~~**An Eyeshield 21 and Persona 4 Series Xovers**~~
~~**Mystery in Amefuto High School Clubs**~~
~~**I Don't Own Eyeshield 21 and Persona 4**~~
~~**Story by Mayu-chan and Pie-kun**~~
~~**Warning! Gaje, OOC, OC, abal, typo(s), etc**~~
~~**Genre: romance, crime, adventure, fantasy, horror, friendship, humor, parody, drama**~~
~~**Don't Like, Don't Read, man!**~~
Mayu: Yak! Ini adalah xover pertamaku sepanjang masa, dan aku mencoba membuat suatu cerita yang menyangkut Investigating Team di Persona 4! XD Dah lama aku berencana untuk membuat xover ini, tapi baru kesampaian sekarang! Hohoho... T.T Dan terima kasih untuk Pie-kun yang sudah mau menyumbangkan ide! XD
Pie: tak masalah... *stay cool*
Mayu: aaah, Pie-kun emang selalu keren! *blushing*
Pie: stop babbling around, and hurry with the story...
Mayu: okay.. ==" and anyways, aku tak akan menggunakan bahasa Inggris disini, jadi mohon maaf karena grammar saya masih acak2an.. XDv
Pie: bukannya bahasa inggrismu dapat 97 di rapot?
Mayu: *bekep mulut pie* err.. hahaha, here's the story! XDD
Pie: *memberontak*
Mayu: err, oh iya! Disini, Seta Souji kupanggil Souji yah~ XD
~~**case on the way**~~
*pada suatu malam...*
"Hah, lelah sekali rasanya berlatih terus seharian ini..." ujar seorang laki-laki dengan seragam amefuto bernuansa biru laut, Shun Kakei.
BRUK
Kakei merebahkan dirinya di atas kasur miliknya yang empuk.
"Apa malam ini aku akan sendirian lagi? Huft, bosan... seharusnya aku meminta Mizumachi untuk menemaniku disini lagi malam ini... hah, ya sudahlah..."
Kakei pun beranjak dari tempat tidurnya, dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Menyegarkan diri setelah latihan memang selalu jadi pilihan terbaik.
*10 menit kemudian...*
"Ahh, segar rasanya..." ujar Kakei sambil mengeringkan rambutnya yang basah.
Tiba-tiba...
TOK TOK TOK
"Hahh... siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini?"
Kakei membuka pintu..
KREK...
"Hng? Anda kan yang waktu i-!
DOR! DOR!
-tu..."
BRUK!
...
...
"Hmm..."
...
"Hmhmhmhmhm... hahahahaha! The game is on the way..."
~~**case on the way**~~
*pagi harinya...*
TIIINNNUUUNNN TIIINNUUNN
Mobil ambulan dan polisi nampak berada di sebuah rumah kecil di dekat SMA Kyoshin.
"KAKKKEEEIIIIIIIII!" teriak salah seorang kerabat Kakei, pria dengan tinggi yang menjulang, dan berambut kuning, Kengo Mizumachi.
Nampaknya ia sangat terpukul.
"Tenanglah Mizu, sabar! Tabahkan hatimu!" ujar salah seorang temannya.
Mizumachi nampak sangat terpukul atas kejadian ini.
Nampak hampir semua anggota tim amefuto yang lain berada di lokasi kejadian juga. Bahkan Shinryuuji pun hadir disana. Meski hanya Agon, Unsui, dan Ikkyu.
"Bodoh sekali si sampah itu... mati dengan cara yang tidak elit!" celetuk Agon tanpa dosa.
"Sst! Kau tak boleh berkata seperti itu, Agon!" tegur Unsui.
"Tapi bagaimana pun, setiap manusia akan menghadapi kematiannya. Bahkan dengan cara seperti ini." Ujar Ikkyu dengan bijaknya.
Tim Seibu juga datang ke lokasi.
"Benar-benar berita duka. Aku tak tahu harus bicara apa..." sahut seorang pria dengan topi koboinya, Kid.
Pria besar disampingnya, Tetsuma, hanya bisa mengangguk.
"Sayang sekali, dia harus pergi disaat turnamen musim gugur akan segera dimulai..." sahut pria berambut putih, Riku.
"Iya, kau benar..." ujar Kid dengan tatapan agak sedih.
Mungkin karena mereka tak akan bertemu Kakei lagi di lapangan seperti biasa.
Suasana nampak sangat buruk saat itu.
~~**case on the way**~~
~ruang klub amefuto Deimon~
Mamori duduk di sofa. Tidak, kali ini ia sedang tak semangat membersihkan ruang klub.
Begitu juga yang lain.
Baik, kecuali Hiruma...
"Kenapa kalian ini, anak-anak sialan? Tak usah sedih begitu!" sahut Hiruma. Mungkin di sisi lain, dia juga merasakan 'sedikit' kehilangan akan musuhnya di lapangan.
"Hiruma... apa kau... tidak merasakan ada yang aneh?" tanya Mamori. Otomatis, semua anggota klub memperhatikannya.
"Maksud Kakak apa?" tanya Suzuna heran.
"Ya.. entahlah.. maksudku, rasanya ada ganjal dengan kematian Kakei... ada darah di sekitar perutnya, dan ada lubang juga. Berarti, dia ditembak bukan? Polisi juga menemukan beberapa peluru. Tapi... kenapa harus Kakei yang dibunuh? Kakei kan orang baik-baik, kenapa dia dijadikan target? Apa menurut kalian penyebab pembunuhan Kakei?"
"Jangan berpikir terlalu jauh, Manager Sialan.."
"Maksudmu, Hiruma?"
"Mungkin saja dia diluar bertingkah baik, tapi kita tak pernah tahu bagaimana sisi kehidupannya yang lain.."
Hiruma menunduk dalam.
"Mungkin saja, dia punya masalah pribadi dengan tersangka..."
"Hiruma..."
"Selain itu..."
Hiruma menatap seluruh wajah anggota Devil Bats satu per satu.
"Pembunuhan ini bukanlah urusan kita. Kita tak berhak ikut campur. Lebih baik kita serahkan saja pada polisi."
"Iya, kau benar." Mamori nampak mengerti apa maksud Hiruma. Begitu juga yang lain.
Semua menundukan wajahnya.
Memang, rasanya ada yang aneh, dan tak mungkin Kakei dibunuh tiba-tiba tanpa ada alasan yang jelas.
Mereka ingin menguak kebenaran, tapi jelas tak mungkin. Mereka tak mengerti akan kasus pembunuhan.
Apa yang harus mereka lakukan?
~~**case on the way**~~
*sementara itu, di dalam sebuah pesawat...*
"Hey, Yosuke! Itu coklat milikku, kembalikan!"
"Aku kan hanya memintanya sedikit, Chie! Jangan pelit!"
"Tapi itu kan coklat termahal di Inaba! Aku menghabiskan waktu dua minggu untuk membelinya! Dan itu adalah satu-satunya ukuran terbesar yang tersisa!"
"Lalu kenapa? Kalau sudah dimakan, pasti coklat ini tak akan ada lagi, dan pada akhirnya kau akan menabung dua minggu lagi untuk membelinya kembali, bukan?"
"Grrr, Yosuke! Kau sangat menyebalkan! Aku tak akan pernah mau duduk di sebelahmu lagi kalau bukan karena permainan konyol Teddie!"
"Ehem! Ada yang memanggilku?" sahut seorang pria tampan dengan bola mata biru safirnya, Teddie.
"Diamlah, Teddie! Ini semua gara-gara kau, jadi coklatku dihabiskan olehnya!" sahut Chie sambil menatap Yosuke dengan pandangan kubunuh-kau-nanti-!
"Hohoho, aku takut sekali, Chieee! Hahaha..." ejek Yosuke.
"Kau iniii..."
"Yeah, itulah Chie dan Yosuke. Kapan dan dimanapun, selalu berkelahi." Ucap seorang gadis dengan rambut hitam panjangnya, Yukiko.
"Kau tahu? Aku sempat berpikir kalian berdua itu cocok!" sahut pria dengan tato tengkorak di lengannya, Kanji.
"A-apa? Aku dan Yosuke? TIDAK! Dia bukan tipeku! Cih.." Chie nampak mengelak, nampuk terlihat semburat pink di wajahnya.
"Ah, ayolaah.. jangan bercanda Kanji! Aku tak mungkin mau bersama gadis yang kasar seperti dia..." sahut Yosuke memanasi.
"Siapa yang kau panggil gadis kasar?"
"Naoto! Ya tentu saja kau, Chie!"
"Err.. ada yang memanggilku?" sahut wanita dengan topi di kepalanya, Naoto.
"Bukan, bukan kau, Naoto.." ujar Rise, sang artis terkenal di Inaba.
"Oh, kukira ada yang memanggilku..."
Rise yang duduk disamping seorang pria dengan rambut abu-abu, merasa heran dengan orang disebelahnya ini.
"Kau tak apa-apa? Kau tak mabuk kan?"
"Aku... tak apa.."
"Syukurlah... aku takut terjadi sesuatu padamu, Kak Souji! Karena kau terlihat diam dari tadi."
"Aku hanya menikmati pemandangan.."
"Hallooo, ini kan pesawat, pemandangannya mana ada yang menarik, Kak! Yang terlihat hanyalah gumpalan awan putih!"
"Tapi pemandangan itu menyejukkan hati.. perasaan ini terasa.. damai..."
"Hmm, kau benar.."
"Oh ya! Dan ngomong-ngomong, tujuan kita ke kota bernama Deimon ini, untuk liburan kan? Jadi, sudahkah kalian semua mempersiapkan perlengkapan wisata kalian?" sahut Yosuke dengan semangat yang menggebu.
Chie nampak mengotak ngatik tas miliknya.
"Aku rasa, aku sudah membawa cukup perlengkapan. Oh ya, terima kasih juga untuk sahabat Naoto yang tinggal disana! Dia sudah membayarkan semua biaya liburan kita, termasuk hotel untuk menginap!"
"Ah, tak masalah. Lagipula, temanku sendiri yang menawarkan. Dia memang orang kaya, dan dia bilang dia sudah terlalu banyak menampung uang. Dia sudah coba menghabiskan liburannya dengan banyak uang, tapi uang itu seakan tak pernah habis dari dompetnya. Jadi, dia berpikir untuk menawarkan liburan panjang padaku disana. Kupikir lagi, mengajak kalian mungkin akan menambah kesenangan tersendiri disana."
"Se-sebanyak itukah uang miliknya? Nampaknya dia orang terkaya di dunia.." Chie sweatdrop dengan suksesnya.
"Yah, mungkin tepat juga dibilang seperti itu. Terakhir kali aku berkunjung kesana, saat aku masih SMP... mungkin dia sudah terlihat agak dewasa..."
"Hahahaha! Oh iya! Siapa nama temanmu itu? Aku lupa!"
"Katsumi.."
"Oh yeah! Katsumi! Nampaknya dia lucu! Terlihat dari namanya! Hahaha!"
"Yeah, dia tidak lucu, tapi cukup kekanak-kanakan untuk seorang gadis remaja..."
"Apa mirip denganku?" celetuk Rise.
"Yeah, sifatnya cukup mirip.." pikir Naoto.
Yah, mungkin bukan mirip, tapi sama percis.
"Hey kawan! Kita hampir sampai di bandara! Ayo bersiap!" sahut Kanji sambil mempersiapkan barangnya.
"Woooohooooo, liburan, aku dataaaang!" sahut Rise penuh semangat.
Mereka pun membereskan barang-barang mereka, dan bersiap turun.
~~**case on the way**~~
*sementara itu...*
"Tangkap ini, Monyet Sialan!" Hiruma memulai latihan dengan passing andalannya.
"CATCH MAX!" Monta menangkap bola dengan cekatan seperti biasa.
"Yaaa~ kau hebat Monmon!" sahut Suzuna menyoraki dengan riang.
"Hahaha! Bukan masalah MAX!"
~di depan gerbang Deimon~
"Wah, sekolah ini cukup besar! Lebih besar dari Yasogami!" sahut Rise saat melihat SMA Deimon.
"Ini kota, kawan! Kau harus membiasakan diri!" sahut Yosuke.
"Ah ya, ini sih biasa untuk Souji dan Yosuke..." ujar Chie merasa diingatkan.
"Oh lihat itu!" Yukiko menunjuk ke arah anggota Devil Bats yang tengah berlatih. "Tangkapan yang luar biasa!"
"Lemparannya juga luar biasa!" sahut Teddie kagum.
"Woah, tak kusangka American Football terkenal juga disini." Pikir Yosuke.
"Itu kan olah raga yang sudah cukup mendunia, jadi wajar saja.." ujar Souji sweatdrop.
"Hey, di Yasogami tak pernah ada yang bermain American Football! Jadi rasanya sudah lama juga aku tak melihat permainan ini! Hahaha..."
"Ini olah raga Yosuke, bukan permainan..."
"Apa bedanya? Bukankah sama saja? Sama-sama dimainkan?"
"Ah, terserah..."
Tiba-tiba...
SYUUUNG~
"Awas! Bolanya!" teriak Mamori dari lapangan.
"Hm?"
GREP!
...
"O-ow..? ini bola kalian?" tanya Souji setelah menangkap bola amefuto itu dengan SATU TANGANNYA.
Hiruma terbelalak. Begitu juga Monta dan yang lain. Bahkan Yosuke tercengang.
Hiruma menghampiri Souji dan yang lain.
"..."
"..."
Hiruma dan Souji tampak saling menatap dingin.
Hiruma meniup gelembung permen karet, dan Souji menyerahkan bolanya.
"Ini... bolamu..."
Hiruma tak segera mengambilnya.
"Ada apa?" tanya Souji datar.
"Tak ada..." Hiruma lekas mengambil bolanya dan kembali ke lapangan.
Nampak seringai lebar muncul di wajahnya.
"P-pria yang menyeramkan..." pikir Rise gemetaran.
"Wow, kupikir setan hanya ada di duniaku!" sahut Teddie kagum (?).
"Yang ada di duniamu itu Shadow, not Devil!" ujar Kanji sweatdrop.
"Pria yang sangat misterius... dengan giginya yang runcing itu, dan telinga elf miliknya, benar-benar pas untuk mencerminkan kepribadiannya." Jelas Naoto yang selalu bertindak sesuai teori objektif.
"Aku ingin tahu lebih mengenai dia.. nampaknya dia bisa berbaur dengan mudah!" pikir Chie dengan polosnya.
Belum tahu dia Hiruma itu siapa dan bagaimana.
"Err, Chie, kurasa kau harus lebih hati-hati..." Yukiko nampaknya merasakan aura setan Hiruma.
"Pria yang menarik.." celetuk Souji tiba-tiba. Membuat yang lain kaget bukan main. Souji tertarik dengan Hiruma?
Err, bukan tertarik dalam artian yaoi tentunya.
"Hey, kau gila? Dia sangat menyeramkan, tapi kau malah tertarik?" Yosuke nampak heran seheran-herannya.
"Hey, tidakkah kalian lihat? Dia punya skill! He has something different, guys!" Souji nampak semangat.
"Yeah, mungkin ini tantangan untukmu juga? Karena kulihat, dari caramu menangkap bola tadi, kau nampak sudah handal sekali bermain American Football. Mungkin tak hanya menangkap, tapi juga passing!" Yosuke nampak agak kagum juga dengan aksi Souji tadi.
...
"Hey ya, Naotoo!"
"Ng? Ah, Katsumi!"
Naoto dan gadis yang bernama Katsumi itu nampak saling berpelukan sesaat.
"Lama tak bertemu denganmu, Katsumi! Bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik, Naoto! Woaw, teman yang kau bawa anyak sekali! Uangku pasti habis kalau begini! Terima kasih ya! Hahaha!"
Yang lain sweatdrop.
"A...hahahaha.. t-tak masalah..."
"Hm? Siapa pria yang tampan itu?"
"Siapa?"
"Itu, yang membawa headset di lehernya!"
"Oh, dia Yosuke. Yosuke Hanamura. Jangan katakan padaku, kau mulai menyukainya sejak pandangan pertama..."
"Oooow, he's so cute!"
"Err... jadi, kapan kita akan ke hotel? Kami harus segera istirahat..."
"Eh? Oh iya! Ayo, ikut aku!"
Mereka diajak Katsumi masuk ke dalam mobil mewah dengan panjang mobil yang... entahlah, saking panjangnya, author malas menghitungnya.
*kembali ke lapangan...*
"Siapa laki-laki itu ya? Dia nampak hebat dalam menangkap bola!" pikir Mamori sambil membagikan handuk dan minuman.
"Yaa~ dia bahkan menangkap bolanya hanya dengan satu tangan!" ujar Suzuna heran.
"Dia bisa jadi saingan berat Monta!"
"Kasihan Monmon! Sudah Ikkyu, Taka, sekarang ditambah laki-laki tadi! Waw!"
"Kuharap Monta tak frustasi..."
Mamori melirik Monta yang tengah suram di pojokan sambil menggenggam botol minumannya.
"Ahahaha, dia selalu frustasi, Kak Mamori!"
"Kau benar... huft..."
~~**case on the way**~~
*malam harinya...*
~Azusa Hotel, The Dining Room~
Nampak Katsumi mengajak Souji, Naoto, dan yang lain untuk makan di tempat makan malam utama di hotel.
"B-bahkan ruang makannya terlihat sangat elegan!" kagum Rise dengan mata berbinar.
Begitu juga dengan Yukiko dan Chie.
Naoto dan Katsumi nampak sedang berbincang. Sedangkan Souji, Yosuke, Teddie, dan Kanji mulai mengambil makanan.
"Man, this place sure is expensive!" pikir Yosuke yang sedang memegang piring kosong di tangannya.
"Hm, kau benar! Terlalu.. mahal.." pikir Souji yang tengah mengambil beberapa Sushi.
"Tapi bukankah ini menarik? Lihatlah, banyak gadis-gadis dengan pakaian mahal seperti aku disini!" celetuk Teddie. Mengingatkan Yosuke akan kejadian tempo dulu.
"Yah, just enjoy this, Senpai!" sahut Kanji yang sudah mengambil beberapa makanan dan minuman.
Tiba-tiba, sebuah televis raksasa yang tengah menayangkan acara OVJ dari Indonesia, menayangkan sebuah berita kilat.
"Selamat malam pemirsa. Malam ini, saya akan melaporkan satu kejadian mengenai pembunuhan yang terjadi kemarin malam di kediaman warga dekat SMA Kyoshin. Seorang siswa SMA dari Kyoshin, ditemukan tewas di kamarnya, dengan dua lubang kecil di daerah perutnya. Berikut adalah foto dari sang korban."
Tv itu memperlihatkan foto Kakkei.
"Hey, itu kan pemain amefuto dari Kyoshin Poseidon, Shun Kakkei!" sahut seorang office boy di hotel.
"Setahuku polisi sudah menangani kasus ini dari tadi pagi, tapi kenapa baru gempar di media sekarang ya?" pikir teman sang OB itu.
"Polisi menyatakan, masih ada ketidak pastian atas motif sang pelaku yang telah membunuh siswa SMA ini. Namun dapat dipastikan, siswa bernama Shun Kakkei ini, mati karena tertembak dua peluru sekaligus. Hingga saat ini, polisi masih mencari bukti dan kebenaran lain atas kasus pembunuhan yang misterius ini. Demikian sekilas info dari kami. Selamat malam."
...
"Kasus pembunuhan?" itulah yang digumamkan The Investigating Team.
"Oh, ini mengingatkanku pada kejadian Inaba. Apa ini artinya, kita harus terlibat lagi?" pikir Yosuke.
"Sebaiknya jangan. Ini bukan kota kita, kita tak berhak." Ujar Souji yang mulai melanjutkan menyantap makanannya.
"Tapi...aku jadi agak penasaran juga dengan kasus itu. Aah, naluri tak bisa dibohongi." Sahut Kanji.
"Teddie juga ingin menjadi detektif lagi!" celetuk Teddie dengan semangat yang membara.
"Sebaiknya kita tak melibatkan diri, karena ini sama sekali bukan hak kita. Selain itu, kita kan hanya wisatawan disini." Jelas Naoto yang lagi-lagi objektif.
"Yah, kurasa Naoto benar." Sahut Chie.
"Hu'um... aku ingin liburan kali ini benar-benar full liburan, tanpa harus menangani kasus pembunuhan lagi!" ujar Yukiko yang nampak kesal mendengar kata 'kasus'.
"Umm, dimana Katsumi?" tanya Rise mengalihkan pembicaraan.
"Aku disini!" sahut Katsumi sambil mencoba duduk sedekat mungkin dengan Yosuke.
"Hey! Err... kau terlalu dekat, Katsumi! A-aku jadi sulit makan!" ujar Yosuke agak risih.
"Ooh, ayolah! Kau pasti tidak suka maka sendirian! Kutemani kok!"
"Err... hahaha, aku punya banyak teman disini... tak perlu khawatir..."
"Ah, sudahlah! Ditambah denganku kan tak apa..."
"Hahaha... te-terserah..."
Chie nampak memakan semua makananya dengan penuh emosi dan tergesa-gesa.
"Jujur saja, aku tak suka melihat orang bermesraan di depanku. Memalukan!" sahut Chie tiba-tiba.
"Aww, kau cemburu bukaaan?" sindir Rise.
"T-tidak! Untuk apa aku cemburu? Huh!"
Semua pun bercanda riang saat makan malam itu.
Padahal mereka tak tahu, sebuah bahaya dan misteri besar, menanti mereka dan anggota tim amefuto yang lain.
~~**to be continued**~~
Mayu: Well, how's it? Jelek yah? Ah, prolog nya ancur begini... Maaf ya, karena ini xover pertamaku! Err, jadi, mind to review?
Pie: harap jangan flame, karena disini kami bebas berkarya. Tapi kritik dan saran diterima...
Mayu: apa bedanya? Sama saja...
Pie: yang penting review dah~
Mayu: ya sudah! Sampai jumpa di chap berikutnya~ XD/
Pie: bye... *senyum mempesona*
Keep Spirit Up!
Mayu-chan
