Spy is my love, my life and my adventure

Disc : Masashi Kishimoto

Rated : T

Genre : Rommance, family, action.

Pair : SasufemNaru

Warning : OOC, typo, femNaru, cerita amburadul ngga jelas.

Ivera present

Naruto terdiam, menatap langit-langit. Sasuke duduk kaku menatap Naruto yang terbaring lemah.

"Maaf..." gumam Sasuke lirih. Keajaiban terjadi. Uchiha Sasuke yang terkenal arogan, dan dingin meminta maaf, Maaf yang benar-benar tulus.

"Jika maafmu mengembalikan waktu. pasti Aku sudah memaafkanmu." ujar Naruto tanpa menatap lawan bicaranya.

"Maaf..."

"Hanya sebentar saja Suke, Apa Kau tak bisa mengangkat telpon dariku! Karena Kau bayi dalam kandunganku mati! Aku mengalami keguguran Suke. Dan itu karena Kau! Aku meminta bantuanmu!" teriak Naruto, meremas perutnya yang sudah rata.

"Maaf, Aku..."

"Sudahlah Suke. Mungkin Ino benar, Kita terlalu muda untuk menjalani hidup bersama. Kita akhiri saja, lagipula Kita memang belum terikat secara resmi." putus Naruto.

Sasuke membelalakan matanya kaget, "Hanya karena Aku tak mengangkat panggilanmu..."

"Hanya Kau bilang! Karena hanyamu itu bayiku mati! Kau..."

"Sudahlah. Aku lelah, Aku mau istirahat. Bisa Kau pergi dari hadapanku."

(Ivera)

Sasuke meninju cermin yang ada dikamar mandi apartemennya dan Naruto. Dia bodoh, sangat bodoh. Jika saja Dia menolak ajakan teman-temannya pergi ke klub malam, hal ini tak terjadi. Calon bayinya yang baru berumur 5 bulan pasti selamat.

Dia dan Naruto memang memutuskan tinggal bersama saat Naruto baru lulus SMA. Mereka melakukan kerja paruh waktu dan kuliah di kampus yang berbeda. Umur Mereka terbilang muda, Sasuke yang berumur 18 tahun memutuskan untuk hidup mandiri tanpa tunjangan dari keluarganya yang berlebel Uchiha. Sedangkan Naruto yang berumur 17 tahun, Dia dibesarkan disebuah panti asuhan, Dia memutuskan untuk meninggalkan panti saat baru masuk SMA.

Mereka bertemu saat SMA. Sasuke yang satu tingkat diatas Naruto. Pertemuan Mereka tidaklah manis karena Sasuke yang irit bicara harus berhadapan dengan junior yang kelebihan energi.

Ahh Kita tinggalkan masa SMA. Kita kembali pada Sasuke yang tengah menyalahkan dirinya.

Sejak Naruto mengandung, Sasuke memutuskan agar Naruto tidak bekerja lagi dan fokus pada kuliahnya. Biar Dia yang bekerja, hitung-hitung belajar menjadi suami dan ayah yang baik.

Namun beberapa jam lalu, saat dirinya akan pulang dari tempat kerja, teman satu pekerjaannya mengajaknya ke klub malam. Dia masih muda, Dia butuh hiburan, Dia bersenang-senang dan mengabaikan panggilan sang Kekasih, yang ternyata terjatuh dikamar mandi. Saat Sasuke datang yang Dia temukan adalah darah berceceran dan juga seseorang yang menunggunya.

"Kau brengsek Sasuke! Naruto membutuhkan bantuanmu! Jika saja Ambulans datang terlambat. Kau mungkin tak akan bertemu Naru untuk selamanya. Naruto memanggil ambulans untuk menolongnya, namun karena Dia tahu bisa saja ambulans terlambat maka Dia menelponmu! Padahal dari tempat kerjamu Kau bisa lebih cepat dari ambulans dan membawa Naru kerumah sakit secepatnya." teriak Ino marah.

"Ino? Kenapa Kau ada disini?"

"Petugas ambulans menelponku karena Kau tak mengangkat panggilan Mereka!"

"Kau brengsek Sasuke. Naru salah memilihmu."

Ino pergi meninggalkan Sasuke yang bahkan tak tahu kronologi kejadian yang menimpa Kekasihnya.

(1412)

Pagi harinya Sasuke mengepak beberapa pasang baju untuk Naruto, setelah semalaman Dia membereskan kekacauan di Apartemen Mereka.

Sasuke sudah menyiapkan mental untuk menerima kemarahan Naruto,dan membut Naruto terus berada disisinya.

"Naru..."

Sasuke menatap bed tempat Naruto dirawat, Kekasihnya tak ada.

"Suster. Pasien yang ada dikamar 012 kemana Dia?" tanya Sasuke saat melihat perawat yang melintas disana.

"Ah Nona Uzumaki. Dia ada dibelakang rumah sakit, tengah menguburkan janinnya." jawab perawat itu dan berlalu pergi.

Sasuke bergegas kebelakang rumah sakit, disana Dia melihat Naruto yang berdiri didepan pohon Sakura yang belum berbunga, dibawahnya sebuah gundukan baru dan beberapa tangkai bunga diatasnya.

Hati Sasuke mencelos melihat wajah Naruto yang terlihat sangat sedih, penampilan kekasihnya sangat kusut. Rambut pirang panjang terurai, melambai-lambai diterpa angin. Baju rumah sakit berwarna putih membuatnya terlihat seperti hantu-hantu di film horor. Tidak seperti Naruto yang dikenalnya, senyum cerianya menghilang, wajah cerahnya sekarang pucat.

"Naru.." panggil Sasuke pelan.

"Perkiraan Dokter bayiku laki-laki. Namanya, Aku memberi nama Menma. Dia... Dia putera pertamaku yang gagal Aku lindungi."

"Naru..."

"Aku membunuhnya. Harusnya Aku lebih hati-hati."

"Naru..."

"Harusnya Aku juga ikut mati bersamanya."

"Naru. Gomen, jangan menyalahkan dirimu."

Sasuke membalikan badan Naruto dan memeluknya erat.

"Harusnya Aku ikut mati. Aku bukan Ibu yang baik."

"Naru.."

"Naru.."

"Naru.."

Sasuke melepas pelukannya dan menatap wajah Naruto. Kekasihnya ternyata pingsan. Dia bergegas menggendongnya, membawa ke kamar rawat inap.

(1412)

"Dia hanya kelelahan, menurut suster yang merawat Nona Uzumaki dari semalam Dia tak menyentuh makanan." ujar Dokter menjelaskan.

Sasuke mengangguk mengerti menatap Naruto yang tengah tertidur. Jejak air mata terlihat jelas dipipinya.

"Gomen Naru. Hontou ni gomen." gumam Sasuke mengelus kepala Naruto sayang.

(1412)

Naruto membuka matanya. Dilihatnya Sasuke yang tengah tertidur sambil duduk menunggunya. Dia mencintai Sasuke, sangat, pria itu memberinya banyak arti hidup. Namun Dia kecewa, Sasuke sekarang sudah banyak berubah, beberapa kali pulang telat, terkadang tak pulang, padahal Sasuke tahu Dia tengah mengandung, hingga kejadian fatal terjadi, Dia terjatuh di kamar mandi, Dia memanggil ambulans, namun dia tahu ambulans membutuhkan waktu cukup lama, maka dari itu Dia meminta bantuan Sasuke yang bisa lebih cepat datang dari ambulans. Dia panik, darah mengalir terus dari selangkanya, dan Sasuke tak mengangkat telpon. Dia benar-benar kecewa.

Perlahan Naruto turun dari tempat tidur, mengganti baju rumah sakit dengan baju yang dibawakan Sasuke. Infus ditangannya Dia cabut paksa, dan perlahan keluar dari kamar inap, menuju apartemen miliknya dan Sasuke. Dia sudah memutuskan untuk menjauh dari kehidupan Sasuke. Dengan melihat Sasuke hatinya sakit, mengingat betapa Dia berjuang untuk hidup bayinya, namun tetap tak dapat selamat. Dia butuh waktu untuk bisa menerima maaf Sasuke. Dia juga sadar bahwa karena kecerobohannya membuatnya keguguran, Dia tahu, maka dari itu Dia akan menghukum dirinya sendiri dengan caranya.

(1412)

Apartemennya terlihat rapi. Naruto bergegas mengepak baju secukupnya, Dia berpacu dengan waktu, Sasuke bisa kapan saja bangun dan menyadari dirinya pergi.

Tak boleh ada yang tahu dirinya pergi kemana, tidak Ino sahabatnya, atau teman-teman yang lainnya, terlebih teman Sasuke.

Dirasa cukup Naruto menaruh surat diatas meja, dan bergegas pergi. Tujuan utamanya ATM, Dia akan menarik semua uang tabungannya dan menutup akunnya.

"Sayonara Suke. Daisuki dayo..." bisik Naruto menaiki Bus yang tujuannya dirahasiakan author.

(1412)

Sasuke terbangun. Mimpi buruk, Dia bermimpi Naruto meninggalkannya.

Matanya terbelalak saat melihat kasur Naruto yang kosong, dan jarum infus yang terlihat dicabut paksa.

Sasuke berlari, Dia menghentikan taxi menuju apartemennya, firasatnya tak enak. Sesampainya disana Sasuke langsung menuju kamar Mereka dan membuka lemari, benar saja, sebagian baju Naruto hilang.

Sasuke keluar kamar, namun matanya tertuju pada secarik kertas yang dilipat rapih. Tangan Sasuke bergetar saat membukanya.

'Teruntuk

Sasuke-teme

Aku tahu Kau pasti panik saat melihat Aku tak ada, jangan khawatirkan Aku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri, entah berapa lama. Kumohon jangan mencariku, Kelak Aku akan kembali, Kau tak perlu menungguku. Lanjutkanlah hidupmu teme, gapai cita-citamu. Aku akan terus mendukungmu dari tempatku berada. Dan jangan menangis, karena itu tidak Uchiha sekali Haha... Sayonara teme, Aku mencintaimu.

Love

Naru-dobe'

Sasuke meremas kertas itu, Dia mengambil telpon gengamnya, dan menelpon Ino.

"Ino, apa Naru ditempatmu?" tanya Sasuke langsung saat Ino baru mengangkat telponnya.

"Hah? Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja Dia ada di rumah sakit. Kau..."

Sasuke menutup telponnya. Kenapa Dia tak mencoba menelpon Naruto? Alasannya sudah jelas, Naruto tidak bodoh, meski ceroboh, Dia sudah pasti membuang kartu telponnya. Dan jika Ino saja tak tahu maka Naruto pergi tanpa memberi tahu siapapun.

Dan yang bisa membantunya saat ini adalah keluarganya yang memiliki banyak koneksi.

Sasuke membulatkan tekad dan pergi menuju Uchiha corp.

(1412)

Dengan langkah tegas Sasuke memasuki perusahaan besar itu. Petugas keamanan yang melihat Sasuke segera mengikuti langkah Sasuke.

"Permisi Tuan. Ada keperluan apa Anda kesini?" tanya petugas itu. Tentu saja Sasuke dihentikan. Lihat saja penampilannya, kaos putih oblong yang kusut, dibalut jaket hitam, jeans dan sepatu kets. Tidak cocok sekali jika Dia masuk kedalam perusahaan yang semuanya memakai pakaian rapih dan formal.

"Lepas." desis Sasuke berbahaya.

"Maaf Tuan Anda tidak..."

Bugghh

"Kubilang lepas brengsek!" Sasuke meninju penjaga sekuat tenaga, membuat penjaga itu jatuh.

Melihat kawannya tumbang, penjaga lainnya mencoba membantu.

Itachi baru saja masuk kedalam loby namun matanya langsung tertuju pada kerumunan petugas yang beberapa dari Mereka babak belur.

"Oh dear brother. Kau datang kesini hanya untuk menguji kemampuan bertarungmu?" tanya Itachi saat melihat siapa yang tengah berada didalam kerumunan itu.

Para penjaga menyingkir saat melihat wakil presdir datang menghampiri Mereka.

"Aku ingin bertemu Ayah. Namun orang-orang ini menghalangiku." Jawab Sasuke menatap satu persatu penjaga yang sebagian dari Mereka babak belur.

"Dan Aku yakin Kau tak menjelaskan siapa dirimu. Oh dear, sifatmu itu bar-bar. Ikut Aku." Ujar Itachi berjalan terlebih dahulu.

Tok. Tok. Tok.

"Ayah, Apa Kau didalam?" tanya Itachi dari luar.

"Hn. Masuklah." Jawab Fugaku.

Itachi masuk dan meembungkuk hormat," Ayah Sa-..."

"Ayah! Carikan gadis ini untukku,

Kumohon."

Fugaku mengerutkan keningnya melihat ketidaksopanan putera bungsunya yang sudah lama tak ditemui.

"Kau datang tanpa permisi dan tiba-tiba Aku harus mencari gadis dalam foto itu? Kau oke Sasuke?"

"Tolong, Kumohon carikan Dia untukku."

Fugaku melirik Itachi, begitu pula Itachi. Sasuke dari kecil memili3ki sifat egois dengan harga diri tinggi, namun saat keluar SMA Dia tiba-tiba meminta untuk tinggal sendiri tanpa bantuan Ayahnya, dan bekerja untuk biaya Kuliah dan hidulnya, dan sekarang Sasuke meminta tolong dan memohon.

"Memang siapa gadis itu?" tanya Fugaku menatap gadis manis dalam foto.

"Naruto. Uzumaki Naruto,"

"Apa hubungannya denganmu?" tanya Itachi ikut penasaran.

"Dia tinggal bersamaku..."

"Jelaskan secara mendetail." Ujar Fugaku serius.

"Itu akan memakan waktu." Ujar Sasuke mencoba mengelak.

"Dan Aku sekarang memiliki banyak waktu."

"Ayah,"

"Aku akan membantumu jika Kau menceritakan semuanya."

Sasuke mengertakan kepalan tangannya, siap menceritakan kisahnya dan Naruto.

(Ivera)

"Dengan kata lain Kau menjadi brengsek setelah keluar dari rumah utama. Bukan begitu Nak?" Fugaku menatap putera bungsunya.

"Aku tahu. Tapi kumohon carikan Naruto untukku." Ayolah Dia harus bagaimana lagi, Dia sudah memohin pada Ayahnya. Sasuke pantang memohon.

"Setelah bertemu dengannya. Apa yang akan Kau lakukan?" tanya Fugaku.

"Meminta maaf dan memulai lagi dari awal." Jawab Sasuke.

"Baiklah. Meski Aku kecewa harus kehilangan calon cucuku karena kebodohan puteraku sendiri. Ayah akan membantu mencari."

Fugaku mengambil telpon dan memerintahakkan bawahannya serta beberapa orang kepercayaannya untyk mencari Naruto, mengirim fax pada setiap orang suruhannya.

"Hanya tinggal menunggu. Tapi jika Ayah tak bisa menemukannya, maka Kau harus menyerah, kembali pada keluarga Uchiha dan saat Kau sudah memiliki segalanya, cari kembalilah Dia, Mengerti."

"Baiklah."

(Ivera)

(8 tahun kemudian)

"Sasuke-sama? Anda baik-baik saja?" tanya Ino sang sekertaris.

"Hn. Jadi apa agendaku hari ini?" tanya Sasuke.

Ino ingin membanting jurnal yang dibawanya saat ini. Oh haruskah Dia membunuh orang didepannya ini sekarang juga?

"Sasuke. Aku tak tahu apa yang sedang Kau fikirkan. Tapi jangan mempersulit pekerjaanku disini! Aku tahu sekarang Kau atasanku, sekarang pergi bersiap dan Kita akan kepertemuan dengan klien." Ino keluar dengan membanting pintu dan duduk dikursi kerjanya.

"Lelah Ino?" tanya Itachi tersenyum ramah.

"Biasa saja." Jawab Ino ketus.

Itachi mencubit pipi Ino gemas, "Meski Kau jawab begitu tapi raut wajahmu tak bisa berbohong. Maaf sudah memberimu tugas berat dengan mengawasi Sasuke. Tapi hanya Kau yang dapat Aku andalkan adik ipar."

Ino mengangguk faham, saat Dia dilamar oleh kekasihnya Uchiha Sai sepupu dari kedua bersaudara itu Dia diberi tugas oleh Fugaku yang mengurus Sai sedari kecil karena kedua orangtua Sai telah menimnggal, Dia harus mengawasi Sasuke, dalam hal apapun.

"Tapi Kita tidak bisa terus membohongi Sasuke. Fatka bahwa Naru ada di Tokyo, dan Kalian yang menyembunyikan Naru dari Sasuke."

"Ino Kau tahu alasan Kami menyembunyikan Naru. Naru bukanlah Naru yang Sasuke kenal lagi. 8 tahun merubah segalanya, Dia sekarang bekerja untuk Negara, menjadi mata-mata, mempertaruhkaan nyawa dengan menyusup kedalam Organisasi berbahaya. Kami tak ingin Sasuke terluka dengan harus melihat Naruto yang sekarang. Meski sifat Sasuke keras, dan tak peduli, namun Dia rapuh seperti Ibuku. Dia rentan jika tersakiti. Anggap saja percakapan ini tak pernah terjadi." Ujar Itachi berjalan pergi meninggalkan Ino.

Sasuke mengepalkan tangannya, mengontrol emosi yang bergejolak. Pantas Ayah dan Kakaknya tak dapat menemukan Naruto, ahh tidak ... berpura-pura tak menemukan Naruto. Harusnya Sasuke tahu Uchiha tak pernah gagal terlebih Ayahnya. Dan sekarang Sasuke harus berusaha sendiri menemukan Naruto yang berprofesi sebagai mata-mata, dan dapat dipastikan itu membahayakan nyawanya.

TBC

Gomen. Hontou ni gomen karena saya malah buat fict baru. Next saya mencoba melanjut because ilu ;) hehe oke. Matta ashita :D