Crazy Because of Him

Disclaimer: Fairy Tail © Hiro Mashima

Warning: OOC, Multi-chap, die-char(?), AU, typo (mungkin), bahasa aneh(?), dan sebagainya, mungkin Minna-san lebih tau daripada Author.

Pairing: JerZa, NaLu, GruVia, GajeVy (dikit), Siegrain-Erza (?), Ultear-Jellal (dikit), Makarov-Porlyuscha(dikit).

Genre : Romance, Angst, Humor (dikit), Family.

A/N: Yang ga kuat, siapkan tissue. *jder*

N/P: First Love – Utada Hikaru

.

.

.

.

Chapter 1 : First Love

"Natsu-kun, kamu sudah dengar kan, ada dosen baru yang akan mengajar kampus Kedokteran Magnolia lho!" kata seorang mahasiswi bernama Lucy Heartfilia—julukan primadona melekat pada mahasiswi bertubuh molek nan gemulai ini, meskipun semua lelaki mengejar si Putri Bangsawan ini, namun hatinya hanya tertawan oleh Natsu Dragneel, pemuda berambut merah jambu dengan semangat membara yang merupakan teman Lucy sejak dirinya berada di SMP dulu.

"Hn, iya, aku tahu." Jawab Natsu dengan tampang malas, cemburu. Natsu pun bangun dari tempat duduknya di kelas yang diterpa sinar mentari pagi itu, lalu mendekati Lucy dan memeluk gadis pirang itu, "entah kenapa aku jadi cemburu, gadis kecilku,"

Lucy merona, "j-jelas. Aku 'kan sudah memiliki kamu baka!"

"Kalian itu…" Sela seorang pemuda dari kursi paling belakang kelas itu, Gray Fullbuster—pemuda yang biasa dipanggil "Prince of Ice" karena sifat dinginnya itu. "Ini di kelas!" katanya.

"Hahaha! Kau iri 'kan?" kata Natsu mengejek Prince of Ice yang sebenarnya sahabat baik Natsu sedari TK.

Gray yang mendengarnya langsung melemparkan death-glare pada sahabat sekaligus rivalnya itu, sementara Lucy yang melihatnya langsung tertawa terbahak-bahak karena jika kedua pemuda ini sudah bertengkar, mereka akan terlihat kekanakan, saling ejek, dan yang bisa memisahkannya hanya Erza Scarlet—mahasiswi Kampus Magnolia yang memiliki paras aduhai, sifat yang tegas nan tenang membuat semua mata lelaki di kampus Magnolia jelalatan terhadapnya—namun sayang, semua pria yang pernah menyatakan cinta kepada si Scarlet ini ditolak mentah-mentah padanya.

Erza memasuki ruang kelas yang ditempati Lucy, Gray dan Natsu, lalu menyapa Lucy, kemudian Natsu dan Gray yang merupakan sahabatnya. Awalnya, Erza itu penyendiri, terutama saat ia pertama kali bertemu Gray dan Natsu di SD dulu—lalu kehidupan Erzsa pun berubah drastic karena duo Gray-Natsu tersebut.

"Kalian itu," kata Erza menggeleng-gelengkan kepalanya dengan anggun, lalu terkekeh sejenak. "Kalian memang tidak berubah ya!"

Natsu dan Gray yang tadinya merasa berada di ambang kematian—karena jika Erza memarahi mereka, bumi akan serasa bergoncang dan terbelah di depan kedua orang ini—langsung merasa ada yang salah dengan sahabat mereka ini.

"Gray, menurutmu … dia kenapa?" Tanya Natsu dengan suara seminim mungkin agar Erza tidak mendengarnya.

Gray mengangkat bahu, menandakan bahwa dirinya tidak tahu mengapa sifat sahabatnya ini berubah drastis dalam waktu sehari. "Mungkin… mungkin dia lelah?"

"Yang benar saja!" protes Natsu yang sudah berada di tempat duduknya, bangku ketiga dari depan.

"Ayolah Natsu, dia juga manusia, jadi dia pasti bisa lelah," balas Gray yang duduk di seberang (?) kursi Natsu.

"Sudah-sudah, kalian anak umur berapa sih?!" sahut Lucy dari bangku didepan Natsu yang sudah bosan mendengar percakapan dua pemuda yang walau usianya sudah belasan tahun tapi masih tampak seperti anak umur lima tahun.

Tiba tiba bel pun berbunyi dan mahasiswa dan mahasiswi lainnya memenuhi kelas itu dan kemudian saling bergossip tentang 'dosen baru' tersebut.

Angel, salah seorang mahasiswi yang lumayan tenar di kalangan para lelaki memulai ceritanya, "Aduh… serius deh! Aku deg-deg-an melihatnya, rambutnya yang biru itu benar-benar menawan! Apalagi tato di wajahnya itu! Benar-benar khas!" celotehnya.

Erza yang sedari dulu memang tidak menyukai Angel mendecih tidak senang melihat tingkahnya yang bisa dikatakan "alay": dan "cari perhatian" itu.

"Wah, Angel, kamu beruntung sekali mendapat kesempatan pertama untuk melihat si dosen baru itu!" tambah Evergreen, mahasiswi yang sok tenar dan merupakan sahabat karib Angel.

Cklek!

Pintu kelas di buka oleh seseorang, dan itu adalah si dosen yang menjadi bahan pembicaraan mereka sedari tadi!

Si dosen bertubuh ideal dengan iris coklat menawan dan tato yang khas di pipi kanannya itu membuat hampir semua mahasiswi terpana oleh fisik sang dosen yang lalu memperkenalkan diri. "Selamat pagi, nama saya Jellal Fernandez, anda boleh memanggil saya Jellal." Katanya diiringi dengan senyum lembut yang lebih menyapu hati para mahasiswi.

"Hmm… Sebelumnya, perlu saya sampaikan bahwa saya adalah dosen baru yang masih kurang pengalaman, jadi, mohon kerjasamanya ya." Lanjutnya. Lalu segera mengambil daftar absensi kelas yang berada di meja didekatnya, dan segera membacanya dan mengabsen satu persatu dimulai dari Alzack, Bisca, Cana dan begitu seterusnya sampai tibalah giliran Erza, si dosen menatap lekat-lekat ke dalam iris coklat Erza dengan tatapan yang menjanjikan.

"Erza Scarlet," kata Jellal.

"Ya, saya orangnya." Balas Erza sambil mengangkat tangannya dari tempatnya duduk, kemudian langsung menurunkannya kembali, dan si dosen pun melanjutkan absensinya.

"Aneh," batin Erza. "Jellal Fernandez. Entah kenapa aku merasa—ah sudahlah."

Ya, seperti yang dilakukan semua dosen pada umumnya, dosen muda ini mengajarkan tentang ilmu kedokteran yang dipelajarinya selama tiga tahun terakhir ini—dan yang menjadikan alasan mengapa dirinya menjadi dosen.

"Ada yang mau menjelaskan tentang ini?" Tanya Jellal santai saat selesai mencatat tentang sistem operasi jantung. "Saya yakin bahwa Dr. Mavis yang dulu mengajar sebelum saya pernah mengajar tentang ini,"

Angel dengan percaya diri melangkah ke depan kelas. "Aku tahu, jantungku berdetak sangat kencang dan harus dioperasi karena keberadaanmu pak dosen!"

Semua murid terbahak-bahak, Angel kembali duduknya dengan wajah bersemu merah dan kemudian menatap Evergreen dengan tatapan yang penuh arti bagi wanita bersurai coklat tersebut. "Aku sudah melakukannya!"

"Jalang." gumam Jellal, menahan diri agar tidak ia keluarkan umpatan tersebut dari mulutnya dan menghancurkan kesan di hari pertamanya.

TO BE CONTINUED

Xeo: mm… gimana, kesan pertama? (TAT)/ Xeo baru pertama tulis fict beginian(?) *ngais tanah*

Midnight: Review? Ini sesuai keinginan Ayah (?) *lho?!*

Xeo: ==; Midnight-kun… h-harusnya kan keinginan Xeo, bukan keinginan Zero!

Midnight: iya deh terserah kamu ~

Xeo: -_- baka! Emm… Xeo mau bilang, buat chap berikut, Xeo usahain bakal lebih banyak dari ini dan lebih wow lagi X"DDD btw, chap depan bakal ada surprise *kaya isi twitter Mashima-sama aja dah -_-* dan juga, Xeo usahain update perminggu

Midnight + Xeo : Jaa ne!