Title : Road To Commander

Rated : M

Pairing : Naruto x hinata

Genre : Drama, friendship, and romance

Summary :

Diremehkan, dipandang sebelah mata, dan diacuhkan, membuat dirinya muak!/ ajakan sang teman menjadi satu-satunya pilihan baginya untuk keluar dari kondisi tersebut!/ dia pergi meninggalkan semuanya, pergi menemui takdirnya/ dan sekarang inilah dia, LT. COL. Namikaze Naruto! Warn : Lime scene.

Fict ini terinspirasi dari video clip Katty Pary - part of me. Diisini Naruto tidak memiliki garis diwajahnya. untuk postur tubuh Naruto, saya menirunya dari Carakter Jin kazama, tekken.

Chapter 1

Naruto's Pov

Perkenalkan.. Namaku Namikaze Naruto, dulu Aku bersekolah di sebuah SMA Negeri populer bertaraf Internasional. keren bukan? Ya, tetapi sayangnya itu hanya masa lalu, karena sifat malasku, aku dikeluarkan dari sana. Dan sekarang aku bersekolah di sebuah SMA swasta terburuk dikota, Sebuah sekolah yang dipandang sebelah mata dan negatif oleh masyarakat. Mau bagaimana lagi, inilah yang terjadi padaku. Teman-temanku pergi meninggalkanku. Ya, Itu memang reaksi yang wajar, mana ada yang mau berteman dengan anak yang dicap gagal seperti ku ini.

Ngomong-ngomong, disinipun aku sangat tidak populer, ya seorang pemuda kurus, yang dikenal cupu dan pendiam, sukses membuatku menjadi objek pembully'an. Cacian, hinaan, pukulan, tendangan, dan segala macam bentuk tindak kekerasan, telah kualami. Sekolah ini memang sebenarnya tidak cocok untukku, tetapi kemana lagi aku akan bersekolah? Kedua orangtuaku bahkan sudah lepas tangan, mereka sudah tidak peduli lagi denganku.

xXx

Naruto's Pov

[03-06-20xx]

Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan, dan seluruhnya lulus. Semua murid seangkatanku bergembira dan berpesta, sedangkan aku? Tidak, aku memilih menyendiri, disini, ditebing dekat aliran sungai ini.

Disini aku termenung. Sebenarnya aku berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan, ayahku adalah pemimpin sebuah perusahaan yang besar, sedangkan ibuku adalah seorang desainer terkenal. Aku juga memiliki seorang kakak, yang sangat cantik dan juga pintar, bayangkan, diumurnya yang baru 20 tahun, dirinya telah bergelar profesor. Dan aku juga memiliki seorang adik, bisa dibilang adik kembarku. Karena kami hanya berbeda waktu 3 menit saja. Adikku ini juga bersekolah ditempatku, dan kami sama-sama kelas tiga, dan mungkin sekarang dia bersama teman-temannya di pesta perayaan kelulusan.

Sekilas, terlihat seperti keluarga yang sempurna, tetapi Jangan pikirkan, bahwa aku bahagia di keluarga itu, tidak! Disana Aku tersiksa, bukan fisik, tetapi batin.

Ya... Kehadiranku dianggap ada dan tiada. Mereka mengacuhkanku. Bayangkanlah, selama 4 tahun ini hidup seperti itu. Menjadi orang asing dikeluarga sendiri.

jujur saja aku telah muak tinggal disini, aku bosan, aku jenuh, aku lelah dengan semua ini. rasanya aku ingin pergi sejauh-jauh mungkin! Batinku tersiksa, entah itu disekolah, ataupun dirumah, sama saja! Tidak ada tempat bagiku disini.

Bahkan jika seandainya aku mati, mungkin tidak ada seorangpun yang akan peduli.

Aku akui, aku memang tidak bisa diharapkan, aku telah gagal memenuhi harapan mereka! Aku adalah aib bagi mereka. Tentu saja Keluarga Namikaze yang terpandang, yang terkenal akan kejeniusannyan, tiba-tiba saja memiliki seorang penerus Yang bersekolah disebuah SMA swasta terburuk. tentu sangat memalukan bagi mereka. Akupun sangat berbeda jauh dengan kedua saudariku. Tetapi... Sungguh, aku juga tidak ingin begini, aku ingin seperti yang lainnya... Aku ingin kehidupanku ini normal seperti anak-anak yang lainnya. Tetapi kenapa? Kenapa?

Dan apakah pantas seorang orang tua menelantarkan anaknya yang tengah menderita ini? Menjadi cemoohan orang-orang.

tentu saja, Aku tidaklah naif, mereka, Tou-san, kaa-san, nee-san, adikku, dan semuanya, Aku membenci mereka! Sungguh, aku sangat membenci mereka semua. Setiap detik, setiap menit, kebencianku ini semakin membesar.

Kutatap langit yang tampak mulai menggelap itu, jam sendiri telah menujukkan pukul 18:23. Hari memang sebentar lagi akan malam. Tetapi aku belum ingin pergi dari sini.

Aku memang sering menghabiskan waktuku disini. Daripada berada dirumah, lebih baik aku disini. Lagipula suasana disini memang sangat nyaman, sangat cocok untuk beristirahat, hingga suara dering ponsel menyentakkanku dari lamunan.

"Pip"

"Moshi-moshi."

["Bagaimana hasilnya, Naruto? Apa kau lulus?"]

"Ya... Aku lulus! Kau bagaimana, Gaara?"

["Sama! Aku juga!"]

"Syukurlah!"

["Naruto, apa kau telah membuat rencana masa depanmu?"]

Pemuda itu terdiam.

"Ah, seorang anak gagal sepertiku ini bisa jadi apa?"

["Jadi kesimpulannya, kau belum merencanakan apa-apa?"]

"Hm..."

["..."]

["Naruto... Dengarlah, Aku adalah satu-satunya temanmu, begitu juga sebaliknya, kau juga adalah satu-satunya temanku! kita telah mengenal pribadi masing-masing! Kau diasingkan keluargamu, aku juga diasingkan oleh keluargaku. Karena persamaan itulah, kita bisa seperti sekarang ini! Maka dari itu, aku tidak ingin sahabatku, terus menderita seperti sekarang ini!"]

"Gaara..."

["Kita harus bangkit, kita harus membuktikan, kepada mereka-mereka, bahwa kita bisa, Naruto! Dan aku tahu, kau pasti berpikiran ingin pergi jauh bukan? Tempat dimana tidak ada seorangpun mengenalmu..."]

"Ha, aku memang berpikiran begitu", balas pemuda itu sambil membaringkan tubuhnya direrumputan ditebing itu.

"Tetapi... Itu tidak akan terjadi! Ya... Kau tahu sendirilah."

["Hey! Jangan begitu! Semangatlah!"]

"Hm, terimakasih!"

["Ngomong-ngomong, aku ada rekomendasi perkerjaan yang aku rasa cocok untuk kita berdua! Mungkin ini tidak sesuai harapan, tetapi ini akan mewujudkan mimpimu untuk pergi jauh, sekaligus menjadi orang sukses!"]

"Apa itu?"

["Aku melihatnya tadi, saat aku browsing, bahwa... U.S.N.A , United States Naval Academy, tengah membuka lowongan, menjadi calon Perwira, kau tertarik?"]

"eh?! Kau bercanda?"

["Sayangnya tidak! Bagaimana? Kau berminat? Kalau iya, maka kita berdua akan mendaftar bersama! Dan dengarlah Angkatan Laut, adalah tempat Yang cocok, bagi orang-orang seperti kita! masalah fisik, tidak perlu kau cemaskan, karena disana semuanya akan dimulai dari nol, fisikmu, mentalmu, sikapmu, semuanya akan dilatih disana. Tentu saja dengan latihan yang luar biasa beratnya, tetapi aku yakin, kita akan bisa melaluinya! Jadi?"]

Hening, Pemuda itu terdiam,

"Beri aku waktu.. Aku akan memikirkannya dahulu, Gaara! Dan terimakasih! Kau adalah sahabat terbaikku!"

["Ha! Sama-sama, teman! Tetapi aku berharap, kau menyetujuinya!"]

"Ya, semoga saja!", kalau begitu, sudah dulu ya!"

["Ya! Sampai nanti Naruto!"]

"Hm!"

"Pip!"

Author P.O.V

Pemuda itu kembali terdiam. Perlahan direbahkannya badannya direrumputan tebing itu. Pikirannya melayang.

"Menjadi tentara ya... Apa aku akan mampu..?", ujarnya sambil menatap langit yang terlihat gelap.

xXx

Seminggu telah berlalu, semenjak percakapannya di telpon waktu itu, pemuda itu tidak bisa tidur. Otaknya terus memikirkan ajakan sang teman. Hingga rasa lapar, membuat dirinya beranjak dari kasurnya. perlahan dilangkahkannya kakinya menuju pintu, dan keluar dari kamarnya.

Dan disini dirinya, diatas tangga rumah mewah itu. Ditatap dari atas ruangan keluarga itu. Terlihat olehnya kedua saudarinya beserta kedua orangtuanya tengah makan sambil berbincang-berbincang, nampak jelas ekspresi bahagia di wajah mereka. Pemuda itu tersenyum miris, pemandangan didepannya memang sudah biasa baginya, namun tidak dipungkiri hatinya sakit. Setitik kebencian bertambah dihatinya.

Rasa laparnya tiba-tiba saja hilang. Perlahan Dilangkahnya kakinya kembali, naik keatas menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar, pemuda itu berjalan dengan pelan menuju kearah jendela. Ditatapnya sang bulan. Perlahan diraihnya handphonenya dari saku celananya.

"Pip!"

["Moshi-moshi!"]

"Maaf telah membuatmu menunggu lama Gaara... "

["Tidak apa-apa! Jadi bagaimana?"]

"Aku menerimanya. "

["Baguslah kalau begitu! Kau memilih keputusan yang tepat, Naruto!]

"ya... Dan terimakasih banyak!"

["Sama-sama teman! Kalau begitu berkemaslah. besok malam, kita akan berangkat ke Amerika. Masalah biaya, aku yang menanggungnya, begitupun biaya selama disana, jadi tidak perlu kau risaukan."]

"Terimakasih atas semuanya Gaara!"

["Ya... Sama-sama teman! Kalau begitu sudah ya, besok kau akan aku kabari!"]

"Ya."

"Pip!"

Kamarnya kembali hening. Ditatap bulan kembali.

Sekarang keraguan telah hilang dihatinya. Keputusannya telah mantab.

xXx

Dan disinilah dirinya, diruangan kerja sang ayah.

"Tou-san!", ucapnya sambil menatap pria paruh baya itu.

"Apa." balas pria paruh baya itu datar, tanpa mengalihkan tatapannya dari koran yang tengah dibacanya.

"Aku lulus!"

"Hn!"

Pemuda itu terdiam.

"Aku telah memutuskan, bahwa Aku akan per-"

"Pergilah!"

Hening.

"Kau ingin pergi bukan?", ucapnya lagi.

Pemuda itu terhenyak.

"Tidak ada alasan untuk menahanmu untuk pergi, kalau kau ingin, maka pergilah!"

Pemuda tersenyum gentir. Apa yang diharapkannya, apa dia ingin ayahnya ini merengek-rengek, dan bersujud memohon agar dirinya tidak pergi? Ah, bahkan dalam mimpipun hal seperti itu tidak akan terjadi.

Lama terdiam hingga,

"Kalau begitu, permisi!", ujar pemuda sambil membungkukkan badannya. Sambil berjalan keluar. Keluar dari ruangan sang ayah menuju kearah kamarnya.

Sesampainya disana, di bukanya tas ranselnya, di isikannya tiga stel pakainnya, beserta celana tutupnya kembali reseleting ranselnya, kemudian disandangkannya dibahunya. Dirinya memang tidak membawa banyak barang, karena dia sadar, itu bukanlah miliknya.

Ditatapnya kamarnya kembali. Pemuda itu terdiam. Banyak kenangan yang dilaluinya disini. Setitik cairan bening mengalir dari kedua matanya. Dihapusnya dengan pelan. Dilangkahkannya kakinya kembali, keluar dari kamar.

Sesampainya di ruangan keluarga, terlihat olehnya sang adik. Keduanya berpas-pasan, Tanpa ada niat menyapa satu sama lain.

"Tap!"

Dilangkahnya kakinya dengan mantab, menyusuri lorong rumah itu, dan keluar dari rumah itu.

"Tap!"

Ditatapnya bangunan rumah mewah itu. Sekarang semua dimulai dari awal lagi, dirinya harus kuat, dia harus membuktikan kepada semua orang yang menghinanya, melecehkannya, bahwa dirinya akan jadi Orang. Rahangnya mengeras,

"Terutama pada keluarga busuk ini!", batinnya.

"Tap!"

Dimasukinya taksi itu,

"Tokyo airport!", ucapnya kearah sang sopir.

"Bruuumm!"

Taksi itu berjalan, meninggalkan Tempat itu. Dan pemuda itu tidak menyadari, sepasang permata violet memandangnya dengan tatapan sedih, dari kejauhan.

xXx

Tokyo international airport, tulisan itu terpapang jelas di gapura bandara itu. Setelah membayar ongkos taksi, pemuda itu melangkahkan kakinya, masuk kedalam bandara.

Lama berjalan hingga Tampak olehnya siluet laki-laki berambut merah, tidak salah lagi..

"Gaara!", panggilnya.

Laki-laki yang dipanggil itu menoleh, sebuah senyuman tercetak di bibirnya.

"Kau lama, teman!"

"Ya, maaf!"

"Grep!"

"tidak apa-apa!", lirih pemuda berambut merah itu, sambil memeluk sang sahabat. Sebuah pelukan persahabatan.

"Nah, ayo! Kita harus segera berangkat!", ujarnya setelah melepaskan pelukannya.

"Ya!", balas Naruto sambil tersenyum.

Mereka berdua berjalan beriringan, sesekali terdengar canda tawa diantara mereka.

Time skip

Pesawat tujuan Tokyo-Washington itu, tampak tengah mengudara di udara. Di salah satu jendela kaca kecil dibadan pesawat itu tampak sebuah kepala dengan rambut pirang, terlihat kedua saphirenya tengah menatap kearah bawah, kearah pemandangan kota Tokyo. Pemuda itu kembali tersenyum.

"Sayonara...", lirihnya.

xXx

(Down from the sky - trivium)

1 minggu kemudian...

[08:23, Annapolis, Maryland, U.S]

"dengar, kalian sampah! Posisi kalian yang ingin bergabung dengan pasukan Angkatan Laut, semuanya setara. Yakni Kadet!"

"Kalian tolol! Kalian sampah! Kalian pengemis makanan! Kalian sampah masyarakat!"

"Hey kau! Wajahmu itu membuatku muak. Aku akan lenyapkan wajah tersenyummu itu!", teriaknya sambil,

"Plak!"

Sebuah tamparan melayang keras kearah seorang pemuda yang berdiri di barisan depan.

"Nomor identitas 1-9289!"

"Yes, ma'am!"

"Begitu, ya.. Kau 9289? ", tanyanya sambil berjalan kearah Naruto.

"Yes, ma'am!", balas Naruto dengan sigap.

"Aku menyambutmu! Jawab lebih lantang!"

"YES, MA'AM!"

"Plak!"

"Kode identitas itu, adalah kode angka yang pernah dimiliki Oleh para Perwira prajurit terbaik, jadi awas saja kalau sampai mencemarinya! Kau dengar itu!", ujarnya keras di depan Naruto.

"Sekarang turun, ambil 30! Cepat!"

"Yes, ma'am!", balas Naruto, sambil mengambil posisi pusp up.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, de-delapan, se-se-sembilan!"

"Hey! Apa-apaan itu! Siapa yang mengajarimu push-up seperti itu! Ulang lagi!"

"Ye-yes, ma'am!"

"Jawab yang lantang!"

"Yes, ma'am!"

"Astaga! Aku tidak percaya, mereka merekrut orang sepertimu!"

"Jangan buat malu orang jepang disini, bocah!", ucap wanita berambut maroon itu lagi.

"Sekarang tetap di posisi itu, sampai kuperintahkan! Itu adalah hukuman bagimu, karena membuat moodku buruk!", perintahnya, sambil meninggalkan Naruto dengan tangan gemetar menahan berat tubuhnya.

"Dengar semuanya! Aku, Capt. Mei Terumi, adalah instruktur kalian selama pelatihan disini! Disini kalian dididik menjadi Perwira yang tangguh, dapat diandalkan, dan berani!"

" Dan... Welcome to hell!", akhirnya dengan seringai menakutkan. Yang sukses membuat barisan pemuda didepannya merinding.

"Dan kau, 9289! Berdiri!"

"Yes, ma'am!", teriak Naruto dengan nafas tersengal-sengal. Sambil menghapus keringat didahinya.

"Sekarang ambil posisi siap belari!"

"YES, MA'AM!", teriak mereka semua serentak.

xXx

[13:34, Lapangan]

"Drap! Drap! Drap!

"Hosh, hosh, hosh!"

"Hey! Kalian berdua yang dibelakang! Cepat berlari!", teriak Mei dengan pengeras suara ditangannya.

"Ye-yes, ma'an!", teriak Naruto dan Gaara, serentak dengan nafas memburu.

xXx

[16:23, Kolam renang]

"Hey! Kalian berdua! Siapa yang menyuruh kalian tenggelam?! Aku suruh kalian berenang!", teriak Mei lagi, dari atas kearah dua orang pemuda dengan rambut mencolok.

"Oi Gaara. Kita berdua sama-sama dapat hukuman tambahan nanti!"

"Mau bagaimana lagi, Naruto! Aku betul-betul sangat lelah!"

"Astaga, bagaima-"

"Hukuman kalian ditambah 1.000 meter lagi!", teriak Mei dengan wajah menakutkan.

"Tiidaak!", batin mereka berdua serentak, dengan tatapan horor.

xXx

Dan semuanya dimulai, sebanyak 120 kadet, mulai menjalani latihan Khas Komando, yang super berat. Fisik mereka, mental mereka, IQ mereka, sikap mereka, semuanya digembleng, dididik dan di tempa dengan keras.

Dimulai dengan Latihan teori selama satu tahun, semua macam mata pelajaran baik khusus maupun umum, diajarkan. Tidak ada yang tidak bisa, semua peserta didik harus menguasainya. mereka belajar di waktu Pagi sampai sore, malamnya mereka harus mengulangi pelajaran yang mereka pelajari siang tadi. Begitu seterusnya. "Jenuh atau bosan, adalah kata-kata dari seorang pengecut, pemalas, dan bodoh!", ucapan yang sering dilontarkan para instruktur setiap pagi maupun sore.

Setelah satu tahun selesai latihan teori, mereka lantas harus menjalani latihan Lapangan selama dua setengah tahun, sambil mempraktekkan teori yang telah mereka pelajari. Dan dimulailah kehidupan seperti dineraka. Seperti dibuang kelaut lepas dengan kondisi kaki dan tangan terikat, atau dilempar keudara dengan Pesawat angkut Hercules. Belum lagi setiap pagi berlari ribuan kilo meter dengan membawa beban puluhan kilo. Dilanjutkan dengan bergantungan di tali sepanjang ratusan meter. Atau Latihan baris berbaris ditengah teriknya matahari.

Push up, Sit up, pull up, adalah makanan mereka sehari-hari, ketika mau makan mereka dipaksa jalan jongkok puluhan kilo, untuk melatih otot kaki. Habis makanpun mereka juga dipaksa lompat kodok . Tidak ada waktu istirahat, kecuali malam hari, itupun kalau lagi di base camp, Karena 3 bulan sekali, mereka harus melakukan latihan bertahan hidup, entah itu dihutan, rawa-rawa, di laut lepas, atau digunung, yang tentu saja memaksa mereka untuk terjaga 24 jam.

Cacian, makian, dan bentakkan, adalah hal yang biasa bagi mereka, Belum lagi istilah 'Satu sepenanggungan', ya, kalau ada salah satu kadet yang berbuat kesalahan, semuanya kena. Satu push up, push up semua!

Dan setengah tahun kemudiaanya, mereka harus menjalani latihan menjadi pemimpin di pasukan masing-masing. Mereka dituntut, menyelesaikan misi yang di embankan, sambil bertanggung jawab terhadap kehidupan pasukannya.

xXx

Dan empat tahun telah berlalu, sekarang pendidikan mereka telah selesai. sekarang 120 kadet itu telah resmi menjadi seorang Perwira Prajurit. Dengan pangkat pertama Second Lieutenant (2st. LT), setengah dari mereka memilih bergabung ke U.S.M.C, singkatan dari United States Marine Corps. Naruto sendiri memilih bergabung kesana, sedangkan sahabatnya Gaara memilih Tentara angkatan laut biasa, dan Sedang ditugaskan di salah satu pangkalan Angkatan Laut, A.S. Sedangkan Naruto, dikirim ke medan pertempuran, Dirinya ditunjuk sebagai komandan pasukan Pleton khusus Marinir A.S, yang banyak menyelesaikan misi-misi khusus yang memiliki kerahasian tinggi.

[20:12, base camp]

"aku ucapkan selamat atas kelulusan kalian! Dan selamat bertugas!"

"Yey! Yahooo!", teriak mereka semua serentak.

Mei sendiri tampak tersenyum tipis, sambil menatap anak didiknya.

"Kita berhasil ya, Naruto!", ucap Gaara sambil merangkul Naruto.

"Ya..", balas Naruto tersenyum tipis.

"Hey semuanya, kalian boleh minum sepuasnya!", teriak Mei yang membuat semua orang yang berada di tempat itu kembali berteriak kesenangan.

Sedangkan Naruto sendiri memilih Berjalan keluar. Pemuda berusia 22 tahun itu, melangkahkan kakinya menyusuri pasir pantai. Angin sepoi-sepoi khas pantai membelai lembut rahang wajahnya yang berbentuk kotak itu, nyaman, dipejamkannya matanya.

"Oi bocah!"

Pemuda berkaos hitam ketat itu lantas menoleh kebelakang kearah suara yang memanggilnya.

"Kapten?!", guman pelan.

"Ya.."

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini, tidakkah kau ikut minum-minum bersama rekan-rekanmu yang lain?", tanya Mei sambil berjalan kearah Pria berbadan tegap itu.

Pria itu tersenyum tipis.

"Aku rasa tidak dan terima kasih atas perhatiannya. Lagipula aku tidak suka minum akohol.", ucap Pria itu, sambil menatap bulan.

Mei terdiam, perlahan seringai nakal tercetak di bibir tipis.

"Ho... Benarkah? Kudengar kau juga tidak perokok, hal yang sangat aneh bagi seorang pria.", ucap mei sambil melangkah kearah sang pria.

"Aku rasa itu bukanlah hal yang aneh, Kapten. Lagi pula seorang pria tidaklah identik dengan rokok dan minum-minuman.", balas pria itu sambil menatap sang kapten yang berjarak satu langkah darinya.

Mei menyeringai.

"Ngomong-ngomong, 2st.L.T Namikaze Naruto, apa kau seorang... Gay?", bisik Mei tepat di telinga kanan pria itu. Yang sukses mengantarkan sensasi aneh, ditubuh pria pirang itu.

"Tentu saja tidak!", balas Naruto cepat. Sambil menatap kedua iris jade itu dengan agak gugup.

"Ah~, benarkah?", desah Mei ditelinga kanan pria itu lagi.

"Te-tentu sa-saja!", balas Naruto agak terbata-bata. Sambil meneguk ludah.

"Ne~, kalau begitu buktikan..."

"Glup!"

"Si-sial, apa yang sebenarnya diinginkannya?!", batin Naruto berkecamuk.

"Buktikan padaku malam ini", desahnya sambil jari jemari bergerak nakal mengusap-ngusap dada bidang pemuda pirang itu, yang kembali menimbulkan sensasi menyenangkan ditubuh pemuda itu.

"De-dengan cara apa?", ucap Naruto putus-putus.

Tersentak kaget, wanita sexy berambut Maroon itu, tersenyum nakal.

"Ok, sebagai instruktur yang baik, aku akan mengajarkanmu!"

xXx

Sinar matahari perlahan menyinari kamar itu. Perlahan sesosok tubuh pria berbadan atletis terbangun dari tidurnya. Setelah mendudukan dirinya di kasur itu, ditatapnya Seorang wanita berambut Maroon yang tengah bergelung diselimut tepat disampinya.

Menghela nafas sejenak, pria itu lantas berdiri, di pungutnya kembali pakaianya yang berceceran. Setelah memakainya, lantas dihampirinya tubuh wanita itu.

"Kapten, kapten!", ujarnya sambil menggoncang pelan tubuh wanita itu.

"Hmm?!", respon wanita itu setengah sadar.

"Aku akan pergi."

"Ah, ya, ya.. Pergilah!", ucap wanita itu sambil kembali tidur.

"Astaga"

pemuda itu hanya bisa menghela nafas.

xXx

(Alone - Bullet for My valentine)

5 Tahun kemudian.

[09:45, Teluk Aden, Timur tengah.]

Terlihat dari udara tampak sebuah helikopter khusus dengan tipe Boeng CH 47-Chinook, tengah melakukan pendaratan di sebuah kapal induk milik Angkatan Laut A.S. Kapal induk dengan kode nama USS Nimitz (CVN-68).

Tidak lama setelah pendaratan. Terlihat dari kejauhan, seorang pria berbadan tegap yang tengah berjalan di atas geladak kapal yang terlapisi aspal itu. Tubuh kekarnya dibaluti kaos hitam ketat berlogokan Navy, bercelanakan, celana loreng hijau ke abu-abuan, ditambah sepatu boot kulit militer berwarna hitam. Dibahunya tampak tersandang sebuah ransel militer yang berukuran cukup besar dan tangan kanannya menjinjing sebuah ransel lain, yang berukuran sedang. Plus kacamata hitam yang terpasang rapi diwajah tegasnya. Sempurna.

Sesampainya didekat sana, tiba-tiba saja muncul sebarisan Prajurit berpakaian lengkap.

"Hormat, gerak!", teriak salah satu prajurit di barisan kanan paling ujung. Seketika sekitar 30an lebih prajurit itu memberi hormat kearah pria berambut pirang itu.

Pria itu membalasnya, dengan memberikan hormat.

"Tegap, gerak!", serentak mereka memasang posisi siap.

Pria itu tersenyum tipis.

"Komando saya ambil alih, SIAP, GERAK!", perintahnya keras.

"Istirahat ditempat, gerak!"

"Berhubung saya akan meninggalkan tempat ini, kalian semua jangan lengah! Tetap waspada! Dan juga hormati komandan baru kalian! Mengerti?!"

"Yes, sir!"

"Bagus! Dan juga kalau kalian rindu pada saya, kalian boleh pergi main ketempat saya! Ok, saya akan beri kalian sedikit hadiah perpisahan,,"

"Siap, gerak!"

"Hadap serong kiri, gerak!"

"Yaaahhh...", teriak mereka kompak.

"Hei jangan mengeluh! Sekarang semuanya ambil posisi, ambil masing-masing 100!", ujar pria berambut pirang itu sambil menahan tawa.

"Sergean. Jhon! Kau pimpin hitungannya!"

"Yes, sir!"

"Semua, berhitung mulai!"

"SATU, DUA, TIGA, EMPAT..."

pria itu tersenyum, dibalikkannya badannya, dan kembali berjalan.

"Good morning, Sir!", ucap dua tentara itu serentak, memberi hormat, sesampainya pria itu didekat helikopter itu.

"Morning", balasnya datar, sambil menganggukkan kepala.

"Silahkan masuk, sir!", ucap salah satu dari mereka sambil membukakan pintu.

Tersenyum sekilas, dengan langkah mantab, dinaikinya helikopter itu, disusul kedua tentara penjaga tadi dibelakangnya.

"Wruussss!"

Helikopter itu dengan perlahan mulai mengudara, dan perlahan mulai terbang kearah timur.

xXx

[20:13, House, Tokyo, Japan]

"Syukurlah, semuanya berjalan lancar, kyuu-chan...", bisik Itachi lembut sambil menggenggam tangan Kyuubi.

"Hmm..", balas Kyuubi sambil tersenyum.

Sedangkan dari kejauhan,,

"Ah, mesranya...", lirih seorang gadis berambut pirang pucat, sambil menatap kedua sejoli itu dengan tatapan iri.

"Hey! Berhentilah menatap kakaku seperti itu, Ino!"

"Mou~, Naruko-chan..", balas gadis yang diketahui bernama Ino itu, sambil menggembungkan pipinya.

" tetapi kakakmu beruntung sekali, ya. Bisa mendapatkan seseorang seperti Itachi-san!", ucap Sakura tiba-tiba, membuat kedua gadis berambut pirang itu menoleh kebelakang.

"Iya, dan juga pesta ini sangat mewah sekali! Uchiha gitu loh!", ujar Kiba sambil menepuk pelan punggung Sasuke, yang menimbulkan delikan tidak suka dari sang empunya.

"Gomen, gomen!", ujarnya lagi tanpa dosa.

"Hn!"

"Tetapi rasanya ada yang kurang ya... Tetapi apa ya?"

Beberapa pasang mata menatap kearah Kiba dengan tatapan heran.

"Ah ya! Sibodoh itu... Bagaimana dia sekarang ya?"

"Kalau dihitung-hitung, sudah sekitar sembilan tahunan, kita tidak melihatnya...", ujar Ino, sambil menghitung-hitung jari-jari tangannya.

Mereka terdiam.

"Bila teringatnya, kadang aku merasa bersalah...", lirih Sakura pelan.

Mereka semua kembali terdiam.

"Hey! Jangan pasang tampang begitu, mari kita nikmati pesta ini!", ujar Kiba tiba-tiba, kearah teman-temannya.

"Lagi pula, pesta ini memang sangat mewah dan meriah, dengan bertemakan Nuansa Taman!", ujar Ten-ten, sambil menatap sekeliling.

"Dan juga para tamu undangan juga tampak rileks, sambil mendengarkan musik Jazz yang mengalun lembut di pendengaran mereka!"

"Yosh! Sakura-chan, mari berdansa denganku!", ujar Kiba kearah Sakura, sambil mengulurkan tangan.

"Dalam mimpimu!", balas Sakura sambil berjalan pergi, yang sukses membuat yang lainnya tertawa.

"Yaah, aku ditolak!", ujar Kiba.

Sedangkan disudut lain tempat pesta itu, tampak sekumpulan pria paruh baya, yang dipastikan adalah para pemimpin perusahaan besar. Tengah berbincang dengan santai.

"Ah, Namikaze-san! Aku dengar-dengar, katanya anda memiliki seorang anak laki-laki, ya?", ujar seseorang dari mereka.

"Benarkah?! Kalau begitu dimana dia sekarang Namikaze-san? Kenapa dia tidak terlihat disini!"

"Ya, dia pasti tampan seperti anda!"

Sedangkan yang ditanya sendiri tampak terdiam.

"Benarkah itu, Minato? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya?", tanya Fugaku yang berada di samping kiri Minato.

"Sebenarnya..."

"Hey! Apa itu?!", teriak Kiba dengan keras, dengan tiba-tiba, sambil menunjuk kearah langit.

Serentak semua orang yang berada di pesta itu menoleh kearah yang ditunjuk Kiba, yang ternyata adalah sebuah...

"Helikopter?!", batin mereka semua kompak.

Ya, 200 kaki diatas perkarangan Mansion Namikaze itu terlihat sebuah helikopter, yang tampak akan mendarat kebawah, kearah sebuah taman, tepat 30 meter dari tempat pesta pertunangan itu.

Seketika angin berhembus cukup kencang keseliling perkarangan luas itu, tempat pesta itu tidak luput dari tetjangan angin itu, dan membuat orang-orang yang berada disana menutup wajah mereka dengan kedua tangan masing-masing.

"Graap"

Helikopter itu mendarat dengan sukses di rerumputan di taman itu. Pintu helikopter itu terbuka dan perlahan terlihat siluet tubuh seorang pria. Keluar dari pintu itu.

"Wruuussss!"

Helikopter itu kembali mengudara.

Setelah kepergian helikoptet itu, pria tersebut lantas melangkahkan kakinya berjalan kearah tempat pesta itu.

Dan akibat cahaya lampu diperkarangan luas itu, perlahan tampak sesosok pria berbadan tegap, dibaluti kaos hitam ketat yang mengekspos tubuh kekarnya, ditambah celana hijau loreng keabu-abuan yang membaluti tubuh bagian bawahnya, dan bersepatukan, sepatu boot kulit militer berwarna hitam. Dipunggunya terlihat sebuah ransel militer cukup besar tengah disandangnya, sedangkan tangan kirinya terlihat tengah menjinjing sebuah sebuah ransel lain berukuran panjang . dan jangan lupakan sebuah kacamata hitam, dan model rambutnya dengan gaya potongan Military Hairstyle.

Pervect, semua orang yang berada disana terdiam dengan mulut sedikit ternganga.

"Tap!"

Pria berbadan tegap itu sampai disana. Perlahan kepala berahang tegas itu menatap keseliling tempat pesta itu dibalik kaca mata hitamnya. Hingga pandangannya terhenti pada Kedua sejoli yang berdiri berdampingan diujung sana.

Seorang pria berambut hitam dengan tuksedo putih, tengah mengamit lengan seorang wanita berambut merah yang berbusanakan gaun putih.

Suasana hening. Alunan Musik jazz pun juga tampak juga terhenti.

Hingga...

TBC or END ?

Please Review.

J

Sedangkan di ruang keluarga itu, kondisi masih sama, seolah-seolah tidak terjadi apa-apa