Title : Through a thousand storks
Author : Kim Ryeonggu
Pair: Yewook
Rate: T
Warning: BL/Romance/Two shoot
Summary:
Kisah cintaku...yang pertama menyatakan cinta adalah istriku.
Istri? Aku ini namja!
Arra...arra, kau adalah namja yang menjadi istriku.
~ Happy Reading ~
.
.
"Heeii, oper bolanya padaku!". "Joon, halangi Somi!". "Yaaa, jangan kuasai bolanya sendirian!". "Tendang bolanya ke depan!". Suara teriakan anak-anak terdengar ramai di halaman belakang sebuah panti asuhan. Jika kegiatan belajar dan panti sudah selesai, anak-anak penghuni panti akan menghabiskan waktu di tempat itu hingga sore menjelang. Entah itu bermain ataupun sekedar duduk bergerombol sambil saling bertukar cerita. Salah satu permainan yang sering mereka mainkan yaitu sepak bola. Anak perempuan pun tidak ketinggalan untuk ikut bermain. Seperti siang menjelang sore ini...
"Noonaaaa!" DUG. Seorang anak lelaki berambut mangkuk menendang bola dengan keras ke depan. Tujuannya adalah seorang anak perempuan yang terlihat paling besar di antara anak lainnya.
TEP. Bola itu berhenti di bawah kakinya. Sorakan penyemangat semakin ramai saat anak perempuan itu mulai menggiring bola ke depan gawang. Satu tendangan keras ke sisi kiri gawang, dan GOOOOLLL...!
"Yeay..! Gol gol gol..."Anak perempuan itu berjingkrak senang dan ber-high five dengan teman setimnya.
"Yaak! Minggyu-ah, seharusnya kau tangkap bolanya!." Seorang anak berteriak kesal ke temannya yang malah mengkeret saat bola datang. "Aahh, mian...bola itu seperti mau menghantam kepalaku."
"Yeeaahhh, aku sudah memasukkan satu bola, selanjutnya kalian yang teruskan yaaa." Anak perempuan yang barusan mencetak gol itu berlari keluar area bermain menuju sebuah bangku di samping bangunan panti. Mengangkat kedua tangannya untuk membalas high five seorang anak laki-laki yang selalu duduk di bangku tersebut untuk memperhatikan teman-temannya bermain. "Tendanganku tadi bagus kan?"
Anak laki-laki dengan hoodie merah tersebut menunjukkan senyum termanisnya dan mengacungkan kedua jempolnya. Selanjutnya mereka tertawa bersama saat si noona mengacak rambut anak yang beberapa tahun lebih muda darinya itu.
"Sudah merasa baikan? Tidak sesak lagi kan?" Si noona memastikan keadaan salah satu dongsaeng kesayangannya itu sambil mengeratkan tali hoodie dan menutup kepala anak lelaki tersebut dengan penutup hoodienya.
"Aku sudah tak apa-apa. Sungguh..."
"Maafkan noona ne, seharusnya aku tak menyuruhmu mengambil bola saat itu dan membuatmu dikejar anjing. Gara-gara aku, penyakitmu jadi kambuh..." Gurat penyesalan terlihat di wajahnya saat kedua tangannya menangkup wajah pucat anak laki-laki yang sekarang terkikik geli. "Yakk, jangan tertawa."
"Wajahmu terlihat lucu saat melembek seperti itu noona."
"Mworago?! Yaak, berhenti kau," Si noona bangkit dari duduknya untuk mengejar dongsaengnya yang langsung kabur setelah mengeluarkan ledekkannya. "Yaak, berhenti berlari..! Kau ingin aku kena semprot bibi pengasuh lagi, heoh?! Yaak, Ryeowook-ah, berhenti kataku!"
Tidak lama kemudian suara bel menggema di seluruh bangunan panti dan terdengar suara pengasuh panti yang menyuruh anak-anak penghuni untuk segera berkumpul ke ruang depan panti. Sore itu akan diadakan acara perayaan ulang tahun anak dari salah satu penyumbang dana panti. Suara para pengasuh panti terdengar di setiap sudut ruangan untuk mengatur anak-anak panti agar duduk rapi berjejer di depan panggung kecil yang dihias berbagai macam pita dan balon warna-warni. Sebuah meja kecil berada di tengah panggung dengan kue tart dua tingkat berhias krim putih dan cokelat, tidak lupa lilin berbentuk angka dua belas tertancap di atasnya. Yang sedang berulang tahun berdiri di belakang meja dengan senyum lebar, menatap bahagia satu per satu anak panti yang juga sedang menatapnya. Kedua orangtuanya yang berdiri di samping kanan dan kirinya juga menampakkan senyum bersahabat. Acara berlangsung dengan meriah sekali, semua anak bergembira, tidak terkecuali seorang anak laki-laki berhoodie merah yang duduk di atas meja di pojok ruangan. Mata lucunya membulat saat ketua panti menyerahkan sebuah kado ke anak yang berulang tahun tersebut.
"Noona, aku belum menyiapkan kado untuk diberikan."
"Kita tak perlu menyiapkan kado, memang apa yang bisa kita berikan?"
"Ah, kalau begitu aku harus memberinya ucapan selamat ulang tahun." Tangan kecilnya menumpu meja tempatnya duduk. Si noona yang melihatnya hendak turun meja segera mencegah.
"Mau kemana?"
"Aku mau ke depan, aku ingin menjadi yang pertama mengucapkan selamat padanya."
"Issh... kau ini, duduk saja, duduk! Kau tak lihat di depan penuh seperti itu?! Nanti kita juga akan berbaris mengucapkan selamat padanya. Jangan mempermalukan dirimu sendiri, Ryeowook-ah."
Si anak laki-laki mengerutkan dahi, tidak mengerti dengan kalimat terakhir noonanya. Si noona ikut mendudukkan dirinya di meja itu dan berbisik pada dongsaengnya. "Lagipula, kau tak lihat baju yang dia pakai? Sepatunya...wajahnya yang bersih bersinar...kedua orangtuanya...uuuhh aku tak sanggup melanjutkannya. Dan bandingkan dengan bajumu, sepatumu, wajahmu, dirimu..."
Manik karamel si anak laki-laki memperhatikan apa saja yang menempel di tubuhnya lalu menggerung sebal pada dirinya sendiri. Bibirnya mengerucut dengan wajah sedih yang dia tunjukkan pada noonanya. "Jadi, duduk tenang di sini dan tunggu giliranmu, mengerti?"
Si anak laki-laki mengangguk mengerti dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari orang beruntung itu. Hatinya sedih bahwa dia tidak punya apa- apa untuk diberikan. Tapi tidak lama setelah itu, matanya berbinar senang saat melihat origami burung bangau yang digantung di jendela. Aah, sepertinya dia tahu apa yang harus dia tunjukkan.
Acara selesai saat malam menjelang. Ketua panti mengajak keluarga itu untuk berbincang sebentar sebelum mereka berpamitan. Semua penghuni panti sudah kembali ke kamarnya masing-masing. Di sebuah kamar di lantai dua terlihat seorang anak yang tengah membuat origami burung bangau dengan terburu-buru. "Noona, tolong tuliskan 'saranghae' di sayapnya."
Si noona mendengus geli mendengarnya, sambil melakukan apa yang diminta dia berkomentar, "Kau itu selalu saja mengucapkan saranghae pada semua orang. Seharusnya saranghae itu kau ucapkan pada kekasihmu. Kali ini siapa yang mendapat pernyataan cintamu, eoh?"
Si anak laki-laki tidak menggubris ucapan noonanya dan langsung berlari turun setelah origami burung bangau itu siap.
"Sudah kubilang jangan berlari, Kim Ryeowook! Kau tak sayang jantungmu ya?!"
^o^
^o^
^o^
Dia menempelkan tubuh kecilnya di dinding ruang ketua pengasuh panti. Mengintip orang-orang yang sedang berbincang di dalamnya dari celah pintu yang setengah terbuka. Bertanya-tanya kapan mereka akan keluar. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang saat melihat wajah anak yang berulang tahun itu. Dia memegang dada kirinya yang sesak, tapi bukan sesak yang menyakitkan seperti saat penyakitnya kambuh. Dia tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Dia sedikit menjauhkan dirinya dari pintu saat perbincangan di dalam selesai. Jari-jarinya mengerat origami burung bangau di tangannya saat si anak dan orangtuanya melewatinya dan berjalan menuju mobil mereka. Susah payah dia mengumpulkan keberaniannya saat berjalan di belakang mereka dan meraih lengan si anak yang sudah berusia dua belas tahun itu. Kepalanya tertunduk saat si anak menoleh ke arahnya. Dengan tangan gemetar dia menyerahkan origami burung bangau itu dan diterima dengan kebingungan oleh si anak berbaju mahal. Sementara itu, si anak berhoodie merah semakin menarik turun penutup hoodienya saat mengingat ucapan noonanya, bola matanya bergerak liar, lalu tanpa menunggu anak di depannya berbicara, dia berlari pergi. Tanpa disadarinya si anak yang berulang tahun tersenyum senang mendapatkan kado kecil seperti itu, terlebih dengan tulisan yang terasa menggelitik perutnya. Namun, keheranan saat si pemberi kado berlari begitu saja.
"Gomawo!" Si anak berbaju mahal tertawa kecil karena teriakannya menghentikan lari si anak berhoodie merah. "Namaku Kim Jong Woon..! Namamu siapa..?!" lanjutnya.
'Tentu aku tahu namamu, bukankah ketua panti selalu memujimu tampan setiap menyebut namamu?' Begitulah yang dikatakan si anak berhoodie merah dalam hatinya, kemudian melanjutkan langkah tergesanya memasuki bangunan tempatnya tinggal sejak lahir. Senyum tidak pernah hilang dari wajahnya sampai tubuhnya berhambur ke pelukan noonanya.
"Noona, aku sudah mempunyai kekasih, dan aku baru saja menyatakan cinta padanya."
Si noona hanya tertawa sambil menarik gemas pipi dongsaengnya, kemudian membawanya ke ruang tengah untuk berkumpul dengan penghuni panti lainnya.
'Kim Jong Woon, saranghae.'
Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya hingga membuatnya sulit tidur.
.
.
TBC
Kim Ryeonggu hadir dengan sebuah cerita lain dari couple favorit sepanjang masa.
Kim Ryeonggu harap reader semua menyukainya,
Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk lanjutnya chapter depan.
So, mind to review?
