Sore itu , sore yang cukup tenang bagi seorang yang rutinitasnya seperti aku . Seseorang yang sangat gemar membaca . Hampir disetiap ada waktu luang aku pergunakan untuk membaca . Setiap ada waktu luang lebih tepatnya . Demi cita –citaku aku rela begini , membuang masa puberku dan bertindak seperti layaknya orang dewasa . Menatap sekeliling dengan sorot mata yang biasa , tidak merespon hal – hal yang tidak penting paling tidak itulah yang kuliat dari seorang Dokter , pekerjaanku kelak ! . Apalagi soal cinta ? aku sama sekali tidak membutuhkannya . Karena menurutku cinta hanya akan menghambat cita-citaku .
8 tahun kemudian …
"Hey Naruto !" Aku menoleh kearah suara itu . Jujur saja , rumahku kini terasa sangat ramai dengan kehadiran teman-temanku . Cuman acara kumpul bersama dan minum dan makan bersama , hitung-hitung perayaan diangkatnya aku menjadi Presdir disebuah perusahaan yang selama ini kutekuni , perusahaan Otomotif ternama diKonoha , Jepang .
'ternyata Shikamaru' aku melihat kearahnya dan menaikkan alisku . "Aku mendapat titipan undangan dari Tuan Hiashi . Ditujukan untuk Presdir Uzumaki Naruto" , aku menerima sodoran undangan yang diberinya . "Kenapa kau diam saja ?" , " Jadi apa yang harus kukatakan ?" , " Baka ! Harusnya kau bertanya undangan siapa itu ! kau membukanya saja tidak !" . "Hehehe maaf maaf , baiklah biar kulihat" .
Mataku membulat , apa ini ! " ini…ini.." , " Pernikahan Tuan Hatake , kenapa kau begitu terkejut ?" tannyanya santai . " Aku bahkan tak tahu , dia punya hubungan dengan seorang wanita .." , " Sebenarnya kau saja yang tak mempedulikan ! sudahlah" , " Tunggu , kalian juga diundang kan ?" , " tentu saja" jawab Neji . " Kalau begitu kita bisa berangkat bersama.." , " Maaf Naruto , Hiashi-sama meminta anda untuk menjemputnya dan pergi bersama keacara tersebut , lagi pula kau tak bisa menumpang dimobilku , tidak ada lagi tempat" ucap Neji datar . " Oh begitukah.. Baiklah kalau begitu" .
"Selamat Pagi , Tuan Naruto . Apa Anda memanggilku ?" .
Sai , dia adalah sekretarisku , aku mengangkatnya karena aku sama sekali tidak tertarik dengan perempuan yang pakai hills dan baju ketat . Sai adalah orang yang disiplin waktu , jadwalku selalu dia yang mengatur , aku juga suka dengan gaya bicaranya .
"ya , duduklah Sai . begini , besok aku tidak bisa bekerja . Aku harus kepesta pernikahan kerabatku bersama dengan Tuan Hiahi , kau tahukan Tuan Hiashi adalah sahabat karib mendiang Ayahku , jadi aku tak bisa menolaknya . Jadi , tolong kau atur jadwalku ." kataku cepat . Sai mengangguk seolah mengerti ." baiklah Tuan , apa ada yang lain ?" . " Tidak ada . Terimakasih" . " baiklah , saya permisi" .
Diperjalanan kami hanya diam saja , tak ada yang berniat memulai percakapan . Sampai Handphoneku berbunyi . " ya , halo" . " maaf , Besok saya akan tandatangani berkasnya ," . "baiklah" . Kututup handphone ku dan menyetir lagi . " Bawahanmu Naruto ?" Tuan Hiashi memulai percakapan . " ya begitulah Paman" . " kau hebat Naruto . Masih muda sudah jadi Presdir" . Aku hanya bisa tersenyum . " tapi , apa kau sudah punya pacar ?" . Aku terdiam karena keterkejutanku ini , aku tak menyangka Tuan Hiashi bertanya seperti itu . " aku rasa belum Paman . Hehehe. Lagi pula aku belum membutuhkannya." Jawabku seolah riang .
"Cobalah sesekali Naruto …" ucapnya sambil sedikit terkekeh . " Mencoba apa yang paman maksud?","Seperti menjalin suatu hubungan dengan wanita , kau tak mungkin tak tergoda dengan satu wanita pun selama ini bukan ?" , " Emm sebenarnya ya paman , wanita itu semuanya membosankan dan sama sekali tidak bisa diatur" , " Apa kau bercanda ?" , " Apa aku kelihatan bercanda ?" , " Satu wanitapun?" Naruto menggeleng sambil tertawa . "Kadang aku bingung kenapa aku sama sekali tak tertarik dengan satu wanitapun…"
SESAMPAINYA DI ACARA
" Membosankan, yeah ? hahaha . Apa kau tertarik dengan putriku itu Naruto?" Naruto hanya bisa menggaruk-garuk bagian kepalanya yang tidak gatal . "Dia cantik bukan?" . Naruto kembali melihat wanita cantik yang ada agak jauh didepannya ,wanita putih nan sempurna , wanita beriris mata bulan , berambut panjang berwarna ungu gelap yang diikat setengah biasa dan berpakaian kimono bermotif lavender yang semakin memperdalam kelembutannya . Apalagi ketika melihatnya tersenyum , bibr itu…
" Apa kau sedang memikirkan hal mesum dengan putriku Naruto ?" . Hayalan NAruto pecah , ' bagaimana dia bisa tahu?' . "Hehehe.." , " Aku rasa umur kalian sama , bagaimana jika kalian menikah saja?" . 'apa ? menikah ? itu bukanlah suatu permainan , paman ! tapi , jika bersamanya ? sebenarnya ..' . " Ayah …" 'suaranya sangat lembut , dattebayo ! apalagi senyum itu..' . " Hinata.. ayah sangat merindukanmu" ucap Hiashi seraya memeluk anak gadisnya itu . " Bagaimana kabar Ayah?" , " Seperti yang kaulihat , lalu bagaimana denganmu ? Aku melihat banyak perubahan yang terjadi dengan anak gadisku yang satu ini, haha" , ' enak sekali paman Hiashi bisa memeluk dan merayunya' , " haha , Ayah bisa saja . Tak ada yang berubah Ayah..eumm , apa Ayah kesini sendirian?" , " oh iya Aku hampir lupa , perkenalkan ini Presdir Uzumaki Naruto" Hinata melihat kearah Naruto .
Mata mereka bertemu , Hinata seperti melotot kearah Naruto . Naruto hanya bisa terus menahan degup jantungnya yang tak karuan . Sampai.. "Tuan, anda berdarah.." tapi Naruto tak sadar juga . " Tuan , yaampun jangan melihat kebawah.." dengan sigap HInata menarik Naruto untuk duduk sambil memegang bagian kepala Naruto bagian atas , diambilnya sebuah serpet diatas meja , posisinya yang berdiri dihadapan Naruto yang sedang duduk membuat mereka secara tidak langsung kontak mata secara dekat . "sudah selesai , sebaiknya anda tidak melakukan banyak pergerakan terlebih dahulu terutama dibagian kepala" , "Baik-lah.., perkenalkan aku Uzumaki Naruto" ucap Naruto sambil mengangkat tangannya dan mengarahkan tanganya keHinata , Hinata terkekeh dengan tingkah konyol Naruto , Ia lalu menyambut tangan itu dan melempar senyum kearah Naruto sambil berkata " Hyuga Hinata, senang berkenalan dengan Anda , Tuan" .
Aku melihat kepergianHinata setelah itu , " Banyak pria yang sudah berniat melamarnya selama ini , aku juga tidak mengerti mengapa dia sama sekali belum ingin menikah . Yang katanyalah menikah itu rumit , tidak bebas atau semacamnya" , " Semua orang berbeda tanggapan paman" , " Aku tahu Naruto, sama sepertimu , huh ?" , " sudahlah , kau harus mengakui bahwa kau tertarik dengannyakan?" , " Jika memang denganmu aku akan mau merelakan putriku itu, tapi jika bersama salah satu dari teman-temanmu itu , jelas saja tidak !" ujarnya sambil menunjuk kawanan pria muda berjas hitam yang baru saja datang . 'Akhirnya mereka datang!' . " Emm paman , aku permisi , aku ingin bergabung dengan mereka" , " hnn baiklah" .
Pesta pernikahan sudah selesai , aku yang saat pernikahan tadi duduk bersama dengan sahabatku dan terpisah dengan paman Hiashi , bergegas menjemput ketempat paman Hiashi . Aku mendapatkannya , tapi ada apa dengannya ? " Paman , acaranya sudah selesai , apa kita bisa pulang sekarang ?" . " hn , Baiklah" . Dia berdiri dengan agak susah , mukanya terlihat sangat pucat , badannya berkeringat dingin , tanpa aba – aba dia jatuh pingsan . "tuan .." "tuan..." " Pak Hiashi.." banyak orang yang berdatangan kearah ku yang juga khawatir ini . " ayo bawa kerumah sakit !" . Banyak orang yang mengangkat tubuhnya , " baiklah , bawa kemobilku saja !" ucapku keras sekaligus khawatir . Aku sangat cemas melihat keadaannya sekarang , bagaimanapun dia adalah sahabat Ayahku !.
Aku melaju dengan kencang keRumah sakit terdekat . Sampai dirumah sakit , kami bergotong membawanya ke UGD , dia diperiksa , "maaf apa anda keluarga pasien?" . " ya , saya keponakannya!" ujarku cepat . " Pasien sudah berada pada tahap kritis , kemungkinan pasien mengalami serangan jantung .." . " kumohon dokter , lakukan semuanya untuk pamanku ini !" . " kami harus membawanya keruangan ICU" . " Baiklah , aku mengerti , tolong sembuhkan dia!" .
Diruang tunggu rumah sakit yang agak besar ini aku menunggu hasil yang lebih lanjutnya lagi. Jujur aku seperti de javu saat ini , hal ini juga terjadi padaku saat Ayahku meninggal , bedanya saat itu aku masih seorang bocah . Aku melihat 2 orang gadis berjalan cepat kearah perawat jaga. Dia berlari kearah ruangan ICU , tapi jelas , saat ini bukan jam kunjung . Mereka duduk didepan pintu ruangan ICU . Mereka kelihatan sangat sedih , apalagi Hinata yang yang terlihat sangat cemas sambil memeluk adiknya itu .
Aku menghampiri mereka , kuberi saputangan pada Hinata . Dia melihatku , seketika jantungku berdetak kencang lagi , " terimakasih" , diterimanya lalu dielapnya air matanya itu . " Hinata , sebaiknya kalian tenang saja , aku tahu Paman Hiashi adalah orang yang kuat , dia pasti bisa melalui ini semua .." ucapku meyakinkan . Mereka hanya diam , terlihat pasrah . Aku kembali duduk , tapi sekarang disebelah Hinata , walaupun takut tapi aku harus bisa menenangkannya , hanya itu yang bisa aku lakukan .
Lama menunggu , tetapi tak ada dokter yang keluar dari ruangan itu . Mereka bahkan sudah rela tidur demi untuk menunggu hasilnya . Kubuka Jas yang kupakai tadi , kuselimutkan kebadan mereka . Aku keluar dan membeli makan malam . Kekhawatiranku mulai lagi , saat aku kembali mereka sudah tidak ada disana , kutanya perawat jaga , " maaf Tuan , kami tidak memperhatikannya" . " begitu ya , apa ada perkembangan kondisi pasien Hyuga Hiashi ?" , " dilaporan , tercatat beliau sudah dipindahkan keruangan Kanji nomor 151 ." , " Baiklah , terimakasih". Hatiku agak senang , bersyukur karena perkembangan kondisi paman itu .
Clekk
Ternyata sudah banyak orang , ada apa ini kenapa semuanya terlihat sedih ? batinku terus bertanya . " naruto kemarilah , kaulah yang ditunggunya dari tadi" tak biasanya nada bicara Shikamaru seperti ini . Perasaanku mulai tidak enak . Aku mendatangi mereka , kuletakkan 2 bungkus ramen yang kubelikan . Kulihat Paman Hiashi yang sedang sesak , tidak memakai Oksigen . Aku terkejut lantas marah juga . " apa yang kalian perbuat , kenapa kalian ti..." . " Naruto , tidak , aku tidak akan lama lagi. Aku hanyamenunggumu sejak tadi" . " Paman kau tak bo..." . " Naruto tolong dengarkan aku , dan kalian yang juga ada ditempat ini ..." Ditariknya napasnya panjang . "Naruto tolong bantu aku" , " baiklah akan kubantu, paman" ucapku sambil menangis . " Menikalah dengan putriku Hinata" . Aku diam , tak bisa berkata – kata , otakku tak bisa mencerna kejadian sesaat tadi . " Mengapa Paman ?" , " Karena kau sudah kuanggap anakku sendiri Naruto , aku sudah sangat percaya padamu , jadi tolong jangan kecewakan aku" . " Paman , aku tidak pantas" . " tidak Naruto , hanya kau yang pantas , kalian akan menikah 2 minggu setelah kematianku nanti" .
Dilihatnya Hinata , " Hinata , kau jangan menangis lagi . Naruto akan menjagamu, dia akan selalu ada disampingmu . Percayalah" . Hinata semakin menagis , " Ayah.., kau jangan mencemaskan aku , yang penting kau harus sembuh!" diambilnya tangan ayahnya itu , " tidak Hinata , aku tidak mencemaskanmu , aku percaya pada kemampuanmu" dipegangnya tangan Hinata , diambilnya tanganku , lalu dikaitkannya dengan tangan putrinya itu . " aku hanya mencemaskan kewajibanku Hinata . Menikahlah dengan Naruto , kau percaya dengan Ayah bukan ?" . Hinata mengangguk sambil terus menangis , terlihat sekali dari genggaman tangannya yang terlihat seperti terguncang . Kulihati Tuan Hiashi 'Tak akan kukecewakan kau , Paman !'. Tuan Hiashi menarik napasnya panjang lalu menghembuskannya .
"apa anda memanggil saya Tuan?" , "ya , duduklah Sai" . " Tolong batalkan semua rencanaku selama 10 hari , aku harus mempersiapkan pernikahanku , kau tahu kan ?" . Sai tertawa kecil , " baiklah Tuan , apa 10 hari sudah cukup ?" aku memandang serius Sai . Ia sadar , " baiklah Tuan saya akan melakukannya , apa ada yang lain ?" ujarnya ketakutan . " ya , tolong sebarkan undangan saya , nama dan alamatnya juga sudah ada , semua yang sudah tertulis harus disampaikan !" . " Baiklah Tuan . Laksanakan! Saya permisi" .
PERNIKAHAN { POV NARUTO}
DIsinilah keadaan kami sekarang , aku dan Hinata . Duduk disatu kursi yang sama dengan pakaian sepasang pengantin , sekarang sedang acara khotbah dan sebentar lagi akan pembacaan ikrar pernikahan , dari tadi aku sudah mencoba untuk menenangkan degup jantungku tapi tak bisa . Hinata terlalu sempurna bagiku . Aku merasa tak cukup untuk menjadi pendamping hidupnya . Kulihat dia yang ada disisi kananku , sedikitpun tak ada emosi , pandangannya terlihat kosong . 'mungkin dia masih mengingat kematian Ayahnya'pikirku . Aku lanjutkan melihat kedepan walaupun keringatku terus saja bercucuran . "Tuan, ini.." kulihat dia memberiku sebuah sapu tangan berwarna oranye, aku langsung menerimanya dan menghapus keringatku sampai dasiku menjadi berantakan .
Aku sudah sangat berusaha untuk memperbaiki ikatan dasiku tapi hasilnya nihil . Dari khotbah sampai acara doa aku belum bisa membuat ikatan yang bagus seperti semula padahal sebentar lagi adalah acara pembacaan ikrar. Sampai , Hinata yang membetulkan dasiku . Dia merapikannya waktu doa dimulai . Oh Tuhan ! kuatkan aku… . Kata-kata itu terus saja kuucapkan selama ia membetulkan dasiku . Dan ketika sudah selesai ia melanjutkan doa dan meninggalkan aku dengan dentingan jantungku yang sangat tak menentu dibuatnya .
Setelah pengucapan ikrar maka ada kesempatan berharga untukku mencium Hinata . Tapi aku melihat kearah Hinata yang sama sekali tak berhasrat melakukan itu jadi aku hanya tersenyum dan mengatakan bahwa aku sedang sakit gigi jadi tidak bisa melakukan ciuman itu . Saat selesai mengatakan itu aku melihat Hinata yang sedang menatapku denga tatapan yang sulit untuk dijelaskan .
Terhitung sudah empat kali aku melewatkan momen untuk mencium mempelai wanita dan aku terus saja menolak nya . Sampai acara pemotretan bersama seluruh undangan , keluarga , keluarga paling dekat dan hannya berdua . Kami saling berhadapan "Cium cium cium cium.." para undangan meneriaki seperti itu . Aku melihat Hinata , Dia juga melihatku dengan cepat kubuang tatapan mataku kearah lain . "Apa Anda bisa melarikan diri lagi , Tuan?" ucapnya pelan . 'apa dia menantangku?' pikirku . "Anda tak bisa melarikan diri lagi dan membuat alasan-alasan tak masuk akal lainnya" , " Hinata, sepertinya Anda berharap dicium" , " Apa aku kelihatan menolak?" ucapnya cepat . " Cepat lakukan.." , " Apa ini serius?" . Dia menatapku dengan diam "Tepat dibibir.." , " Kau yang memintanya.." .
Kami saling melihat satu sama lain , tak sadar jarak diantara kami semakin menipis , dia menutup matanya , yaampun jika begini aku tak tahu apa aku sanggup apa tidak, aku membungkukkan sedikit badanku , dan dan dan … kami berciuman . Mulanya kami sama sekali tak bergerak namun aku tak tahan dan mulai melumat bibirnya , dia ? memang pergerakan dia tak sebanyak aku tapi aku bisa merasakan bahwa ia menuntut untuk terus melanjutkan aktifitas ini . Tanganku yang mengikat pinggangnya juga semakin kupererat begitu juga dia yang mengalungkan tanganya keleherku . Ciuman kami terhenti sampai kurasakan Hinata yang lemas dan mulai tak sadarkan diri . "hinataa, kau kenapa ?" . Aku panik , untunglah disitu ada Neji yang juga dokter seperti Hinata .
Kubawa dia kesebuah ruangan kosong , dan kubiarkan Neji yang mengeceknya . " Dia hanya pingsan, Naruto" , "Mengapa dia pingsan?" , " mungkin karena kau terlalu agresif .." , " Benarkah?" , " Bahkan semua tahu bahwa Hinata tak akan bisa menandingi permainanmu , ini adalah pengalaman pertamanya" , " kau pasti bercanda" , " Aku adalah kakak sekaligus seniornya aku tahu semua tentang Hinata , dank au adalah yang pertama" . Aku diam , sebenarnya dia juga yang pertama bagiku tapi kenapa dia memintaku padahal dia belum siap ? . " Tolong jaga Hinata , Naruto dan terutama jangan perah kecewakan Hiashi-sama" . " Aku berjanji , Neji !" .
TBC
Hi semua para reader ! terima kasih banyak atas review kalian di fanficku sebelumnya . Maaf sebenarnya aku gak tau gimana buat chapter selanjutnya makanya yg kmaren aku buat yang baru walupun ceritanya lanjutan yang pertama *ngomong apa seh ?! . hehe . Jadi mohon bantuannya semuanya ! (membungkukkan badan ) .
