NARUTO by MASASHI KISHIMOTO.
SAKURA X ITACHI
WARNING!
Saya hanya meminjam kedua karakter yang diciptakan oleh Kishi-Sensei, sisanya adalah cerita yang saya tulis.
Apabila terdapat kesalahan ejaan, penulisan, typo, mohon dimaklumi, cerita ini jauh dari kata sempurna seperti author ini.
Genre : Romantic,War and Drama.
Setting pada jaman Belanda.
Rate : T+
"Don't like don't read, NO FLAMES"
Thank you!
And
HAPPY READING!
...
...
...
PROLOG
Our way of life
(Watashitachi no seikatsu)
Berlin, 03 januari 1935
Kabut tebal mengepul menutupi matahari yang seharusnya berada tepat diatas langit, semua menjadi hitam, jarak pandang hanya berkisar 1 meter, ledakan demi ledakan tiada berhenti berdenging di indra pendengaran semua orang.
Tangisan, rintihan sakit, bahkan teriakan yang tidak kunjung habis terus memenuhi tempat itu.
Suara tembakan, suara langkah kaki yang dipacu cepat, juga suara orang-orang yang gugur dalam medan perang terus bergema.
Mayat-mayat berserakan memenuhi jalan yang penuh sesak, sementara itu bala tentara yang terus berdatangan melakukan evakuasi dengan peralatan seadanya.
"UTAMAKAN ANAK-ANAK, WANITA, DAN LANSIA!" ucap laki-laki dengan pakaian bermotif kamuflase gelap, ia memegang senjata pada tangan kanan nya.
Laki-laki berwajah asia dengan rambut hitam pendek dan wajah datar berlari menepuk-nepuk bawahannya, berharap mereka bekerja dengan cepat dan tepat.
Hujan mulai turun dengan deras, langit masih setia gelap karena pengaruh dari kepulan asap juga awan hitam yang setia menggelayuti kota itu.
Desingan peluru mulai kembali terdengar memecah tembok-tembok tua yang berdiri kokoh, ledakan demi ledakan semakin dekat dan memecah dinding-dinding beton yang sengaja dibangun untuk pertahanan.
Jerman hancur hanya dalam beberapa jam, begitu banyak mayat yang bergeletak dimana-mana.
Suara deru napas prajurit yang terus mempertahankan kota itu terdengar jelas ditengah-tengah ledakan demi ledakan, suara teriakan mereka seperti jerit tangis yang dikeluarkan warga sipil.
"HANCURKAN KOTA INI, BUNUH SEMUA KETURUNAN CAMPURAN DAN ORANG ASING YANG KALIAN TEMUKAN!"
Laki-laki yang dijuluki jendral perang dari negeri matahari terbit itu sontak menoleh, semua peluh bercucuran tanpa henti, matanya melihat sosok dibalik kepulan asap yang menyelimuti kota itu.
Ia adalah Itachi Uchiha.
Ia menyipitkan matanya, samar-sama melihat dan meneliti laki-laki yang memerintahkan prajurit yang sengaja memberontak bataleon yang ia pimpin.
"DANZO!" ucapnya mendesis kesal baru menyadari apa yang terjadi, ternyata laki-laki itu yang menciptakan malapetaka di Negeri yang sudah carut-marut ini.
Dia yang menumpahkan darah, mengangkat senjatanya kepada warga sipil.
Dia yang membunuh teman-teman nya.
Dia yang berkhianat pada Negaranya sendiri.
Tanpa menunggu apa-apa Itachi melawan arus manusia yang berada dijalannya, semua yang Danzo lakukan harus ia bayar, karena darah yang ia tumpahkan adalah darah teman-teman nya.
Itachi mengangkat senapan laras panjang miliknya, membidik laki-laki itu tepat di jantung nya, ia berjalan pelan dan tenang, seperti seorang pembunuh bayaran yang andal.
Setelah mengunci buruan nya, Itachi memasang ancang-ancang utnuk menarik pelatuk miliknya, jari-jemarinya bisa merasakan tekstur pelatuk yang dingin dan basah karena tertimpa hujan, peluru yang ada pada senapan miliknya adalah peluru terakhirnya.
Ia berharap hari ini adalah hari keberuntungan nya, ia berdoa untuk teman-temannya yang berada di Surga.
Itachi menarik pelatuk miliknya, beberapa detik kemudian terdengar suara berdebam keras yang memekakan telinga, orang-orang yang berlalu-lalang disekitarnya reflek tiarap dan menutupi telinga mereka, ia juga melihat Danzo melirik ke arahnya, Itachi tersenyum.
Namun sedetik kemudian Itachi melihat laki-laki itu tersenyum dan mengatakan sesuatu yang tidak ia mengerti, dan Itachi merasakan pinggangnya dirobek oleh benda tajam, Itachi melayangkan senapannya dan menendang orang itu, orang yang memegang sebilah pisau, ia segera bertahan dan memasang ancang-ancang untuk bertarung.
"A-aku tidak punya pilihan, jika aku tidak melakukannya maka ia mengancam akan membunuh anak-anakku!" ucap seorang warga sipil yang masih memegang pisau ditangannya, darah Itachi mengalir derasa bagaikan air hujan yang turun, ia mengatur napasnya dan melihat laki-laki tua didepannya dengan pandangan dingin, kemudian Itachi menendangnya dan pergi.
Ia berlari menerobos jajaran orang yang masih tiarap, sebelah tangannya memegang pinggang untuk mencegah darah keluar lebih banyak lagi.
Kemudian ia mendengar suara tembakan dan teriakan warga sipil, Itachi kembali membelalakan mata ketika prajurit yang diperintahkan Danzo membunuh orang-orang pendatang, bahkan kebanyakan dari mereka orang asia, para turis dan imigran.
Itachi mengambil senjata disekitar mayat prajurit yang sudah gugur, dengan sebelah tangan miliknya, dan dalam jarak pandang 3 kilometer ia menembak jajaran prajurit yang sedang melakukan eksekusi pada warga asing.
Itachi kembali memberikan aba-aba pada warga untuk menyelamatkan diri mereka dengan menutupi wajah mereka dan pergi ke segala arah , karena keadaan saat ini tidak memungkinkan, banyak prajurit yang sebelumnya menjadi bawahannya berkhianat.
Dengan kericuhan yang terjadi semua prajurit kesulitan mencari orang-orang yang seharusnya mereka bunuh, Itachi kembali berlari menjadi bayangan diantara orang-orang yang berhamburan.
Ia kembali berlari ditengah hujan deras, petir mengamuk bersama hujan, memperlihatkan kekuasaannya pada malam ini.
Itachi berbelok disalah satu gang yang menghubungkannya pada jalan setapak menuju hutan perbatasan, ia hanya harus mundur sesaat kemudian kembali menyusun rencana ketika ia sudah pulih.
Itachi kembali teringat dengan teman-temannya, semuanya sudah mati meninggalkan kenangan yang menyakitkan untuk dirinya, bagaimana pun itu terjadi terlalu tiba-tiba.
Bahkan atasan yang mengepalainya juga mati mengenaskan, ini semua adalah pemberontakan yang terencana dan terlalu rapih utnuk sebuah pekerjaan membunuh.
Itachi kembali mempercepat larinya, ia melompati pagar pembatas kemudian berlari diantara pepohonan, lampu-lampu pita dan api sudah mulai padam karena hujan namun suara hiruk-piruk orang-orang yang mencari tempat aman terus terdengar.
Itachi membenci dirinya bahwa ia harus lari dari takdirnya, namun ia juga sudah berjanji pada Pain bahwa ia harus hidup demi mewujudkan cita-cita miliknya, itu adalah janjinya.
"Kaa-san, Tou-san ... jangan tinggalkan aku!" ucap seorang gadis menangis pilu, Itachi bisa mendengar isakannya, dengan sikap waspada Itachi bersembunyi dibelakang pohon Preem ia mengambil pistol yang ada pada saku celana miliknya.
Itachi mengintip, mata obisidannya mencari-cari dan melihat keadaan, ia menemukan seorang perempuan seumuran dengan nya menangis diantara mayat yang disimpulkan sebagai ayah dan ibunya, tiga orang tentara mengapit dirinya, melingkarinya dan melihat wanita bersurai merah muda itu dengan pandangan yang aneh.
Itachi membenci situasi seperti ini, wanita bersurai musim semi itu terus menggoyang-goyangkan tubuh kedua orang tuanya yang sudah tidak bernyawa, wanita itu mengenakan baju seperti petugas kesehatan, bahkan Itachi bisa melihat peralatan medis diantara kantung jas putih yang ia pakai.
Dari jas putih milik wanita itu, Itachi bisa membaca huruf katakana dengan kata "Sakura" Itachi membelalakan matanya, pantas saja wanita ini bahkan kedua orang tuanya dibunuh.
Kemudian salah satu dari prajurit menarik tangan Sakura, menghempaskan wanita itu disalah satu batang pohon tua, Sakura masih terisak, matanya hanya tertuju pada tubuh kedua orang tuanya yang kini mulai membiru, matanya hanya menatap kosong, tidak ada tanda-tanda emosi dikedua emerald nya, baju yang ia pakai sudah basah kuyup dan terkena noda darah juga lumpur.
Ketiga prajurit itu tertawa, kemudian mereka mulai menggerayangi tubuh Sakura, gadis itu hanya diam bagaikan patung.
Itachi mendecih ia terlalu banyak berpikir, sementara itu dari arah barat ia melihat beberapa pasukan sudah memasuki hutan, ia harus pergi atau ia akan berakhir seperti kedua orang tua Sakura.
Tapi, meninggalkan gadis itu sendirian dengan kehormatan yang tidak bisa ia pertahankan, apakah itu pantas untuk seorang prajurit seperti dirinya?
Ini membuat Itachi frustasi, ia melangkahkan kakinya kemudian segera menarik pelatuk pistol miliknya, bunyi tembakan tidak membuat Sakura terusik, wanita itu hanya memandang kosong mayat kedua orang tuanya, ketika ketiga prajurit jatuh, Itachi menyabet lengan Sakura, menariknya paksa dan membawa tas kulit berwarna coklat milik wanita itu.
Itachi menerobos hutan dengan belukar-belukar licin didepannya, sementara itu ia dapat mendengar suara langkah kaki yang mengejarnya jauh berada dibelakang mereka.
"Jika kau ingin hidup, maka diam dan ikuti aku." Ucap Itachi melihat Sakura dari ekor matanya, wanita itu hanya menunduk dan pasrah berlari bersama nya, terkadang Sakura terjatuh karena terpeleset atau tersandung belukar.
Itu membuat Itachi menjadi frustasi.
Itachi menggenggam tangan wanita itu, yang ia rasakan hanya dingin, tangan yang kecil, rapuh dan dingin seperti es, sementara itu hujan sudah berhenti, langit mulai terlihat lebih cerah dengan awan-awan putih yang membingkai bulan purnama diatasnya, Itachi bersyukur karena langkahnya akan lebih terbantu dengan penerangan cahaya bulan.
Kemudian beberapa peluru tertancap di batang-batang pohon, Itachi menempatkan Sakura dibelakang punggungnya, laki-laki itu menyerit sakit memegang pinggangnya dan mendecih kesal karena darahnya bercucuran dijalan yang ia tapaki, pantas saja prajurit yang mengejarnya tidak terkecoh oleh langkah yang ia buat, ia begitu ceroboh meninggalkan jejak.
"MENYERAHLAH JENDRAL?!" ucap salah satu pemimpin yang memimpin pasukan itu, anjing-anjing prajurit terus menyalak galak menatapItachi dengan geram seakan-akan siap mengoyak dan membunuh keduanya, mereka membentuk lingkaran, sementara itu Itachi melihat dari ekor matanya mencari jalan untuk dirinya dan Sakura, Itachi bisa merasakan hembusan angin yang berasal dari jurang dibelakangnya.
Ia mendecih kesal.
Itachi hanya tersenyum tipis, ini adalah hal yang paling menyedihkan dan memalukan untuknya.
"JANGAN SOMBONG, DAN TERSENYUM KEPADAKU SEPERTI ITU, SIALAN!" ucap laki-laki itu, mengacungkan pistolnya membidik nya dengan pas didada Itachi.
"Aku mencium bau tidak sedap beberapa bulan ini, dan aku baru menyadari saat ini sepertinya itu kau dan semua bawahan mu." Ucap Itachi tersenyum tipis, matanya menatap laki-laki itu bergantian dengan prajurit yang mengepungnya dengan dingin, seakan-akan mengutuk mereka dan memberikan mereka mimpi buruk untuk malam ini.
"MATILAH KAU!" laki-laki itu menarik pelatuk miliknya, menembak Itachi tepat didadanya, keduanya terpental akibat dorongan peluru yang tiba-tiba menusuk tepat pada jantungnya.
Keduanya terlempar kedalam jurang, kejadian itu terlihat sangat cepat, bahkan semua prajurit yang mengepung Itachi terbelalak kaget, semuanya melihat dari tepi jurang, tempat mereka berpijak.
Mereka hanya bisa mendengar teriakan melengking wanita, debaman keras, seperti benda yang jatuh dan menabrak batu ataupun jatuh ke tanah dengan keras, mereka sadar itu adalah tubuh keduanya, mereka menelan saliva melihat lubang menganga ditepi jurang itu, hitam, dingin dan tidak pernah dijamah siapapun, hewan-hewan malam memekik kaget, beberapa burung mengepakan sayap kaget dan terbang kelangit mencari tempat yang lebih sunyi dan tak terjamah manusia.
Bulan Purnama semakin meninggi, sinarnya menerangi celah-celah pepohonan dan menampakan keindahan yang khas di Hutan pada malam itu.
...
...
...
.
.
.
TBC
A/N : baiklah, aku kembali kali ini menulis cerita tentang peperangan (sepertinya), ini adalah ide yang aku dapatkan ketika sedang dinas beberapa waktu yang lalu, cerita ini akan melibatkan beberapa settingan sejarah, tapi aku juga menulis dengan alur yang aku ciptakan sendiri, entah akan seperti apa jadinya.
Mudah-mudahan readers sekalian menyukainya, aku akan segera menulis chapter-chapter selanjutnya jadi jika berkenan silahkan review (tapi yang baik-baik yah) hehe...
Akhir kata terima kasih
SakuraH20
