Fic request by Anggakara Aryaguna, Salsabilla Ayuningtyas, Billy Young, dan 22 orang yang like status Cha. (Astaga, ga nyangka, padahal awalnya hanya bercanda). ==''a Please enjoy this fic dan yang terpenting : dosa tanggung sendiri, ya! ;P
-Tarot-
Disclaimer : Bleach © Tite Kubo
Rated : M
Genre : Romance/Hurt/Comfort
Pairing(s) : GrimmNel
WARNING : AU, typo(s), (a bit) OOC, hard lemon inside (dosa tanggung sendiri *wink*), (almost) PWP, Don't like? Don't read!
Summary : The Lovers. Kau tahu apa arti kartu ini, Neliel? Kebahagiaan. Walaupun kartu masa lalumu adalah Death, anggap saja dia telah mati. Pilihlah aku dan kau akan mendapat ini. Victory. Kartu kebahagiaan.
Angin bertiup kencang malam ini, seolah semakin meniup dalam kegalauan hati seorang gadis berambut hijau panjang yang tengah menyusuri jalanan gelap dan basah. Neliel Tu Oderschvank. Gadis itu berjalan pelan, menembus hujan deras yang turun saat ini, seolah semakin menusuk luka dalam hatinya. Padahal tubuhnya sudah bergetar hebat karena kedinginan, tapi ia tetap bertahan. Pikirnya, lebih dingin dan sakit hatinya daripada tubuhnya saat ini.
Akhirnya gadis itu terhenti di depan sebuah rumah—yang cukup besar—dan memencet bel di depan gerbangnya. Satu kali. Tak ada respon dari si empu rumah, gadis itu merapatkan tangan di depan dadanya—kedinginan. Dua kali. Tedengar suara pintu yang digeser di dalam, gadis itu hanya memandang pagar di depannya dengan tatapan kosong. Tak lama kemudian, seorang pemuda berambut biru terang keluar.
"Nel?" mata birunya membulat sempurna.
Grimmjow mengocok kartu di depannya perlahan sambil memperhatikan gadis di hadapannya. Neliel tengah duduk di sofa, memakai jaket tebal berwarna biru muda sambil merendam kakinya ke dalam ember yang berisi air hangat. Grimmjow mulai menyebar teratur kartu—yang barusan ia kocok—di atas meja.
"Dia menyakitimu lagi?" tanya Grimmjow.
Neliel menggeleng. Grimmjow mengambil tiga kartu dihadapannya secara acak, sekali lagi sambil memperhatikan gadis berambut hijau itu. Tadi Grimmjow sendiri yang membimbing Neliel masuk ke dalam rumahnya, Grimmjow juga yang memberikan pakaian ganti dan jaketnya untuk menghangatkan Neliel. Pemuda itu membuka kartu paling kiri, paling pertama. Death.
"Dia menyakitimu," pertanyaan Grimmjow berubah jadi pernyataan.
Neliel menggigit bibir bawahnya, lalu menunduk, memandang kakinya. Ia tidak salah datang ke sini, karena mungkin ini adalah satu-satunya tempat ia akan diterima saat seperti ini, saat ia dicampakkan oleh tunangannya sendiri, Nnoitra Jiruga. Grimmjow membuka kartu kedua. The Lovers.
"Nel," panggil Grimmjow.
"Dia bilang, aku tidak hamil karena aku tidak becus."
"Nel?" alis Grimmjow bertaut.
"Mungkin aku mandul, atau memang aku tidak mampu."
"Neliel Tu Oderschvank!"
"Grimm, kau tak usah menghibur—hmmp!" karena sibuk memperhatikan ke bawah, Neliel tak sadar kalau sedari tadi Grimmjow sudah mendekatinya.
Grimmjow mencium bibir Neliel lembut—awalnya,tapi lama kelamaan ciuman itu semakin mengganas. Neliel sama sekali tak melawan, hanya menempelkan tangannya ke dada bidang Grimmjow yang masih di tutupi kemeja putihnya.
"Nel," bisik Grimmjow setelah melepaskan ciumannya dan mengecup telinga Neliel lembut.
"Grimm, jangan..." desah Neliel.
"Kenapa?"
"Aku sudah bertunangan," jawab Neliel, tetapi tangannya tak beranjak dari dada Grimmjow.
"Apa tunanganmu memperlakukanmu selembut ini?" tanya Grimmjow sambil meremas lembut dada Neliel yang tertutupi oleh kemeja Grimmjow—yang tadi dipinjam.
"Ssh, ahh... Tidak, dia selalu memaksa," desah Neliel lagi.
"Apa tunanganmu akan membuatmu tersenyum?" Grimmjow memberikan kiss mark di leher Neliel.
"Asshh... Tidak, tidak. Grimmjow, jangan..." kali ini Neliel mendorong pelan tubuh Grimmjow.
Grimmjow tersenyum menyeringai, lalu kembali berjalan ke deretan kartu yang tadi ia pegang. Tinggal kartu terakhir yang belum ia buka. Grimmjow membuka kartu itu, lalu tersenyum. Victory.
"Siapa yang kau ramal?" tanya Neliel.
"Kau."
"Apa kata kartunya?"
"The Lovers. Kau tahu apa arti kartu ini, Neliel? Kebahagiaan," jawab Grimmjow sambil memperlihatkan kartu kedua, lalu mendekati Neliel lagi.
"Tapi, aku tidak merasa bahagia," keluh Neliel.
"Hm?" Grimmjow mengecup bibir Neliel lagi, sebenarnya Neliel ingin melawan, namun tangan kekar Grimmjow telah menahan tangannya.
Grimmjow menggigit lembut bibir Neliel, membuat Neliel mendesah, lalu membuka mulutnya. Grimmjow pun semakin liar, memainkan lidahnya di dalam mulut Neliel, mengabsen satu persatu gigi-gigi Neliel. Lidah mereka saling bertemu, bertukar saliva. Akhirnya, ciuman itu terhenti saat keduanya membutuhkan pasokan udara.
"Grimmjow. Jangan..." lagi-lagi Neliel menolak.
"Aku akan membahagiakanmu, dan membuatmu mengandung anakku."
"Grimmjow? Ssshhh..."
Grimmjow menciumi setiap jengkal dari leher Neliel, perlahan-lahan turun menuju dada gadis itu. Memberikan kiss mark disana sini, Grimmjow menggigit, lalu menjilatnya kembali dengan lembut. Grimmjow pun perlahan membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan oleh Neliel, lalu benar-benar membuka semuanya, dan melemparkan kemeja itu ke sudut sofa. Saat yang sama, Neliel menyingkirkan ember berisi air hangat di kakinya.
Bra Neliel masih basah. Pasti tadi gadis itu tidak menggantinya—karena memang tidak ada lagi. Grimmjow memeluk Neliel, lalu membuka pengait bra itu pelan-pelan, dan tentu saja melepas bra gadis itu. Tentu saja langsung terlihat kedua payudara Neliel yang menantang, namun terlihat menyedihkan dengan cakaran di atasnya.
"Dia benar-benar menyakitimu, Nel. Ini bukan kiss mark, tapi cakaran."
"Ia bilang, dadaku terlihat lebih indah dengan luka darinya," jawab Neliel sambil menangis.
"Tidak, Nel, harusnya bukan begini saat bercinta, kau juga seharusnya merasakan kenikmatannya."
Belum keluar sepatah kata pun jawaban dari Neliel, Grimmjow sudah melahap puting kanan Neliel dan mempermainkan payudara kirinya. Tentu saja membuat Neliel bereaksi dengan cara meremas rambut biru muda Grimmjow.
"Ssh... Ahh... Grimmy..." Neliel mendesah hebat.
Grimmjow malah tersenyum menyeringai dan semakin cepat mempermainkan puting kanan Neliel dengan lidahnya, dan memijat puting kiri Neliel dengan telunjuk dan jempolnya. Tentu saja setelahnya payudara Neliel mengeras dan gadis itu semakin mendesah hebat.
"Ahh, Grimmy... Ssshh... Ahhh..." Neliel semakin keras meremas rambut Grimmjow.
Grimmjow menghentikan permainannya, lalu memandang wajah Neliel yang sepertinya sudah terangsang dengan sentuhannya. Grimmjow mengecup bibir Neliel lagi, sementara tangan kanannya tetap meremas payudara Neliel, tangan kirinya bergerilya menuju ke celana yang digunakan oleh Neliel, perlahan membuka retsletingnya. Neliel terus mendesah, namun tiba-tiba Grimmjow benar-benar menghentikan aksinya. Sepertinya bukan di waktu yang tepat, ketika tubuh keduanya sudah semakin memanas dan sudah bertukar peluh, Grimmjow malah berhenti.
"Kenapa berhenti?" tanya Neliel polos.
"Di awal tadi, kau bilang 'jangan', kan? Aku tak ingin memaksakan jika kau tak mau melakukannya."
"Grimmjow, ku mohon..."
Grimmjow tersenyum menyeringai lagi, lalu membuka kancing kemejanya satu persatu. Ia menyelimuti bagian atas tubuh Neliel, lalu beranjak menuju ke meja tempat tadi ia meletakkan kartu.
"Walaupun kartu masa lalumu adalah Death, anggap saja dia telah mati. Nnoitra, dia tak pernah membahagiakanmu," Grimmjow meletakkan kartu itu lagi.
Neliel memandang pria bermata biru itu dengan lembut, setidaknya wajah Grimmjow cukup menenangkan hatinya yang sedang galau. Pemuda itu mendekati Neliel lagi, sepertinya ia suka sekali mempermainkan gadis itu. Neliel tersenyum tipis, membiarkan Grimmjow melanjutkan aksinya. Pemuda berambut biru itu makin senang, dibukanya pelan celana jeans yang digunakan oleh Neliel, lalu melemparnya ke sudut sofa, bersama kemeja yang tadi digunakan Neliel. Saat ini yang digunakan gadis itu hanya celana dalam berenda dengan warna hijau tosca.
"Kau curang," kata Nel.
"Kenapa?"
"Kau masih memakai celanamu."
"Oh, baiklah kalau kau meminta, Nel-hime."
Grimmjow membuka celananya, dan kini ia hanya memakai celana dalam berwarna coklat susu. Neliel hanya tersenyum geli melihat 'adik kecil' Grimmjow sudah menegak sempurna.
"Ku kira sejak tadi ia biasa saja," goda Neliel.
"Tch, aku tak mungkin tahan mendengar desahanmu."
"Baiklah, ini saatnya aku memuaskanmu."
Neliel berjongkok diantara kedua kaki Grimmjow, lalu membuka celana dalam pria itu. Neliel langsung mengulum 'adik kecil' Grimmjow dan membuat pemuda itu mendesah pelan, merasakan kenikmatannya. Sesekali ia menekan-nekan kepala Neliel, berharap gadis itu dapat mengulum 'adik kecil'nya lebih dalam lagi.
"Hnn... Nheell... Ssshhh... Cukuphh..." Grimmjow menjauhkan wajah Neliel dari 'adik kecil'nya.
Gantian Neliel yang tersenyum menyeringai, gadis itu seolah sudah terbiasa melakukan hal tadi.
"Buat aku mengandung anakmu, Grimmjow."
Grimmjow hanya menghela nafas panjang, lalu kembali mengulum payudara Neliel. Kali ini dengan tangan kanannya yang bergerilya menuju ke celana dalam Neliel, lalu membukanya. Jari Grimmjow masuk ke dalam vagina Neliel, pertama satu, lalu lama kelamaan tiga jari masuk ke dalam sana.
"Sssh... Nggghhh... Ahhh... Ghriiim..."
"It's show time! Tenang, Nel."
Grimmjow menjilati setiap jengkal dari payudara Neliel, lalu ke perut gadis itu, membuat Neliel menggelinjang geli karenanya. Grimmjow memberikan kiss mark di pinggang Neliel, lalu ciumannya semakin turun ke paha, dan lama-lama menuju ke vagina gadis itu.
Grimmjow memasukkan lidahnya ke sana, mempermainkan clistoris milik Neliel, tentu saja desahan gadis itu semakin keras dan menggoda. Ya, seperti nyanyian melodi indah yang mengalun di telinga Grimmjow.
"Ngghh... Ahhh! Ghriimmm... Oh!"
Cairan bening dan lengket keluar dari dalam vagina Neliel, ya, gadis itu telah mencapai klimaks. Grimmjow tersenyum puas, dan menelan semua cairan itu. Baginya, itu manis.
"Nel, kumasukkan sekarang, ya?"
Neliel tak menjawab, tapi wajahnya menunjukkan kalau ia setuju. Grimmjow pun perlahan memasukkan 'adik kecil'nya ke dalam vagina Neliel yang sudah basah karena cairannya sendiri. Sempit. Tapi Grimmjow tetap berusaha memasukinya.
"Ng..." Neliel menggigit bibir bawahnya.
"Tenang sayang, ini takkan menyakitimu. Kau sudah biasa melakukannya, bukan?"
"Sssh... Hhh..." Neliel mengangguk pelan.
Grimmjow memasukkan 'adik kecil'nya lebih dalam lagi ke dalam vagina Neliel, lalu menghentaknya. Tentu saja Grimmjow tahu kalau Neliel sudah tidak 'virgin' lagi, ini karena tunangannya sering sekali memaksanya untuk bercinta.
Neliel mencoba menyesuaikan ukuran 'adik kecil' Grimmjow di dalam vaginanya. Setelah dirasa sudah, ia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, tanda siap untuk digenjot Grimmjow.
"Nel, aku tahu ini salah—"
"Hhh, aku tahu, Grimmhh..."
"—tapi kau adalah dosa termanisku."
Grimmjow mulai memaju mundurkan pinggulnya, membuat gadis di hadapannya mendesah semakin hebat dan kencang, tangannya nyaris mencakar punggung Grimmjow. Neliel menutup matanya untuk merasakan kenikmatan bercinta yang tidak pernah ia rasakan dari Nnoitra.
"Oh... Ahhh... Ahhh... Ssshhh..."
"Buka matamu, Nel. Jangan ditutup. Nggghh..." Grimmjow turut mendesah pelan.
Neliel menurut dan membuka matanya kembali. Grimmjow mencoba membuat Neliel mendesah semakin keras dengan mengulum kembali puting kiri Neliel, sementara kedua tangannya menumpu di samping gadis itu.
"Ahhh... Grimmhh! Ohh... Aku sampai..."
"Aku belum," Grimmjow tersenyum mengejek sambil menggigit pelan leher Neliel, membuat kiss mark di sana.
"Grimmhhh... Ngghhh..."
Grimmjow akhirnya merasa liang kewanitaan Neliel semakin menjepitnya, lalu ia menghentakkan sekali 'adik kecil'nya untuk semakin ke dalam dan mengeluarkan jutaan spermanya disana.
"Ngghhh..." keduanya mendesah bersamaan.
Alhasil, Grimmjow ambruk di atas tubuh Neliel. Pemuda itu mencium telinga kanan Neliel—yang terdekat, lalu berbisik, "Aishiteru, Nel."
"Grimm..."
"Aku sudah punya tunangan," ejek Grimmjow.
"Gomen."
Grimmjow mencoba sekuat tenaga untuk bangun, lalu perlahan mencabut 'adik kecil'nya dari vagina Neliel. Neliel mendesah pelan, lalu memperhatikan pria yang baru saja bercinta dengannya, kali ini Grimmjow kembali berkutat dengan kartunya.
"Pilihlah aku dan kau akan mendapat ini. Victory. Kartu kebahagiaan," ucap Grimmjow lesu sambil merapikan kartunya.
"Kau bisa apa, Grimmjow? Apa kau bisa melunasi hutang-hutang ayahku pada Nnoitra?"
"Nel..."
"Atau apa kau bisa menjamin kehidupanku di masa datang?"
"Neliel!"
"Kehidupanmu sama seperti ramalanmu! Tidak selalu pasti dan—hmmmp!"
Kali ini Grimmjow seakan menerjang tubuh Neliel hingga gadis itu kembali terlentang di atas sofa. Grimmjow kembali mengulum bibir Neliel yang sudah memerah karena perlakuannya tadi.
"Grimm!" Neliel mencoba mendorong pelan Grimmjow.
Neliel tahu, kali ini Grimmjow melakukannya bukan dengan cinta, tapi penuh dengan amarah. Grimmjow pun melepaskan ciumannya dengan Neliel, lalu memukul kencang sandaran sofa di dekatnya.
"Nel, aku kecewa mendengar itu. Kau! Apa Nnoitra membuatmu jadi gila harta?"
"Grimm..."
"Aku hanya peramal, Grimmjow Jeagerjaques. Tapi aku peramal terkenal!"
"Grimmjow. Aku..."
"Nel, aku tahu aku salah mencintaimu. Aku tahu meski ia menyakitimu, tapi kau terlanjur jatuh cinta padanya."
"Grimmjow..." Neliel memeluk pemuda di depannya dengan erat.
"Nel, kalau kau tak mau..."
"Aishiteru. Aishiteru, Grimmjow..." air mata Neliel perlahan meleleh.
"Kalau begitu tetaplah disampingku."
Neliel mengangguk pelan, lalu mengecup lembut telinga Grimmjow. Selanjutnya kecupan itu berlanjut dengan gigitan kecil di leher Grimmjow. Malam itu pun berlalu dengan desahan-desahan yang kembali terdengar.
Neliel membuka matanya tatkala fajar mulai menyingsing dan sinar matahari mulai melalui kisi kisi jendela. Tubuhnya sudah tertutupi oleh selimut putih tipis di atas sofa. Neliel menggeliat, lalu mengerjapkan matanya, di depannya ada Grimmjow yang sudah berpakaian kembali, sedang duduk sambil menekan tombol handphone.
"Sudah bangun?" tanya pria itu.
"Nghh," Neliel mengangguk kecil.
"Ada yang tahu tentang perbuatan kita semalam," Grimmjow menunjukkan kartu The Tower yang ada di tangan kirinya sambil tersenyum sendu.
"Jadi?"
"Ya, mungkin aku akan merebutmu dengan cara apapun."
Grimmjow meletakkan handphonenya di atas meja dekat sofa, lalu beranjak menuju dapur.
.
.
From : Ulquiorra
Baiklah. Kita siapkan semuanya dalam waktu singkat.
Jaga Nel dalam waktu 1x24 jam. Kami akan datang tepat waktu.
.
.
Dan masalah baru dimulai...
.
.
~TBC~
.
.
Ahh, parah. ==''a Cha baru pertama kali bikin rated M. Bagaimana lemonnya? Pasti maksa dan kecepatan gitu, ya? Konfliknya belum muncul, kok. Tapi sepertinya tidak terlalu berat. *smirk*
Nee, mind to RnR, readers?
