Disclaimer:
Kamichama karin by koge donbo
Shirakawa girl by cicihana
Rated: T
Pairing: KazuRin
Warning: Gaje, OOC, OOT, alur kenceng, de el el
.
.
Karin pov
Ah,, ini benar ini kan alamatnya? Tapi, ini bukan rumah, ck,, bagaimana ini? Aku sudah jauh jauh kemari dan menjual semua yang aku punya untuk datang kemari.
Apa akan berakhir salah alamat seperti ini? Uang ku juga tak akan cukup untuk pulang lagi. Dan,, bagaimana jika ibu tahu hal ini? Bisa bisa aku dibunuhnya, Karin tamatlah riwayatmu.
"CK, Michiru sialan!" aku tak peduli orang yang lalu lalang disini memperhatikanku. Aku sedang kesal sekarang, aku baru saja ditipu. Dan itu oleh sahabatku sendiri. Ah dia gila sangat sangat gila, padahal aku sudah percaya dia akan memberikanku pekerjaan jika aku mau datang ke Tokyo dan ini, lihatlah. Aku tak menemukan alamat yang dia maksudkan.
Aku tidak mungkinkan meraung raung menangis di pinggir jalan. Akh,aku harus berpikir jernih sekarang. Bodohnya, kenapa aku nekat pergi ke Tokyo, sendiri pula. Sedangkan aku belum pernah menginjakkan kakiku di ibu kota Jepang ini. Kupandangi lagi kertas yang diberikan Michiru padaku kurang lebih 2 bulan yang lalu. Yaaaa, kebodohanku,,, alamat ini bahkan tidak jelas. Hanya tertulis, tunggu...apa aku yang bodoh ya?
Dari stasiun, berjalanlah ke arah timur stasiun sekitar 200 meter, ada gang lalu masuklah, rumahnya nomor 20.
Aku bertanya tanya, kenapa aku bodoh sekali hah? Bukankah aku lulusan SMA? Baru satu minggu yang lalu aku mengikuti Upacara kelulusan. Akh, aku meragukan cara kerja otakku. Dan, apa ini benar benar di Tokyo? Aku mulai takut sendiri. Aku, aku, aku tak punya ponsel untuk menghubungi siapa pun. Aku sudah menjualnya untuk ongkosku kemari. Dan sekarang aku malah tersesat.
Di depanku hanya ada sebuah toko daging sekarang, dan ini sudah hampir malam. Aku tak mau sendirian disini. Haruskah aku bertanya pada orang yang berasa di dalam toko daging itu?
Bukannya takut, aku hanya tak berani saja. Itu terdengar sama sajakan? Baiklah aku takut, dan aku hanya berani berdiri didepan toko daging ini. Aku benar benar tidak punya cukup keberanian untuk masuk. Aku sudah menghitung kancing kemejaku dan jawaban terakhir yang kudapat, aku tak akan masuk.
Lelah, aku hanya duduk di emperan toko ini sambil memeluk ransel keropi yang senada dengan dress selututku. Hanya tersisa satu bungkus roti di dalam tasku. Aku tak bisa memakannya, bagaimana besok jika aku kelaparan? Iya, aku menyimpannya untuk besok.
Klekk (apa ini -,-)
Aku buru buru berdiri saat pintu toko daging itu terbuka. Akh, hampir saja aku terlelap, ugh..
"Apa yang kau lakukan di depan tokoku? Kau mau mencuriya?"
Tuduhan telak seorang lelaki yang belum tua, masih muda dengan kaos putih dan ikat kepala, khas tukang daging. Matanya yang berwarna biru safir dan sayu seolah ingin membelalak menakutiku. Hehe aku memang takut padanya, karena dia membawa sebilah pisau daging besar. Yang bisa aku lakukan hanya menggeleng, aku kan memang tak berniat mencuri atau merampok.
"Lalu, APA YANG KAU LAKUKAN DI DEPAN TOKOKU HAH?" Teriaknya lagi. Aishh suaranya nyaring sekali, aku kan tidak tuli.
"Aku? Aku eung, aku hanya menumpang duduk saja..."jawabku polos, benarkan aku hanya menumpang duduk?
"Oh, jadi kau pengemis?"
Yakkkkk ini pencemaran nama baik, apa apaan ini? Pengemis? Ck, apakah gadis dengan dress keropi dan ransel keropi dan sepatu keropi ini disebut pengemis? Akhh aku baru tau pak tukang daging ini ternyata sama polosnya denganku akhhh aku gila, rasanya aku ingin menjambak rambut jagungnya itu.
"Pergilah, pergi! Aku tak punya sisa daging untukmu..."dia mengusirku?
Tidak, aku tidak mau pergi, itu karena aku tak tau arah tempat ini, kalau aku diculik bagaimana? Lalu aku dijual dan dijadikan wanita penghibur. Itu bukan cita citaku. Tidak, aku akan bertahan disini. Terserah pak tukang daging itu mau berbuat apa. Iya, disini. Karena menurutku ini tempat yang aman meski didepanku sekarang sangat horor.
Author pov
Hujan turun sore itu. Dan si pemuda ini sudah bersiap untuk menutup toko dagingnya. Begitu hendak menutup jendela kacanya, ia melihat gadis itu masih terduduk, namun lebih menepi karena air hujan yang sepertinya akan membasahinya. Buru buru dia keluar dan mengusir gadis itu.
"Hei, pergilah, apa ayah dan ibumu tak mencarimu hah? Atau kau ini gelandangan?" berteriak lebih keras agar gadis itu mendengarnya di balik riuhnya suara pergi, gadis itu malah datang menghampirinya.
"Pak tukang, eh maksudku tuan, sebelum aku pergi bolehkah aku bertanya?"
"Apa? Kau tidak akan meminta sumbanggan kan?" tanyanya ketus. Apa mungkin pemuda ini sedang terlibat masalah rumah tangga?
"Tidak, apa kau kenal Michiru nishikiori?"
"Siapa itu Michiru nishikiori? Aku tidak mengenalnya, sudah pergilah, nanti kau dicari ibumu! Lagi pula aku sudah mau tutup!"
Diluar hujan, apa tuan penjual daging ini tega membiarkannya kehujanan? Lagi pula Karin ini seorang gadis dan sedang tersesat. Tak adakah rasa iba untuk menolongnya? Hentikan, ini bukan dongeng Hanazono Karin! Di dalam hatinya dia terus merutiki seorang Michiru Nishikiori, dan perlahan kaki itu melangkah meninggalkan emperan toko daging itu. Entahlah ia pergi kemana, terserah kakinya saja yang akan menuntunnya kemana. Hari juga mulai gelap. Hanazono Karin pasrah dengan keadaannya sekarang.
Bodohnya dirinya, pergi dari Tochigi (cari aja di peta!) dan berharap mendapat pekerjaan yang bagus di Tokyo, akhirnya malah tersesat seperti ini. Sepeser uangpun ia sudah tak punya. Akh sungguh tekad yang bisa membuatnya mati ditengah jalan.
"Bodoh, bodoh, bodoh kau Hanazono Karin"kini merutuki dirinya sendiri.
Selesai menutup toko daging warisan keluarganya, otoko yang kini terlihat tampan dengan kaos dan blue jeans ini sudah bersiap untuk pulang. Stelah memastikan semua pintu terkunci rapat, ia berlari cepat menuju mobil yang terpakir tak jauh dari tokonya.
Menyusuri jalanan Kanagawa yang masih diguyur hujan. Hujan hari ini terlalu lebat, tak salah jika jalanan mulai banjir. Jarak pandang pun sekarang mulai berkurang. Gelap juga sudah mulai terlihat dengan beberapa lampu jalan yang mulai dinyalakan.
Macet, inilah yang dibenci otoko ini jika hujan lebat dan berakhir dengan kata 'MACET'. Ah jam pulang kantor, ia bisa memakluminya.
Membuang jenuhnya dengan mengedarkan pendangannya ke sekeliling tempat itu. Samar, karena tertutup guyuran air hujan. Tapi mata biru safir itu masih bisa menangkap sosok yang tidak asing baginya. Seorang gadis dengan pakaian basah kuyupnya, berjalan linglung menuju stasiun Kanagawa.
Apa dia harus menolongnya? Pertanyaan itu sekrang bersarang di otaknya. Gadis itu sepertinya seumuran dengan imoutonya dan terlihat polos dan lugu. Tapi bagaimana kalau dia memang orang jahat, yang berencana menggasak toko dagingnya dengan cara berpura-pura seperti itu. Tapi bagaimana juga jika gadis itu ternyata membutuhkan pertolonganya?
"Akh Kazune lagi pula kau tidak mengenalnya, siapa tahu dia jahat ingat toko daging mu Kazune, ingat itu!"berargumen sendiri dan malah membuat semuanya semakin rumit, haruskah dia menolong gadis keropi itu?
TBC
Aku harus ngecari peta untuk tau daerah daerah jepang, serumit itukah?
Sangat rumit, apa lagi ini pengawalan pertemuan KazuRin, dan aku rencana mau tulis stasiun misalnya stasiun ... , tapi aku mikir itu jadi tambah rumit apa lagi aku kurang tau apa namanya itu Jepang.
Makasih banyak ya untuk para pembaca yang setia bacanya ampe akhir ^-^
So, mind to review minna? Review kalian adalah semangat untuku untuk melanjut kan fict ini ^-^dont forget !
