun menerima uluran tangan tersebut . " Hyuuga Hinata desu " balas Hinata seraya tersenyum lebar , kedua matanya melengkung karena senyum Hinata yang terlalu lebar .

Dan , Gaara – nama anak laki – laki tersebut- sekali lagi terpana melihat senyum indah Hinata kecil .

Hinata tersenyum kecil mengingat kenangannya pertama kali bertemu dengan Gaara , kekasihnya tercinta yang telah pergi meninggalkannya selamanya .

Hinata mengeratkan pelukannya terhadap boneka kelinci yang ada di dekapannya , memori lain tentang Gaara kembali terputar dalam benaknya .

Waktu itu bulan desember , dan itu berarti ulang tahun Hinata tinggal dihitung jari .

Hinata sangat bersemangat menunggu hari ulang tahunnya , lantaran keluarga Gaara , kekasihnya akan datang ke pesta ulang tahun Hinata . Mengingat mereka jarang bertemu karena Hiashi orang yang keras terhadap Hinata , mereka berdua memang direstui berhubungan namun bukan berarti Hinata akan bebas dari kewajibannya akan Heiress Hyuuga .

Setiap hari Hinata akan di didik dan di beri masukan ilmu pengetahuan yang luas oleh orang utusan Hiashi . Hinata dan Gaara hanya dapat bertemu sebulan dua kali . Berat memang , namun karena cinta mereka yang tulus Gaara dan Hinata dapat menjalaninya bersama walau Hinata kadang sering mengeluh karena waktu mereka dapat bersama hanya sebentar .

Hinata saat ini tengah memilih beberapa kimono yang cocok untuknya saat pesta ulang tahun dirinya nanti . Hinata terlalu serius memilih kimononya sampai tak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk kekamarnya dan memberikannya pelukan nang hangat dari belakang .

Hinata tersentak kaget , ia pun menoleh kebelakang , matanya melebar saat merasakan benda lunak yang kini tengah mnempelkan diri terhadap bibir mungilnya .

" G-gaara – kun ? " tanya Hinata kaget saat keduanya mengakhiri ciuman tersebut karena kehabisan nafas .

" Aku kangen Hime " ucap Gaara manja , ia membenamkan wajahnya di leher jenjang Hinata . Merasa kurang puas hanya berpelukan , Gaara pun mengangkat Hinata dan menaruh Hinata pelan di kasur tidur Hinata .

" A-apa yang kau l-lakukan Gaara – kun ? " tanya Hinata gugup , wajahnya sudah merah total kini .

Gaara tak menjawab , melainkan ia menyeringai . Ia merebahkan diri diatas Hinata dan mendekap Hinata erat , lalu ia pun tiduran diatas Hinata .

" U-uh.. b-berat.. "

" Apa kau tidak kangen terhadap ku Hinata – chan ? " tanya Gaara menggoda , ia memainkan beberapa helai rambut Hinata .

Wajah Hinata memerah lagi , dengan jarak sedekat ini ia tak yakin bahwa Gaara tak dapat merasakan jantungnya yang tengah konser rock metal . Hinata hanya mengangguk pasrah lalu membalas pelukan Gaara .

Gaara menyeringai , ia pun mengecup singkat pipi Hinata sebelum mengambil sesuatu yang tak jauh dari kasur Hinata . Setelah mendapatkan barang tersebut , ia menyodorkan barang yang terlapisi bungkus kado bermotif kelinci tersebut kepada Hinata .

" A-apa ini Gaara-kun ? " tanya Hinata , ia menatap Gaara bingung namun Gaara tak menjawab apa – apa . Karena penasaran Hinata pun membuka bungkus kado tersebut dengan hati – hati lalu terkejut saat melihat isi dari kotak tersebut . Ia pun menatap Gaara tak percaya .

" Kenapa ? tak suka ? " tanya Gaara kecewa .

Hinata menggeleng kuat , ia pun tersenyum lebar kearah Gaara kemudian ia memeluk Gaara erat . Sangking kuatnya Gaara sampai terjungkal kebelakang .

" Arigatou Gaara – kun ! " ucap Hinata senang lalu mengecup pipi Gaara singkat .

Hinata menatap boneka kelinci pemberian Gaara tersebut .

" Gaara – kun , aku kangen " guman Hinata , ia mencium lembut kening kelinci tersebut . Tak , sadar air mata mulai bercucuran dan membasahi pipi bulat Hinata . " Apa yang harus kulakukan Gaara – kun ? Kenapa kamu pergi Gaara – kun ? " guman Hinata lirih . Ia kembali memeluk boneka kelinci tersebut erat seraya menunduk , air mata mulai membasahi bagian atas boneka kelici tersebut .

Tak jauh dari Hinata berdiri , terdapat suleit seorang pemuda yang tengah menduduki sebuah pohon Sakura . Pohon tersebut nampak besar , kokoh , dan dirimbungin bunga Sakura .

Suleit pemuda tersebut memetik salah satu bunga Sakura di pohon tersebut sebelum menciumnya dalam . Lalu melepaskannya , membiarkan bunga tersebut terbang tertiup angin dan mendarat tepat di atas tangan Hinata .

Hinata yang merasa sentuhan ringan di punggung tangan kirinya lantas mengambil bunga tersebut .

" Bila terdapat bunga Sakura yang mendarat di punggung tangan mu , itu berarti ' sabar dan semangat , aku akan selalu berada disini , di hatimu ' "

Hinata tersenyum mengingat hal tersebut , ia menatap kebawah , tepat di mana banyak pohon Sakura yang bergerak pelan karena di tiup angin .

" Arigatou , Gaara – kun.. " ucap Hinata . Setelah itu ia masuk kembali kekamarnya saat dirasanya kantuk mulai menyerang . Ia tutup pintu geser yang menyambung kearah balkom luar , dan menguncinya lalu menarik tirai lavendernya .

Hinata menaruh boneka kelinci tersebut di meja bundar mungil miliknya , lalu merebahkan diri di kasur empuknya . Ia ubah posisinya menghadap kesamping , tepat kearah boneka yang ia letakkan di meja bundar tadi .

Sebelum tertidur , Hinata menyempatkan diri untuk tersenyum lalu menutup kedua kelopak matanya . " Oyasumi , Minna " gumannya sebelum benar – benar terlelap .

Di luar sana , seorang pemuda yang memetik bunga Sakura tersebut menatap pintu kamar Hinata seraya tersenyum tipis . Angin berhembus makin kencang , menutupi akses pandang kita untuk melihat pemuda tersebut . Saat kita membuka kedua mata kita , kita akan melihat bahwa pemuda tersebut telah menghilang .

.

.

TBC

.

.

A/N: Halo minna~ ehe, ini cerita Louise yang ke-2 . Gomen ,yang Lucifer masih dalam proses . Mungkin updatenya sedikit memakan waktu yang lama. * ditabok*

O-oke.. selamat membaca dan gomen kalo cerita ini pasaran,payah,menyebalkan,dsb. Saya menerima Flame dan Riview * Smile*