Prolog
"Kris"
Seorang gadis, dengan rambut panjang bergelombang melongokkan kepalanya ke dalam ruangan, ia tersenyum ketika melihat sang pemilik kamar ada di sana kemudian berjalan masuk, menutup pintu di belakangnya lalu berjalan gontai menuju ranjang sang pemilik kamar.
Gadis itu duduk bersila di atas ranjang tanpa menunggu di persilahkan, menatap pria yang lebih tua itu masih sibuk dengan tugasnya.
Sang pemilik kamar hanya meliriknya sekilas, berjalan mendekati ranjang, kemudian mengambil satu buah bantal dan meletakkannya di atas paha gadis tak tau sopan santun itu.
"Jangan duduk seperti itu di hadapan pria lain" ucapnya.
Gadis yang di beri nasehat hanya mencibir tak menjawab. Ia membenahi letak bantal di pahanya dan menepuk-nepuknya pelan.
Rambut panjangnya yang berwarna kecoklatan sedikit terangkat karena angin yang masuk melalui jendela Kris yang terbuka. Ia hanya merapikan sekenanya kemudian menggulungnya menjadi sebuah cepol.
"Semua orang disini tidak ada yang keberatan" gadis itu mendumal pelan.
"Itu karena mereka semua laki-laki" jeda satu detik "Dan Amber" Kris memberikan perhatian sepenuhnya pada yang lebih muda "Gadis itu tidak akan peduli dengan penampilanmu"
"Itu artinya cara dudukku tidak mengganggu siapapun kan?" gadis ini selain tidak tau sopan santun, ia juga sangat keras kepala.
"Tidak ada yang terganggu Park Chanyeol, tapi coba kau bayangkan apa yang akan terjadi padamu jika kau…" Kris memberi jeda untuk kalimatnya, menunjuk penampilan gadis itu "Dengan penampilan seperti ini, duduk bersila membuka lebar pahamu di depan pria lain?"
Gadis pernama Park Chanyeol itu memutar matanya, ia mengamati penampilannya, kaos oblong dan rok pendek di atas lutut tanpa alas kaki. Penampilan yang lumrah untuk seorang gadis remaja Ia mengernyit kemudian menatap pemuda yang lebih tua tanpa mengucapkan kalimat apapun.
"Kau berpakaian dengan sangat baik, tapi kau bersikap terlalu acuh. Ingat, kau tinggal bersama beberapa pria yang baru akan masuk usia dewasa. Mereka bisa sangat penasaran, dan melihat pahamu yang terbuka seperti tadi siapa yang akan menjamin kau bisa selamat?" Chanyeol mengembungkan pipinya, ia mendengus kemudian menurunkan kakinya dari ranjang Kris. Duduk dengan cara yang terlalu manis.
"Kan ada kau"
"Tidak mungkin kau selamanya menempel padaku kan?"
.
.
.
.
.
Chanyeol tinggal di sebuah asrama. Mungkin terdengar kuno, di abad ke 21, masih ada hal sejenis asrama untuk mahasiswa. Lengkap dengan penjaga dan peraturannya.
Meskipun begitu asrama ini menyenangkan. Ada sepasang suami istri sebagai penjaganya dan peraturan yang tidak terlalu ketat. Jadi ia bisa keluar masuk kamar Kris sesukanya.
Ada juga Amber, teman yang membuatnya tidak menjadi satu-satunya gadis di asrama itu.
Kadang Krystal juga akan (sering) berkunjung, gadis itu bahkan datang ke asrama lebih sering daripada datang ke kelas kalkulus.
Ada 7 penghuni lagi, selain dia dan Amber. Kris, Sehun, Jongin, Baekhyun, Junmyeon, Minseok, dan Luhan. Dan satu-satunya yang tidak di panggilnya dengan sebutan Oppa hanya Kris. Walaupun sebenarnya pemuda itu 3 tahun lebih tua darinya.
Sehun dan Jongin tidak masuk daftar untuk ke tidak sopanannya karena mereka di angkatan yang sama.
.
.
.
"Phu Chanlie, cepat turun! Jangan coba-coba lari karena sekarang giliranmu mencuci piring" Luhan berteriak ketika selesai menadaskan sarapannya.
Kebiasaan bibi Han (pengurus asrama) adalah memasak semua bahan makanan yang bisa di temukan di lemari pendingin, jika mereka sedang kaya makanan yang tersaji bisa melebihi restoran terkenal di sudut gang, begitu juga sebaliknya.
Sialnya, hari ini mereka sedang sangat kaya.
"Oppa" gadis itu tiba-tiba datang dengan merengek. Mengerucutkan bibirnya dan memasang mata anak anjing untuk merayu Luhan "Tida-"
"Tidak! Kau sudah kabur minggu lalu"
"Tapi oppa, ak-" Chanyeol tidak bisa melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba sebuah sarung tangan untuk mencuci piring terbang kearahnya, dan mau tak mau ia harus menerimanya. "Kris, aku ada kelas pagi"
"Gunakan sarung tangannya, kalau tidak tanganmu akan kasar"
Gadis itu mengerang, ia menghela nafas keras kemudian berjalan menuju bak pencuci piring. Luhan dan bibi Han sudah membawa semua perabotnya kesana.
"Biar aku yang menyabun, kau bilas saja. ini bisa lebih cepat"
"Kau manjakan saja terus! Dia akan semakin bertingkah"
Dan Chanyeol hanya menjulurkan lidahnya untuk menjawab kalimat Luhan itu.
.
.
.
.
Chanyeol dan Kris sebenarnya hanya kebetulan saling kenal sebelum masuk asrama, Ayah Kris adalah seorang hakim. Ia bertetangga dengan Chanyeol dan menjadi 'anak laki-laki' yang baik untuk orang tua gadis itu.
Chanyeol yang tidak pernah menggunakan sebutan oppa adalah bentuk protesnya, karena menurutnya kedua orangtuanya lebih menyayangi Kris dari pada dirinya.
Dan ia bertahan menjadi gadis tidak tahu sopan santun hingga sedewasa ini.
Sebenarnya Amber juga tidak pernah ia beri embel-embel eonnie di belakang namanya. Gadis asal L.A itu terlalu keren untuk di panggil Eonnie.
.
.
"Park Chanyeol, Kau bisa lebih cepat atau tidak?" Amber berteriak, usia Amber memang satu tahun lebih tua, tapi gadis itu berada di tingkat yang sama dengannya.
"Baiklah" Chanyeol berlari dengan menenteng satu pasang sneaker kemudian memamerkannya kepada si gadis tomboy. "apa ini bagus?"
"Bukankah itu sama dengan yang kau bawa tadi?"
"Ini berwarna gold Amber ssi, kau tidak bisa membedakan warna ya?"
"Biar ku tebak, Kris oppa yang membelikannya?"
Amber Liu memutar matanya ketika melihat gadis dengan mata lebar itu tersenyum untuk menjawab pertanyaannya.
"Bukankah kau seharusnya mengurangi ketergantunganmu padanya? Dia kan bukan kakak kandungmu"
.
.
.
.
"Kris hyung berpisah dengan kekasihnya"
"Bukankah itu bagus?"
Chanyeol tersenyum acuh ketika Sehun mengangakan mulutnya setelah mendengar jawaban itu. gadis itu menyisir seluruh rambutnya kebelakang kemudian mengikatnya menjadi satu dan menjadikannya sebuah cepol.
"Kau benar-benar tidak berperasaan"
"Kris tidak menyukai gadis itu Sehun, jadi kenapa harus di pertahankan? Lagipula, apa bagusnya gadis itu?"
"Tolong jangan membandingkannya dengan dirimu. Dan jangan membandingkan kaki kalian juga" Sehun memperingatkan. Walaupun belum genap satu tahun mengenal Park Chanyeol, pemuda itu sudah bisa membaca gadis tinggi itu, seperti buku yang terbuka.
Gadis itu mengangkat alisnnya seraya menahan senyum, ia lantas menunduk mengamati kakinya yang berbalut sneakers dengan bangga kemudian mendongak menatap pemuda dengan kulit pucat itu.
"Kris tidak suka aku memamerkan kakiku"
"Lelaki mana yang suka gadisnya memamerkan tubuhnya?" Sehun menjawab gerutu Chanyeol dengan gumaman pelan, tidak yakin jika Chanyeol mendengarnya.
Tapi ketika melihat gadis itu hanya diam. Sehun tau suaranya sudah cukup keras.
"Kau tau Chanyeol ah, kekasih Kris hyung memutuskannya karena gadis itu tidak menyukaimu" Chanyeol melirik Sehun sekilas lantas mengupas coklat di tangannya dalam diam, dia memasukkan satu potongan kecil kedalam mulutnya kemudian mengendikkan bahu.
"Semua gadis yang mengenal Kris tidak ada yang menyukaiku"
"Itu karena mereka pikir kalian terlalu dekat, Kris hyung kan juga mempunyai kehidupan pribadinya, dengan tidak ada kau pada titik itu"
Chanyeol berhenti mengunyah kemudian menatap Sehun tajam. Ia kemudian berdecak dan berdiri ketika tidak melihat pemuda itu mengeluarkan reaksi yang di harapkannya.
.
.
.
.
Chapter 1
Asrama mereka terdengar lebih ramai dari biasanya. Bibi han dan paman Song pergi mengunjungi seorang teman yang tiba-tiba sakit, jadi warga asrama harus berdebat tentang apa yang akan mereka makan malam ini.
"Kita ke restoran Itali saja" Krystal, si tamu yang tak pernah di undang memberikan usulan dan langsung di tolak oleh Chanyeol (karena gadis itu memang selalu ingin mencari masalah.)
"Memang kau ingin makan dimana?" tanya Amber, si tomboy ini sepertinya berniat mementahkan usulan Chanyeol. Kebiasaan lama jika sedang bersama Krystal.
"Kemanapun asal tidak makanan itali"
"Sushi saja" Sehun mencoba peruntungan lagi, yang kemudian di jawab dengan tolakan para penghuni lainnya.
Tidak tahan dengan debat tanpa akhir, Minseok akhirnya berdiri, menyambar dompetnya lalu berjalan menuju pintu utama "Kita ke restoran China, tidak ada penolakan"
Menjadi yang paling tua selalu menjadi sebuah keuntungan.
Chanyeol mengerucutkan bibirnya jika mengingat apa yang akan di lakukannya sebagai magnae jika sedang makan bersama.
Lambat-lambat ia mendekati Sehun kemudian merangkul lengan pemuda itu, memintanya menunduk untuk mensejajarkan tubuh mereka. Sehun tentu saja menurutinya.
"Kau ingin makan sushi kan? Kita pergi berdua saja! kita pasti jadi pesuruh jika bersama orang-orang tua itu"
Magnae sesungguhnya di sana adalah Chanyeol, tapi mengingat jumlah mereka saat ini, Sehun yang posisinya adalah penghuni termuda kedua pasti juga akan mendapat jatah melayani hyungnya.
"Ya Magnae! Cepat! Tidak ada istilah melarikan diri" Byun Baekhyun dan otak cerdasnya yang sangat cepat merespon kesempatan benar-benar merepotkan.
Dan kedua magnae benar-benar menjadi pesuruh.
.
.
.
.
.
Mereka tidak langsung pulang ke rumah setelah selesai makan malam. Luhan yang mengingat bahwa besok adalah hari sabtu mengusulkan untuk minum soju dulu, dan langsung mendapat persetujuan dari Baekhyun juga Kris.
Chanyeol mendumal seraya memberi tatapan tidak terimanya pada belakang kepala Luhan yang berjalan di depannya. Ia adalah yang paling lemah dengan alcohol, dan 'orang-orang tua' ini tidak akan pernah mengijinkannya minum satu teguk pun.
Krystal sebenarnya juga tidak minum, ia mengatakan alcohol tidak baik untuk kulitnya. Jadi gadis itu hanya makan apa yang ada di hadapannya tanpa minat mengganggu minum para 'oppa'
Chanyeol melirik Krystal sekilas kemudian meraba pipinya. Ada satu bekas jerawat dan satu jerawat batu yang sudah berhari-hari belum hilang.
Mungkin karena kebiasaan makannya yang tidak pernah memikirkan kulit seperti yang di lakukan Krystal. Amber bahkan beberapa kali mengindari makanan berlemak jika kondisi kulitnya sedang tidak baik. Chanyeol jadi merasa kalah pada gadis tomboy tersebut.
Ketika para pemuda mulai asik sendiri (menggoda Krystal) Chanyeol merasa sebuah benda menyelimuti tubuhnya yang mulai menggigil karena angin malam.
Gadis tinggi itu hanya mengenakan pakaian rumahan, sebuah celana jins pendek dan kaos longgar berwarna hijau. Kris yang meletakkan jaket besarnya pada tubuh Chanyeol tampak biasa saja, masih menuang satu gelas soju dan bercanda dengan Luhan tentang Seo Juhyun, gadis tahun terakhir di jurusan kedokteran.
"Kau menyukai gadis seperti itu" Chanyeol mencibir, memakai jaket super besar itu dengan benar kemudian menatap Kris. Alisnya tertaut tidak terima dan bibirnya mengerucut. Chanyeol tidak pernah suka jika Kris membahas tentang gadis lain. Apalagi jika gadis yang di bahasnya memiliki karakter yang jauh berbeda darinya.
Seo Juhyun itu sangat anggun, menggunakan make up bagus, berpakaian dengan manis, dan mengenakan heels. Chanyeol jelas tidak pernah melakukan itu. Satu-satunya make up yang sering di pakainya hanya lip balm dan pembersih wajah.
"Laki-laki mana yang tidak suka gadis secantik itu Park Chanyeol?"
"Oppa bahkan akan menyukai Amber jika dia mengenakan rok"
"Kau adalah Amber yang mengenakan rok, dan aku tidak menyukaimu"
Benar. Secara garis besar, dia dan Amber hampir sama. Sama-sama tidak peduli dengan pandangan orang lain dan bertingkah seenaknya sendiri.
Bedanya adalah, semua orang menyukai Amber.
.
.
.
.
Malam semakin larut, dan para pria itu tak tampak ingin segera menyelesaikan urusan mereka bersama Soju. Krystal sudah lebih dulu pulang (di antar Junmyeon) karena Chanyeol yang sebenarnya sudah mengantuk menggunakan Krystal sebagai alasan untuk segera pulang. Hanya Junmyeon yang bereaksi ketika itu.
"Biar ku antar saja, kalian teruskan minumnya" Itu kalimat Junmyeon setelah Chanyeol mengatakan jika ia kasihan pada Krystal yang flatnya jauh, dan masih harus berjalan lagi dari halte.
Amber yang biasanya menjadi belahan jiwa Krystal juga tak bereaksi sama sekali. Gadis yang lebih tua masih sibuk dengan tariannya bersama Baekhyun. Sudah setengah mabuk sementara Chanyeol tidak boleh minum satu tetes pun.
"Kau akan sangat merepotkan jika mabuk" komentar Luhan ketika mengambil alih gelas yang sudah di isi Chanyeol tadi. Dan pengambil alihan gelas itu berlangsung berulang-ulang, dengan komentar yang sama walaupun di lakukan oleh orang yang berbeda.
Chanyeol akan terus merengek jika mabuk, dan tidak mau berjalan. Jika tidak ada yang menggendongnya mungkin ia akan duduk saja di jalan. Meluruskan kakinya dan menyapa semua orang yang memperhatikannya. Sejauh ini yang paling sering menjadi korban adalah (tentu saja) Kris, karena apa lagi? Kris kan memang selalu menuruti mau Chanyeol.
"Kris" dengan suara serak Chanyeol merengek, dan menatap Kris dengan mata memohon seraya menggenggam lengan pemuda tinggi itu meminta perhatian.
"Tunggu sebentar ya, aku akan menggendongmu pulang jika kau terlalu mengantuk" bisik yang lebih tua, pemuda itu tersenyum manis untuk meyakinkan dan di sanggupi Chanyeol dengan sebuah anggukkan.
"Tapi aku sudah mengantuk" keluhnya seraya menyandarkan kepalanya di lengan atas Kris, dan di sambut dengan baik oleh pemilik lengan karena si pemilik marga Wu langsung merangkulnya dan mengusap lengan kurus gadis itu menenangkan.
Kris benar-benar menggendong Chanyeol ketika mereka pulang.
.
.
.
.
Semua gadis mengenal Kris tidak ada yang menyukai Chanyeol. Itu benar sekali. Bahkan bisa di bilang, seluruh gadis di universitas tidak menyukainya.
Ia terlalu dekat dengan Kris, terlalu intim dengan Sehun, terlalu akrab dengan Kai, terlalu ribut dengan Baekhyun, terlalu manis dengan Junmyoon, terlalu patuh pada Minseok, dan terlalu seenaknya pada sang pangeran berwajah boneka Lu han. Luhan sendiri adalah pemain basket andalan universitas yang memiliki banyak penggemar. Dia pernah menjadi pemain terbaik di tingkat SMA dan di perebutkan tim tim besar.
Awalnya hal seperti itu sangat mengganggunya. Ia ingin mendekati para gadis itu dan mengatakan bahwa hubungannya dengan pemuda-pemuda idaman mereka hanya sebatas teman satu asrama, tapi sekarang ia sudah tidak peduli.
"Tidak semua gadis yang mengenal Kris oppa membencimu, buktinya aku menyayangimu" Krystal membicarakan hal menjijikan lagi, gadis itu tersenyum lebar seraya menepuk pelan dadanya sendiri.
"Entah mengapa kalimat manis itu tidak membuatku tersentuh" Amber menatap dua sahabatnya itu bergantian kemudian berjalan dengan acuh menuju ke kantin fakultas kesehatan. Karena dari semua gadis yang membenci Chanyeol, teman-teman Minseok adalah yang paling tidak 'berbahaya'
Mereka bahkan tidak pernah masuk ke kantin seni dan sastra. Karena disana menakutkan. Gadis yang mengejar Sehun dan penggemar Dancing machine Kai semua ada di sana.
Kai adalah nama panggung Kim Jongin.
Ia adalah seorang penari yang pernah membuat seisi universitas menjerit heboh karena penampilan seksinya.
"Aku tidak mengerti kenapa para gadis itu tidak menyukaimu, padahal aku juga sering berada di samping Sehun dan Jongin"
"Karena kau bersikap wajar, tak sepertinya" Amber menjawab pertanyaan Krystal, ia menggunakan matanya untuk menunjuk Chanyeol. Dan gadis itu masih tenang-tenang saja mendengar nada menyindir dari Amber.
"Aku hanya ingin menunjukkan pada mereka bahwa aku baik-baik saja walaupun di benci, dan sekalian saja aku pamer"
.
.
.
.
Mahasiswa fakultas kesehatan memang paling tenang. Mereka tidak bergosip, tidak mencibir dan focus pada buku. Atau mungkin Minseok saja tidak terlalu terkenal disini. Tidak memiliki banyak penggemar jadi mau pamer sampai Amber mau pake rok berwarna pink pun percuma.
"Besok kita ke kantin fakultas hukum saja ya, makanan disana lebih enak" Krystal member ide ketika makanan mereka sudah tandas setengahnya.
Gadis itu melirik Chanyeol sekilas kemudian tersenyum pada Amber.
"Aku tidak mau mati konyol"
"Kita juga akan mati konyol jika masuk bersamanya" Amber berkomentar seraya memberikan telunjuknya pada gadis paling tinggi. Chanyeol sendiri sepertinya tidak terlalu peduli dan tetap focus pada jus apelnya.
"Kalau begitu kita datang berdua saja, biarkan Chanyeol mati konyol sendiri" Krystal member usulan lagi, kali ini dengan sebuah senyuman yang terlihat sangat licik di mata Chanyeol. Membuat gadis bermarga Park itu mencibir kemudian menyentil pelan kening gadis cantik pemilik ide kejam barusan.
"Baiklah, besok kita bolos" Chanyeol memutar matanya jengah, Krystal dan Amber tersenyum sangat lebar karena rencana busuk mereka. Bagaimana mungkin ada orang yang terlihat sangat bahagia hanya karena telah menyepakati konspirasi pem'bolos'an.
"Ada apa dengan kalian?" suara seorang pemuda membuat Krystal dan Amber berhenti tersenyum dan mengalihkan perhatian pada sang pendatang. Minseok menatap mereka dengan alis terangkat seraya duduk di samping Chanyeol.
"Mereka akan bolos besok, dan oppa lihat wajah bahagia mereka?"
"Membolos cukup baik juga untuk kesehatan" Komentar mahasiswa jurusan kedokteran itu semakin membuat mendecih, gadis itu menandaskan makanannya dalam sekali telan kemudian menyambar tas di samping kanannya dan pergi.
Kakak tertua mereka sama busuknya.
.
.
.
.
Hujan turun terlalu deras ketika Chanyeol keluar dari ruang dosen untuk mengumpulkan tugas. Amber sudah lebih dulu pulang bersama Krystal. Mereka berdua memang sangat suka membolos kemudian berganti jam seenaknya.
Gadis dengan rambut bergelombang itu duduk di bangku yang terletak di teras paling ujung, (menghindari berkumpul dengan para senior yang sudah pasti akan mencibirnya) sembari menungu hujan reda.
Ia memainkan ponselnya dan mengirimkan rengekannya pada Amber, Jongin dan Sehun.
—Minta Kris hyung menjemput saja, dia masih belum pulang—
Tepat ketika ia mendapat pesan balasan dari Sehun. Seseorang dengan sneaker warna hitam sudah berada di hadapannya. Chanyeol mendongak dan mendapati Kris yang sedang tersenyum berdiri di hadapannya.
"Bagaimana kau tau aku disini?" Chanyeol mendengar beberapa gadis mencibirnya lagi setelah mendengar pertanyaan itu. 'Bagaimana mungkin ada gadis yang tidak tau sopan santun seperti itu, berbicara dengan seorang sunbae tanpa kalimat formal.'
"Aku melihatmu darisana" Kris sepertinya tidak peduli cemoohan para gadis di jurusan seni itu. Menunjuk sebuah tangga di gedung fakultas hukum lantas tersenyum pada gadis yang lebih muda lagi.
"Ayo pulang, kelasmu sudah selesai?"
Si pemilik marga Park hanya menganggukan kepala sebagai jawaban, ia kemudian berdiri dan masuk ke dalam payung Kris, dengan cepat pemuda itu meraih pundaknya dan menuntunnya berjalan bersama. Chanyeol mendongak, melihat pundak sebelah kiri Kris basah dan berniat menggeser payung di tangan Kris. Walaupun di tahan si pemilik agar tetap memayungi seluruh tubuh si gadis muda.
"Aku benci jika sepatuku rusak karena air"
"Kau lepas saja jika tidak ingin sepatumu rusak, kemudian berjalan tanpa alas kaki" Jawaban Kris sama sekali tidak membantu. Ia jadi benar-benar ingin melepas sepatunya. Kemudian menjejalkannya ke mulut yang lebih tua.
"Aku berniat memintamu menggendongku"
"Tidak terimakasih, jika tubuhmu seseksi Hyunah gadis jurusan design grafis itu, mungkin akan ku pertimbangkan"
Ganti criteria gadis lagi.
Kali ini bahkan lebih jauh dari dirinya.
Chanyeol mana masuk kategori seksi, apalagi dengan pakaian menggoda dan nada bicara centil juga nakal.
"Dasar mesum"
"Ini namanya normal, tanyakan saja pada Luhan"
Jelas saja Luhan akan menyetujui pendapat Kris, mereka kan sama mesumnya.
.
.
To... Be... Continued...
.
Or not?
