Diingatkan! Kisah ini hanya untuk 18 ke atas! Mengandung unsur ryona+rape! Kalau pembaca masih di bawah umur, silahkan klik tanda 'x' di tab browser pembaca! Jika ingin tahu apa itu 'ryona' coba cek di Google. Sekali lagi saya ingatkan kisah ini untuk 18 ke atas! Terima Kasih :)
Karakter di fanfic ini adalah milik dari anime Sengoku BASARA dan ada sebagian yang Saya buat sendiri untuk mendukung cerita.
PROLOG
"Kasuga." Sebuah suara wanita memanggilnya dari belakang, "Guru memanggilmu."
Kasuga segera berlari ke tempat gurunya berada. Sesampainya di sana, Kasuga menunduk dan memberi hormat pada gurunya, "Guru."
"Kau sudah tahu alasan kenapa aku memanggilmu ke sini, kan?" Tanya lelaki tua itu.
"Ya, guru."
"Ini adalah misi pembunuhan pertamamu. Kuharap kau sudah mempersiapkan semuanya."
Kasuga terdiam.
"Targetmu adalah Sang Dewa Perang, Uesugi Kenshin. Dia bukan orang sembarangan, istananya di jaga oleh pasukan elit." Lelaki tua itu berdiri dengan perlahan dan berjalan ke arah Kasuga, "Kau adalah kunoichi terbaik yang aku miliki sekarang. Reiko sudah tidak bisa kuharapkan lagi, pikirannya sudah diracuni oleh ambisinya."
Kasuga memandang gurunya.
"Dia memang lebih kuat darimu, tapi aku melihat potensi dalam dirimu." Ia terdiam sebentar dan memandangi wajah Kasuga, "Kau sudah tahu tentang ritual itu, kan?"
Kasuga mengangguk.
"Baiklah," Lelaki tua itu membuka seluruh pakaiannya, "Mau atau tidak, kau harus memberikan keperawananmu padaku, gurumu. Sekarang, kau mau aku memulai duluan atau—"
"Kuserahkan tubuhku padamu." Kasuga membaringkan tubuhnya dan merentangkan kedua kakinya lebar-lebar, "Guru."
Lelaki tua itu segera meniduri tubuh Kasuga. Dengan wajah yang penuh nafsu, sang guru melepas pakaian ketat yang menutupi setengah payudara Kasuga, "Bagaimana kau bisa berjalan di luar dengan pakaian seperti pelacur ini?"
Kasuga memalingkan wajahnya dan merasa malu dengan ucapan gurunya. Memang pakaian yang ia pakai tidak menutupi seluruh tubuhnya, hanya setengah payudaranya yang tertutupi dan bagian selangkangannya saja hampir menampakkan bibir vaginanya. Belum lagi ditambah ketatnya pakaian itu, membuat Kasuga selalu berjalan dengan puting yang tampak jelas dari balik pakaiannya. Tidak jarang putingnya terselip keluar dan menjadi incaran para lelaki mesum di sekitarnya. Beruntung dia adalah seorang kunoichi terlatih, para lelaki mesum itu hanya mampu menikmati puting itu dari kejauhan tanpa mampu merasakannya.
"Lihatlah ini, bahkan putingmu sudah keluar dari pakaiannya sebelum aku membukanya. Dan.. Oh! Mereka sudah mengeras. Aku melatihmu untuk menjadi kunoichi, bukan pelacur."
Kasuga tidak percaya, guru yang ia hormati selama ini juga sama mesumnya dengan para lelaki yang ada di desa. Tetap saja, ritual itu harus ia jalankan. Lebih baik kehilangan keperawananmu di tangan guru daripada di tangan musuh... atau lebih tepatnya di selangkangan musuh.
"Katakan, bagaimana caranya kau bisa berjalan keliling desa dengan pakaian pelacur ini?" Kata lelaki tua itu sambil memainkan payudara Kasuga, "Kau sadar kan kalau payudara besarmu ini hampir tidak muat di pakaianmu? Atau jangan-jangan kau sengaja memamerkannya supaya orang-orang bisa memuaskan nafsumu?"
"Ti-tidak— AHN!"
Kasuga mengeluarkan jeritan kecil ketika gurunya melahap payudara sebelah kanan miliknya. Lelaki tua itu melahap payudara besar Kasuga dengan rakus. Ia menjilatinya seperti sebuah permen.
"Hmm...Slurrp.. Slurp.. Mhaahh..."
Tangan kanan lelaki tua itu terus memainkan payudara kiri Kasuga dan mulai memencet putingnya. Kasuga hanya bisa mengerang dan menggigit jarinya untuk menahan suara erangannya. Ia merasakan sesuatu akan keluar dari vaginanya, seperti cairan. Jika gurunya terus memainkan payudaranya seperti ini, cairan itu rasanya akan menyembur keluar kapan saja.
"Gu-guru... sesuatu ingin keluar... dari vagina.. AAAHHHHNNN!: Kasuga mengeluarkan jeritan kenikmatan ketika gurunya memencet dan menyedot putingnya bersamaan.
Vaginanya menyemburkan cairan orgasme begitu banyak. Cairan itu menembus dari balik pakaiannya yang menutupi bagian vaginanya. Suara semburannya terdengar sampai seisi ruangan. Cairan itu menyembur keluar, menyirami tubuh gurunya. Tubuh Kasuga mengejang, berusaha mengeluarkan semua cairan dari vaginanya.
"Wah, wah, wah.. Kau sudah orgasme sebanyak ini hanya karena aku memainkan payudaramu? Aku heran kenapa kau tidak menjadi pelacur saja?"
Kasuga memalingkan wajahnya, ia merasa malu mendengar hal itu dari gurunya sendiri.
"Baiklah, karena kau sudah sebasah ini, aku akan memasukkan penisku sekarang."
"Eh!? Guru jangan, aku belum sia— kyahn!"
Kasuga menjerit kesakitan ketika penis itu menghujam ke dalam vaginanya. Dengan satu kali dorongan, penis itu sudah tertanam seluruhnya di dalam vaginanya dan merobek keperawanannya. Darah dan cairan vaginanya bercampur jadi satu menyelimuti batang penis gurunya.
"Aaaah... Ah... Ahh... Aaa..." Mata Kasuga terbelalak akibat rasa sakit di vaginanya.
"Baiklah, kita selesaikan ini dengan cepat."
Lelaki itu mengangkat kedua kaki Kasuga dan menaruhnya di pundaknya. Ia mendorong tubuhnya dengan perlahan.
"Oooohh! Vaginamu masih sangat rapat... Rasanya penisku seperti terhisap masuk ke dalamnya.. Ooohhh!"
Dengan tiba-tiba, lelaki itu menaikkan kecepatan gerakkan dan mendorong penisnya keluar masuk vagina Kasuga dengan kasar.
"Gahh! Guru! Pe-pelankan.. Kyahn! Aah! Aah! Ah! Ini menyaktiku! Gah! Gah! Ah! Vaginaku! Kau menyakiti vaginaku! Ah! Hng! Ngh! Ahn! AAAHHHNN!" Sambil berkata seperti itu, Kasuga mengalami orgasme. Vaginanya kembalikan menyemburkan cairan dengan jumlah yang banyak, bahkan saat penis gurunya terus menghujamnya.
"Oh! Oh! Kau orgasme! Cairanmu mengalir melewati penisku! Oh! Hebat! Hebat! HEBAT!"
Lelaki itu semakin mempercepat gerakkannya. Ia seakan tidak peduli mendegar suara kesakitan muridnya. Ia seperti hewan buas yang sedang menikmati mangsanya.
"Sakit! Aahhn! Hentikan! Ahhn! Kyah! Guru! Aahhh!"
"Oooh! Aku— aku akan keluar! OOHHHHH!"
"NNHHHAAAAAHHHNNNNN~~!"
Guru dan murid itu pun mengerang bersamaan di tengah orgasmenya. Lelaki itu mendorong penisnya dalam-dalam agar seluruh spermanya keluar di dalam vagina Kasuga. Dengan beberapa kali dorongan, akhirnya sperma itu telah keluar semua. Ia menarik penisnya keluar.
"Haahh... Haaa... Haa... Ahhh..." Ia duduk sambil mengatur nafasnya, "Ritualnya sudah selesai, Kasuga. Kini kau tidak perlu takut jika tertangkap oleh musuh."
Kasuga diam saja.
"Oh tidak... Tubuhmu membuat penisku bangun lagi. Sepertinya penis tua ini masih menginginkan payudaramu itu."
Lelaki itu menduduki perut Kasuga dan menjepit penisnya di kedua payudara Kasuga. Ia menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Tidak perlu waktu lama baginya untuk mengeluarkan spermanya. Ia menyemprotkan spermanya ke wajah Kasuga dan ada beberapa di sekitar payudaranya.
"Dan itu yang terakhir..." Lelaki itu berdiri dan memakai pakaiannya, "Kau bisa meninggalkan ruangan ini kapan saja."
Lelaki itu berjalan keluar meninggalkan Kasuga sendirian. Di tengah ruangan itu, Kasuga tergeletak lemah. Padahal itu hanya sebuah ritual, tapi ia merasa seperti korban pemerkosaan. Ia menangis. Menangisi rasa sakit di vaginanya dan hilangnya kehormatannya dengan cara yang tidak ia inginkan.
Di tengah tangisannya, ia merapikan pakaiannya. Ia mengusap sperma yang ada di wajahnya dan di antara kedua payudaranya dengan tangannya dan menjilatinya. Ia membiarkan sperma yang ada di dalam vaginanya. Ia tahu kalau dia tidak akan hamil karena ini buka masa subur baginya. Sambil meredakan tangisannya, Kasuga menjilati semua sperma yang berceceran di lantai hingga bersih dan meninggalkan ruangan itu.
Beberapa minggu kemudian...
Gagalnya misi Kasuga terdengar sampai ke telinga gurunya. Lelaki tua itu memanggil ninja pengganti untuk menyelesaikan misinya.
"Kau tahu kan kalau Kasuga sudah berpindah pihak? Dia sudah tidak diterima di desa ini. "
"Ya, guru."
"Aku mengutusmu untuk dua misi. Pertama, kau selesaikan misinya, bunuh Sang Dewa Perang. Aku tahu tidak mudah untuk membunuhnya, kau harus menggunakan segala cara dan bersekutulah dengan musuh-musuhnya."
"Baik, guru."
"Aku tidak meragukan kemampuanmu, kau memiliki kemampuan menghasut yang sangat hebat. Ditambah, jutsumu untuk menghipnotis orang lain itu sangat langka dan berguna. Walaupun tidak semua orang yang bisa kau hipnotis, tapi itu sudah lebih dari cukup."
"Lalu, misi keduamu adalah, kau harus menghabisi pengkhianat. Tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat. Aku tidak peduli apa yang akan kau lakukan dengannya, entah itu membunuhnya langsung atau menyiksanya. Itu semua tergantung padamu."
"Aku punya cara lain untuk menghancurkannya, guru. Aku akan membuatmu terkejut." Senyum licik terukir di wajah ninja itu.
"Baiklah. Cukup itu saja. Sekarang..." Lelaki itu berdiri dan membuka pakaiannya, "Kau sudah siap dengan ritualnya kan, Reiko?"
Wanita dengan rambut merah itu menatap mata sang guru sambil membuka pakaiannya, "Tentu saja aku siap, guru."
