Hai readers san! Keluar lagi nih fic Nanda!

Ini pertama kalinya Nanda menulis sequel. Ternyata menulis sequel gak semudah yang terbayang yah? Hoik, aku akan tetap semangat menulis fic ini. Jangan kecewa ya readers san? Mohon review nya yah untuk memperbaiki sedikit dari banyak kesalahan dan typo(s) yang ada di fic ke tiga Nanda. Hmmmh.. yosh tanpa banyak kicauan author lagi, langsung saja yah.

WARNING: AU, Ooc, bahasa yang kacau, typo(s), sedikit ada fluff (mungkin). cerita gak nyambung? Awal dan akhir yang kecepetan? Harap maklum yah? Masih newbie di sini. RnR please..

.

Character – Sasuke U, Naruto U, Gaara

Genre – supernatural, Romance, dll

Rating – T

.

.

.

Naruto milik si bang Masashi Kishimoto siapa lagi coba?

Cerita nya milik Nanda Salsabila, siapa lagi?

.

.

.

The 9th Symphony

Chapter pertama: The beginning of the end

.

.

.

Matahari bersinar terlalu semangat pada hari ini. Buktinya suhu yang ada di permukaan bumi ini benar banar meningkat 360 derajat. Dari pada hari hari yang sebelumnya yang baru saja di guyur hujan lebat dan di beberapa tempat masih menggenang air. Burung burung tak berkicau lagi karena suhu yang mengharuskan mereka untuk mencari tempat tempat teduh agar mereka dan anak anaknya tidak mati karena kepayahan dan kepanasan. Saat saat ini sebagian besar orang akan benar benar malas untuk beraktivitas, mungkin sebagian besar mereka akan meminum yang segar segar, atau berada di samping kipas angin dan air conditioner. Banyak juga yang menonton gossip selebrita maupun hanya tidur siang dan mandi. Pemandangan yang berbeda justru di tampilkan di kediaman 3 orang yang terkenal dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Sasuke.. kenapa tidak istirahat dulu? Lagi pula sekarang kita tidak ada jadwal untuk konser kan? " ucap si penanya itu dengan megelus jajaran buku buku yang tertata rapi di rak besar itu. Sesekali dia memincingkan matanya melihat deretan judul buku yang tak asing baginya. Lalu menggerakkan jemari gemulainya untuk mengambil buku yang sedang ia ingini.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik..

Tak ada jawaban dari orang yang ia tanyai itu. Dia semakin geram dengan orang itu. Ingin rasanya menjitak keras kepala berambut hitam yang sedang duduk kaku di meja yang tak jauh darinya. Orang berambut hitam yang bernama Sasuke itu hanya melirik sebentar lalu di sibukkan lagi dengan tumpukan kertas putih dan pena di tangannya yang ia pegang erat. Lalu tak bergeming lagi kemudian.

Penanya itu menghela nafas panjang dan mengerucutkan bibirnya se kerucut kerucutnya. Sekarang lebih terlihat seperti paruh bebek.

Sasuke menulis nulis sesuatu yang ia ingat, yang ia inginkan, yang ingin ia ciptakan. Kumpulan kertas not yang benar benar tertata rapi di meja nya. Dan memandang datar kertas di depannya. Sesekali ia menutup kedua kelopak matanya dan menarik nafas dalam dalam dan kemudian menulis nulis lagi apa yang sedang terjadi dan ia ingat dari otak jeniusnya.

'Yang ini, mungkin yang terakhir'

Si penanya yang dari tadi di sibukkan dengan pemandangan jutek yang di suguhkan Sasuke pun langsung melirik temannya yang satunya lagi. Terlihat seorang laki laki tampan sedang mengotak atik alat musik, terlihat seperti.. clarinet dan benda satunya lagi flute. Yah flute, alat musik woodwind kesukaanya. Lelaki berambut merah menyala itu tak menghiraukan apapun yang ada di sekelilingnya. Di benaknya hanya ada alat musik clarinet dan flute kesayanganya.

'Kapan aku akan menemukan orang yang cocok untuk flute ku ini?' Gumamnya dalam hati dan sedetik kemudian ia menoleh ke arah seseorang yang sedang memasang wajah pasrah di antara tumpukan buku yang ada di depannya.

"Ada apa, Naruto?"

Naruto pun hanya melirik sedikit pada seorang beriris jade yang sedang mengotak atik clarinet miliknya itu.

"Kau tahu Naruto? Simfoni kita yang ke 7 & 8 ini sukses besar. Banyak yang memuji kita akan simfoni kita. Di seluruh benua, bahkan ada yang menjadikannya kiblat dari musik klasik" Ucap pemuda yang kerap kali di ingat sebagai seorang yang pendiam sekaligus cuek dan dikenal berjulukan si 'Tangan Mendesis' akibat permainan clarinet nya yang terkesan liar dan juga terlihat.. arogan bagi pemain klarinet yang sudah memulai belajar memainkannya sejak usia 12 tahun sepertinya. Yang belakangan ini di kenal bernama..

"Gaara, tentu saja dong. Kita adalah pemain orkestra yang hampir 3 tahun ini bergelut di dunia musik klasik. Dan memang kita sukses besar!" Ucap Naruto sambil mengembangkan senyum manisnya di antara pipi pipi putihnya yang terlihat sempurna di antara perpustakaan pribadi milik 3 orang master yang mendirikan group orkestra besar itu.

'Tiga tahun sudah grup orkestra ini berdiri.'

Sasuke beranjak dari tempat duduknya sambil mendorong kursi yang ia duduki kebelakang. Lalu menata tumpukan not not yang baru saja keluar dari otaknya.

'Namun masih saja, kekurangan pemain..'

Sasuke mengambil nafas panjang saat ia ingat bahwa grup yang ia dirikan itu masih saja kekurangan anggota. Dan parahnya, entah mengapa 3 anggota di grup nya tiba tiba mati dan juga ada yang hilang secara misterius.3, hanya butuh 3 anggota saja yang ia butuhkan untuk mengisi kekosongan di grupnya bagian viola, trumpet, flute dan .Sebenarnya, sejak dulu ia mendirijeni grupnya sendiri, namun ia pernah berkata bahwa 'biola ku yang memanggilku. Aku tak kan bisa mendirikan grup ini kalau tak ada biola di sampingku'. Dan dia pun memutuskan untuk berhenti menjadi seorang dirijen dan menjadi seorang violinist. Namun ia tetap aktif menjadi seorang composer.

Tiba tiba Naruto mengerenyitkan alisnya. Lalu kemudian mengambil buku itu. Buku yang ia temukan beberapa waktu lalu di bagian terdalam di terpustakaan nya. Rasa penasarannya pun menjadi jadi tatkala melihat judul buku itu. Hmm.. buku aneh yang tak berjudul. Dari pada bengong, lebih baik membaca. Jendela ilmu, kan? Fikir Naruto.

"Aku.. tak yakin aku pernah membeli buku ini. Atau kah kalian?" Ia menatap pojok pojok langit langit perpustakaan pribadi miliknya dan dua orang temannya itu. Benar benar luas. Kakinya terlangkah menuju bangku putih itu, tanpa aba aba ia pun langsung duduk. Mata beiris ocean blue itu pun terpaku seakan tak mau lepas dari buku yang sedikit 'misterius' itu.

Naruto memberanikan diri membuka lembaran sampul buku yang sedikit lusuh yang entah kenapa terlihat masih terawat dengan baik, dengan dan oleh siapakah?

"Eh..!" Mata nya membelalak tak percaya apa yang sedang benar benar ia lihat.

"Kenapa? Naruto?" Ucap seorang pemuda tampan berambut merah itu. .

"Aku, tak ingat aku pernah membeli buku ini. Hanya saja lihat tahun pembuatannya 1626! Dan.." ia membolak balik halaman buku rapuh itu, sepertinya ia mulai memperlihatkan ketertarikannya pada buku bersampul hijau berbahan kulit binatang itu.

"Ini menarik! Dan di tulis oleh, hmm.. Sarutobi"

"Siapa lagi yang membeli buku buku tentang sejarah jika bukan kau Naruto" Gaara berketus singkat dan mengerling ke arah Naruto sambil mengangkat sebelah alisnya.

Sasuke mulai duduk lagi dan menyandarkan lehernya di kepala kursi yang tengah ia duduki. Membuang beban beban yang telah bertumpu di mata dan fikirannya. Sasuke menengadah, menatap dengan tatapan kosong. Mencoba memejamkan kedua kelopak matanya. Memijit mijit pangkal hidungnya sejenak kemudian menyandarkan tangannya di dahi nya. Mencoba untuk tenang.. yah sekarang ia telah mendapatkannya..

"Hey, percayakah kalian dengan mata Sharingan?"

Atau mungkin tidak.

Sasuke membuka paksa matanya. Memaksa memandang Naruto yang tiba tiba berkicau dengan mata Sharingan yang kabarnya memang benar ada itu. Mitos yang di ciptakan dari nenek moyang mereka.

"Sharingan, hanya mitos Naruto. Mata itu hanya rekaan orang orang yang percaya tahayul" ucap nya singkat.

"Tidak tidak, lihatlah.." Naruto membuka bukunya lebar dan di arahkan sejalan pada Sasuke dan Gaara. Seakan masih tak puas, ia mendekatkan buku yang ia temukan tak sengaja di perpustakaan pribadinya itu ke arah dua temannya yang duduk di depannya.

"Hmmh, dikatakan bahwa mata Sharingan adalah mata yang dapat melihat ke benaran yang di dapatkan dari tuhan yang maha esa." Gaara membaca bagian yang telah Naruto tunjukkan. Sasuke pun tiba tiba membelalakkan matanya

'Apakah mata itu, mata murni? Yang sangat aku butuhkan? Tidak, tidak... itu hanya ilusi..'

"Apakah bisa melihat hantu, atau mahluk dan benda benda astral atau yang lainnya?" Naruto berujar dengan menggaruk garuk belakang kepalanya yang tak benar benar gatal. Masih berfikir apakah kebenaran tentang kekuatan mata 'Sharingan' itu.

"Aku tak percaya dengan mitos bodoh itu, lebih baik buatlah diri kalian berguna" Sasuke melempar kertas ke arah Gaara dan Naruto.

Naruto membacanya sejenak, kemudian alisnya berkedut.

"K kau yakin teme? harus mengadakan pencarian ini minggu depan?" Ucap Naruto sambil menaruh berpuluh puluh ribu pertanyaandi benaknya.

"Aku sudah menyuruh orang mencari orang orang dengan bakat di trumpet, viola dan flute sebanyak banyaknya. Lalu minggu depan kita akan langsung menyeleksinya.." Sasuke terhenti saat tangan kananya terasa tiba tiba panas, seperti terbakar. Sasuke meringis kesakitan saat rasa perih menjalar di telapak tangannya. Naruto hanya terheran heran melihat temannya seperti menahan kesakitan.

"Ugh.." Sasuke berbalik badan membelakangi Gaara Dan Naruto. Lalu mengibas ibaskan tanganya cepat. Gaara dan Naruto pun kebingungan melihat Sasuke bertingkah begitu aneh.

'Sial! Lagi lagi dia mengirimkan pesan kepadaku!'

"Aku mau kebelakang dulu!" Sasuke berlari cepat meninggalkan dua orang yang hanya terperangah karena keganjilan yang mereka lihat dari dirinya.

"Kau tahu Gaara, akhir akhir ini Sasuke bertingkah sangatlah aneh?" Naruto menatap serius Gaara. Gaara hanya memincingkan matanya, lalu kemudian menutup matanya sambil tersenyum.

"Heh.. biarkan saja, dia mungkin hanya sedang tidak mood." Ucap Gaara meyakinkan Naruto dan disusul helaan nafas Naruto sedetik kemudian.

.

.

"Eerggh, ergh.. " Sasuke mengerang saat ia melihat telapak tangan kanannya yang memerah seperti luka terbakar. Dan alangkah kagetnya Sasuke saat garis garis kemerahan yang tipis timbul menyinggung garis tangannya. Sesegera mungkin Sasuke membasuh tanganya dengan air. Namun yang didapatnya bukan rasa reda, namun semakin panas dan perih.

Ia menggigit bibir bawahnya berulang kali menahan kesakitan yang menjerat tanganya.

"Ergh!" Dengan kasar ia mengusap usap telapak tangannya. Ia kaget saat garis garis yang tadi tipis kini menebal membentuk suatu garis, atau lebih tepatnya huruuf dan angka.

"S 9.. apa apaan ini! Aaaarggh.!" Sasuke berteriak sekencang kencangnya manakala tangannya kini terluka seperti luka sayatan dan sekarang mengeluarkan darah yang menetes keluar dengan derasnya.

"Kau ingat, ini bulan keberapa? Sasuke?"

Suara yang membuat Sasuke menoleh ke belakang secara sontak. Sasuke mendelik ke arahnya. "K-kau kan.."

"Hahaha, kau ingat aku Sasuke?" Suara tawa yang meggelegar di tiap tiap sisi dinding toilet. Seakan memantul ke arah wajah Sasuke. Sasuke ingat wajah datar itu, dengan gigi taring yang berlumuran darah. Hawa dingin tiba tiba menyergap ruangan itu hinga terasa sangat sunyi senyap. Sasuke tersenyum sejenak, lalu mulai melangkah mendekati pria berambut panjang tersebut.

"Aku belum bisa mencarinya, berilah aku waktu lagi" ucap Sasuke parau dan di balas pelototan tajam dari seseorang yang tiba tiba saja datang di belakang Sasuke. Tatapan seperti ingin membunuh. Tatapan yang bahkan lebih dingin dari musim dingin.

"Hmm, apa jaminanmu jika aku memberiku waktu?" Tanya seseorang itu dan di balas tatapan dingin dari Sasuke.

"Segalanya"

"Baiklah, ku beri kau waktu 6 bulan lagi. Sebelum kau menyelesaikan lagumu itu. Jika kau belum juga mendapatkannya, kau dan akan mati!" Tiba tiba saja orang berambut panjang itu hilang, seperti di telan bumi. Sasuke memincingkan matanya lagi. Tatapannya sekarang lebih dingin dan tajam dari yang sebelumnya.

'Aku harus bisa mencari nya, yah. Aku harus'

.

.

"Selamat datang di ajang pencarian anggota dari group music orkestra yang didirikan oleh Sasuke san, Gaara san, dan Naruto san. Hmm.. kalian sudah bisa menebak kan? Yah grup orkestra yang sedang mencari anggota baru, 'Ovvotos' dari konoha.." terlihat seorang lelaki paruh baya yang gendut membawakan acara itu dengan suara nya yang menggelegar bak suara yang sedang di keraskan dengan speaker, padahal ia sedang tak menggunakan speaker sama sekali. Dan para peserta hanya manggut manggut melihat tingkah pola pembawa acara.

"..dan pembukaan acara ini, kami buka" terdengar ketukan suara palu yang sengaja di pukulkan tiga kali berturut turut sebagai peresmian acara pada pagi hari itu.

"acara ini akan segera di mulai. Dan jika waktu tidak mencukupi. Akan di lanjutkan besok. Sekarang kalian, para kontestan muda yang hebat bisa bersiap siap selagi nama kalian belum di panggil."

setelah si pembuka acara itu berkata demikian. Para peserta pun berhamburan keluar dari aula gedung besar yang di sewa oleh ketiga sahabat itu untuk penyeleksiannya mencari anggota baru.

"Nomor 239, Inuzuka Kiba.."

Terdengar suara speaker yang menggema dan terlihat beberapa orang yang sedang menguatkan lelaki pemegang flute itu.

Lalu lelaki yang bernama Kiba itu pun masuk ke ruangan yang telah di sediakan untuk melihat ke ahliannya.

Seorang perempuan yang berjaket hitam duduk di kursi tunggu dan sesekali meremas tisu yang ia pegang. Lalu mengambil dan mengotak atik alat tiup miliknya. Entah kenapa tiba tiba di saat yang seperti ini ia ingin ke toilet. Huh.. menyebalkan! Dia pun beranjak dari tempat duduknya. Ia pun melangkahkan kakinya gontai ke arah toilet perempuan yang tak jauh dari tempatnya duduk. Terlihat banyak sekali orang yang berlalu lalang di sana. Keluar masuk ruang penjurian membuatnya bergidik sejenak karena nerveous tak sadar, ia pun menabrak seseorang di depannya.

"Ouch.." ucap perempuan itu dengan tersungkur di bawah.

"Oh, g gomen. Maaf aku tidak melihatmu nona, aku terlalu sibuk memperhatikan ruang penjurian" tanganya pun ia kaitkan pada tangan perempuan tadi. Perempuan itu pun sekarang bangun. Sekarang terlihat perempuan berparas cantik berambut indigo panjang dengan alat gesek yang berada di punggungnya. Mata mutiaranya menatap mata emerald si penubruk tadi dengan senyum mengembang di sela pipi nya.

"Tidak apa nona, oh ya. Perkenalkan, namaku Hyuuga Hinata" ucap nya sambil menodongkan tanganya ke arah pemilik safir emerald itu.

"Haruno Sakura, senang berkenalan denganmu!" Ucap Sakura menjabat erat tangan Hinata.

.

.

.

To be continued

.

.

Gimana gimana? Review dong, yah? Aku ingin tahu gimana pendapat kalian tentang fic ku yang satu ini.. hmm kecepetan kah? Atau gimana?

Nggak tahu deh, kesambet apa saat nulis ini. Tiba tiba muncul gagasan dan ingin langsung merealisasikannya. #plakk.