Hai, kenalin aku Misu Hatake, baru aja gabung di ffn. Dengan pengetahuan yang masih dangkal dan gatau apa-apa soal ffn, aku memberanikan diri buat mempublish fic gaje , garing krenyess kriuk ini. Ceritanya aku dapat karena mendengar Paramore mau konser disini bulan Agustus nanti. Berhubung pasti aku nggak diijinin buat liat, sedangkan aku sendiri seorang PARAWHORE jadi ini salah satu caraku buat nunjukin kalau aku ngefans berat sama PARAMORE! Oh ya, ini fic chapter pertamaku, sekaligus fic pertama yang aku buat. Jadi maaf kalau jelek. Maklum lah, masih terlalu junior. Satu lagi, aku mau bilang terimakasih sama senseiku, Tomat Jambu yang udah ngenalin aku sama ffn dan sampai akhirnya aku berhasil membuat fic gaje ini. Yang sudah membantuku untuk membuat serta mempublish fic ini. Tidak banyak kata yang keluar dari mulutku lagi, aku persembahkan fic gaje gag bermutu ini. "engingeng" Happy reading ^.^ Mohon RnR-nya :D

The Only Exception, Chapter 1, rated : T

Disclaimer : Paman Masashi Kisimoto © (kalau lagunya, tentu aja mbak Hayley Williams dkk yang punya :D *PARAMORE!*)

Pairing : KakaSaku

Summary : You are the only exception, you are the only exception, you are the only exception, you are the only exception. And I'm on my way to believing, oh and I'm on my way to believing.

Warning : Garing krenyess kriuk, OOC, abal, AU, jelek, banyak typo, masya Alloh! Disini jarak umur antara Sakura dan Kakashi nggak terlalu jauh, cukup 2 tahun saja. Gapapa yah? Aku kan authornya *Dilempari tabung gas elpigi sama readers* (kalau mau lebih memahami isi fic ini, aku saranin buat mendengar + melihat video klip PARAMORE yang THE ONLY EXCEPTION, okeh? Tapi, kalau enggak juga gapapa)

Anda tidak suka? Silahkan dibanting saja computer atau HPnya and don't FLAME please ^.^v

Hai, aku Sakura Haruno. Sekarang aku sedang duduk di bangku SMA, tepatnya kelas X. Aku punya pacar, namanya Sabaku Gaara, aku sayang banget sama dia, tapi mungkin sekarang udah nggak deh. Dia itu nyebelin ternyata. Setelah selama kurang lebih 8 bulan menjalin cinta dengannya, aku tau bagaimana sebenarnya Gaara itu. Dia memang seorang laki-laki tampan dan keren, tapi kelihatannya dia itu bukan tipe cowok yang setia. (tabok aja Sakura!) *author ditabok sendiri sama Sakura*

Di bulan ke 5 kami menjalin cinta, Gaara sudah terlihat bosan padaku, aku sebenarnya ingin cepat-cepat menyudahi hubungan kami ini, tapi Gaara menolaknya. Setiap kali aku bertanya mengapa ia tak ingin melepasku, ia selalu menjawab "Aku masih sayang sama kamu Sakuraku, aku nggak pengen kamu ninggalin aku sendirian" selalu kata itu yang terucap dari bibirnya, tak ada yang lain. Baiklah, aku mencoba sabar menghadapi laki-laki sepertinya, tapi kesabaranku ada batasnya.

Gaara hanya manis pada awalnya, dan pahit pada akhirnya.(kayak kopi aja)*Heh author BAKA, udah deh nggak usah banyak ngomong!* Aku merasa bosan terus bersamanya, aku tak kuat lagi. Gaara, lepaskan aku! Aku mohon! Aku tidak kuat menahan ini semua! Kamu tidak pernah mengerti aku lagi, dan kamu bukan seperti Gaara yang dulu lagi. Gaara yang aku kenal dan aku cintai sepenuh hati. (Iyalah. Gaara abis cukur rambut soalnya. Trus modelnya nggak kayak dulu lagi. Makanya beda:D)

Hari ini aku berniat untuk mengakhiri kisah cintaku dengan Gaara. Aku berjalan menyusuri koridor sekolahku seorang diri. Apa itu bayangan yang ada di pojok kanan sebelah tangga? Aku berjalan cepat menghampiri bayangan yang bergerak-gerak itu. Kami-sama! Ternyata disana Gaara sedang berciuman mesra dengan seorang perempuan yang tak aku kenali. (T.T) *ini authornya kenapa sih?cerewet banget!*

"Gaara! Apa yang kamu lakukan dengannya? Siapa dia?" teriakku saat melihat Gaara mencium bibir seorang perempuan berambut indigo digerai dengan mata lavender penuh nafsu. Terlihat begitu jelas ia telah dicium oleh Gaara, karena bibirnya terlihat bengkak dan merah karena hisapan Gaara,

"Sakura, kamu kamu…" jawab Gaara terbata-bata

"Apa Gaara? Aku kenapa? Jadi ini apa yang kamu lakukan di belakangku? Kenapa kamu nggak nglepasin aku aja Gaara?" kataku sambil tersedu-sedu, bagaimana tidak, ternyata laki-laki yang pernah memikat hatiku, yang membuatku percaya selama ini, ternyata hanyalah laki-laki yang tak lebih dari laki-laki hidung belang yang hanya mempermainkanku saja.

"Sakura, maafkan aku. Semua ini aku lakukan karena aku sayang padamu Sakura, aku tak ingin menodaimu" jawab Gaara sambil mencoba memelukku.

"Lepaskan aku Gaara! Aku tak ingin dipeluk oleh lelaki hidung belang mata keranjang sepertimu!" teriakku sambil melepaskan pelukannya

"Sakura…"

"Jangan sebut namaku lagi! Aku menyesal Gaara, aku menyesal karena telah percaya padamu!" kataku sambil meninggalkan Gaara dan kekasih gelapnya itu.

"Sakura, tunggu! Beri aku waktu untuk menjelaskan ini semua!" kata Gaara sambil mencoba mengejarku

"Apa?Apa lagi yang harus dijelaskan? Semua sudah jelas Gaara! Kamu cuma mainin aku!" kataku dengan nada yang amat sangat marah, sambil meneteskan air mataku.

"Sakura, aku melakukan ini semua karena aku sayang padamu Sakura, aku tak ingin kau ternodai olehku"

"Apa katamu? Karena kamu sayang padaku? Apa aku tidak salah dengar?"

"Tidak Sakura, aku benar-benar menyayangimu"

"Gaara, aku sudah tidak bisa percaya lagi dengan semua kata-kata rayuan gombalmu itu! Aku benar-benar sudah muak denganmu. Ternyata, Gaara yang selama ini mengisi hatiku hanyalah seorang yang tak lebih dari lelaki hidung belang yang hanya ingin mempermainkanku saja."

"Maafkan aku Sakura"

"Sudah tidak ada kata maaf lagi untukmu Gaara! Aku ingin jalinan cinta kita selama ini berakhir sampai disini. Pergi saja dengan kekasihmu yang baru, yang mau kau apakan saja untuk memenuhi hawa nafsumu yang bejat itu!" kataku sambil berlali meninggalkan Gaara.

Gaara tidak mengejarku. Hatiku benar-benar merasa sakit dan dirugikan oleh sesosok laki-laki yang selama ini aku percayai untuk menjaga hatiku. Seutuhnya. Berlari sendiri di koridor sekolah yang sepi dan sedikit gelap sambil menangis meratapi nasibku yang ternyata hanya digunakan sebagai mainan Gaara selama ini. Aku tau, menangis tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi rasanya aku hanya ingin menangis untuk ini. Hatiku terlalu sakit, sehingga air mataku jatuh dengan sendirinya di pipiku.

Kami-sama, mengapa harus Gaara? Mengapa harus dia, saat dia masih memiliki hubungan denganku? Jujur, sebenarnya aku masih sayang sama Gaara, tetapi karena ulahnya tadi aku jadi membencinya. Aku membencinya, tapi aku juga mencintainya. Hah! Buat apa? Gaara sudah tidak mencintaiku lagi, bahkan tidak pernah sedikitpun mencintaiku.

"Hiks…hiks…hiks" aku menangis, terus menangis. Pipiku kini telah basah karena air mataku. Bola mataku yang seharusnya memancarkan cahaya emerald, kini cahaya itu sedang redup. Lebih tepatnya, cahaya itu sedang mati. Hatiku sakit sekali setelah melihat ulah Gaara, setelah mengatahui bahwa ia tidak pernah serius padaku. Jangankan serius, mencintaiku saja tidak, lalu apa maksudnya berpacaran denganku selama 8 bulan ini? Apa 8 bulan itu sebentar?

Rasanya ingin sekali ku habiskan seluruh persediaan air mataku untuk ini. Aku benar-benar merasa dikhianati, disakiti, terbuang. Mengapa di dunia ini ada laki-laki seperti Gaara? Aku mencoba menahan rasa sakit yang menderaku karena Gaara. Ia telah menyayat hatiku.

Sampai dirumah

Di depan ibu aku menampakkan wajah yang seperti biasanya. Wajah yang selalu ceria, meskipun sebenarnya hatiku sedang menangis. Aku tak ingin ibu tau tentang masalahku ini. Sebenarnya selama ini aku backstreet dengan Gaara, rencananya saat nanti aku sudah kelas XI, akan aku kenalkan Gaara pada orang tuaku. Tetapi yang ada sekarang, aku telah pergi dari Gaara, tapi itu semua karena ulahnya sendiri.

"Sakura, ayo makan siang dulu" kata Ibuku yang begitu sabar dan lembut

"Iya Bu, kak Sasori sudah pulang?" tanyaku pada Ibu sambil mengangkat satu kakiku unuk mulai menaiki tangga.

"Entahlah, sepertinya belum. Coba kamu cek di kamarnya" jawab Ibu tanpa memandangku karena sibuk dengan masakannya.

Ya, aku memiliki satu kakak laki-laki yang amat sangat baik padaku, pengertian, dan selalu berkata jujur apa adanya. Gaara sangat mirip dengan kakakku, tetapi itu dulu. Mulai dari fisiknya, rambut kakakku dengan Gaara berwarna sama, sama-sama berkulit putih, tinggi, dan keren. Tetapi sekarang mereka berbeda, Gaara sudah tidak seperti dulu lagi. Dulu, setiap hari, saat aku merasa rindu pada Gaara, aku selalu mendatangi kamar kakakku dan memeluknya, membayangkan seorang yang aku peluk itu adalah Gaara. Kakak selalu mendengarkan semua curhatanku. Entah itu membuatnya mengantuk, tidur, selalu menguap tanda bosan, tapi ia selalu mendengarkan setiap kata yang terucap dari bibirku dan menanggapinya.

"Kak!" teriakku di depan pintu kamar kakakku sambil mencoba menempelkan telingaku pada daun pintu kamar kakakku, mencoba mendengarkan apa ada suara dari dalam kamarnya.

"Ada apa Sakura? Masuk saja, kakak tidak mengunci pintunya" jawab kakakku dari dalam kamarnya.

Saat aku membuka pintu kamarnya, aku melihat kakakku sedang duduk di depan laptopnya, terlihat seperti mengerjakan sesuatu. Jari-jarinya memainkan keyboard laptopnya dan matanya tetap tertuju pada monitor laptop itu tanpa memandangku.

"Ada apa adikku sayang? Apa ada yang ingin kau ceritakan pada kakakmu ini?" Tanya kakakku sambil tersenyum lebar padaku, kali ini ia sudah memalingkan pandangannya dari monitor laptopnya dan memandangku.

"Kakak, aku putus dengan Gaara" jawabku pelan dan sedikit meneteskan air mataku sambil memeluk tubuh kakakku yang memiliki wangi khas itu.

"Mengapa? Apa yang terjadi denganmu dan Gaara?" Tanya kakak mencoba menenangkanku

"Gaara mengkhianatiku kak" aku masih memeluk kakakku sambil menangis. Aku tau kalau kakak tau aku menangis. Sudah terlihat pada suaraku yang keluar saat itu.

"Mengkhianati bagaimana?" tanya kakakku pelan sambil mengelus kepalaku

"Tadi, waktu aku mau pulang, aku berjalan melewati koridor sekolah, aku lihat di pojok kanan sebelah tangga ada bayangan yang bergerak-gerak, aku menghampirinya karena ingin tau apa yang ada disana. Ternyata, yang aku dapati adalah Gaara sedang mencium bibir seorang perempuan yang tidak aku kenal"

"Itu yang dilakukan pacarmu yang selama ini kau bilang baik hati dan tulus mencintaimu?"

"Iya kak, mungkin ia tidak pernah mencintaiku, mungkin ia hanya memanfaatkanku saja"

"Apa? Mengapa kau bisa berpikiran seperti itu Sakura"

"Karena, apabila Gaara benar-benar mencintaiku, tak seharusnya ia melalukan itu padaku"

"Jawabanmu cukup masuk akal Sakura, lebih baik sekarang kau lupakan saja Gaara"

"Tapi, bagaimana caranya kak?"

"Buang rasa cintamu itu. Bencilah pada Gaara, maka suatu saat nanti, kau akan bisa melupakan sesosok Gaara seutuhnya"

"Tapi, apa aku bisa kak?"

"Sakura adikku pasti bisa. Sakura adikku adalah sesosok gadis remaja yang periang dan selalu ceria. Tak pantas rasanya melihat adikku yang satu ini, terus larut dalam kesedihan. Kakak takkan membiarkanmu terus bersedih sayang"

"Terima kasih kak. Kakak adalah orang yang paling mengerti aku. Andaikan saja, kakak bukan kakakku, pasti sudah akan ku kejar cinta darimu kak"

"Hahahaha, sudahlah Sakura. Itu tidak mungkin. Makan siang sudah siap?"

"Oh iya kak, aku lupa. Iya sudah siap, ayo kita kebawah untuk makan siang"

"Oke!"

Saat hendak berdiri, tiba-tiba tanganku diraih oleh kakakku dan aku segera digendong olehnya,

"Kakak, turunkan aku!" teriakku sambil memukul-mukul pundak kakakku

"Hahaha, tidak akan Sakura. Wah ternyata kau lebih berat dari terakhir kali aku menggendongmu ya?" katanya sambil kesusahan mengangkat tubuhku

"Hah? Memang kapan terakhir kali kakak menggendongku?" aku mengernyitkan keningku dan menggembungkan pipiku tanda bahwa aku mengambek.

"Saat kau masih berumur lima tahun" jawabnya sambil cengengesan

"Kakak!" teriakku sambil menggerak-gerakkan kakiku

"Sasori, Sakura. Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya ibuku sambil menyiapkan teh hijau untuk kami bertiga

"Ya Tuhan, Sasori, Sakura. Apa-apaan kalian itu? Sasori, turunkan adikmu. Benar-benar seperti anak kecil" perintah ibuku setelah melihat kakak menggendongku di punggungnya

"Tidak ah bu. Aku sudah rindu untuk menggendong Sakura. Sudah sekitar 9 tahun lebih aku tidak menggendongnya"

"Kyaaa! Aku bukan anak kecil lagi kak!" teriakku sambil mencekik pelan leher kakakku

"Aakh, aakh, aakh. Biar saja, anggaplah ini sabagai cara kakak untuk membuatmu tersenyum kembali" jawabnya sambil menahan rasa sakit dari cekikanku. Tenang, aku hanya bercanda saja saat itu. Aku sama sekali tidak ada niat untuk membunuh kakakku satu-satunya yang baik hati itu.

Kakak berlari mengelilingi rumah sambil menggendongku. Kakakku sungguh baik dan pengertian, ia selalu membuatku tersenyum saat aku ingin menangis, sungguh anugerah terindah bisa memiliki kakak sepertinya. Kakakku sekarang juga sedang duduk di bangku SMA, tepatnya kelas XII. Walaupun dari luar kakakku terlihat dewasa, tetapi di dalamnya ia masih seperti anak kecil yang selalu ingin dimanja. Tapi mungkin itu hanya berlaku di lingkup dalam rumah saja.

"Ayo Sasori, Sakura. Jangan bercanda terus, nanti makan siangnya keburu dingin" teriak Ibu dari ruang makan

"Oke bu!" jawab kakak sambil berlari lagi menuju ruang makan.

Kami bertiga makan bersama, menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh ibuku. Menu makan siang hari ini adalah sushi, miso, sukiyaki, dan tempura. Hmm, sungguh lezat dan nikmat. Tak lupa, teh hijau juga tersedia di atas meja makan. Sungguh aku merasakan kehangatan yang amat hangat di keluargaku ini. Sedikit memberi kehangatan pada hatiku yang dingin karena ulah Gaara.

Aku pernah suatu hari membayangkan memiliki keluarga seperti ini bersama Gaara, tetapi itu sekarang hanya tinggal mimpi. Sudah tidak ada Gaara lagi di hatiku. Rasanya aku ingin meneteskan air mataku lagi, tetapi aku tak boleh melakukannya lagi, sudah, Gaara jahat padaku, aku tidak akan menangisinya lagi.

"Ibu, kapan ayah pulang?" aku bertanya pada ibuku untuk mengurangi rasa sakit yang sekarang aku rasakan

"Uhm, entahlah. Ibu tidak tau Sakura. Memangnya ada apa?" Tanya Ibuku sambil melahap sukiyakinya

"Sakura sudah rindu pada ayah bu. Sakura ingin dipeluk ayah lagi" jawabku sambil bertumpang dagu

"Dasar. Kau sudah besar sakura" Ibu mengomenku

"Hahaha, biar kakak saja yang memelukmu" sahut kakakku dengan mulut yang terbuka lebar. Sungguh tidak elit.

"Tidak mau! Aku inginnya ayah yang memelukku" aku menjawab sambil mengernyitkan keningku.

"Hahaha. Sabarlah Sakura, sebentar lagi ayahmu pasti pulang" sahut Ibu sambil tersenyum padaku.

Aku menundukkan wajahku, dan memakan sukiyaki yang ada di depanku. Mengapa? Mengapa aku tidak bisa melupakan Gaara? Sakura! Sudahlah! Kau tidak bisa terus-terusan memikirkan Gaara! Gaara adalah laki-laki paling jahat di hidupmu.

"Sakura, kau kenapa?" Tanya kak Sasori sambil mencoba menatap wajahku

"Eh, tidak apa-apa kak" jawabku ringan

Setelah makan siang selesai, aku segera ingin beranjak menuju kamarku, tapi tiba-tiba ibu memanggilku

"Sakura, tolong bantu ibu nak" kata Ibu sambil melambaikan tangannya padaku

"Eh, iya bu, bantu apa bu?" tanyaku sambil mendekati Ibu

"Bantu ibu mengeringkan piring-piring serta gelas-gelas yang ibu cuci" pintanya sambil tersenyum

"Oh. Baik bu" jawabku sambil menganggukkan kepalaku dan membalas tersenyum

"Sakura, ikut kakak yuk!" tiba-tiba saja dari arah tangga kakak memanggilku, dan mengajakku pergi bersamanya. Ia terlihat sedang memakai jemper kesayangannya yang berwarna hitam sambil menuruni satu per satu anak tangga

"Kemana kak?" tanyaku sambil terus mengelap piring yang sudah selesai dicuci Ibu

"Sudahlah, ikut saja" jawabnya sambil mendekatiku dan mencoba menarik tanganku

"Sebentar kak, aku masih membantu ibu" aku mencoba melepaskan genggaman tangan kakak

"Sudah sana, ganti bajumu. Biar kakak yang meneruskan pekerjaanmu"

"Baik!" kataku sambil tersenyum lebar

Aku meninggalkan kakakku dan ibuku berdua di dapur. Aku segera menuju kamarku dan mengganti bajuku. Aku mengenakan kaos berwarna pink simple dan celana pensil 3/4 warna hitam. Rambutku aku biarkan tergerai, aku tidak memasangkan hiasan apa-apa disana. Setelah selesai mengganti pakaianku, aku segera turun menghampiri kakakku

"Aku siap kak!" kataku bersemangat dengan senyum lebar yang terlukis di wajahku

"Baiklah, segera pakai helmmu"

"Oke!"

"Bu, aku pergi dulu" pamit kakakku pada ibu

"Iya, hati-hati ya" jawab Ibuku sambil meraih remote televisi

"Oke bu!"

"Mau kemana sih kak?"

"Ah, ikutlah saja. Tidak usah banyak Tanya"

"…"

Setelah sampai, aku kaget ternyata kakak mengajakku ke mall. Tumben sekali ia mengajakku ke sini? Ada apa? Bukannya ia alergi dengan yang namanya jalan-jalan di mall?

"Mengapa kita kesini kak?" tanyaku sambil mencoba turun dan melepas helmku

"Ayolah, kakak hanya ingin mengajakmu jalan-jalan saja. Kau masih terlihat sedih. Mata emeraldmu belum tersenyum" jawab kakakku sambil menggeret tanganku.

"Hah? Bukannya kakak alergi dengan jalan-jalan di mall?" tanyaku kebingungan

"Haha, untuk hari ini tidak!" kakak segera menarikku kembali setelah tadi sempat berhenti karena aku bertanya padanya

Kakak memang baik, demi mengembalikan senyumku, kakak rela mengambil sebagian uang sakunya untuk mengajakku jalan-jalan, melepas penat ke mall dan mencoba membuang jauh-jauh alerginya terhadap mall itu. Aku berjalan beriringan bersama kakakku, layaknya seperti pasangan kekasih yang sedang berkencan. Kakak merangkul pundakku, dan aku membalasnya dengan merangkul pinggangnya.

"Kakak, kau mentraktirku kan?" kataku sambil mengangkat kepalaku mencoba memandang wajah kakakku dan tersenyum

"Iya. Kau mau apa? Kakak akan membelikanmu" ia membalas tatapan dan senyumku

"Hehehe, makasih ya kak. Uhm, aku mau es krim itu kak" jawabku sambil menunjuk salah satu kedai es krim yang ada disana

"Yang mana?" kakak terlihat kebingungan mencari kedai yang aku maksud

"Itu lho itu" jawabku sambil terus menunjuk kedai es krim yang aku maksudkan

"Oh, yang itu, baiklah" kakak menggeretku ke kedai es krim yang aku tunjuk

Setelah memesan es krim

"Enak ya kak?" tanyaku pada kakak sambil tersenyum

"Yaiayalah enak, orang belinya pakai uangnya kakak kok" jawab kakakku sok sewot

"Yaudah deh, nanti uangnya aku ganti" kataku tak kalah sewot

"Hahaha, kakak hanya bercanda Sakura. Iya, es krimnya memang enak, mau apa lagi?"

Belum sempat aku menjawab pertanyaan kakakku itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menyapanya dari belakang,

"Yo, Sasori!" langsung saja kakak mencari darimana suara itu berasal

"Hai Kakashi, dengan siapa kau kesini?" Tanya kakak sambil memberi salaman khasnya dengan laki-laki itu

Kakashi, jadi itu namanya, hmm, lumayan keren sih orangnya, seperti namanya. Ia tinggi, putih, rambutnya berwarna perak indah melawan gravitasi.

"Hahaha, aku sedang mengantar kakakku mencari gaun untuk pesta nanti malam" jawabnya sambil menunjukkan wajah yang bosan

"Pesta? Dimana?"

"Entahlah, aku tidak tau. Kau, Sakura ya?" tiba-tiba saja ia menanyaiku sambil menatapku

"Eh, iya" jawabku gugup karena kaget

"Salam kenal ya sakura, aku Kakashi" ia menjulurkan tangannya

"Oh, iya kak. Salam kenal juga" aku membalas uluran tangannya

"Eh Sasori, adikmu cantik juga ya?" tanyanya dengan nada yang terdengar sedikit mesum

"Pastinya, orang kakaknya aja ganteng kayak gini, masak adiknya nggak cantik?" jawab kakak sambil menarik kerah kaosnya 'Dasar!' batinku

"Hai Sakura, boleh aku meminta nomor handphonemu?" Tanya Kakashi padaku sambil mencoba mengambil handphonenya yang di taruhnya dalam saku celana jeansnya

"Eh, iya boleh" jawabku sambil tersenyum

"Apa kau Kakashi, kau menaksir adikku ya?" goda kakakku pada Kakashi yang membuat pipiku terasa panas dan mungkin sekarang sedang berwarna merah atau lebih tepatnya aku sedang ber-blushing.

"Hahaha, mungkin Sasori. Adikmu begitu cantik dan menggoda" jawabnya sambil melirikku

Kami-sama! Aku tambah malu mendengar itu. Apalagi ia melirikku.

"Hahaha, bagaimana Anko?"

"Uhm, Anko ya? Entahlah, mungkin dia sudah bosan denganku"

Anko? Siapa Anko?

"Sudahlah Kakashi, tinggalkan saja dia"

"Ah, entahlah. Aku tidak ingin menyakitinya"

"Menyakitinya bagaimana?"

"Yah, biarkan dia yang mengakhirinya"

"Tapi, apa kau masih cinta dengannya?"

"Entahlah. Jika ia masih mencintaiku, aku juga akan mencintainya. Tetapi jika ia sudah tidak mencintaiku, aku akan melepaskannya"

Enteng sekali jawabannya?

"Begitu ya? Kau ini!"

"Aku kenapa?"

"Kau ini tampan, tetapi tidak bisa memanfaatkan ketampananmu"

"Huh. Aku tidak tertarik dengan hal semacam itu. Dalam masalah cinta, aku selalu serius" (KYY) -kalo readers asalnya jawa pasti tau!- *ditimpuk*

"Dasar kau Kakashi!" jawab kakakku sambil memukul bahu Kakashi

"Hai Sakura, mengapa kau tidak berkata apa-apa?"

"Ah, tidak apa-apa kak"

"Eh, sebentar ada bekas es krim di bibirmu" katanya sambil mengusap lembut bibirku

"Dasar kau Kakashi, mencari kesempatan dalam kesempitan!"

"Hahaha. Sedikit saja tidak apa-apakan Sakura?"

"Eh, iya, tidak apa-apa kak"

Aku benar-benar merasa malu saat itu. Aku senang seketika. Rasanya seperti sudah tidak ada lagi nama Gaara di pikiranku.

"Nanti malam aku telepon ya Sakura?" katanya sambil membentuk jari-jarinya menyerupai telepon dan menggerakkannya di samping telinganya

"Hn, baiklah" jawabku sambil menganggukkan kepalaku

Kakashi meninggalkan kami berdua menuju butik dimana kakaknya sedang mencari gaun,

"Wah, Sakura. Ada yang menaksirmu" goda kakakku

"Apa sih kak? Dia kan sudah punya pacar" jawabku

"Hahaha. Memang dia sudah punya pacar, tapi dia kan sudah mau putus"

"Ah kakak, mungkin tidak jadi"

"Kalau jadi bagaimana? Eh Sakura, ingat ya, dia tidak pernah bercanda dalam masalah cinta"

Tidak pernah bercanda? Jadi, dia tidak pernah berbohong dengan cinta? Ah, sudahlah, aku tidak mungkin bersamanya. Eh, mengapa aku memikirkan itu? Aku kan tidak suka padanya. Dasar Sakura!

Malamnya, aku sedang membaca buku, tiba-tiba saja ada yang menelponku. Hah? Jadi dia benar-benar tidak berbohong. Kakashi eh kak Kakashi menelponku! Tapi, apakah ini kak Kakashi? Jangan-jangan Gaara?

"Halo…" aku menjawab telepon dari nomor yang tidak terdaftar di kontakku itu

"Hai Sakura, masih ingat suaraku?" ada suara yang terdengar berat dari seberang sana

"Uhm, maaf, siapa ya?"

"Hahaha. Ternyata kau sudah lupa ya Sakura?"

"Ah, kak Kakashi ya?"

"Iya. Aku tidak berbohong kan?"

"Ah kakak, ada apa menelponku malam-malam?"

"Tidak ada apa-apa Sakura. Aku hanya ingin mendengar suaramu saja"

Kami-sama, apabila Kakashi, eh kak Kakashi tau apa yang sedang aku rasakan, pasti aku akan malu setengah mati. Sungguh memalukan.

"Ah kakak, buat aku ge-er aja"

"Memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa kok kak"

"Eh Sakura, ngomong-ngomong kamu sudah punya pacar belum?"

"…"

"Sakura, kau masih disana kan?"

"Eh, iya kak. Maaf. Aku masih disini. Pacar ya?"

"Iya"

"Tadi siang aku baru saja mengakhiri hubunganku dengan pacarku"

"Oh, maafkan aku Sakura. Aku tidak tau masalah itu"

"Iya kak, tidak apa-apa kok. Kalau kakak?"

"Eh, kakak sudah punya pacar Sakura. Tapi kelihatannya pacar kakak itu sudah bosan dengan kakak"

"Bosan? Siapa kak? Apa wanita yang bernama Anko tadi?"

"Iya Sakura"

"Sudah berapa lama kakak berpacaran dengannya?"

"Uhm, kurang lebih hampir satu tahun Sakura. Tapi Anko sudah mendiamkanku selama dua bulan terakhir ini"

"Mendiamkan bagaimana kak?"

"Dia sudah tidak menganggap kakak sebagai seorang kekasihnya lagi"

"Bagaimana?"

"Setiap kali kakak mencoba menghubunginya, dia selalu tidak mempedulikan kakak. Setiap kakak mengajaknya untuk berkencan, dia selalu menolak"

"Apa kakak sudah mencoba untuk mendatangi rumahnya?"

"Sudah Sakura. Tetapi dia tidak memberiku waktu untuk berbicara dengannya"

"Kasihan sekali kau kak"

"Iya Sakura. Eh, ini sudah malam. Kau tidak tidur Sakura?"

"Iya kak"

"Baiklah, cepat tidur sana. Oyasuminasai"

"Oke kak! Oyasuminasai"

Aku menutup telponku dan beranjak ke kamar mandi untuk menyikat gigiku sebelum tidur. Aku tersenyum-senyum sendiri. Di kamar mandi aku bertemu dengan kakak yang sedang menyikat giginya.

"Kak!" sapaku sambil menunjukkan raut wajah yang sangat ceria

"Hn, ada apa?" jawab kakakku sambil terus menyikat giginya

"Aku ingin menceritakan sesuatu" senyumku tambah lebar

"Apa? Kakashi menelponmu?" Tanya kakak sambil menengokkan kepalanya ke arahku dengan mulut yang masih penuh busa dari pasta gigi.

"Eh, kok tau sih kak?" aku mengernyitkan keningku

"Iyalah. Orang sebelum nelpon kamu Kakashi bertanya dulu pada kakak" jawabnya sambil mengembalikan kepalanya ke posisi semula

"Tanya apa?" aku terus menatap wajah kakakku dari cermin besar berbentuk persegi panjang yang ada di depanku

"Tanya kalau kau sudah tidur apa belum. Ya, kakak jawab belum" jawabnya sambil meraih gelas yang akan diisinya dengan air

"Kok tau kalau aku belum tidur?" aku semakin dalam menatap wajahnya

"Sakura, sudah bertahun-tahun kakak ini menjadi kakakmu. Masa kakak tidak tau apa kebiasaan adiknya" jawabnya setelah berkumur-kumur menghilangkan sisa-sisa busa yang ada di dalam mulutnya

"Ah kakak" kataku sambil meraih sikat gigiku

"Eh Sakura, kakak yang dulu dengan yang sekarang udah ada bedanya belum?" Tanya kakak sambil mengelap mulutnya dengan handuk kecil berwarna putih miliknya

"Perbedaan yang kayak gimana?" aku menengokkan kepalaku kearah kanan dimana kakakku berdiri

"Sifat" jawabnya sambil tersenyum

"Iya. Bahkan amat sangat menonjol. Kakak yang dulu begitu dingin dan tak pernah peduli padaku, tetapi sekarang sudah berbeda. Tiba-tiba saja kakak menjadi seperti ini. Bagaimana bisa kak?" tanggapku sambil menekan pasta gigi

"Hahaha. Ini semua ulah Kakashi, Sakura. Dia yang mengubahku menjadi seperti ini"

"Oh ya? Bagaimana caranya?"

"Dia berkata padaku. Jika kamu memiliki seorang adik perempuan, jadikan ia sebagai bahan latihanmu"

"Bahan latihan?" aku membelalakan mataku

"Hussh! Bukan yang seperti itu yang dimaksudkan oleh Kakashi. Kau ini, negative thinking saja" jawabnya sambil mengernyitkan keningnya *wah, ini pikiran authornya hentai*

"Hehe, maaf kak. Jadi bahan latihan yang seperti apa?" aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal

"Bahan latihan untuk menjadi lebih dewasa saat nanti kakak memiliki seorang pacar" kakak tersenyum

"Hah, bagaimana bisa? Seperti apa contohnya?"

"Uhm, seperti selalu melindungi, selalu membuatnya tersenyum, selalu memberikan yang terbaik untuknya, selalu siap untuk menjadi gudang solusi saat ia sedang ada masalah, dan masih banyak lagi yang disebutkan oleh Kakashi sampai-sampai kakak tidak bisa menghafalkannya"

"Waah, jadi seperti itu ya kak Kakashi"

"Iya. Sudahlah, jangan berangan-angan. Cepat sikat gigimu, lalu pergi tidur"

"Okelah" aku mulai menyikat gigiku. Sedangkan kakak sudah pergi meninggalkanku di kamar mandi seorang diri.

Setelah selesai menyikat gigiku dan membasuh wajahku sebelum tidur, aku segera berjalan menuju kamarku. Aku melihat hp-ku, berniat mengecek apakah ada sms dari kak Kakashi. Saat aku membuka kunci tombolnya, yang aku dapati adalah wallpaper hp-ku yang, huh! Benar-benar membuatku memuakkan! Wallpaper yang belum sempat aku ganti, yaitu foto konyolku bersama Gaara,orang yang paling aku benci di muka bumi ini.

Aku langsung mengganti wallpaper hp-ku, dan menghapus semua foto-foto konyolku bersama Gaara, yang kira-kira diambil dua bulan yang lalu. Setelah selesai menghapus semua kenangan memuakkan itu, aku segera mengambil kuda-kuda untuk pergi ber-study tour ke dunia mimpi. Hari yang menyebalkan, tetapi juga menyenangkan.

Tee Bee Cee

Alhamdulillah, akhirnya first chapterku selesai. *straight face* Aduh, abal ya? Jelek? Gomen, gomen. Mohon dimaklumin ya readers. Biasalah, fic pertama. Bagaimana sensei? Udah lumayan apa nggak blass? Haduuh, Paramore! Paramore! Pengen nonton konsernya! Readers ada yang mau bantuin author buat nonton konsernya Paramore nggak? Sapa tau, ada yang Parawhore juga? Hehe, sediakan author tiket + akomodasi + transport ya? :p *ditendang, digampar, dibakar, ditelan hidup-hidup* ya sudah, itu tidak mungkin. Aku tunggu RnRnya :D