Disclaimer : Naruto punya'e Masashi, Cuma ceritanya punya saya.
Summary : Cinta… Semua orang di Konoha mulai terkena wabah cinta…
By : Filladelfia
Musim Cinta Di Konoha
"Huuahhmmmm!" terlihat seorang cewek menguap karena mengantuk. Beberapa kali dia melakukannya. Hmm, sepanjang orang lain tak tahu. Dia terus saja membalik-balik kertas yang bertumpuk di mejanya dan terus mengisinya dengan catatan-catatan penting. Sepi. Dia melihat sekeliling. Ruangan ini sepi. Memang, hanya berukuran 6x5 meter. Terisi sebuah meja, sebuah almari, beserta sofa dan sebuah meja lagi. Dia melihat sekeliling. Dia kemudian mulai meminum kopi yang sudah disediakannya. Gadis cantik berambut pink ini kemudian mengusap-usap matanya. Uh, suasana malam yang sepi, ruangan yang terletak di salah satu bagian di Kantor Konoha memang sudah sepi, cewek yang merupakan ninja medis itu kini kembali melanjutkan aktivitasnya, menulis laporan untuk Tsunade keesokan harinya. Beberapa lembar lagi, selesai.
***
Di tempat lain, terlihat seorang cowok berambut pirang bermata biru cerah sedang asyik memakan mie ramen kegemarannya. Di sampingnya terlihat seorang laki-laki berambut ayam sedang makan mie ramen juga.
"Sasuke, Sakura sudah selesai belum yah? Kayaknya banyak banget tugasnya, kasihan dia, harus pulang malam!" kata cowok berambut pirang kepada Sasuke, laki-laki disebelahnya, sambil mulutnya terus mengunyah mie.
"Hn," jawab Sasuke sambil terus memakan mienya tanpa menoleh sama sekali pada Naruto.
"Hm, payah kau! Tak peduli sama teman!" kata Naruto sambil mendelik ke arah Sasuke. Sasuke, masih seperti dulu. Meskipun dulu ia dan sahabat terbaiknya itu berpisah, toh, sekarang Sasuke kembali lagi ke Konoha. Sasuke yang diejek seperti itu Cuma diam saja. Dia mah gak terlalu menggubris yang begituan.
"Akhirnya…!" kata Sakura, cewek bermata emerald yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Dia kemudian mengumpulkan semua kertas-kertas dan merapikannya dalam map. Di sambarnya jaketnya yang berwarna pink, dia segera menuruni tangga. Dia ingin sampai ke rumah dengan cepat, dia ingin segera tidur. Tubuhnya sudah capek. Hawa dingin menyergapnya kala itu, walaupun mengenakan jaket, tubuhnya masih kedinginan. Dia terus berjalan sambil menahan dingin, dia memang ninja, dia bisa saja melompat di antara rumah-rumah untuk mempercepatnya sampai ke rumah, tapi ia pilih jalan saja, ia sudah terlalu capek.
Tes…tes…Sakura mendongak. Gerimis. Dia sedikit mempercepat langkahnya, berharap segera sampai ke rumah sebelum dia basah.
"Sakura!" kata Naruto yang kala itu melihat Sakura sedang berjalan tergesa-gesa. Sakura yang merasa dipanggil segera menyusul Naruto yang masih berada di Ichiraku Ramen. Sesampainya di sana, hujan langsung turun dengan derasnya. Sakura menghela nafas panjang.
"Bagus," katanya dengan ekspresi malas, pakaiannya sedikit basah.
"Sudahlah, Sakura, kamu berteduh disini saja. Toh, Naruto dan Sasuke ada disini juga!" kata Teuchi, pemilik toko ramen itu sambil tersenyum ke arah Sakura.
"Iya, paman!" kata Sakura sambil mengambil duduk di sebelah Sasuke yang kala itu masih belum menghabiskan mienya. Sakura kemudian memesan mienya ditambah secangkir teh panas.
"Sasuke sama Naruto kok bisa disini?" kata Sakura sambil memperhatikan Sasuke yang masih asyik dengan mienya.
"Emmm, kami baru selesai menjalankan misi dari nenek Tsunade, Sakura!" kata Naruto sambil terus mengunyah mienya.
"Ohh..!" kata Sakura mulai memakan mienya.
Sudah satu jam mereka menghabiskan malamnya di toko itu, hujan masih belum berhenti. Kira-kira pukul 1 dini hari. Ichiraku Ramen sudah tutup semenjak tadi. Naruto yang sudah mengantuk tak bisa mengendalikannya. Jujur saja, ngantuk, malam, hujan, bila digabungkan, hasilnya tidur nyenyak. Tak ada yang menolak. Dia bersandar pada meja. Sedangkan Sasuke dan Sakura masih membuka mata mereka.
"Sasuke, kamu gak ngantuk?" kata Sakura membuka percakapan.
"Gak," katanya sambil mengawasi Naruto. Sakura menatap Sasuke dengan pandangan mengantuk. Sasuke…dia merasa kangen dengan sosok itu sekarang. Jujur saja, dia sudah tak bertemu dengan Sasuke seminggu lamanya. Itu sudah membuatnya kangen setengah mati. Rasanya seperti 3 tahun saja, ketika ia masih menunggunya dulu. Sakura tersenyum. Kalau saja, kalau saja, sekarang Sasuke sudah menjadi miliknya. Kalau saja…ia akan langsung memeluk Sasuke saat ini, merasakan kehangatan yang sudah dirindukannya selama bertahun-tahun. Dia terua memperhatikan Sasuke. Perasaan kangennya berubah menjadi sedih. Entah mengapa dia meneteskan air mata. Kenapa…kenapa dia tak bisa memilikinya sampai sekarang? Sasuke, bukankah dia sudah melupakan semua masa lalunya yang kelam? Bukankah seharusnya dia membuka hatinya pada Sakura?
"Kenapa menangis?" kata Sasuke sambil memperhatikan Sakura. Sakura merasa terkejut sekali waktu itu. Dia segera mengusap air matanya.
"Ah, tidak apa-apa!" katanya sambil mencoba tersenyum. Sasuke…
"Jaketmu basah. Nanti kedinginan. Mau pake punyaku?" kata Sasuke menawari ketika melihat jaket Sakura yang emang sedikit basah. Sakura menunduk melihat jaketnya yang sedikit basah. Ia mengangguk pada Sasuke yang langsung melepas jaketnya dan memberikannya pada Sakura.
"Makasih ya," kata Sakura sambil tersenyum. Sasuke Cuma diam saja.
"Sasuke…" kata Sakura membuka pembicaraan.
"Hn," jawabnya seperti biasa.
"Emm… Sasuke, bukankah Sasuke sekarang sudah berubah. Maksudku, kenapa Sasuke mmmm tidak tertarik kepada seorang wanita seperti kebanyakan laki-laki? Padahal banyak sekali wanita yang tergila-gila dengan Sasuke," kata Sakura kepada Sasuke. Sasuke Cuma diam saja. Seperti tak mendengar apa yang dikatakan Sakura.
"Hei…Sasuke…!" kata Sakura untuk memastikan Sasuke apakah mendengarnya.
"Aku tak peduli," katanya dingin. Sedingin angin malam yang berhembus saat ini.
"Ke..kenapa?" Tanya Sakura tak percaya.
"Apa itu yang paling penting?" katanya kepada Sakura. Masih dengan gaya bicaranya yang dingin.
"Ah… sebenarnya… Tapi, kau kan tahu, chuunin diwajibkan untuk menikah," kata Sakura sambil memandang Sasuke.
"Lalu?"
"Ha? Ya lalu, apa kau sudah berfikir siapa yang akan kau jadikan istri?" kata Sakura deg-degan.
"Aku tidak tahu," Sasuke menjawab sambil berdiri. "Ayo, pulang! Hujan sudah reda!" katanya sambil menggendong Naruto. Sakura cuma melihat sosok itu dan mengangguk. Dan mereka bertiga pun pulang.
***
"Jadi begitu, Ino" kata Sakura kepada sahabatnya di toko bunga Yamanaka. Ino cuma manggut-manggut. dia masih membereskan bunga-bunganya.
"Hei, Ino jahat nih. Dengar gak sih?" kata Sakura sambil cemberut.
"Iya, aku dengar. Hmm.. aku sih biasa aja. Dia kan Sasuke. Wajar lah,"
"Ih, masa cuman segitu jawabnya. Ino gak asyik ah!" Sakura semakin menunjukkan bibirnya yang manyun. Ino tersenyum. Cewek cantik itu kemudian berkata dengan bijak, "Lagian, kenapa sih, kamu selalu mengejar Sasuke? Gak ada cowok laen apa?"
"Gak. Habis aku udah cinta mati sama dia, Ino. Kalau aku menyerah, untuk apa aku menunggunya selama ini," kata Sakura sedih. Ino mengelus rambut Sakura.
"Ya udah, berusaha saja," katanya tersenyum.
"Ino sendiri nanti mau menikah sama siapa? Jangan sama Sasuke ya?" kata Sakura curiga.
"Ya gak lah, Sasuke buat kamu aja. Dia terlalu dingin. Mendingan aku sama Sai saja," Ino berkata sambil blushing.
"Hah? Orang macam itu?"
"Hehhh, memangnya kenapa? Kamu juga kan, Sasuke, orang sedingin itu?"
Mereka berdua sama-sama diam.
"Ya udah. Kita sama-sama berusaha saja yah," Ino membuka kembali percakapan. Sakura mengangguk senang kemudian memutuskan untuk pulang.
***
Hinata baru saja menyelesaikan misi dari hokage. Ia berjalan pulang ke rumahnya ditemani Kiba dan Akamaru. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terdapat Naruto yang asyik makan ramen bersama Sakura di sampingnya. Hinata blushing.
"Hinata, kenapa berhenti?" Tanya Kiba perhatian. Hinata tak menjawab, ia masih sibuk memperhatikan sosok periang yang dia lihat. Kiba mendekati Hinata sambil mengurutkan pandangan Hinata. Tertuju pada satu arah. Naruto. Kiba tersenyum.
"Awas, ada Naruto!" katanya menggoda. Hinata yang mendengar gelagapan. Dia langsung blushing berat dan berniat sembunyi. Kiba cuma tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Hahaha…Dasar Hinata," katanya sambil tersenyum.
"A…a..Ki…Kiba…!" kata Hinata malu sekali. Kiba segera menggandeng tangan Hinata berniat mengantarkannya ke tempat Naruto.
"Sakura, habis ini mau tidak kencan denganku?" Tanya Naruto kepada Sakura. Sakura menoleh.
"Hah?? Gak mau!"
"Kenapa, Sakura?"
"Gak mau sama kamu, kalau sama Sasuke, aku jelas mau!"
"Ah, Sakura…jahat," Naruto berkata cemberut tapi tak berhenti mengunyah ramen.
"Naruto, dicari nih?" kata Kiba menggandeng tangan Hinata erat. Naruto segera menoleh dan mendapati Hinata yang mukanya memerah.
"Eh, Hinata. Ada apa?" kata Naruto memperhatikan gadis pemalu itu.
"A…aaaa…tidak kok Naruto, Kiba hanya bercanda,"
Naruto hanya menatap Kiba curiga. Kiba tersenyum jahil dan meninggalkan mereka setelah memberikan kode kepada Sakura untuk membiarkan Naruto dan Hinata berdua saja.
"Hinata, makan sekalian ya?" tawar Naruto sambil memesankan ramen untuk Hinata tanpa minta persetujuannya. Hinata menurut sambil blushing berat. Sakura tersenyum. Kemudian Sakura berdiri.
"Naruto, aku kenyang nih! aku tinggal ya? Kamu baik-baik sama Hinata!" kata Sakura berlalu. Naruto mengangguk masih dengan mulut penuh mie. Hinata yang berada di sebelahnya tidak bisa konsentrasi. Emm… dia merasa gugup sedekat ini dengan Naruto.
"Kenapa tidak dimakan, Hinata?" Naruto mulai membuka percakapan ketika melihat Hinata hanya memegang sumpit tanpa mencoba makan mie yang jelas-jelas menurut Naruto enak itu. Hinata terkejut kemudian mengangguk malu-malu. Perlahan-lahan ia mulai makan mienya itu.
"Hinata tidak suka?" kata Naruto curiga. Hinata menggeleng cepat.
"Eh… emmm… suka kok Naruto, suka!" katanya sambil mengangguk.
"Tenang, Hinata. Nanti aku yang traktir kok!" kata Naruto sambil tersenyum kepada Hinata.
"Te…Terimakasih, Naruto!" kata Hinata blushing sambil menatap Naruto. Ugh…
***
Tenten menyeka keringatnya yang berjatuhan. Uh, capeknya… dia bersandar di bawah pohon.
"Lee… istirahat dulu…!" teriaknya kepada Rock Lee yang masih berlatih bersama Guy.
"He… Tenten, Neji, kalian ini bagaimana sih? Mana semangat kalian? Kalian kan masih muda? Hoi!" Rock Lee berteriak sambil tetap berlatih bersama gurunya tersayang. Tenten cuma menjulurkan lidahnya.
"Dasar. Begitulah orang yang tidak normal. Dia sama sekali tidak punya rasa capek!" katanya heran.
"Ya," Neji menimpali. Mereka berdua makan di bawah pohon yang sama, menghindari teriknya matahari.
***
Sakura sedang berjalan ketika tiba-tiba dia melihat Sasuke sedang sendirian duduk di sungai. Sungai itu adalah tempatnya waktu kecil berlatih Katon dengan ayahnya. Sakura memincingkan matanya, mengurangi sinar yang terlalu banyak masuk ke matanya. Sasuke? Untuk apa dia datang ke tempat ini? Sendiran lagi? Pikir Sakura. Ia kemudian turun dan mendekati Sasuke, duduk di sebelahnya.
"Sasuke, ada apa kemari?" katanya sambil tersenyum kepada sahabat atau orang yang dicintainya itu. Sasuke memandangnya sebentar kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke sungai yang berair jernih itu.
"Mengingat masa lalu," mata hitamnya menerawang jauh. Sakura menatap sayu. Keduanya diam. Mereka sama-sama tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
***
"Ini, paman!" Naruto menyerahkan sejumlah uang kepada Teuchi yang menerimanya dengan senang hati. Naruto menoleh kepada Hinata.
"Hinata, ayo kuantar pulang!" Naruto menawari. Sebelum Hinata menjawab, Naruto sudah menarik tangan Hinata dan membawanya keluar dari Ichiraku Ramen. Hinata yang tadinya berhasil mengatasi rasa malunya kepada Naruto, kini lagi-lagi harus mengulang lagi usahanya. Dia benar-benar malu sekali, serasa ingin pingsan melihat Naruto menggandengnya seperti ini. Mereka berdua berjalan menyusuri desa sambil berbincang-bincang. Banyak yang mereka bicarakan, meskipun Hinata menjawab dengan malu-malu. Mereka masih saja bergandengan tangan. Entah, Naruto sepertinya kelupaan melepaskan tangannya, sehingga membuat Hinata wajahnya berwarna seperti udang rebus.
"Nah, sudah sampai…" Naruto berkata kepada Hinata. Hinata mengangguk pelan.
"Hm… Kenapa masih di sini?" Naruto bertanya keheranan melihat Hinata tidak beranjak dari sampingnya. Hinata ingin sekali mengatakan kalau Naruto masih menggandeng tangannya. Tapi… dia malu sekali mengatakannya.
"Hoi, apa yang kau lakukan dengan Hinata disana?" tiba-tiba Hiashi muncul menghampiri Naruto. Naruto terkejut setengah mati.
"Ah…a..anu paman, aku cuma mengantar Hinata," katanya ketakutan.
"Mengantar? Alasan! Ngapain pake pegangan tangan segala? Emang Hinata gak bisa liat jalan apa?" kata Hiashi melotot kepada Naruto, kemudian pandangannya beralih ke tangan Naruto dan Hinata, kemudian pandangannya beralih kepada Hinata.
"Hinata, kenapa mau diantar oleh anak ini?" katanya pada Hinata. Hinata cuma menunduk dan berkata,"Ma..maaf,"
Naruto melepas pegangan tangannya dan berlari sambil berteriak, "Paman…Maaf ya??? Hinata, maaf juga…!" dia kemudian menghilang dari pandangan Hinata dan ayahnya yang kemudian masuk ke dalam rumah. Naruto berlari menyusuri desa.
"Uh, galak bener tuh orang!" katanya sambil mengingat-ingat wajah Hiashi. Dia kemudian mulai datang ke Ichiraku Ramen lagi.
***
"Huh, sudah sore! Neji, ayo pulang!" sahut Tenten sambil membereskan perlengkapannya. Neji hanya mengangguk dan mulai membereskan perlengkapannya.
"Hoi, Lee… Aku dan Neji mau pulang dulu! Kamu pulang jam berapa?" kata Tenten sambil memperhatikan Lee yang masih saja berlatih dengan Maito Guy.
"Kalian berdua pulang dulu saja, aku masih berlatih bersama guru!" Lee menjawab dengan mengacungkan jempolnya. Tenten mengangguk kemudian bersama-sama Neji berjalan pulang menyusuri desa. Mereka mengobrol sambil berjalan melewati jalan-jalan desa yang dipenuhi orang-orang berlalu lalang. Sinar matahari yang keemasan memang terlalu sayang untuk dilewatkan.
"Neji, menurutmu bagaimana mengenai perintah Hokage untuk mewajibkan chuunin menikah itu?" kata Tenten menatap Neji.
"Aku tidak tahu," jawab Neji masih memperhatikan jalanan di depannya. Tenten menempelkan jari telunjuk di bibirnya dan mulai berpikir.
"Hmm… Neji memangnya mau menikah dengan siapa nanti?" katanya tetap menatap Neji. Neji menatap Tenten. Mereka berhenti berjalan. Tenten menjadi bingung kemudian berkata,"Kenapa berhenti Neji? Apa ada yang salah dengan pertanyaanku? E… aku cuma bertanya dengan siapa Neji akan menikah nanti?"
"Mungkin dengan seseorang," kata Neji. Tenten menghela nafas panjang. Orang ini…! Mereka melanjutkan perjalanan.
"Sudah Sampai," Neji berkata. Tenten berhenti. Hmm… memang sudah sampai di depan rumahnya. Tenten mengangguk. "Terimakasih Neji," katanya kemudian memasuki pagar rumahnya. Neji mengangguk kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya. Tenten memasuki rumahnya kemudian setelah mandi, dia merebahkan dirinya di atas tempat tidur.
"Hmmm… memangnya dengan siapa Neji akan menikah ya? Seseorang? Huh… anak itu selalu saja begitu. Misterius. Yaiyalah tentu dia akan menikah dengan orang, bukannya kerbau! Tapi… siapa?" katanya penasaran. Uhh, Tenten berhenti memikirkan Neji donk!!! Tenten menghela nafasnya kemudian ia menjangkau foto team yang dipajang di kamarnya. Hmm… Neji…orang itu selalu saja misterius.
***
Sakura masih saja berfikir tentang Sasuke, tentang semua yang telah mereka alami. Dan pertanyaan yang selalu membingungkannya. Sebenarnya dengan siapa Sasuke akan menikah? Sampai-sampai dia melupakan kalau dia sedang berada dengan Sasuke. Sebuah suara mengagetkannya.
"Sudah sore, ayo pulang!" kata-kata itu mengejutkan Sakura. Sasuke beranjak berdiri dari duduknya. Sakura menoleh, memandang sosok itu kemudian beranjak berdiri, mengikuti Sasuke yang sudah berjalan pelan di depan. Sakura memandang sosok itu dari belakang. Haruskah terus seperti ini? Aku sudah terlalu mencintainya dan tak ingin kehilangan dia…Sasuke, tolong pahami perasaanku…
"Kenapa?" Sasuke berbalik karena Sakura berhenti melangkah. Sakura mengangkat kepalanya perlahan, memandang mata onyx milik Sasuke. Sakura kembali menggeleng. Apa yang terjadi denganku? Sejak kapan aku jadi pendiam di hadapannya seperti ini? Sejak kapan aku menjadi kaku di depannya? Sejak kapan? Sakura berlari menyamai langkah Sasuke. Mereka berjalan berdua. Sepanjang perjalanan hanya diam.
"Sudah sampai," Sasuke berkata sambil memandang rumah Sakura dengan tangan ada di dalam saku. Sakura memperhatikan rumahnya. Kemudian menoleh kepada Sasuke.
"Terimakasih, Sasuke," Sakura menatap sahabatnya itu tersenyum. Sasuke hanya mengangguk. Sakura melangkah ke depan pintu. Sasuke masih tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Ia masih mengamati Sakura. Karena merasa Sasuke masih ada di tempatnya, Sakura berniat mempersilakan Sasuke mampir sebentar. Sakura menoleh, hmm… kosong. Sepertinya tadi… sakura menarik nafas kemudian kembali berbalik dan memasuki rumahnya.
***
Filladelfia : masih, kurang jelas… oh, aku lupa masukkin Ino dan Temari-nya. Chap depan kali ya… selama ini selalu membuat SasuSaku, oleh sebab itu aku mencoba menjadi adil(halah!) dengan membuat semua pairing. Mengenai chuunin diwajibkan menikah, aku pernah membaca di salah satu sumber. Cuma lupa…
