Disclaimer : cerita ini milik saya. Sayang sekali Exo bukan milik saya. Tapi tetep saya pengen culik KaiSoo buat maksa mereka 'do something' didepan saya. *ngarep* *plakk!*
Genre : Romance
Pair : TaoRisdan bertambah seiring cerita berlanjut.
Rating : T
Warning : OOC, Alur amburadul, tidak sesuai EYD, Typho, BL as Yaoi, and Don't Like Don't Read.
Summary : Tao menemukan sebuah batu aneh. #tetep aja nggak bisa bikin summary. Sequel dari no Title. IT'S TAORIS/ KRISTAO?Kris x Tao. BL, YAOI. DLDR!
.
Haiiii. ^^
Author nggak tahu diri balik lagi, wkwkwk..
Buat yang minta sequel, nih author bikinin FF Taoris, gpp kan.. maaf ya kalo lama nunggu *ih! Siapa juga yang nunggu?!*
Soalnya ada yang request chapter, jadi author bikin chapter 2 No Title itu. Soalnya setelah author baca ulang FF No Title, ternyata ceritanya emang ngegantung banget ya, aish! Emang dasar author bbabo! jadi yang kemarin itu TBC bukan END. Maaf ya, author emang labil.. maklum author baru..
Oiya, tentang cerita ini author terinspirasi dari film yang hari minggu kemarin ada di tivi yang entah judulnya apa, author lupa. Pokoknya cerita itu tentang batu permintaan. Nah disini author munculin itu batu buat yayang Tao *cipok Tao* *digebukin dragon*
Oiya, sekali lagi terima kasih buat yang udah ngereview, Saranghaeyo.. :* 3 3 *tebar flykiss*
Ya udah deh, dari pada author yang nggak tahu diri ini ngebacot nggak jelas, mending readersku sayang langsung baca aja ya.. semoga suka and Happy Read ^^
.
.
Tao's Wish
.
.
Keesokan harinya, sehari setelah pertemuannya dengan Kai, Kyungsoo langsung memamerkan tunangannya itu pada kedua sahabatnya, Baekhyun dan Tao. Kyungsoo ingin membuktikan jika mimpinya tentang Kai itu bukan hanya sekedar mimpi aneh dan tidak masuk akal yang seperti mereka pikirkan, dan Kyungsoo juga ingin membuktikan jika Kai itu benar-benar namja yang ada dimimpinya.
"nah, chingudeul. Perkenalkan ini Kai namja yang ada dimimpiku itu~." kata Kyungsoo. "Kai, ini Tao dan ini Baekhyun" lanjut Kyungsoo sambil menunjuk Tao dan Baekhyun bergantian.
Saat ini sudah jam pulang sekolah dan mereka bertiga sedang berada didepan mobil sport hitam milik Kai. Kai sedang tidak sekolah entah karena alasan apa, author juga nggak tahu *plakk*. Kai menjemput kyungsoo karena mereka sudah merencanakan akan pergi kencan setelah kyungsoo pulang sekolah.
"annyeong. Kai imnida. Kyungsoo banyak cerita tentang kalian" kata Kai dengan memberikan senyum tampan miliknya.
"ne, annyeong" jawab Baekhyun dan Tao bersamaan sambil menundukkan kepala. Mereka menatap Kai tanpa berkedip dengan mulut yang sedikit terbuka. mereka bukan terpesona karena ketampanan Kai, namun ciri-ciri yang kyungsoo ceritakan pada mereka itu sama persis dengan namja yang sedang berdiri dihadapan mereka. Apakah Kyungsoo mengarang cerita tentang mimpinya? Maksudnya, bisa saja Kyungsoo memang sudah lama mengenal bahkan berpacaran dengan Kai. Tapi, Kyungsoo bukan orang yang mudah berbohong dan coba pikir untuk apa kyungsoo melakukan hal itu? #dan untuk apa author nulis tiga kalimat terakhir itu? -_- *jedotinkepalaketembok*
"sekarang kalian percaya kan?" tanya Kyungsoo dengan senyum penuh kemenangan saat melihat ekspresi kedua sahabatnya itu, Tao dan Baekhyun mengangguk cepat meng-iya-kan sambil terus menatap Kai.
"apa kau benar-benar bertemu Kyungsoo lewat mimpi?" Baekhyun mulai kepo. Senyuman tampan diwajah Kai kini berubah menjadi senyum canggung. Kai hanya mengangkat kedua bahunya. Tao yang melihat tanda-tanda Baekhyun akan membuka mulutnya untuk bertanya lagi itu segera membungkam mulut Baekhyun dengan tangannya.
"eh? kau ini bicara apa? umh.. maafkan Baekkie, ne. Dia memang seperti itu" kata Tao sambil menutup mulut Baekhyun. "kau bilang ingin kencan kan? nah, cepat pergi. Jangan sampai waktu kencan kalian berkurang. Kalau begit aku pergi dulu Kyungsoo, Kai, hati-hati. Annyeong~" pamit Tao sambil menyeret paksa Baekhyun yang terus meronta-ronta ingin bertanya lagi.
"ah, baiklah. Annyeong" jawab Kyungsoo sambil melambaikan tangannya. Kyungsoo dan Kai saling melempar pandangan bingung lalu mengangkat bahu mereka dan segera melaksanakan acara kencan mereka.
.
.
.
"Yah! Kau ini kenapa? aku masih ingin tanya tau!" tanya Baekhyun kesal saat Tao sudah melepaskan bekapan(?) tangannya dari mulut baekhyun.
"aish! Kau ini. hilangkan sifat ingin tahumu itu. tidak semuanya kau harus mengetahuinya kan. kau seperti tidak mempercayai Kyungsoo. Dia itu sahabat kita dan lagi kyungsoo tidak mungkin bisa membohongi kita karena pasti kita kan mengetahuinya!"omel Tao panjang lebar.
"umh.. jadi?" tanya baekhyun hati-hati, karena menurutnya wajah Tao seperti panda yang sedang mengamuk. Dia ini kenapa sih?. Pikir baekhyun.
"jadi hilangkan sifat KEPOmu itu" bentak Tao. Entah kenapa dia mendadak jadi gusar. Bentakkannya membuat Baekhyun terdiam dan mereka terus berjalan pulang dalam diam hingga mereka sampai dipersimpangan jalan, tempat biasanya mereka berpisah untuk pulang kerumah masing-masing dan bertemu untuk bersama-sama berangkat kesekolah.
Saat Baekhyun hendak pergi menuju rumahnya yang berada dipersimpangan jalan yang lain Tao menarik lengan baekhyun hingga baekhyun menghadapanya.
"mianhae~" kata Tao sambil menunduk. Baekhyun tersenyum jahil mendapati temannya sedang menunduk dan meminta maaf itu.
"ehem, untuk apa?" tanya baekhyun sambil sedikit mengangkat kepalanya angkuh dan memalingkan wajahnya.
"mianhae~ tadi aku membentakmu. Aku tidak bermaksud-" belum sempat Tao menuntaskan kalimatnya baekhyun sudah memotongnya.
"aku tahu. baiklah aku maafkan. Aku paham kok" kata Baekhyun sambil tersenyum ceria seperti biasanya. Tao menatap Baekhyun dengan tatapan bingung.
"kau paham? benarkah?" tanya Tao.
"iya aku paham. Aku tahu kau sedang PMS. Kalau begitu aku pulang dulu, ne. Annyeong Panda" jawab Baekhyun santai lalu pergi. Tao hanya mengangguk-angguk, mencoba mencerna ucapan baekhyun yang terasa aneh untuknya, dan sedetik kemudian Tao tersadar.
"YAH! BACON! AWAS KAU!" namun Baekhyun sudah berlari dengan kencang sambil tertawa keras. "aish! Anak itu" dan tao membalikkan badannya dan berjalan pulang, berlawanan arah dengan Baekhyun.
.
.
.
"Awas kau bacon. Enak saja aku dibilang sedang PMS, memangnya aku ini yeoja apa?" gumam Tao yang masih kesal pada Baekhyun. sekarang dia sedang berjalan pulang menuju rumahnya. Entahlah, Tao memang menyadari jika saat ini dia mirip dengan yeoja yang sedang PMS.
Tao menendang keras batu kecil yang sesekali ia temui dijalan untuk melampiaskan rasa kesalnya.
'ugh! Aku iri pada Kyungsoo. Dia bertemu dengan namja tampan seperti Kai lewat mimpi dan sekarang mimpi itu menjadi kenyataan, bahkan sekarang mereka sudah bertunangan? Aish! aku juga mau kalau seperti itu.' batin Tao. Ternyata uri panda iri pada Kyungsoo. Kirain PMS beneran mas :P*disumpel kaos kaki bau*
Tao terus menendang setiap batu yang dilihatnya. Namun kakinya terhenti saat hendak menendang sebuah batu. Itu bukan batu biasa, karena batu itu berukuran kecil dan berbentuk bintang dan berwarna pelangi. Tao memungut batu itu dan meneliti setiap lekukan batu itu.
"haha, bagus. Aku simpan saja" kata Tao sambil memasukan batu itu dalam tas ranselnya dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah.
.
.
SEMENTARA ITU
.
Ditempat Tao menemukan batu itu, terlihat dua orang yeoja yang tengah kebingungan.
"kau jatuhkan dimana tadi batunya?" tanya yeoja 1.
"mollayo unni, aish!" jawab yeoja 2.
"ck! Kau ini! baru saja kita berhasil merebutnya dari yeoja tua itu! gagal semua rencana kita untuk menguasai dunia!" kata yeoja 1.
"kenapa kau menyalahkanku? Salah sendiri kau menyuruhku untuk membawa batu berhargaitu!" kata yeoja 2.
"MWO? Jadi kau berani berkata seperti itu padaku? Dongsaeng Kurang ajar!" kata yeoja 1 yang langsung menyerang yeoja 2. Dan terjadilah adegan saling menjambak atara kedua yeoja itu. baiklah mari kita kembali pada Tao.
.
.
.
Dirumah Tao
.
Tao sedang menonton acara televisi favoritnya diruang tengah, namun pikirannya tidak pada televisi namun pada Kyungsoo dan Kai. Oh, sungguh Tao ingin sekali punya kekasih. Seumur hidupnya ia belum pernah jatuh cinta, dan sekarang ia sudah kelas dua SMA, jadi sudah cukup usia untuk mempunyai kekasih kan? sekali-sekali iri pada seseorang tidak ada salahnya kan?
Lagi pula Tao hidup hanya berdua dengan kakaknya, Chen, dan kakaknya itu super sibuk karena harus meneruskan bisnis orang tuanya. Setiap hari Chen selalu berangkat pagi sekali sebelum Tao bangun dan pulang malam saat Tao sedang tidur, atau bahkan Chen tidak pulang karena pekerjaan yang menumpuk. Tidak ada waktu untuk jika kalian tanya tentang orang tua Tao, mereka author bunuh kehkehkeh-emh-maksudnya mereka meninggal sejak dua tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat.
Dan selama dua tahun ini Tao merasa kesepian. Memang dia punya Kyungsoo dan Baekhyun yang sudah dia anggap seperti saudara sendiri. Bukannya Tao tidak mau ditemani mereka, namun Tao tidak enak hati jika harus mengganggu kedua sahabatnya itu, pasalnya, Baekhyun adalah anak yang mengikuti banyak les musik privat, seperti les vocal dan piano. Karena menjadi penyanyi multi talenta adalah cita-citanya.
Sedangkan Kyungsoo, sebelumnya memang Kyungsoolah yang akan Tao telepon jika Tao merasa kesepian dirumah. Namun sebulan yang lalu Kyungsoo berubah menjadi tukang tidur dan jadi sulit dihubungi, tapi sekarang sudah tidak lagi. Sekarang Kyungsoo sudah insyaf, namun sekarang Kyungsoo punya Kai yang akan lebih sering menghabiskan waktu bersama, dan Tao paling tidak bisa mengganggu kesenangan temannya. #oiya? *plak*
Dan saat ini, Tao benar-benar butuh teman bicara. Tao mematikan televisinya dan merebahkan dirinya disofa yang ia duduki, "aku juga ingin memimpikan tunanganku seperti kyungsoo" bisiknya pada udara kosong sambil memejamkan matanya. Tanpa Tao sadari batu berbentuk bintang dengan warna pelangi didalam ransel Tao itu bersinar.
Tao memejamkan matanya dan terus menerus menggumamkan kalimat itu hingga akhirnya dia tertidur..
.
.
Tao terkejut mendapati dirinya sedang duduk disebuah sofa berwarna putih yang berada disebuah ruangan bernuansa putih. Dan lebih hebohnya lagi tao memakai kaos putih dan celana panjang putih.
"eh? Dimana ini?" tanya tao entah pada siapa. Tao memandangi sekeliling ruangan itu. kosong. Hanya ada dirinya dan sofa putih-oh! dan sebuah pintu putih.
"sedang apa kau disini?" terdengar suara baritone yang terdengar dingin. Tao mengalihkan pandangannya pada sumber suara dan betapa terkejutnya Tao saat mendapati seorang namja dengan pakaian serba putih duduk disamping sambil membaca buku.
"GYAA.." Tao terjatuh dari duduknya saking kagetnya. "si—si-siapa kau? Dan s-sejak kapan kau ada disitu? Bukannya tadi aku hanya sendirian?" Tanya tao heran dan masih diposisi jatuhnya. Namja itu menutup buku tebalnya dan meletakkannya dipangkuannya lalu melepas kaca mata yang dipakainya.
"seharusnya aku yang bertanya seperti itu" kata namja itu sambil menatap tao. Tao mendengus kesal mendengar perkataan namja itu. namun sedetik kemudian Tao berdecak kagum saat menyadari tampilan namja itu.
Wajah tampan bak pangeran negeri dongeng dengan rambut blonde milikya. Tatapan mata yang terlihat tajam dan mengintimidasi. Bibir pouty dengan warna pink pucat. Oh~ sungguh menawan. Tubuh tegap dengan bahu yang terlihat nyaman jika kau menyandarkan kepalamu disana, lengan yang kokoh dengan kulit putih pucatnya yang siap mengahngatkanmu dalam pelukannya itu membuat pipi Tao merona merah. Namja yang berkharisma dan mungkin mendekati sempurna apabila dia berhati lembut dan dia tidak-
"aku tahu aku tampan, jadi berhenti menatapku seperti itu" kata namja itu tadi membuat Tao menghentikan kegiatan memandangi namja itu dan langseng mengubah ekspresinya menjadi kesal.
'dia ini narsis sekali" pikir Tao sambil menatap namja didepannya dengan tatapan ' -_- '.
"apa yang kau lakukan disini anak kecil?" tanya namja sambil menatap remeh pada Tao. Tao membulatkan mata pandanya dan bangkit bardiri dari jatuhnya.
"Mwo? Aku bukan anak kecil. aku sudah kelas dua SMA. Kau tidak lihat apa aku sudah setinggi ini, eoh?" tanya Tao dengan nada kesal.
Namja itu hanya terkekeh dengan wajah menyebalkan, namun tetap terlihat tampan. "bagiku kau adalah anak kecil". Tao semakin sebal melihat namja dihadapannya lalu mendudukkan dirinya disamping namja itu.
"kau ini siapa? Kenapa kau lancang sekali datang kesini?" tanya namja itu dengan datar sambil meraih buku tebalnya yang ada dipangkuannya dan mulai kembali membaca.
"namaku Huang Zi Tao, aku tidak tahu kenapa aku ada disini jadi jangan mengatakan aku lancang!" kesal Tao.
"oh" jawab namja itu dengan matanya yang sibuk membaca buku. Tao hendak membuka mulutnya untuk menanyakan nama namja itu, tapi ia mengurungkan niatnya.
Mereka berdua duduk dalam diam diruangan putih itu, tak ada satupun yang megeluarkan suara untuk memulai pembicaraan, sampai akhirnya terdengar suara dering telepon.
"eh? Suara dari mana itu?" tanya Tao bingung. Sambil mencari-cari asal suara itu. "seertinya aku pernah dengar suara lagu ini" lanjutnya sambil mengingat-ingat.
"sepertinya itu suara ponselmu" jawab namja itu yang matanya masih berkutat pada buku itu.
"ah benar!" kata tao sambil meraba-raba saku celananya. Eh? Tidak ada saku?, pikir Tao. "dimana ponselku?" gumam Tao.
"disana" jawab namja itu sambil menunjuk sebuah pintu berwarna putih yang merupakan satu-satnya pintu yang ada disana, dan lagi-lagi tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku tebal miliknya.
"eh? Benarkah?" tanya Tao. Dan tanpa ba-bi-bu lagi Tao melangkahkan kakinya menuju pintu itu dan hendak membukanya sebelum namja yang ada disana mengatakan-
"benar, keluar dan jangan kembali lagi" ucapnya dingin. Tao berdecih kesal.
'selain narsis dia juga kejam' pikir Tao lalu segera membuka pintu itu.
.
.
.
Tao terbangun dari tidurnya saat mendengar ponselnya berbunyi. Segera diangkatnya telepon yang masuk saat melihat nama yang ada dilayar ponselnya.
"yeoboseyo" ucap Tao dengan mata yang masih mengantuk sambil mendudukkan tubuhnya.
"Tao, ini chen gege"
"ne gege, aku sudah tau. Namamu muncul dilayar ponsel saat kau telepon" jawab Tao malas.
"ah, benar. Hehe.. umh.. sepertinya gege tidak bisa pulang untuk dua bulan kedepan, karena gege harus pergi ke Macau untuk mengurus cabang perusahaan disana. Gege akan mentrasfer uang sakumu selama dua bulan, oke?Kau tidak apa-apa kan kalau sendirian dirumah? Apa kau butuh teman?" tanya Chen panjang lebar. Chen memang perhatian pada adiknya, hanya saja waktu yang membuatnya tidak bisa memberikan perhatianny apada Tao.
"aku baik-baik saja ge. Gege pergi saja. Dan masalah uang bukannya setiap bulan gege juga mentransfernya kerekeningku ya? Aku tidak butuh teman. Jadi jangan khawatir, aku baik-baik saja" kata Tao. Dan bukannya aku selalu sendirian ya dirumah? Lanjut Tao dalam hati
"mianhae~ maafkan aku Tao"lirih Chen.
"gwaenchanha. Aku tahu kau sibuk. SEMANGAT!" kata Tao penuh semangat, ia tidak ingin kakaknya itu merasa bersalah karena harus meninggalkan Tao.
"hahaha, gomawo. Kalau begitu aku pergi dulu ne. Bye~ Aku sayang padamu Tao"kata Chen dan segera memutuskan sambungan telepon.
TUT TUT TUT
"ha? Mwo? Yeoboseyo? Aish! Dimatikan" kata Tao sambil tersenyum menatap layar ponselnya. Tao tidak pernah mendengar Chen mengatakan sayang pada Tao, dan baru saja Chen mengatakannya. Tao sangat senang mendengarnya.
Tao membaringkan lagi tubuhnya dan menerawang ingatan tentang mimipinya tadi, lalu melihat kearah jam dinding. Hhh~ sudah jam empat sore ternyata, sebaiknya aku melakukan apa ya?, pikir tao.
From: Baekkie
Subject: bermain bola
Yaa! Panda, aku didepan rumahmu. Ayo main bola bersama.
Ha? Tao segera bangkit dari posisinya dan keluar rumah dan mendapati Baekhyun yang sudah berdiri didepan pintu rumahnya dengan membawa bola.
"Baekkie?" terdengar nada senang saat Tao memanggil nama Baekhyun. tentu saja itu berarti Baekhyun akan menghilangkan rasa sepinya.
"wow.. wow.. kau merindukanku ya?" tanya baekhyun jahil. Namun Tao malah tertawa senang. "ayo main bola" lanjut Baekhyun.
"baiklah, tunggu sebentar, ne" kata tao lalu berlari masuk kedalam rumahnya dan beberapa saat kemudian Tao keluar dan menutup pintu rumah lalu menguncinya.
"kkajja" ajak Tao penuh semangat sambil menarik lengan Baekhyun. baekhyun hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya itu.
.
.
.
Baekhyun dan Tao sudah sampai dilapangan bermain didekat rumah Tao. Sudah ada tiga orang yang menunggu kedatangan mereka didepan.
"Jongup, Daehyun, annyeong" sapa Tao dan Baekhyun pada tiga orang yang ada disana. Loh?
"eh? Siapa ini?" tanya Baekhyun sambil menunjuk seseorang yang berdiri diantara Daehyun dan Jongup.
"oh, ini adik sepupuku. Kenalkan, namanya Zelo, dia ikut main." Kata Daehyun.
"annyeong Baekhyun Hyung, Tao Hyung. Aku ikut main boleh ya?" kata Zelo sambil membungkuk sopan.
"tentu saja boleh, nah, kkajja kita main" kata Tao.
"eh? Mana Kyungsoo?" tanya Jongup. Baekhyun dan Tao saling berpandangan.
"dia tidak ikut, sudahlah, ayo main" kata Baekhyun.
"berarti kita hanya berlima? Bagaimana cara membagi tim-nya?" tanya Daehyun. Semua teman-temannya hanya mengangkat bahu mereka yang berarti'tidak tahu'.
"umh.. ya sudah, aku satu tim dengan Daehyun, kalian bertiga satu tim. Tiga lawan dua. Bagaimana?" tanya Jongup. Dan mereka semua mengangguk dan mulai bermain bola.
.
Tao dan kawan-kawannya bermain sepak bola dengan asyik. Berlari sambil menggiring bola, kadang-kadang mereka berteriak untuk memanggil nama teman satu tim-nya. Sudah lama sekali mereka tidak bermain bersama seperti itu. terakhir kali bermain bola bersama saat mereka saat mereka kelas dua SMP. Dan itu sudah dua tahun yang lalu. Sekarang mereka sudah SMA, kecuali Zelo. Dia berumur tiga tahun dibawah Daehyun.
Tao sangat senang sekali, walaupun hanya menjadi penjaga gawang, Tao sungguh senang bisa bermain bersama teman-teman semasa kecilnya. Akhirnya Tao tidak merasa sepi untuk hari ini. Tao tersenyum memikirkan hal itu, dan-,uh oh! Tao! fokus! Awas Tao!. Aish! aku lupa, aku Cuma author, mana dia denger. -_-
"TAO AWAS!" Teriak Jongup. Namun-
BUGH.
"ugh!" Tao menutupi wajahnya yang baru saja terhantam bola tendangan dari Jongup. Matanya berkunang-kunang dan kepalanya terasa temannya berlari menghampiri Tao untuk melihat keadaan Tao.
"Tao, gwaenchanha?" tanya Jongup panik. Bagaimana pun juga, dia yang menendang bola, dia merasa bersalah.
Tao membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Teman-temannya terkejut saat melihat tulang hidung Tao terluka dan mengeluarkan darah.
"aku tidak apa-apa, hehehe" jawab Tao sambil tersenyum, namun, tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
.
.
.
Tao membuka matanya dan merasakan kepalanya pening sekali. Tao berusaha duduk, dan betapa terkejutnya Tao saat menyadari dia sedang berada disebuah ruangan serba putih itu lagi. Dan dia ada diatas tempat tidur yang besar yang juga bernuansa putih.
"aku sudah bilang jangan kembali lagi kan? apa kau tidak mengerti ucapanku?" tao terlonjak saat menyadari seorang namja sedang duduk dikursi desamping tempat tidur itu. namja itu lagi, pikir Tao.
"bukan aku yang ingin kembali. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa kembali kesini" jawab Tao kesal sambil melipat kedua tangannya didepan dada dan membuang muka.
"lalu itu kenapa?" tanya namja itu.
"apa?!" tanya Tao dengan nada dingin saat harus kembali melihat namja menyebalkan itu.
"iniii" kata namja itu gemas sambil menekan hidung Tao yang luka dan berdarah.
"akh! Appo!" Tao meringis kesakitan. Tao tidak ingat alasan kenapa ia bisa tiba-tiba hidungnya bisa sakit.
"coba kulihat" kata namja itu sambil menghadapkan wajah Tao kearahnya dan memeriksa hidung Tao. "wah, untung tulang hidungmu tidak patah. Ini harus cepat diobati" kata namja itu lalu mengambil sesuatu di laci meja nakas disamping tempat tidur. Sebuah kotak berwarna putih.
Ternyata itu kotak obat, dan namja tampan itu mulai mengobati luka dihidung Tao dengan obat luka yang ada dikotak itu. Tao hanya diam saja dan terus memperhatikan wajah namja itu dari dekat. Tampan, pikir Tao.
Namja itu mengeluarkan sebuah plester luka bergambar panda dari kotak obat itu, dan Tao merasa familiar dengan plester itu.
"aku tahu aku tampan dan aku sudah memberitahumu tentang itu. jadi jangan tatap aku seperti itu" ucap namja itu datar seraya menempelkan plester bergambar panda itu dihidung Tao dengan hati-hati.
"gomawo" kata tao, namja itu tidak menjawab. "Kau-" lanjutnya namun namja itu mendahului Tao.
"Kris, panggil aku Kris" kata namja itu sambil merapikan kembali obat luka itu pada tempatnya semula. Tao tersenyum senang, memang itu yang ingin ia tanyakan.
"dan namaku-" lagi-lagi namaj bernama Kris itu mendahuluinya.
"Tao, kau sudah pernah mengatakannya"
"ah, benar, kenapa aku bisa lupa. hahahaha" Tao mentertawakan dirinya sendiri. Namun Kris hanya diam dan menatap Tao dengan poker face-nya. "kenapa? kau tidak pernah mentertawai dirimu sendiri, eoh?" kata tao saat menyadari tatapan Kris.
"konyol sekali" timpal Kris sambil memasang senyum meremehkan.
'selain nasrsis dan kejam, ternyata dia juga nggak asyik!' pikir Tao.
"nah, kau kan sudah kuobati, sekarang pergilah, dan jangan kembali lagi. Merepotkan saja." ucap Kris dengan nada datar, namun hal itu membuat emosi Tao naik sampai keubun-ubun. Siapa juga yang minda dia mengobati lukanya?!
"baiklah, aku tidak akan kembali lagi!" kata Tao dingin lalu beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu putih itu lagi. "Terima kasih telah mengobati lukaku. Annyeong!" kata Tao sebelum membuka pintu kemana saja *plakk* maksudnya- pintu putih itu dengan kasar.
.
.
TBC
Maaf ya kalau jelek T^T.
Dan sekali lagi, gomawo buat yang udah ngereview, saranghaeyo 33 ^^
Mind to RnR?
