Title : Fall for you
Cast : Kim Mingyu, Jeon Wonwoo, and others
Pairing : Meanie
Rate : T
Genre : Romance
Length : Two Shot
Warning! : OOC. YAOI. TYPO!
Sumarry : Hidup Mingyu dipenuhi penyesalan, ia seorang dokter namun tidak bisa menyelamatkan kekasihnya sendiri. Sejak saat itu ia menutup diri sampai seorang pasien bernama Jeon Wonwoo mulai memasuki kehidupannya dan merubah semuanya.
.
.
.
.
Tok..tok..
"Kim uisa?"
Mingyu menoleh ke arah kanannya dimana perawat Yoon baru saja memanggilnya.
"Pasien VVIP kamar 1213 sudah sadar. Tekanan darahnya normal dan tidak ada tanda-tanda ketidakcocokan ginjal."
Mingyu mengangguk. "Aku akan mengeceknya." Mingyu berdiri dari duduknya bersiap keluar.
"Tunggu Mingyu."
Mingyu mencengkram gagang pintu yang ia pegang. Jika Jeonghan sudah memanggilnya seperti itu di rumah sakit berarti ada hal pribadi yang akan dibicarakan lelaki itu.
"Apa nanti kau akan pergi?"
"Tentu saja hyung. Hari ini tepat 3 tahun setelah ia pergi."
"Min-"
"Aku akan pulang cepat hari ini hyung. Kau bisa menyusul bersama Seungcheol hyung nanti. Aku... butuh waktu berdua dengannya."
"Arraso."
.
.
.
Mingyu berjalan pelan. Kaki dan otaknya masih mengingat dengan jelas ke mana arah yang akan dituju. Tak lama kemudian ia berhenti di depan gundukan lalu berjongkok dan menaruh bunga di gundukan itu.
"Sudah lama ya, Jihoonie."
Mingyu mencabut rumput-rumput liar dan kering, membersihkan makam itu dengan telaten. "Jihoon kau pasti sudah bahagia disana kan? Sepertinya hanya aku yang menderita disini." Mingyu tersenyum pahit. "Kau tahu? Aku baru saja naik pangkat. Hebat bukan? Seungcheol dan Jeonghan hyung juga sebentar lagi akan menikah. Bukankah mereka jahat melangkahi kita? Memang sih mereka lebih tua dari kita tapi ini tidak adil. Kita bahkan sudah berpacaran sejak senior high school dan mereka... mereka." Mingyu buru-buru menghapus air matanya yang jatuh. "Aku benar-benar merindukanmu sampai rasanya mau mati." Kali ini Mingyu tidak menghapus air matanya karena mau berapakalipun dihapus, air matanya tidak akan berhenti. "Tapi tidak apa-apa Jihoon-ah, setidaknya kau tidak perlu merasakan sakit lagi." Mingyu memandang langit yang tiba-tiba berubah mendung. "Kau lihat Jihoon-ah? Langit bahkan sebentar lagi juga akan menangis bersamaku. Aku minta maaf, bahkan di saat-saat terakhirmu aku bahkan sedang berada di ruang operasi dan tidak bisa menemanimu. Kau boleh meminta pada Tuhan untuk menghukumku. Aku bahkan kagum pada diriku sendiri yang bisa bertahan selama 3 tahun tanpamu. Tanpa nafasku, tanpa jiwaku." Mingyu tertawa. "Sepertinya bicaraku sudah sangat melantur. Seungcheol dan Jeonghan hyung akan datang dan aku sedang tidak dalam mood yang baik untuk bertemu mereka jadi.. aku pergi dulu dan aku selalu mencintaimu Jihoon-ah, selalu."
.
.
.
"Bagaimana keadaanmu Soonyoung-ssi? Apa kau merasa ada bagian yang sakit? Mual atau ingin muntah?" Tanya Mingyu.
Soonyoung tersenyum. "Aku hanya merasa mual sedikit tapi tidak ingin muntah."
Mingyu mengangguk. "Syukurlah ginjal pendonormu sangat coxok untukmu jadi tidak ada gangguan apa-apa. Beberapa hari dari sekarang kau sudah diperbolehkan pulang juka keadaanmu semakin membaik."
"Terima kasih dokter, aku-"
Cklek~
"Soonyoung-aahhh."
Ucapaan Soonyoung terhenti ketika seorang namja lumayan tinggj memasuki ruangan itu dengan terburu-buru bersamaan dengan teriakan suara beratnya yang mengganggu.
"Astaga, apa kau tidak apa-apa? Bagaimana mungkin kau tidak memberitahuku kalau kau punya penyakir ginjal? Aku sahabatmu bukan sih?" Tanya Wonwoo yang langsung memeluk Soonyoung dan dibalas rintihan kecil.
"Mohon maaf tapi pelukanmu sepertinya mengenai jahitannya yang belum terlalu kering."
Wonwoo menoleh ke arah datangnya suara. "Ah annyeong haseo, kau pasti dokter yang menangani sahabatku bukan? Bagaimana keadaannya? Kapan ia akan pulang? Apa jahitannya akan berbekas? Astaga itu akan menjadi sangat seksi."
Mingyu berdeham canggung. Sedikit meneliti penampilan seseorang di depannya. Kulitnya putih, wajahnya sedikit emo, matanya sipit, hidungnya mancung, dan sangat berisik.
"Ia baik-baik saja. Kalau ada apa-apa kau bisa memanggil perawat dengan menekan tombol ini. Saya permisi." Mingyu lalu meninggalkan kamar itu.
Wonwoo dan Soonyoung saling berpandangan. "Dia yang kau bilang?" Tanya Wonwoo.
Soonyoung mengangguk. "Eoh. Sangat tampan dan seksi bukan?"
Wonwoo menganggukan kepalanya setuju. "Benar-benar tipeku."
Soonyoung mendecih lalu menjitak kepala Wonwoo.
"Ya! Kalau ku adukan pada Seokmin kau menyebut namja lain tampan, mati kau!" Ancam Wonwoo.
.
.
.
Keesokan harinya Mingyu melakukan kunjungan lagi ke kamar rawat Soonyoung dan ia dikejutkan dengan sosok yang kemarin ia temui, namun Mingyu tidak mempedulikan keberadaannya.
"Selamat pag Soonyoung-ssi. Bagaimana kabarmu hari ini?"
Soonyoung tersenyum. "Sudah membaik."
Mingyu mengangguk lalu memasang stetoskop miliknya dan memeriksa Soonyoung. "Kau belum diperbolehkan memakan makanan selain dari rumah sakit." Ucap Mingyu sambil emnatap kantong berisi makanan.
"Itu punya Wonwoo." Jawab Soonyoung yang dibalas anggukan Mingyu sementara Mingyu tahu kalau Soonyoung berbohong padanya.
"Baiklah aku permisi. Banyaklah minum air putih oke." Mingyu mengingatkan lalu segera keluar dari ruangan.
.
.
Mingyu memijat keningnya sebentar. Semalam ia kurang tidur karena harus mengoperasi seorang pasien tengah malam.
"Kim uisa!"
Mingyu berhenti saat ia merasa seseorang memanggilnya. Mingyu mengerutkan keningnya melihat siapa orang itu.
"Kim uisa!" Wonwoo mengambil nafasnya banyak-banyak setelah mengejar Mingyu.
"Ada apa.. eum?" Mingyu sedikit lupa nama namja di depannya ini. Wonhu? Wonjoo?
"Ah, kita belum berkenalan secara resmi. Namaku Jeon Wonwoo." Ucap Wonwoo sambil menunduk.
"Kim Mingyu." Mingyu membalas singkat. "Ada apa Wonwoo-ssi?"
"Aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu karena sudah menyelamatkan Soonyoung. Dia adalah sahabatku."
Mingyu tersenyum singkat. "Bukan aku yang menyelamatkan Soonyoung-ssi tapi yang menyelamatkannya adalah Tuhan dan si pendonor ginjal, lagipula sudah tugasku menjadi dokter."
"Tapi tetap saja rasanya aku ingin berterima kasih padamu. Oh ya, kau ini dokter ahli bedah bukan?" Tanya Wonwoo yang dibalas anggukan Mingyu. "Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu mengenai masalah jantung?"
Mingyu tidak menjawab. Memberiakan waktu untuk Wonwoo kembali berbicara.
"Rasanya jantungku sering berdebar-debar tidak jelas, debarannya sangat cepat. Aapa aku terkena penyakit jantung? Apa aku akan mati?"
Mingyu menatap Wonwoo bingung. "Mungkin kau bisa melakukan X-Ray terlebih dahulu. Kau mungkin saja hanya kelelahan, cobalah untuk banyak beristirahat."
Wonwoo mengambil tangan Mingyu dan membawanya untuk memegang dada kirinya. "Kau merasakannya kan? Jantungku berdebar dengan sangat cepat saat sedang bersamamu."
DEG!
Mingyu menatap Wonwoo terkejut. "Apa maksudmu Wonwoo-ssi?"
"Apa mungkin aku menyukaimu?" Tanya Wonwoo blak-blakan. "Apa kau percaya dengan cinta pada pandangan pertama?"
Mingyu segera menarik tangannya cepat. "Maaf Wonwoo-ssi, tapi aku masih banyak pekerjaan, jadi aku harus pergi dulu." Mingyu membungkuk sedikit lalu langsung pergi menjauhi Wonwoo tapi Wonwoo tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Wonwoo langsung menahan tangan Mingyu.
"Boleh aku minta nomer ponselmu? Siapa tahu kau butuh teman untuk mengobrol atau minum, aku bisa jadi temanmu." Pinta Wonwoo dengan mata memelas.
"Mwo?"
Wonwoo menyodorkan ponselnya kehadapan Mingyu. "Nomer ponselmu."
Mingyu memandang posel Wonwoo bingung tapi tangannya lalu mengambil ponsel itu dan mengetikan nomer teleponnya.
"Terima kasih Mingyu-ssi, aku akan meneleponmu nanti. Bye! Selamat bekerja!" Wonwoo melambaikan tangannya lalu berjalan menjauhi Mingyu.
Mingyu menatap kepergian Wonwoo dengan raut yang tidak bisa dibaca. "Dia itu apa-apaan?" Tanya Mingyu dan tanpa sadar ia tersenyum.
.
.
From : Unknown
Hey, apa kau sudah makan?
.
Mingyu menatap ponselnya bingung. Siapa orang yang mengiriminya pesan? Mingyu lalu memilih untuk mengabaikannya.
.
From : Unknown
Ini aku Wonwoo, jangan coba-coba untuk mengabaikanku.
.
Ponsel Mingyu kembali berbunyi, awalnya Mingyu sedikit malas untuk membalas tapi entah kenapa ada dorongan tersendiri untuknya membalas.
.
To : Unknown
Belum
.
From : Unknown
Apa kau mau aku membawakan makanan untukmu? Aku akan membuatkan makanan yang sehat.
.
To : Unknown
Tidak perlu repot-repot.
.
From : Unknown
Aniya, tidak repot sama sekali. Tunggu aku! Aku akan sampai dalam waktu satu jam.
.
Mingyu menghela nafasnya tapi ia tidak bisa memungkiri bahwa ada desiran halus yang hinggap dihatinya. Tidak mau memikirkannya lebih lanjut, ia lalu kembali fokus pada pekerjaannya tanpa menyadari waktu satu jam sudah berlalu.
Tok Tok..
Mingyu menoleh ke arah pintu dan ia mendapati Wonwoo berdiri di sana. Dengan senyuman manis khasnya dan dengan tangan yang dipenuhi rantang.
"Selamat malam Kim uisa." Wonwoo menyapa ramah lalu tanpa disuruh ia masuk ke ruangan Mingyu dan duduk di depan Mingyu.
"Aku sudah menyuruhmu untuk tidak repot-repot."
Wonwoo menggeleng. "Ini sama sekali tidak merepotkan. Aku juga membawa beberapa untuk Soonyoung." Ucap Wonwoo sambil membereskan makanan di depan Mingyu. Ada Kimchi, samgyetang, dan beraneka ragam buah-buahan.
"Makanlah, kau pasti lapar karena seharian bekerja bukan." Ucap Wonwoo sambil menyodorkan alat makan pada Mingyu.
Mingyu memandang masakan Wonwoo, entah kenapa ia merasa tersentuh.
"Kenapa tidak dimakan? Apa kau tidak suka samgyetang? Aih bodohnya aku, seharusnya aku bertanya dulu padamu apa kau suka samgyetang atau tidak. Aduh bagaimana ini?" Tanya Wonwoo panik.
"Wae?"
Wonwoo memandang Mingyu bingung.
"Kenapa kau melakukan hal ini padaku?"
"Maksudmu?"
"Kita baru saja berkenalan tadi dan kita bahkan tidak dekat. Jadi untuk apa kau melakukan semua ini?"
"Karena aku menyukaimu."
DEG!
"Geurae. Kau mungkin tidak percaya dan menganggap omonganku hanyalah sebuah omong kosong belaka tapi aku serius mengatakan bahwa aku menyukaimu Mingyu."
Lagi, hati Mingyu lagi-lagi berdesir hebat dan bahkan bukan kemauannya saat jantungnya mulai berdetak dengan tidak normal.
"Jangan terlalu dipikirkan ucapanku dan aku juga tidak memaksamu untuk menyukaiku balik. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang sebenarnya sedang kurasakan." Wonwoo mengambil tangan Mingyu lalu meletakan sendok dan sumpit di tangan Mingyu. "Makanlah."
Mingyu menuruti kemauan Wonwoo dan mulai menyendok masakan Wonwoo, menyicipinya.
"Bagaimana rasanya? Apakah enak? Kemampuan memasakku memang tidak terlalu baik jadi maaf-maaf saja kalau rasanya kurang e-"
"Ini enak." Ucap Mingyu. "Sudah lama aku tidak makan samgyetang. Terima kasih."
Wonwoo mengangguk dan menyembunyikan pipinya yang memerah.
"Ngomong-ngomong, berapa usiamu? Apa aku harus memanggilmu hyung?" Tanya Wonwoo. "29? 30? 31?"
Mingyu memandang Wonwoo. "Apa aku terlihat setua itu?"
"Ani, bukan seperti itu. Setahuku kuliah kedokteran membutuhkan waktu yang cukup lama dan lagipula yang kudengar kau sudah menjadi dokter hampir enam tahun. Jadi ya kupikir.."
"Umurku 25 tahun."
"Aahh dua puluh li- MWO?" Wonwoo terkejut. "Eeehh, jangan coba-coba membohongiku."
"Jinjjayo, aku akselerasi tiga kali dan aku hanya kuliah tiga tahun." Jawab Mingyu.
"Heol daebak!" Wonwoo tidak bisa menahan keterkejutannya. "Kau pasti seorang jenius!"
Mingyu tertawa. "Ya bisa di bilang begitu. Jadi, apa kau tetap memanggilku hyung?"
"Kau sepertinya percaya diri sekali dengan umurmu itu dan hey kau yang harus memanggilku dengan hyung karena aku lebih tua satu tahun darimu!" Seru Wonwoo.
Baru saja Mingyu ingin membantah Wonwoo namun suara ponselnya mengusik.
"Yeoboseo aboeji?" Jawab Mingyu.
"Kosongkan jadwalmu besok malam. Ada pertemuan yang harus kauhadiri untuk menggantikanku."
"Nde aboeji."
"Ah dan bawa pasangan."
Mingyu menghela nafas. "Pasangan apa? Aku bahkan tidak punya pasangan."
"Itu ketentuannya Mingyu. Kau bisa mengajak Jeonghan untuk ikut bersamamu."
"Hey, Jeonghan hyung juga sangat sibuk dan kurasa seluruh kolegamu juga sudah tahu jika Jeonghan hyung itu calon istri Seungcheol hyung, untuk apa aku membawanya?"
"Aboeji tidak mau tahu, pokoknya kau harus datang besok dan membawa pasangan."
Klik!
Telepon dimatikan dan Mingyu menatap ponselnya kesal.
"Aku bisa membantu."
Mingyu menatap Wonwoo. "Mwo?"
"Aku bisa menjadi pasanganmu Mingyu-ya. Aku tidak jelek-jelek banget kok, bahkan banyak orang yang menyebutku manis jadi aku pasti tidak memalukan untuk dibawa bukan?"
"Kau serius?"
"Tentu saja!"
Mingyu sedikit berfikir. "Geurae. Kirimkan alamatmu dan besok aku akan menjemputmu jam 7 teng!"
.
.
Jeonghan baru saja ingin membuka pintu ruangan Mingyu, namun niatnya terhenti saat mendengar suara orang lain di ruangan Mingyu. Ia lalu memutuskan untuk membuka sedikit pintu Mingyu dan mengintip siapa orang di dalam sana.
Jeonghan menyeritkan keningnya melihat seseorang yang baru kali ini dilihatnya. "Siapa dia?" Tak beberapa lama kemudian Jeonghan terkaget melihat Mingyu tertawa. "Sudah berapa lama kau tidak tertawa selepas itu Mingyu-ya? Aku ikut senang melihatmu bisa kembali tertawa dan semoga namja itu bisa membuatmu melupakan Jihoon."
.
.
.
TBC!
.
.
Preview Next Chapter...
"Cih, seharusnya ia bersikap lebih gentle dengan membukakan pintu untukku."
.
"Woah, kekasih barumu Kim? Aku baru tahu kau sudah tidak bersama Jihoon."
.
"Maaf. Maaf karena tidak bisa menyelamatkanmu. Aku memang tidak berguna."
.
"Aapa yang harus kurelakan hyung?! Jihoon baik-baik saja! Ia tidak kenapa-kenapa! Pasang kembali alat-alat itu brengsek!"
.
"Terima kasih karena sudah membuat Mingyu tertawa lagi."
.
"Aku juga mencintaimu, tapi... bagaimana jika aku juga tidak bisa melindungimu?"
.
.
Terima kasih sudah membaca Dan carats, jangan lupa untuk memberi review ya ^^
