Craziest Day Ever!
Cast : Jeno Lee (26), Huang Renjun (26), Chanyeol (48), Lucas (28), Haechan (24), etc
Perhatian!!
Cerita ini BxB. Bagi para homophobic sebaiknya segera menjauh dari lapak saya. Saya gak mau kresek makin laris di pasaran karena diborong kalian yang muntah berjamaah. Bacotan frontal dan sarkasme dalam cerita ini tidak untuk ditiru anak esde ya manteman. Jangan diplagiat, okay? Ngetik dan mikir juga butuh usaha dan tenaga. Udah gitu aja. Salam sejahtera dan selamat berngakak ria.
.
.
.
.
.
.
.
"Halo? Saya Renjun dari jln xxx nomor 69 pesan ayam goreng kremesnya sepuluh potong ya mas? Paha lima, dada lima, tidak pakai saos, tidak pakai sambal, juga tidak pakai kol"
Jeno menepuk keningnya keras.
Takdir macam apa ini? Aku dapat orderan dari mantan kekasihku sendiri?
Seraya menuliskan alamat serta pesanan Renjun, ia bertanya, "Pakai nasi?"
"Tidak. Totalnya berapa ya?"
"Pesanan akan segera diantar. Total pembayarannya 44.000. Terima kasih telah memesan"
Sesingkat itulah awal kisah nostalgianya dengan sang mantan yang telah lama ia rindukan, namun efeknya sangat luar biasa hingga matanya sulit untuk dipejamkan semalaman.
.
.
.
.
.
Renjun tidak percaya jika pemilik kedai ayam goreng kremes delivery yang tengah ramai dibicarakan itu adalah mantan kekasihnya. Yang ia tahu, dahulu jeno sangat anti dengan yang namanya berbisnis. Namun siapa sangka ternyata lelaki itu kini telah memiliki usaha kuliner yang tersebar di 23 kota di seluruh indonesia.
"Kau pelanggan pertama yang mendapat kehormatan. Bos mana yang mau mengantarkan pesanan pelanggan?"
"Mungkin kau yang merasa terhormat karena bisa bertemu mantan terhebat yang telah lama kau rindukan? Tampar aku jika tebakanku barusan tidak benar." Jeno tak berkutik dan Renjun terkikik geli karena tebakannya ternyata tepat sasaran.
Renjun kembali bersuara setelah merebut kresek berisi pesanannya dari tangan sang mantan. "Ayam Goreng Kremes Bujang Slytherin, huh? Sepertinya aku kenal dengan panggilan itu"
Jeno menelan ludahnya gugup. "Seseorang di masa lalu memanggilku Bujang Slytherin"
Renjun mengerling nakal, "Aku tahu. Orang itu sekarang ada di hadapanmu"
"Kau tidak mempersilahkanku masuk?"
Renjun kembali terkikik. "Aku mencium sebuah pengalihan topik"
"Renjun, demi tuhan aku pegal"
"Ok, mari masuk tapi pertama-tama tolong tutup telingamu karena-"
Cklek*
"WOW! LIHAT! SESEORANG DARI KELUARGA MALFOY DENGAN LANCANGNYA MEMASUKI KAWASAN SUCI LUCAS POTTER!"
"-maaf, jen. Ini baru satu pengganggu-"
"CHANBUS DUMBLEDORE DENGAN SANGAT TERPAKSA MEMBLOKADE AKSES MENUJU KAMAR SAUDARA RENJUN SEBELUM KAU MEMPERKENALKAN DIRIMU WAHAI ANAK MUDA BERAMBUT PUTIH!"
"Dad, kecilkan volume-"
"WHAT HAPPENING? Haechani Granger siap mengutuk siapapun yang berani menodai The Doctor Valentino Renjun!"
Lucas menjewer telinga Haechan. "Kakakmu bukan valentino renjun, dia Renjun Weasley"
Renjun sibuk merutuki keluarganya yang terlalu gila pada Harry Potter sedangkan Jeno hanya bisa berkedip bingung di tempatnya berdiri.
Jeno menghela nafas berat. Lelucon macam apa ini, ya tuhan?
"Maaf Jen, sepertinya keputusanmu untuk masuk ke rumahku malah meninggalkan trauma mendalam"
Jeno berbisik, "sepertinya kau benar"
Chanyeol -ayah Renjun bersedekap tangan dan memandang Jeno dengan mata memicing tajam. "Who are you?"
Jeno menyeka keringat di dahinya. "Jeno Malfoy," jawabnya pelan.
Chanyeol mengamati Jeno dari atas kepala hingga ke ujung jempol kaki. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Mungkin-"
"Dad, namanya Jeno Lee dan mungkin kalian pernah bertemu di Hogwarts, puas? Sekarang tolong hentikan kebodohan ini dan biarkan tamu terhormatku mendapat kenyamanan, ok? Sampai jumpa fams!"
Renjun dengan segera menarik Jeno ke kamar setelah berhasil menyingkirkan tubuh raksasa milik ayahnya. Lucas dan Haechan tak tinggal diam. Kedua saudara kandung itu menahan sebelah tangan Jeno.
Mereka berpandangan sejenak lantas Lucas pun bertanya dengan nada sopan. "Apa mungkin kau pemilik ayam kremes bujang slytherin yang terkenal itu? Jika benar, bolehkah kami meminta sesuatu?"
Meskipun ragu, Jeno tetap mengangguk. "Memang benar, tapi aku tidak bisa menjamin untuk menyanggupi permintaan kalian"
"Oh c'mon man! Aku hanya minta nomor handphone serta alamat lengkap salah satu karyawanmu yang bernama Kim Jungwoo!"
"Dan berikan data diri Mark Lee si kasir tertampanmu untukku"
Renjun melepas cengkraman dua saudaranya di lengan Jeno kemudian menyerahkan kreseknya pada Lucas. "Ok guys, aku janji akan mendapatkan apa yang kalian inginkan dan sekarang tolong biarkan kami berbicara empat mata"
"Renjun!" Panggil ayahnya tegas.
"Apa lagi?!" Jeritnya kesal seraya menatap ayahnya bengis.
"Tidak boleh ada aksi 'tusuk menusuk' jika Jeno Malfoymu ingin keluar dari rumah ini dalam keadaan hidup"
Raksasa caplang sialan!
Renjun mendesis, "Jeno bukan makhluk cabul dan tak mungkin dia meniduriku sekarang. Jadi, jangan ucapkan mantra apapun dari mulutmu dan pastikan ia pulang tanpa kehilangan salah satu organ tubuhnya"
"Akan kupertimbangkan permintaanmu tergantung dari bagaimana lelaki itu bersikap"
"Dad-"
"Tidak ada aksi protes dan tolong perhatikan etikamu, Renjun! Sekalipun kau anakku, aku takkan segan-segan untuk memantraimu tanpa belas kasih jika kau melanggar apa yang kuperintahkan"
Bolehkah sekali saja Renjun menjerit dan mengutuk tuhan atas ketidakadilan yang ia rasakan di dunia ini? Mengapa ia harus dilahirkan menjadi anak dari dukun santet gila berstatus duda bernama Chanyeol?
Sekeras apapun jeritanku, takdir ini takkan berubah, kan? Hah! Semoga di kehidupan selanjutnya aku bisa tenang di surga tanpa harus mengalami reinkarnasi dan berakhir dengan terlahir kembali di tengah keluarga gila seperti ini!
Tanpa banyak bicara, Renjun melanjutkan langkahnya yang tertunda disusul oleh Jeno yang mengekorinya.
.
.
.
.
"Bagaimana kehidupanmu di Singapura?" Jeno bertanya ragu karena sedari tadi Renjun hanya diam. Ia menguap lebar sebelum menidurkan tubuhnya di ranjang seraya memeluk boneka moomin.
Diliriknya sang mantan kekasih yang tengah fokus mengepak pakaian ke dalam koper. Cantik sekali, batinnya refleks.
"Kehidupanku di Singapura sangat melelahkan, tapi tak sekacau disini"
"Maaf, mengenai perpisahan kita-"
"Aku tahu, kau tidak sanggup menjalani hubungan jarak jauh dan orang tuamu tak setuju dengan hubungan abnormal yang kita jalani, bukan?"
Jeno mencibir. "Lama-lama kau jadi mirip peramal wanita-"
"Aku lelaki dan 'milikku' lebih besar darimu, ingat!"
"Yeah, akan kuingat dengan baik pembelaanmu barusan sebagai mitos terlucu abad ini"
Andai saja Renjun sedang berada di tempat prakteknya, mungkin Jeno sudah ditemukan tak bernyawa akibat suntikan serum bisa king kobra yang belum lama ini ia kembangkan sebagai vaksin anti nostalgia bagi para mantan yang sulit move on di luar sana.
"Tak kusangka kau masih suka makan ayam kremes, nafsu makanmu makin mengerikan," Jeno mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Renjun mendelik tajam. "Kau salah! Aku bahkan sudah menjalani diet ketat dan hidup sebagai makhluk vegetarian sejak tiga tahun terakhir"
"Lalu ayam-ayam tadi untuk siapa?"
"Untuk pakan kuntilanak peliharaan ayahku"
Semua bulu di tubuh Jeno berdiri tegak. Jawaban super jujur dari Renjun sejauh ini malah memberi efek mengerikan dan tidak baik bagi kinerja jantungnya.
"Dan uang yang kuberikan tadi merupakan hasil gerilya pasukan tuyul good-looking peliharaan kakakku"
Mantan kekasihnya itu memang tidak pernah salah. Kedatangannya ke rumah ini hanya akan meninggalkan trauma mendalam.
"Renjun, kau sudah menemukan penggantiku?"
Saat ini Jeno tak menginginkan apapun dari tuhan selain berharap semoga topik pembicaraan mereka kali ini lebih berbobot dan terdengar normal.
"Kau kira aku sempat memikirkan pasangan?"
Jeno mengibaskan sebelah tangannya. "Aku lupa bahwa mantan kekasihku ini seorang dokter bedah yang tak mengenal kata 'istirahat' dalam hidupnya"
"Aku tidak segila itu dalam bekerja!" Bentak Renjun tak terima.
"Mulutmu perlu rem, kau tidak lelah tancap gas sedari tadi? Jawab pertanyaanku dengan nada normal saja, bisa kan? Jadi, apa mantan kekasihku ini sudah menemukan pengganti?"
Renjun menutup kopernya kemudian ikut berbaring di sebelah Jeno. "Belum. Sepertinya aku akan melajang saja sampai tua nanti"
"Jangan melajang, jadi istri keduaku saja, mau tidak?"
Renjun terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab dengan nada datar andalannya. "Aku baru tahu kau sudah menikah"
"Kau ingat Xiyeon si juara olimpiade fisika nasional dari sekolah kita?"
Tentu saja Renjun ingat. Xiyeon si primadona sekolah menengah atas kala itu menjadi saingan terberatnya dalam aksi 'mari pacari Jeno Lee si tampan pemikat hati'. Beruntung ia keluar sebagai pemenang dalam pertarungan sengit itu 10 tahun silam.
"Dia istriku. Dunia sempit sekali, bukan?" Tanya Jeno dengan nada canggungnya.
Dan sekarang si c3ntil sialan itu yang jadi pemenang? Kenapa takdir tega sekali mempermainkanku sampai sejauh ini, ya tuhan?!
Renjun tertawa hambar. "Sudah tahu dunia itu sempit, kenapa sampai tidak mengundangku?"
"..." Jeno Lee terskakmat karena kemenangan mutlak memang hanya dimiliki mulut tajam Huang Renjun seorang.
"Entah salah apa yang kuperbuat pada tuhan sampai dia tak sudi mendengar do'a yang kupanjatkan setiap hari," ujar Renjun dalam satu tarikan nafas.
"Memang apa do'amu? Mungkin kau kurang berusaha"
Renjun memandang langit-langit kamarnya yang bercat gelap. "Aku ingin tuhan mendatangkan sesosok pangeran berkuda yang sudi mengeluarkanku dari rumah mengerikan ini dan mampu membahagiakanku dalam istananya"
"Do'amu belum berubah sejak 10 tahun yang lalu. Apa itu sungguh keinginan terbesarmu?" Tanya jeno setengah tertawa, namun Renjun hanya diam dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sayang sekali Jeno tak menyadarinya karena terlalu sibuk memandangi boneka moomin dalam dekapannya.
"Kau tahu, Renjun? Kadang kau terlalu kekanakan dalam memandang kehidupan. Dunia ini tak selucu moomin, do'a sekonyol itu tentu saja takkan terkabul"
"Bahkan do'a sesederhana itu sepertinya terdengar sangat konyol ya untuk orang sebahagia dirimu?"
Gerakan Jeno terhenti sesaat. Ia menoleh saat mendapati ada yang tak beres dengan ucapan mantan kekasihnya. Dan benar saja, lelaki cantik itu kini sedang menitikan air mata dalam diam.
"Hey! Kau menangis-"
"Tentu saja tuhan takkan mengabulkan do'a konyolku karena ternyata pangeran berkudaku sudah resmi menyandang status sebagai suami orang lain"
Jeno meneguk ludahnya susah payah. Suasana mendadak luar biasa canggung, bahkan untuk bernafas pun hidungnya malah dipenuhi keraguan. Sungguh kondisi yang tak biasa.
"Kau tahu, Jen? Alasanku kembali ke negeri ini karena-"
"Aku?"
Renjun menutup bagian atas wajahnya dengan bantal sedangkan bibirnya berucap, "ini terlalu memalukan. Sekarang kau tahu bahwa seorang Huang Renjun adalah spesies manusia gagal move on dengan level kepercayaan diri yang terlampau tinggi. Tapi tak masalah...setidaknya, setelah aku jujur dan menangis di hadapanmu, sekarang seluruh beban di hatiku terangkat meskipun harus ada luka yang tertoreh disana"
"Jadi tebakanku tadi benar?" Tanya Jeno seraya berbaring menyamping menghadap sang mantan.
Renjun memberi anggukan singkat. "Sampaikan pada Xiyeon bahwa Huang Renjun si juara olimpiade kimia nasional merindukan jambakan mautnya"
"Aku juga merindukanmu"
Renjun mendengus. "Jen, aku tak bertanya"
"Dan ucapanku barusan bukanlah jawaban, Huang Renjun"
"Lalu apa?"
"Secuil informasi"
"Ok, thanks. Aku juga merindukanmu, Jeno Lee" ujarnya seraya melempar bantal ke sembarang arah.
Jeno mengelus pipi Renjun dengan sebelah tangan. "Pertimbangkan tawaranku tadi"
Tak ada jawaban.
"Jadi istri keduaku ya?"
"Tidak mau-AWW Jangan cubit pipiku, sialan!" Renjun berseru kesal dan menepis tangan Jeno dari wajahnya.
"Apa mungkin kau keturunan vampire? Kenapa tak ada yang berubah? Kau masih imut dan begitu mungil. Haruskah kuganti namamu jadi Renjun Cullen?"
Sadar akan suatu hal, Renjun melompat tergesa dari ranjangnya setelah melirik jam dinding yang tergantung indah di sebelah atas pintu kamar.
"Waktuku tak banyak. Maaf, Jen. Aku harus segera kembali ke singapura"
Jeno menggeram kemudian bangkit dari acara berbaringnya. "Kau bercanda?"
Renjun memasang kaus kakinya dengan kecepatan cahaya. "Aku tidak bercanda. Kau masih ingat kan pintu keluar di sebelah mana? Terima kasih telah sudi mendengar segala keluh kesahku sedari tadi. Sekarang semuanya terasa jelas, kau memang hanya bagian dari masa laluku"
Jeno beralih ke hadapan Renjun dan mencengkram bahu lelaki cantik itu amat keras. "Yakin tidak mau jadi istri keduaku?"
Renjun menyentak cengkraman Jeno hingga terlepas. "Aku tidak mau jadi perebut suami orang"
"Bagaimana kalau jadi istri pertama saja?"
"What?!"
"Aku masih lajang dan Xiyeon bukan istriku. Dia sudah dinikahi Kak Eunwoo sejak lama, kau tak tahu?"
Jeno tertawa terpingkal-pingkal di lantai saat mendapati ekspresi lucu di wajah cantik Renjun sedangkan si korban penipuan hanya berdiri menganga dengan alisnya yang berkedut kesal. Demi tuhan, Renjun tak tahu dimana letak unsur kelucuan dari situasi menyebalkan semacam ini.
"Jadi sedari tadi kau membual?"
"Semua ucapanku bohong kecuali dua hal. Pertama, tentang aku yang merindukanmu. Kedua, tentang tawaranku tadi"
Melihat betapa kesalnya Renjun saat ini, Jeno pun berusaha meredam tawanya dari pada harus menjadi samsak tinju dadakan.
"Moodku hancur lebur karenamu dan bisakah kau pulang sekarang? Aku harus pergi"
Jeno membelalakan matanya. "Tapi bagaimana dengan nasibku? Apa ucapanmu itu bisa kukategorikan sebagai penolakan?"
"Akan kupikirkan nanti setelah-"
"TIDAK BISA BEGITU!"
"Tutup rapat gerbang depan rumahku jika tak ingin kepulangmu diikuti om genderuwo kembar siam yang senantiasa menjaga keamanan rumahku dalam segala cuaca walau hanya bersenjatakan celurit imajiner di kedua tangan berbulu lebatnya. Sekedar informasi, mereka tak seganas yang kau bayangkan kok. Aku akan pergi lewat gerbang belakang. Sampai jumpa di lain waktu, mantan!"
"Tapi tawaranku-"
Renjun yang baru saja menarik kopernya terpaksa berbalik seraya mengacungkan jari tengah hingga Jeno diam tak berkutik. "Datang sebagai pangeran berkuda ke Singapura nanti jika kau ingin mendengar kata 'i do'"
Jeno mengembangkan senyumannya. "Kalau begitu tunggu kedatanganku, tuan putri"
Renjun membuka (bentuk terhalus dari kata merubuhkan versi kamus Renjun Weasley) pintu kamarnya dalam sekali tendangan. Sedikit menghela nafas kasar karena tak terima dipanggil tuan putri meskipun ia tak menyangkal bahwa wajahnya itu memang lebih cantik dari Xiyeon si primadona sekolah sekalipun.
Dua manusia dengan perbedaan tinggi badan mencolok telah berdiri di hadapannya lengkap dengan cengiran tanpa dosa yang memperlihatkan deretan gigi putih cemerlang, secemerlang gigi ayahnya.
"Tidak usah mendelik begitu, kami disini hanya untuk menagih janji," ujar sebuah suara menyebalkan.
Data diri Kim Jungwoo dan Mark Lee. Renjun melupakan kedua hal itu.
"Bisa kau urus mereka, jen? Aku sudah sangat terlambat," ujar Renjun penuh penekanan di akhir kalimat kemudian menyingkirkan tubuh kedua saudara kandungnya dan membawa kopernya keluar dari sana.
Jeno tak sempat mengucap kalimat perpisahan apapun karena Lucas sudah maju dan menodongnya dengan sebuah kris berwarna...pink mengkilat berukiran hello kitty.
Hantu selucu apa yang menghuni kris segirly itu?, batinnya tak habis pikir.
"Datang ke rumah makanku jam 4 sore nanti. Jungwoo dan Mark kebetulan akan bertugas sampai malam hari. Kuberi kalian diskon untuk setiap pembelian dua potong ayam. Bagaimana?"
"Ide bagus!" Sahut Haechan antusias.
Lucas mengajak Jeno berjabat tangan. "Persetujuan diterima. Sekarang kau boleh pergi"
Jeno tertegun sejenak, kemudian menatap Lucas ragu. "Ngomong-ngomong, apa genderuwo kembar siam di gerbang depan seringkali menyerang tamu?"
"Tidak, lagipula mereka bukan striker. Daddy merekrut mereka sebagai gelandang bertahan. Genderuwo striker terhebat di rumah ini telah hilang diculik dukun dari kelurahan sebelah, kisahnya sangat tragis dan sekarang aku sangat rindu-"
"Kalau begitu aku permisi. Sampai jumpa nanti sore, Lucas Potter dan Haechani Granger"
Sekarang Jeno paham mengapa Renjun bersikeras ingin dijemput pangeran berkuda putih dan ingin segera melarikan diri dari sana. Ternyata do'a sederhana dan konyol itu timbul karena suatu alasan rumit yang terlalu gila untuk ia jabarkan.
Pangeran berkuda putih akan segera menjemputmu, Renjun Weasley.
.
.
.
.
.
.
.
.
END
Atas nama diri pribadi dan segala kerecehan yang tertuang dalam cerita saya hari ini, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila waktu anda terbuang karena cerita absurd maha bobrok yang satu ini.
Sekian.
