Disclaimer : Naruto punya oom Kishi..... sayang ya? Kalau milikku, Naruto dah jadi manga shoujo tuh.....

Rating : M karena yah..........

Warning : Alternative world. Antara yaoi ato tidak. Sasunaru. Tapi, Naru jadi cewe..... Lime!!!

Summary : Naruto ditangkap dalam sebuah sel dan Count Sasuke menyelamatkannya dengan membelinya dari sang penjaga penjara!!!

A/N : Lemon pertamaku!! Gak bisa parah banget..... Akunya gak tega sie..... Kali ini cuma butuh 2 hari!! Yay me!!!


Ketika cinta yang bicara.....

Batas batas hilang, karena hanya perasaan yang bermain....

Ketika cinta yang bicara.....

Segalanya jadi mungkin........



"Tangkap dia!!"

Drap drap drap drap drap

"Hosh… hosh…. Sial…", gadis itu berhenti sebentar di balik gang sempit. Ia dikejar oleh sekumpulan prajurit laknat itu!! Rambut pirangnya panjang keriting dan tergerai panjang menutupi wajah bagian kanannya. Matanya yang biru jernih dikerjap-kerjapkannya untuk mengusir bulir bulir keringatnya yang mulai mengalir memasuki matanya.

Wangi rempah rempah masih tercium kuat dari tubuhnya. Daun mint dan rempah rempah lainnya. Ia belum selesai berdandan!! Baru saja ia selesai memercikkan parfum dari daun mint dan bunga jeruk yang ia terima dari Kiba, laki laki yang telah mencintainya selama ini dan terus mengejar dirinya dengan cara cara dan semangat yang menjengkelkan.

Sebenarnya ia tidak mencintai Kiba. Tidak pernah. Tapi, Kiba adalah satu satunya alasan ia dan rombongannya masih bisa tinggal di lingkungan ini. Ia adalah kepala polisi di lingkungan ini. Setidaknya, anak buah Kiba tidak pernah mengejar dan menangkap rombongannya..... sampai hari ini. Ia sudah 2-3 kali menabrak stand rempah rempah para pedagang!! Duh…. maafkan saya karena telah membuang buang makanan….

"Kau tertangkap, manis…"

"!!!"


"Jadi, mana penjara itu?", Tanya seorang pemuda tampan dan gagah tegas. Mata obsidiannya dingin dan angkuh. Kulit putihnya sempurna, wajahnya tampan luar biasa. Sosoknya yang misterius, aura gelapnya inilah yang telah menambah populasi gadis gadis muda beserta keluarganya yang pindah ke kota ini. Siapa yang tidak menginginkannya? Usianya masih tergolong belia, 25 tahun. Walaupun begitu, ia sudah menikmati pangkat yang tinggi, jendral angkatan darat. Selain pangkat tingginya di militer, ia adalah seorang count.

Coba, perempuan mana yang tidak mau menghabiskan sisa hidupnya dengan pemuda ini? Sayang, sampai saat ini ia tidak pernah melirik seorangpun gadis gadis bangsawan yang telah ditawarkan untuknya. Apalagi gadis gadis rakyat jelata? Penjaga penjara tua yang ditanyainya tersenyum. Merupakan sebuah kehormatan dapat berhubungan dengan pemuda ini.

"Maksud anda penjara para gipsi yang telah ditangkap tadi pagi? Para penyihir itu? Ada dibawah sini, tuan. Mari saya antarkan.", jawabnya sopan. Tubuhnya telah bungkuk, namun ia masih gagah. Ia berjalan perlahan menuruni tangga penjara yang dingin itu. Makin lama, suhu disekitar mereka semakin membekukan. Akhirnya mereka sampai disebuah bilik penjara yang berisi puluhan orang orang yang kotor dengan tanah dan debu.

Mata pemuda itu terpaku pada suatu titik. Ia menatap seorang gadis yang meringkuk di sudut ruang. Rambutnya pirang dan ikal, matanya biru. Tidak pernah ada orang gipsi seperti ini. Tampaknya sang penjaga penjara tersebut menyadari alasan diamnya jendral tersebut. Ya…. Usianya yang sudah senja tidak hanya menandakan betapa tua dan jeleknya ia sekarang, namun juga kekayaan akan pengalaman hidup.

"Gadis itu, tuan? Gadis seperti itu amat langka. Ibunya adalah wanita gipsi pada umumnya, namun konon ayahnya adalah seorang perompak. Mata dan rambutnya ia warisi dari ayahnya. Tuan tertarik padanya?", sang penjaga penjara menatap jendral muda tersebut.

"…..", sang jendral tidak dapat bicara apa apa. Ia hanya menatap gadis itu dengan mata dingin dan angkuhnya. Sang penjaga penjara itu mengajak jendral itu kesuatu sudut yang agak jauh dari sel penjara tersebut.

"Begini Count Sasuke, saya pikir tuan sudah tahu apa yang akan terjadi pada mereka. Yang pemberontak dan tak berguna akan dieksekusi, sedangkan yang kuat dan penurut akan dijual menjadi budak. Yang perempuan serta cantik, akan dijual ke rumah rumah prostitusi. Ini semua demi 'kepentingan negara'. Tapi…. Gadis itu…. Mungkin nasibnya akan jauh lebih baik dalam pengawasan anda. Ya…. Anda tahu…", bisik sang penjaga penjara tersebut.

Sasuke hanya terdiam. Ia menatap gadis disudut sel penjara tersebut. "Berapa?", tanyanya dingin. "25 gold, tuan.", jawab sang penjaga penjara. Sasuke merogoh sakunya dan mengeluarkan koin koin emas. Ia menyerahkan koin koin tersebut pada sang penjaga penjara. "Siapa namamu?", tanya Sasuke. "Jiraiya, tuan."


Gadis itu menatap sekelilingnya takjub. Rumah yang luar biasa!! Gadis itu tahu ia dijual. Semua gadis gipsi yang tertangkap akibat tuduhan bekerja sama dengan perompak bernasib sama.

" BERDIRI!!"

!!!!!

Gadis itu kaget. Ia nyaris saja jatuh dari tempat depannya berdiri seorang pelayan yang lebih pendek dari gadis itu. Membuat ia sadar, ia sebenarnya amat kotor. Pelayan itu mencengkram wajah gadis itu dan memperhatikannya. Apa apaan pelayan ini?!! Ingin sekali rasanya menonjok pelayan mungil didepannya. Rambut pelayan itu merah dan digelung keatas. "Hmm…..Hmm….. Lumayan juga….. Tuan Sasuke cukup pintar memilih…. Siapa namamu?", tanya sang pelayan itu. Kasar, tentu saja.

"Na…. Naruto…. ", jawabnya lirih. "Hmmmm…. Namaku Tayuya. Aku adalah kepala pelayan disini. Tenang saja, kita akan sering sering bertemu.", Serunya sambil melepaskan cengkramannya pada wajah Naruto. Naruto sebal sekali pada pelayan ini. Memang begitu seharusnya errr…. Tayuya ini memperlakukan Naruto seperti ini atau memang begini tabiat kepala pelayan itu?

Tayuya menepukkan tangannya kuat kuat. Beberapa pelayan lainnya berjalan terpogoh pogoh mendatanginya dan berbaris. "Mandikan dia. Dandani dan pilihkan pakaian yang pantas! Tidak mungkin kan, tuan Sasuke 'menghampiri' seorang gadis dengan penampilan sedekil ini?", katanya sambil berlalu. Naruto heran. Menghampiri? Maksud? Setelah Tayuya menutup pintu ruangan itu, gadis gadis pelayan tersebut segera bergerak cepat.

Mereka memegang tangan Naruto dan menggiringnya ke kamar mandi. Mereka mempreteli pakaian Naruto-dengan protes yang kuat, tentu. Naruto tidak mungkin tidak malu, kan?-dan menceburkannya ke dalam sebuah bathub air hangat yang airnya beraroma bunga Lili. Mereka memakaikan sebuah gaun yang manis pada Naruto. Sederhana, namun berkesan manis dan cantik.

Mereka memakaikan parfum, membedaki wajah kecoklatan Naruto, memakaikan perona bibir, dan menyisir rambutnya. Tentu saja, hasilnya mengagumkan. Tidak pernah ada, dan mungkin tidak akan pernah ada, gadis secantik itu terlihat oleh mata para pelayan tersebut.

"Wah….. Cantiknya… Count Sasuke memang pintar memilih…", kagum salah seorang pelayan tersebut. Count Sasuke. Sebelumnya Naruto pernah mendengar nama itu. Tayuya juga menyebutkannya. Diakah orang yang menjadi tuanku sekarang? Orang itu pasti aneh…. Pelayan kok didandani seperti ini? Naruto pasrah. Bagaimanapun, pasti lebih baik daripada ia harus menyerahkan nyawanya di tiang gantungan, bukan?

Pelayan pelayan tersebut mengantarkannya kedalam sebuah ruangan yang megah dan luas, kemudian mereka meninggalkan Naruto didalam kamar tersebut. Naruto bingung akan apa yang akan terjadi padanya. Ia duduk perlahan diatas sebuah ranjang lembut nan mewah. Rangkanya terbuat dari kayu jati dan emas. Naruto menggoyang goyangkan kakinya sambil menikmati keindahan ruangan tersebut dan kecantikannya sendiri. Ia bersenandung pelan.

KREAAK!!

Naruto kaget. Ia nyaris melompat mendengar suara pintu tersebut. Ia melihat seorang pemuda luar biasa tampan di depan pintu tersebut. Wajah Naruto memerah. Diakah Count Sasuke, tuannya yang baru? Sasuke hanya mengenakan jubah tidur. Wajar, bagaimanapun waktu telah menunjukkan pukul 22:00. Sasuke diam disitu. Terpaku. Matanya melotot tak percaya pada sosok gadis diatas ranjangnya tersebut. Inikah gadis yang tadi pagi?

Sasuke tersenyum tiba tiba. Membuat terkejut gadis itu. Sasuke masuk kedalam ruangan tersebut dan menguncinya. Naruto hanya terdiam terpana melihat pemuda tampan tersebut. Padahal, kalau ia dalam kondisi normal, mungkin ia akan langsung menghantam kepala pemuda itu dengan buku tebal disisi ranjang itu dan kabur dari jendela. Tampan itu memang kutukan.

Sasuke berjalan perlahan menuju Naruto. Naruto yang melamun tidak tahu apa yang terjadi. Ya Tuhan, tampan sekali….. , itu suara hati Naruto.

Senyum licik Sasuke tak diperhatikan Naruto. Begitu ia sadar dari lamunannya, ia sudah berada pada posisi yang sangat 'tidak menyenangkan'. Kedua pergelangan tangannya sudah dicengkram oleh Sasuke. Tubuhnya rebah diatas ranjang. "Kau manis sekali. Tak kusangka ada seorang gipsi seperti ini…", bisiknya lembut di telinga Naruto. Naruto shock berat. Mukanya pucat sekali. "Le…. Lepaskan aku!!", teriaknya memberontak. Ia segera menendang tubuh Sasuke agar menjauh dari dirinya. Ia berhasil. Sasuke tentu tidak pernah menyangka ada gadis sekuat itu. Naruto berusaha lari, tapi pintu ruangan tersebut telah dikunci.

Sasuke bangkit dan memeluk tubuh Naruto dari belakang. "Kau tidak bisa lari….", bisiknya lagi. Ukh….. Sial…..


Sasuke tersenyum. Naruto sebal melihatnya. Bagaimana tidak marah? Count satu ini mempermainkan dirinya!! Kalau saja kalian para pembaca merasakannya!! GROAAAAARRRR!!! Rasanya Naruto ingin sekali menghajar laki laki tampan didepannya ini!!!

"Kamu tidak berpikir bahwa aku benar benar akan melakukan hal yang tidak tidak padamu kan?", tanyanya sambil tersenyum. "….", Naruto diam saja. Dari air mukanya, dapat terlihat bahwa ia benar benar marah. Sial!!! Rugi aku memujinya tampan!!!!

"Mulai hari ini, kamu adalah pelayan pribadiku. Kamu tidak usah mengurus rumah, ataupun makanan. Tugasmu hanya mengurus berbagai keperluanku. Ruanganmu ada disebelah ruanganku. Mengerti?", Sasuke tiba tiba menjadi serius, membawa Naruto menjadi serius juga. "Ya. Saya mengerti."


Naruto hanya dapat menunduk dengan wajah merah. Masa mengurus keperluan pribadi juga termasuk hal seperti ini? Ia bersandar di sudut ruang tersebut dan sebisa mungkin tidak melihat kedepan. "Hn… Tampaknya kamu amat menyukai sudut ruangan ya?", kata Sasuke sambil tersenyum licik. Naruto tidak menjawab. Ia hanya diam saja mengingat masa kecilnya yang pahit-manis….

Flashback:

"Pergi kau!! Dasar penyihir!!! Rombonganmu lebih buruk dari rombongan penyihir yang sebelumnya!!!"

"Dasar rendah!! Ibumu hanya seorang pelacur!!"

Anak anak tersebut melempari Naruto dengan batu. Naruto hanya dapat menangis dan merintih. Sesakit apapun tubuhnya, saat ini hatinya lebih sakit lagi. Ia memang berbeda dari anak gipsi lainnya. Rambutnya pirang dan matanya biru. Selain itu, dari kecil ayahnya entah ada dimana.

Banyak yang bilang, ayahnya adalah sang perompak legendaris, Namikaze Minato. Seorang perompak yang amat kuat, dan dibenci masyarakat. Karena itulah orang orang yang tidak mengenal Uzumaki Kushina dengan baik, akan beranggapan bahwa ibunda Naruto adalah seorang pelacur dari perompak tersebut.

Rombongan Naruto setidaknya tidak pernah memperlakukan Naruto seperti itu. Rombongan mereka memang terkenal karena mereka memang satu satunya golongan masyarakat yang ramah dan bergaul akrab dengan para perompak. Lahirnya Naruto membuktikan hal itu.

Dengan sisa kekuatannya yang telah nyaris hilang akibat tangis dan rasa sakit disekujur tubuhnya, ia berusaha bangkit dan berseru lirih :

"I… Ibuku adalah orang yang baik!! Ia bukan pelacur!!",serunya nyaris menangis.

"Kh!! Kau pikir, siapa kau hingga beranimengatakan hal seperti itu pada kami hah?!!"

Anak anak tersebut memukuli Naruto lagi. Naruto hanyalah seorang gadis kecil yang lemah. Tidak seharusnya ia dapat melawan mereka. Naruto bahkan tidak mengenal mereka. Para penduduk setempat dilokasi mereka berpindah pindah selalu memperlakukan mereka dengan buruk. Tak jarang juga ada yang menangkap mereka.

Tapi, Naruto diperlakukan dengan lebih buruk daripada yang lain.... Naruto yang sudah tidak tahan, berdiri dengan kakinya yang bagai ranting kering. Ia mengepalkan tangannya dan.....

BUGH!!

".....", Naruto terdiam. Anak anak lain terdiam dan melotot tidak percaya pada sesosok kecil tubuh yang tersungkur ditanah sekarang. Anaka yang memukul Naruto tadi, roboh....

"KYAAA!!!"

"O,… Oi! Kau tak apa apa?"

"Dasar penyihir!!! Barbar!! Lihat saja kelakuannya!! Gambaran ayahnya, si perompak kejam itu!!"

"Li..... Lihat saja nanti!!! Kau... akan menyesal nanti!!"

Anak anak tersebut lari dan membawa temannya yang tersungkur di tanah. Naruto terdiam tak percaya. Ia menatap tangannya. .......Angin berdesir lembut.......

"Anakmu telah melukai anakku!!"

"Pernahkah kau mengajari anakmu sopan santun?! Sudah baik kami mau membiarkan rombongan kalian tinggal disini!!"

"Bawa keluar dia!! Agar dia rasakan hukuman dari kami!!"

"Tu.... Tuan, nyonya, tolong anda jangan begitu... Di-.... dia pasti punya alasannya sendiri...."

"Alasan apa yang dimiliki olehnya hingga ia dapat memukul anakku yang herharga!??! Harap anda sadar ya! Anda itu hanyalah seorang gipsi!! Begitu juga dengan anak anda!! Bisa saja kami melaporkan pada pemerintah kejadian ini agar kalian ditangkap!!"

Sepasang tangan kecil bergetar hebat. Airmatanya berderai, dan matanya ia pejamkan kuat kuat. Tangannya yang rapuh ia tekankan pada telinganya sekuat mungkin. Ia tidak mau melihat, ia tidak mau mendengar. Ini semua perbuatanku.... semuanya akibat aku...

Lamtai kereta malam hari itu sedingin es. Apalagi dipojok ruangan itu, diantara tumpukan tinggi keranjang keranjang jeruk ibunda. Namun, ia tidak berani beranjak dari situ. Takut, ya, takut. Takut kalau para manusia menangkapnya. Bagaimanapun, ia penyihir kan?

Biarlah, biar kegelapan menelanku. Biarlah aku disini dan tidak pernah kembali. Itu hukuman yang tepat. Ya, itu hukuman yang pantas. Bagi penyihir sepertiku, bagi anak perompak yang lahir tanpa harga diri.

Sreek....

Naruto menoleh lemah kearah barat. Disitu berdiri ibundanya tercinta. Matanya penuh kekhawatiran walau senyumnya mengembang lembut. 3 atau 4 dari keranjang keranjang disitu telah disingkirkannya.

"Mereka sudah pergi sayang, jangan khawatir...", katanya lembut. Naruto menatap wanita yang sudah melahirkan serta membesarkannya ini. Rambut merah yang digelungnya berantakan. Beberapa helai rambut jatuh disisi wajahnya. Kushina mengelus pipi anaknya pelan.

'..... Kamu tidak mau cerita? Tidak apa apa. Bunda percaya padamu. Yang penting, ayo kita makan ya?", katanya sambil tersenyum. Tangan kanannya ia julurkan pada Naruto. ".....", Naruto tidak menjawab. Ia membenamkan majahnya lebih dalam pada lututnya dan menggeser duduknya menghadap tembok yang dingin.

"..... Kalau begitu, biarkan ibunda duduk disini menemani kamu ya? Ibunda rindu sekali bercerita pada anak gadis bunda yang cantik ini....", serunya lembut. Ia duduk disisi Naruto. "Kamu tahu? Bintang itu sebenarnya adalah pintu. Setiap bintang berisi hal hal yang berbeda.... dan.... salah satunya berisi cerita tentang seorang pemuda. Rambutnya pirang dan matanya biru. Ia lembut dan penuh perhatian, tapi yang paling menarik tentangnya adalah impiannya yang besar....", katanya mulai bercerita.

Naruto menolehkan wajahnya dan menatap ibunya. Ia selalu menyukai dongeng dongeng ibunya. Ibunya tersenyum menatapnya, dan ia melanjutkan ceritanya. "Ia ingin sekali menyelamatkan orang banyak. Karena itu, ia berlatih hingga suatu hari ia menjadi kuat. Ia mengumpulkan orang orang yang mau mengikutinya dan berlayar bersamanya. Dengan berlayar, ia dapat membasmi orang orang jahat di semua tempat.

Ia tentu saja berhasil. Banyak orang orang kaya yang jahat ia bantai, dan orang orang jahat walau tidak kaya ia hakimi. Ia membantu para penduduk sekuat tenaga. Namun, suatu hari, seorang gubernur kaya yang korup mendengar cerita tentangnya dan takut. Untuk menyelamatkan dirinya, ia menyebarkan rumor rumor buruk tentang pemuda itu. Bahwa dia adalah seorang perompak yang kejam, dan akan mengambil pemuda pemuda sebagai buruh, dan gadis gadis akan mereka jual. Ia menanamkan benih kebencian akan pemuda itu pada para penduduk dan negara negara lain. Perlahan, pemuda itu dibenci. Ia dianggap sebagai orang yang jahat. Suatu hari, seorang gadis muda dari sebuah rombongan gipsi...."

"Gipsi? Orang orang kita?", potong Naruto tertarik. Kushina hanya tersenyum mendengar suara anaknya. Ia kemudian melanjutkan ceritanya. "... ya. Ia jatuh sakit. Kebetulan, kapal pemuda itu sedang mendarat disitu. Ia datang melihat gadis itu. Tentu saja, rombongannya menahannya.

Mereka berusaha memukulnya agar ia tidak mendekat, namun anak buah sang pemuda menghalau mereka dan membukakan jalan bagi sang pemuda. Pemuda itu segera berhenti didepan gadis yang tergolek lemah itu. Ia menyuruh beberapa anak buahnya mengambil tumbuhan tumbuhan obat, dan ia meracik obat untuk gadis itu. Segera setelah ia meminum obat tersebut, sang gadis sembuh dan mulai bangkit serta berkata kata. Para orang orang gipsi itu terkejut dan menyambut kesembuhan gadis sekarat itu dengan pesta besar dan memperlakukan sang pemuda serta anak buahnya sebagai tamu kehormatan.

Ketika pemuda itu akan pergi, para penduduk menghentikannya dan memohon padanya untuk menetap lebih lama. Ia menetap di rumah si gadis yang telah ia selamatkan. Perlahan lahan, mereka saling jatuh cinta. Dilangsungkan sebuah pesta pernikahan yang amat besar bagi mereka dan setelah 1 tahun, lahirlah seorang gadis kecil yang amat manis dan cantik sebagai buah cinta mereka.

Namun, suatu hari sang pemuda berangkat, kembali ke lautan luas. Istrinya menahannya, namun ia mengatakan bahwa ia harus menyelamatkan lebih banyak orang. Mendengar hal itu, sang istri mendesak agar ia dapat ikut berlayar. 'Tidak. Bagaimana dengan anak kita? Rawatlah dia dengan penuh kasih sayang. Biarkan ia tinggal bersamamu dan keluargamu. Laut terlalu kejam untukmu.', jawabnya.

Akhirnya ia pergi meninggalkan sang istri dan anaknya. Tanpa pernah kembali lagi. Sampai saat ini, kabar tentangnya tidak pernah diketahui.", akhirnya cerita Kushina selesai. "Bagaimana dengan anaknya? Bagaimana nasibnya?", tanya Naruto khawatir. Ibunya hanya mengangkat bahu dan tersenyum. "Bagaimana nasibmu?"

End of flashback

"Hoi"

Naruto tersadar dari lamunannya. Didepannya telah berdiri seorang pemuda tampan. Pemuda yang ia lihat sebelumnya. Sekujur tubuhnya basah. Tanpa sehelaipun benang melapisi tubuhnya. Ia mendesak Naruto disudut tempat Naruto berdiri. Kedua tangannya diletakkan disisi kepala Naruto.

Sebuah ciuman yang hangat menyambut kesadaran Naruto. Lidah pemuda itu mendesak dan mencari jalan masuk kedalam mulut Naruto. Setelah menjelajahi mulut mungil Naruto, tangannya bergerak perlahan kearah punggung Naruto. Dibukanya kancing gaun Naruto yang sederhana. Setelah membuka satu atau dua kancing, ia merobek gaun tersebut. Tali korset Naruto ia lepaskan, membuatnya melorot jatuh kebawah lantai. Sasuke tersenyum. Tangannya menyusuri tubuh Naruto. Bibirnya berpindah pada lehernya dan menggigit leher Naruto lembut. "A-....ah..... berhenti...", desah Naruto lemah. Ia terlalu lelah hari ini. Ia tidak dapat lagi melawan.

Tentu saja, kata kata itu tidak berarti apa apa bagi Sasuke. Setelah meninggalkan tanda yang cukup jelas di leher Naruto, ia menjatuhkan Naruto ke lantai. Ia menjilat daun telinga Naruto dan berbisik; "Tak kusangka kau tidak melawan...". Naruto hanya bisa mendesah dan mengerang ketika bagian tubuhnya yang sensitif dimasuki oleh milik Sasuke. Ia hanya bisa pasrah akibat kelelahan ketika cairan mengalir kedalam tubuhnya.

Tangan Sasuke menyusuri seluruh tubuh Naruto. Membuat Naruto menggigil dan mendesah. Tampaknya malam ini akan jadi panjang.......


A/N : Gimana? Kayaknya bakal gw lanjutin yang ini... sori ya... gw hiatus.... Soalnya gw lagi sakit.... Bolak balik rumah sakit niech!!! Grrr.... keracunan makanan nie!!! (Menatap penuh dendam mama yang lagi nonton TV tanpa menyadari yang terjadi)