"Menyebalkan. Minggu depan liburan musim panas akan dimulai, dan aku tidak ada rencana liburan. Pacarpun tak punya," keluh Yamanaka Ino sambil memainkan pensil isinya.
Mataku memicing, dan melebar ketika sebuah gagasan muncul tiba-tiba. "Aku tahu! Ayo kita cari pacar!"
.
.
Crazy on you
by kazehayaza
.
Naruto is Kishimoto-sensei's
Based on manga 'Crazy on you' by Shiina Karuho
With some changes and my improvisation.
All chara isn't mine, but please enjoy the story :D
.
.
Namaku Haruno Sakura, 17 tahun dan belum pernah jatuh cinta, apalagi memiliki pacar. Karena itu semua teman sekelasku heran saat aku mengajak mereka mencari pacar. Ayolah, aku punya senior dan master soal ini. Hyuuga Hinata, sahabatku yang super cantik dan memiliki pacar di sebuah sekolah khusus pria.
"Hmmm, boleh." Putus Hinata setelah menimbang beberapa lama. "Aku akan minta pada Naruto-kun untuk mengenalkan beberapa temannya pada kita."
Dan, inilah kita. Menunggu Uzumaki Naruto, pacar Hinata, untuk datang membawa beberapa teman prianya. Aku merapihkan terusan hijau mudaku yang dipadukan dengan legging putih saat tiba-tiba aku memperhatikan Ino yang sibuk memoleskan ulang lipglossnya. Kupandangi keempat temanku. Ugh, mereka semua nampak cantik, seksi dan dewasa. Aku yang kekanakan ini sama sekali tidak bisa dibandingkan. Aku hanya bisa meringis dan memandangi pakaianku sendiri iba. Hiks.
"Hinata-chaaaan!"
Oh, Naruto-kun dan teman-temannya datang!
"Kalian belum lama menunggu kan?" Sapanya riang. "Ohya, perkenalkan. Aku Naruto, pacar Hinata. Ini temanku, ada Sai, Kiba, Shikamaru dan Sasuke."
"Sudah, kita lanjutkan perkenalannya nanti. Kita mau karaokean kan?" Potong Hinata sambil menarik tangan kekasihnya menuju tempat karaoke di ujung jalan.
Kulihat teman-temanku sudah mulai mendekati para lelaki dan mengobrol ringan. Uh, pasti mereka semua sedang on target mencari pacar untuk teman liburan musim panas. Shannaro, aku juga harus bekerja keras!
"Kau, Sakura-chan?" Sapa Naruto tiba-tiba. Aku terkejut. Bagaimana ia tahu namaku?
Naruto tertawa kecil. Menyadari keherananku. "Hinata-chan sering cerita tentangmu. Dan kau persis seperti yang ia ceritakan," jelasnya. Aku tersipu. Waah, apa saja yang diceritakan Hinata ya? Semoga bukan hal yang memalukan.
"Well, nikmati hari ini ya? Aku ke Hinata-chan dulu," pamitnya. Akupun kembali sendiri dan hanya memandangi teman-temanku yang asik sendiri. Eh, lihat si Ino! Sepertinya para cowok itu menyukainya. Bahkan sempat kulihat ia sudah bertukar nomor ponsel dengan si pucat yang jika tidak salah bernama Sai.
Aku sudah akan menghela napas lagi dan mengutuk ketidak-atraktifanku saat sebuah suara mengejutkanku. "Hei, namamu siapa?" Sapa Sasuke, salah satu dari para cowok itu.
"E-eh," aku mencoba mengatasi kegugupanku. Astaga, ia tampan sekali. Tidak, tidak. Ia super tampan. "Haruno Sakura," jawabku sambil membalas jabatan tangannya.
"Kau manis, Sakura-chan." Katanya sambil tersenyum tipis, membuat tingkat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Kurasakan pipiku mulai memanas.
Tidak apa kan aku memanggilmu Sakura-chan? Kau juga bisa memanggilku Sasuke saja," lanjutnya ramah.
"Ba-baik, Sasuke...-kun."
Dan obrolanpun mengalir begitu saja. Ternyata, Sasuke-kun sangat ramah dan baik. Rasanya mengobrol dengannya tak akan pernah membosankan, karena ia selalu memiliki topik yang menarik. Padahal awalnya kukira ia sombong dan dingin. Senyumnya pun pelit. Tapi, ia berubah menjadi orang yang menyenangkan saat mengobrol bersamaku.
"Ini nomorku. Kau bisa menghubungiku kapan saja," katanya sambil mengangsurkan secarik kertas saat kami berpisah.
Tuhan, aku benar-benar tak bisa tidur malam harinya. Dan senyum ini juga tidak bisa hilang. Oh, apa yang terjadi pada diriku?
"Kupikir aku sudah jatuh cinta."
Ino tersedak saat aku memproklamirkan apa yang kurasakan pada dirinya. "Haah? Secepat itukah?"
"Kupikir kau tidak akan membutuhkan pacar," sahut Hinata yang baru datang. "Kau selalu bahagia dan ceria. Tidak kesepian seperti si pirang ini," Ino mendelik ganas pada Hinata.
Aku terkikik pelan. "Memang, aku sudah sangat ceria dan bahagia. Selalu. Tapi kupikir aku akan bertambah bahagia jika aku memiliki seorang kekasih." Kataku dengan wajah memerah.
"Siapa orangnya? Kau menyukai siapa?" Tanya Hinata penasaran.
"Ah, pasti Uchiha Sasuke!" Tebak Ino. "Sepanjang kencan buta kemarin kau hanya mengobrol dengannya!"
"Hehe. Kau benar Ino." Senyumku malu. Ino tertawa dan mulai menggodaku. Namun kulihat wajah Hinata mengeras.
"Tidak. Jangan dia." Katanya tegas. Aku memiringkan kepala heran. Kenapa?
Hinata nampak memandangku sendu. "Dia akan membuatmu menangis. Jauhi dia."
Segera, Hinata pergi ke bangkunya dan menyiapkan buku untuk pelajaran pertama. Ia menghela napas berat. Kenapa sahabat polos nan cerianya harus menyukai Sasuke? Ia jadi teringat omelannya pada Naruto sepulang dari kencan buta.
"Sudah kubilang jangan membawa Sasuke!" Seru Hinata kesal. "Apalagi tadi ia terus-terusan mendekati Sakura. Aku sudah pernah memperingatkan padamu Naruto-kun!"
Naruto menggaruk lehernya yang tidak gatal. Sedikit merasa bersalah. "Tapi, kelihatannya si teme itu serius kali ini."
" Kau bisa menjamin apa? Kau sendiri tahu kan, betapa playboynya Sasuke?! Awas ya, jika ia membuat Sakura-chan menangis, kau tidak akan pernah kumaafkan!"
"Hinata-chan, aku yakin ini benar. Siapa tahu Sakura-chan bisa mengubah sifatnya."
Hinata memijit pangkal hidungnya keras. Rasanya kepalanya menjadi pening seketika. Sebenarnya ia sedikit tidak tega saat tadi ia memberi tahu Sakura soal betapa lihainya dan nakalnya Uchiha Sasuke. Apalagi saat senyum Sakura memudar tadi. Uh, tak apalah. Daripada sahabatnya itu bersedih saat tersakiti oleh si Uchiha, lebih baik ia mencegahnya.
Semua akan baik-baik saja kan?
Ini adalah pertama kalinya bagi seorang Haruno Sakura dalam tujuh belas tahun hidupnya merasakan perasaan berbeda yang ia anggap sebagai perasaan cinta. Bahkan hingga sekarang senyum tidak bisa luntur dari wajahnya, meskipun Hinata telah memperingatkannya untuk menjauhi Sasuke dan membeberkan kenyataan yang sebenarnya cukup pahit-bahwa Sasuke seorang playboy.
Biarlah. Ia siap menerima segala resiko atas jatuh cintanya yang pertama ini. Lagipula, tidak ada salahnya kan. Siapa tahu bisa jadi latihan untuk menghadapi kisah-kisah cintanya di masa depan. Meskipun begitu, Sakura merasa sedikit kurang percaya diri. Karena itulah akhirnya ia berada disini. Di sebuah kios ramalan di daerah pertokoan sekitar sekolahnya.
"Tolong ramal aku! Aku akan membayar 10 ryo untuk ramalan cintamu!" Seru Sakura bersemangat sambil menyodorkan selembar uang pada sang nyonya peramal. Nyonya peramal itu tersenyum senang karena ramalannya dihargai dua kali lipat. Ia segera menyuruh Sakura mngambil sebuah dari tumpukan kartu di tangannya. Sakura segera mengambil sebuah dengan bersemangat dan menyerahkan pada sang peramal untuk dibacakan nasibnya.
Raut muka sang peramal nampak berubah. "Gadis yang malang," keluhnya pelan. "Sayang sekali nak. Tapi kau akan mendapatkan nasib buruk pada cinta dan keuangan. Kau akan bertemu dengan seorang pria yang tidak baik."
Sakura hampir melotot kesal. "Tidak baik bagaimana?"
"Kau pernah mengalami cinta segitiga?" Tanya nyonya peramal. Sakura menggeleng. Boro-boro cinta segitiga, pacaran saja belum pernah. "Nah, kau akan segera merasakannya." Lanjut nyonya peramal.
"Aa, tapi nyonya-"
"Kau mengatakan hal itu pada semua orang," sebuah suara bariton yang familiar memutus ucapan Sakura. Sakura hampir melonjak saking terkejutnya mendapati Sasuke tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Ayo kita pergi," bisiknya pada Sakura. Ia segera menarik lengan gadis merah muda yang masih nampak syok dan tidak percaya.
Sasuke tertawa kecil saat mereka sudah cukup jauh dari tempat nyonya peramal. "Hei, kau itu bodoh atau polos sih? Dia cuma mencari keuntungan saja, nyatanya ia tidak benar-benar tahu masa depanmu!"
Sakura menyengir malu. "Ini pertama kalinya aku dekat dengan seorang laki-laki selain keluargaku. Jadi aku kurang percaya diri," katanya jujur.
Sasuke menertawakannya sekali lagi. "Sudahlah, ayo kita pulang. Kuantar ya,"
Sakura mengiyakan dan menyamakan langkahnya dengan pemuda berambut raven itu.
"Kau tidak seharusnya mempercayai ramalan dan sebagainya. Masa depan adalah milikmu sendiri dan kaulah yang menentukan apakah di masa depan itu kau akan bahagia atau tidak. Jadi, lain kali jangan buang uangmu untuk hal tidak berguna seperti itu ya," kata Sasuke tiba-tiba. Sakura tersenyum lebar. Rupanya Sasuke tidak seburuk yang Hinta katakan. Setidaknya lelaki ini masih baik dan tidak serta merta meninggalkan dan membohonginya.
"Ah, hujan!" Pekik Sakura saat tiba-tiba langit mengguyur mereka dengan rintikan air dingin yang dengan cepat bertambah intensitasnya. Ia segera mengeluarkan payung lipatnya dari tas sekolah.
"Wah, payung itu!" Seru Sasuke tidak percaya. "Kau benar-benar penuh semangat."
Sakura terkikik. "Yeah, payung couple! Aku pernah berharap akan memakai payung ini dengan seorang lelaki," katanya dengan rona samar.
Sasuke tidak bisa merasa lebih geli mendengar pengakuan polos gadis merah muda di depannya.
"Disitu rumahku, Sasuke-kun." Kata Sakura sambil menunjuk sebuah rumah sederhana dengan cat berwarna hijau.
"Kalau begitu aku pulang." Pamit Sasuke sambil menyerahkan gagang payung itu pada Sakura. Sakura menolaknya dan menyuruh Sasuke untuk memakainya kembali.
"Bawa saja dulu, Sasuke-kun. Nanti kau kehujanan." Kata Sakura sedikit khawatir. Hujannya sepertinya tidak akan segera reda.
Sasuke menolaknya halus dan segera berlari pergi sambil memayungi kepalanya dengan tas sekolah dan melambai pada Sakura.
"Cepat masuk, jangan sampai sakit!" Seru Sasuke sebelum sosoknya menghilang di belokan.
Sakura tidak bisa menembunyikan senyum lebarnya. Kau juga jangan sampai sakit, Sasuke-kun."
Senyum Sakura mengembang saat ia teringat obrolannya dengan Sasuke tempo hari saat pemuda raven itu mengantarnya pulang.
"Haah? Kau belum memiliki pacar, Sasuke-kun? " tanya Sakura heran. Padahal jika dilihat sekilas saja semua orang pasti akan mengakui ketampanan dan keramahan Sasuke. Sangat tidak mungkin ia tidak memiliki kekasih. Tunggu, para cewek di sekitarnya tidak buta kan?
Sasuke tersenyum kecil. "Bahkan aku tidak pernah dekat dengan seorang perempuanpun sebelumnya."
Sakura mengepalkan tangannya. Berarti ini kesempatan untuknya! Ia harus berusaha untuk berpenampilan lebih cantik dan dewasa, sehingga Sasuke-
Bruk!
Saking asyiknya melamun, gadis berambut merah muda itu tak memandang sekitarnya dan akhirnya malah menabrak seorang cowok yang kini nampak kesal karena semua buku di tangannya berhamburan.
Sakura segera membungkuk, meminta maaf dan membantu lelaki itu memunguti buku-bukunya.
"Maaf-" Emerald Sakura melebar saat ia mengenali sosok yang ditabraknya. Itu salah satu teman Naruto, yang selalu bersama Sasuke. Tapi ia lupa namanya.
"Shikamaru. Nara Shikamaru." Sahutnya. "Teman Sasuke. Kau ingat?" Sakura menganggukkan kepalanya cepat.
"Aku Haruno Sakura. Maaf karena menabrakmu dan tidak langsung mengenalimu," Sakura membungkuk sekali lagi dengan canggung, membuat salah satu jepit rambutnya terlepas dan membuat poni nakalnya berantakan.
Shikamaru tertawa kecil melihat tingkah polos Sakura. "Haha. Rambutmu berantakan." Katanya geli sambil menutup mulutnya, berusaha menahan tawa demi menghormati gadis unik di depannya.
Sakura menggembungkan pipinya kesal karena merasa ditertawakan oleh pemuda berkuncir tinggi di depannya.
"Ngomong-ngomong, kau mau kemana?" Tanya Sakura, berusaha mengalihkan pembicaraan sebelum ia bertingkah lebih memalukan lagi.
"Rumah Sasuke. Kau mau ikut?" Tawar Shikamaru.
"Kau menyukai Sasuke?!" Tanya Shikamaru tidak percaya. "Kau tahu kan dia-"
"Iya. Aku tahu." Balas Sakura cepat. "Lagipula waktu itu ia mengatakan aku manis," lanjut Sakura dengan senyuman lebar.
"Hei, cuma karena itu? Bisa jadi itu hanya basa basi. Bisa jadi ia cuma mengucapkannya tanpa sadar tanpa ada maksud. Kau tahukan dia memang hobi menggoda perempuan!"
"Tapi aku memutuskan untuk tetap menyukainya. Aku bersedia menjadi mainannya. Apapun, asalkan aku bisa bersama Sasuke-kun."
Shikamaru mengusap wajahnya. Pasti cewek ini sudah gila. Memang, ia sering menemui para perempuan yang bersedia menjadi mainan Sasuke. Tapi, Sakura berbeda. Ia terlalu polos, dan lagi ini pengalaman pertamanya. Jujur saja, Shikamaru sedikit tidak tega.
"Mendokusai. Yang jelas aku sudah memperingatkanmu ya. Awas saja. Jangan sampai mengadu padaku kalau Uchiha itu berbuat jahat padamu."
Tiba-tiba langkah besar Shikamaru terhenti. "Itu apartemennya si Sasuke. Dia tinggal sendiri. Itu yang nomor 202. Kau bisa lihat dari sini?"
Sakura mengangguk saat tiba-tiba pintu apartemen yang ditunjuk Shikamaru terbuka. Senyumnya sudah melebar jika saja ia tidak melihat seorang perempuan keluar dari apartemen itu dlsetengah berlari dengan isakan tertahan. Dan di belakangnya, seorang laki-laki dengan bekas tamparan di pipi kirinya nampak hendak mengejar.
Sakura tercekat.
Hinata benar. Shikamaru juga benar.
Sasuke.. benar-benar..
*To Be Continue*
Yuhuuu hellooo :D
Perkenalkan, aku kazehayaza, newbie.
Ini postingan pertama aku, dan mohon maaf karena masih banyaaak sekali kesalahan baik dari segi
teknis maupun isi. Mohon bantuan dan dukungannya selalu :D
