Title: Love and Revenge!

Author: Ray Hyuuga

Pairing: SasuSaku (Uchiha Sasuke and Haruno Sakura)

Rate: M

Genre: Romance and Drama

Warning: OOC, Typos, Konten pembangkangan dan balas dendam, serta kekurangan yang lainnya.

Summary:

Haruno Sakura, Cherry Blosoom Girl yang 'manis' dan pandai mendapat kesempatan bersekolah di Konoha High School berkat kepandaiannya. Sebagai siswa baru, tentunya ia harus mengikuti MOS. Seharusnya semua baik-baik saja. Namun, keberaniannya menentang aturan MOS membuat dirinya harus berurusan dengan berbagai macam hukuman. Hingga ia bertemu dengan sosok sempura itu. Mampukah sosok itu membuat Sakura berubah dari sifatnya?

~ Special For Sakura's Birthday ~

28th March

Enjoy and Happy Reading

Chapter 1

~ Sakura POV ~

Aku terpaku tepat di depan papan pengumuman yang ada di Konoha High School ini. Melihat namaku dengan jelas terpampang di lembar pengumuman dengan urutan teratas. Tanganku pelan menyentuh kaca yang menjadi sekat antara aku dan lembar pengumuman tersebut. Memastikan kalau pengumuman tersebut aman dan terhindar dari kerusakan massa.

Haruno Sakura

Score: 97,5

LULUS

Urutan teratas? Hah, lantas menurut kalian mesti bagaimana ekspresiku sekarang ini? Senang dan meloncat-loncat? Atau menangis bahagia? Konyol! Hanya dengan urutan teratas, lalu, pantaskah kau berbangga diri. Mungkin, tidak ada calon siswa yang mendapatkan skor 9 seperti halnya aku. Bahkan, calon siswa dengan nama Yamanaka Ino mendapat peringkat kedua dengan skor 79,0. Tapi, setidaknya, apakah mereka bisa menghentikan aksi drama seperti itu? Saling berpelukan dan menumpahkan tangis. Meraung-raung karena lulus dan sebagian ada yang menendang dasbor mobilnya karena namanya termasuk kedalam list yang tidak diharapkan. TIDAK LULUS! Ya, aku akui mungkin bagi sebagian orang, lulus dan menjadi murid di Konoha High School adalah hal yang luar biasa. Bisa dikatakan demikian karena masuk ke sekolah elit ini saja susahnya minta ampun. Melalui banyak tes yang ketat dan penderitaan air mata darah. Namun, bagiku ini hanyalah hal biasa. Benarkah? Ya, tidak ada yang pantas di senangi di dunia ini. Hanyalah penderitaan dan persaingan yang membawa tumpah ranah darah. Melukai hati dan batin. Takkan pernah ada kesenangan di dunia ini. Jika kau mati, lalu, apa dunia ini akan menemanimu tidur selamanya di dalam peti mati? Tidak! Kau akan meninggalkan semua yang kau miliki di dunia ini. Menyisakan kesunyian dan penderitaan yang dalam, serta kegelapan yang pekat. Kau akan menyadari kalau dunia ini hanyalah tempat kita merangkai mimpi dan khayalan. Sejatinya, kita semua masih tertidur. Kematian nantilah yang akan menyadarkan kita kalau dunia ini hanyalah khayalan. Segala bentuk keindahannya hanyalah semu dan serupa dengan pedang. Dimana ia akan berfungsi dengan baik jika kau menggunakannya secara tepat. Bagiku, aku takkan pernah bisa mengayunkan pedang tersebut ke arah yang tepat.

Apa yang kumiliki sekarang? Kaya, cantik, manis, atau penuh pesona? Hanya orang yang kurang waras menggunakan empat hal di atas untuk menarik perhatian dunia. Kau ingin tahu apa yang ku miliki sekarang? Hanya kepandaian dan jiwa yang arogan serta bengis. Arogan? Bengis? Ya, dua hal itu melekat di dalam diriku secara sempurna. Menutupi mata hati dan batinku selama dua tahun terakhir. Jiwa yang penuh dengan gelora balas dendam membuatku tidak memiliki banyak teman, atau bahkan tidak ada sama sekali. Jangan bandingkan aku dengan Sanguinis yang memiliki teman banyak, namun tidak setia. Hanya berteman kala membutuhkan. Bagiku, berteman hanyalah membuang waktu dan efisiensi kinerja yang kumiliki. Aku lebih memilih membenamkan diri di perpustakaan ketimbang menggosip bersama siswi yang lainnya. Melahap hingga lima buku tebal sekaligus dalam waktu istirahat satu jam yang terbagi menjadi dua. Istirahat pagi dan menjelang siang. Sebuah komitmen di butuhkan jika kau ingin berteman denganku. Apa ini bentuk kesombongan? Terserah kalian mau menganggapnya apa. I don't care!

Mataku dengan liar menuruni daftar yang ada dibawahku. Hingga list lulus habis dan berganti dengan list dengan title berwarna merah menyala. Simbol dari segala malu dan kesedihan akibat Konoha High School ini. TIDAK LULUS. Apa hanya dengan dua kata ini kalian merasa sedih? Bodoh! Bukan berarti kalian adalah orang yang gagal. Tuhan masih menyayangi kalian jika menemui dua kata ini. Ia memberikan kalian pengalaman dan pengetahuan bagaimana rasanya menjadi orang yang sabar menghadapi cobaan. Kesenangan itu akan datang jika kalian mau bersabar dan tulus menerimanya.

Lamunanku berhenti tatkala aku merasakan sentuhan di bahuku. Dengan perlahan, aku menoleh. Sedikit ku picingkan mata untuk menetralisir cahaya matahari yang menyilaukan. Dalam bayang, aku melihat seorang gadis seumuran denganku tersenyum manis. Berambut pirang. Berwajah cantik dengan sapuan make up tipis yang natural. Aku hampir-hampir tak percaya. Typicalnya seperti orang Barat, bukan orang Timur. Ah, apa peduliku? Mau Barat, Timur, Selatan, ataupun Utara sama saja! Sepersekian detik kemudian, aku kembali memasang wajah dinginku.

" Haruno Sakura?" tanya gadis di hadapanku. Aku menyambut pertanyaannya tanpa sahutan ataupun anggukan sedikitpun. Apa peduliku! Aku bahkan tak mengenalnya.

" Wah, senang sekali bertemu denganmu, Sakura. Namaku Yamanaka Ino. Kau bisa memanggilku Ino. Aku termasuk penggemarmu loh." kata Ino terkekeh pelan. Tunggu! Darimana ia tahu kalau aku adalah Haruno Sakura? Yamanaka Ino? Apa dia gadis yang menduduki peringkat dua di bawahku? Tapi, apa aku pernah mengenalnya atau ia mengenalku?

" Kau salah orang." kataku dengan nada monoton. Ino hanya tertawa lepas, menampilkan deretan giginya yang putih bersih. Sekejap, aku naikkan alisku sebelah. Ada apa dengan orang ini?

" Kau bilang aku salah orang?" tanya Ino dengan senyumnya yang mengembang. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah majalah. Setelah membuka halaman yang tampaknya telah tandai, ia menunjukkannya kepadaku. Jujur, aku agak terkesiap. Aku bahkan tidak pernah tahu kalau hal ini akan masuk kedalam majalah. " Haruno Sakura, memenangkan pertandingan penulisan cerpen tingkat Internasional dengan cerpennya yang berjudul "Between You and Revenge!" plus gambarnya pula. Mataku masih normal. Aku tidak mungkin salah lihat." kata Ino selanjutnya.

Aku mendengus kecil. Typical ku yang tak menyukai hal-hal yang berbau umum, membuat amarahku melonjak pelan. Rasanya, aku ingin membalas siapapun yang berani-beraninya memuat informasi tentang diriku di majalah seperti ini. Dengan gambarnya pula. Emosi yang menggelegak memenuhi diriku.

" Jadi, kecantikan orang yang ku kagumi selama ini tampaknya buta di media massa. Cahaya dan auramu lebih memancar dan lebih terasa saat aku berada di dekatmu." kata Ino seraya menyimpan majalahnya kembali. Aku menghela nafas pelan.

" Ino-san, aku..." ucapanku terputus lantaran sebuah pengumuman terdengar dari pengeras suara Konoha High School. Terlebih, Ino meletakkan jari telunjuknya di depan bibir mungilnya, memberi isyarat aku diam. Aku mendengus pelan.

" Bagi calon siswa yang dinyatakan lulus, harap untuk berkumpul di lapangan sekolah. Pemberian instruksi untuk acara MOS besok akan di sampaikan lima menit lagi. Sekali lagi, bagi calon siswa yang dinyatakan lulus, harap untuk berkumpul di lapangan sekolah sekarang. Terima kasih."

Usai pengumuman terdengar, Ino memegang tanganku dan menuntunku masuk ke dalam kawasan sekolah. Aku tidak melawan sedikitpun. Entah mengapa, aku merasa nyaman berkenalan dengan Ino. Typicalnya yang seperti orang Barat membuatku merasa nyaman berada di dekatnya. Bersama dengan ratusan calon siswa lainnya, kami bergelut dengan rombongan menuju lapangan sekolah. Namun, bukannya ke arah lapangan, Ino malah membawaku menjauh dari area lapangan. Aku hanya mendengus pelan seraya menaikkan alisku.

" Ino-san, kita mau kemana?" tanyaku dingin.

" Ke kamar kecil. Aku tidak tahan lagi. Tunggu aku di sini." kata Ino seraya berhenti di luar kamar kecil. Dengan segera, Ino masuk kedalam salah satu kamar kecil, dan aku menunggu. Perlahan, ku sandarkan punggungku di tembok, mengamati ratusan siswa masih berkumpul dengan barisan yang tidak teratur. Terdengar bunyi dengung dari kumpulan besar tersebut. Aku hanya diam menikmati hembusan angin yang membawa aroma bunga mawar dan lily. Merasa penat, aku bangkit dari sandaranku seraya membalik arah. Mencoba mencari bunga atau tanaman yang lainnya, hingga...

BUKK...

Tubuhku di tabrak entah siapa. Membuatku menjadi oleng sesaat. Untung saja aku tidak jatuh secara tidak elite. Ku coba untuk memperhatikan sosok yang ada di hadapanku. Emosiku hampir-hampir menggelegak jikalau aku tidak berusaha menenangkan diriku sendiri dan melihat siapa yang menabrakku. Seorang pemuda tampan dan tegap, tubuh proposional, rambut raven menawan, serta kedua mata onyx yang tajam. Matanya menatapku dengan tatapan yang mematikan. Namun, siapa bilang kalau aku takut. Untuk apa takut? Dia dan aku adalah manusia yang sama. Sama-sama makan nasi, untuk apa takut. Hanya karena dia pemuda, dan aku seorang gadis. Camkan hal ini, aku tidak pernah takut dengan yang namanya kekerasan. Aku bahkan bisa lebih gila daripada lelaki kalau berurusan dengan yang namanyan kekerasan. Ku perhatikan kaos yang di kenakannya basah akibat minuman yang di bawanya. Memperlihatkan bentuk tubuhnya yang six pack di balik kaos biru tua yang di kenakannya. Seketika, wajahku merona hebat. Aku..., ah, apa yang kau pikirkan, Sakura? Jangan lagi. Jangan pernah merangkai mimpi itu lagi, ku mohon, batinku.

" Heh, kalau jalan itu pakai mata." katanya marah. Aku hanya menatap wajahnya dan matanya yang tajam itu dengan tatapan merendahkan. Bibirku menampilkan sunggingan senyum palsu dan mengejek.

" Seharusnya kau yang menggunakan matamu bila berjalan. Untuk apa kau memiliki mata tajam, namun, loading lama. Heh, picik sekali." kataku dengan suara yang menyerupai bisikan mengejek kepada pemuda yang ada di hadapanku.

" Beraninya kau! Minta maaf sekarang!" katanya seraya mendorong bahuku sebelah. Membuatku mundur beberapa langkah kebelakang. Minta maaf? Mimpilah kau pemuda picik!

" Aku tidak melakukan kesalahan apapun. Untuk apa aku meminta maaf kepadamu? Jangan pernah bermimpi!" kataku dengan nada yang masih serupa dengan bisikan. Wajahnya terlihat merah padam, namun tak mengurangi parasnya yang tampan dan memesona. Mataku menangkap jakunnya yang naik turun. Matanya yang memperhatikanku secara tajam membuatku sedikit kecut. Pandangannya seakan..., menelanjangiku. Seketika aku menahan semburat merah di pipiku.

" Tidak mau minta maaf, hah? Baiklah, kau harus menanggung akibatnya. IKUT AKU!" katanya geram seraya menarik tanganku. Seketika, aku memberontak dan berusaha melepaskan cengkraman tangannya. Namun, tangan pemuda ini sangat kuat, membuatku seakan tak berdaya. Hah! Haruno Sakura, gadis yang terkenal bengis di kalahkan oleh pemuda seperti dia? Ku akui ia memang sangat tampan dan memesona, tapi apa peduliku. Dimana aku harus mengenakan image milikku. Dengan sekuat tenaga, aku menghentakkan tangannya.

" Lepas!" kataku geram dan menatapnya tajam. Namun, sosok tampan tersebut hanya tersenyum sinis dan memperlihatkan seringai yang terasa ganjil. Seringai mesum dari wajahnya nampak begitu memesona, bukankah seharusnya serasa menjijikkan? Ah, ada apa denganku? Kalau dia tampan, bukan berarti aku seakan buta menilainya. Cih, sialan.

" Lepaskan kataku!" kataku lagi dengan nada yang tinggi serta menghentakkan tangannya. Namun, tangannnya masih mencengkram tanganku. Membuatku sedikit meringis karenanya. Sialan. Pemuda gila ini membuatku marah sekarang. Entah setan apa yang merasuki pikiranku. Biasanya aku akan langsung bergelut dengan kekasaran jika ada orang seperti dia. Namun, terhadap sosok tampan ini, mengapa seakan aku tak berdaya? Ah, baka! Aku akan gila. Mataku bisa menangkap bentuk tubuhnya yang sempurna tercetak karena tumpahan minuman tersebut. Ah, gila, gila, dan gila. Mengapa aku menjadi seperti ini?

" Kenapa? Kau menyukai bentuk tubuhku?" tanya pemuda brengsek yang ada di hadapanku ini. Apa? Bermimpilah kau, pemuda sialan! Aku bukan typical gadis genit yang mudah terpesona dengan hal-hal semacam itu. Aku Haruno Sakura, gadis yang memiliki image kasar dan tsundere tidak akan pernah tergoda dengan hal-hal mesum seperti itu. Camkan itu!

" Heh! Ge-er sekali kau. Ku ingatkan kau, aku bukan gadis murahan yang terpesona dengan hal semacam itu. Aku tidak..."

" Walau bagaimanapun, setiap perempuan normal pasti akan menyukainya. Kecuali kalau kau memang ada kelainan." katanya memotong ucapanku dengan sunggingan senyum sinis. Cukup! Aku benar-benar kehilangan kesabaran kali ini. Kau akan mati di tempat, brengsek!

" Berani sekali kau! Aku normal, dan aku..." ucapanku terputus tatkala telunjuknya menempel di bibirku, memberi isyarat agar aku diam. Cih, sialan! Seringai di wajahnya semakin menjadi, dan semakin terlihat..., memesona? Ah, baka! Kenapa denganku?

" Normal? Mari kita buktikan! Ikut aku!" katanya seraya menarik tanganku. Aku benar-benar tak kuasa untuk memberontak kali ini. Pesonanya terlalu kuat untuk ku lawan. Sedikit ku gelengkan kepala untuk memulihkan kembali akal sehatku. Hah? Baru beberapa saat yang lalu aku bertemu dengan pemuda ini dan aku sudah terjebak dengan pesonanya. Gila! Ini sungguh gila! Ucapannya..., apa maksudnya? Aku normal, baka. Apa lagi yang harus di buktikan? Jangan-jangan..., kya..., mati aku kali ini. Dimana image Sakura yang bengis dan arogan saat ini? Kenapa topeng kepribadianku harus berganti di saat seperti ini? Hah, sial, sial, dan sial. Kejadian macam apa ini, shannaroo!

" Oke, aku minta maaf. Kau puas sekarang?" kataku akhirnya mencoba untuk mengalah. Aku hanya mencoba, okey? Aku tidak ingin terbawa ke dalam masalah yang lebih dalam dan rumit. Pemuda tersebut berhenti dan membalikkan badannya. Matanya menatap wajahku. Seketika, tangannya memegang daguku dan mendongakkan wajahku agar leluasa melihat wajahnya. Tuhan! pekikku dalam hati. Walau bagaimanapun, dia sangat tampan dan memesona.

" Sayangnya, sudah terlambat. Kau harus minta maaf dengan cara lain." katanya seraya mendekatkan wajahnya ke wajahku. Membuat beberapa senti kecil sebagai sekat di antara wajah kami berdua. Dimana aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang terasa hangat. " Ikut aku!" perintahnya lagi seraya membawaku berjalan kembali.

Dengan segera, pemuda di hadapanku membawaku menyusuri lorong, menjauhi daerah kamar kecil. Tuhan, kemana dia akan membawaku? Hingga, ia berhenti di depan pintu sebuah ruangan. Dengan segera, ia membuka pintu tersebut dan menarikku ke dalam. Di hentakkannya tubuhku ke hamparan matras, membuatku seketika sadar jikalau ini adalah ruang olahraga. Tunggu! Matras? Aku sekarang berbaring di matras? Apa yang akan di lakukannya? Terlebih, mataku bisa menangkap jikalau sosok pemuda tampan itu mengunci ruangan ini. Yang artinya, hanya ada aku dan dia di sini. Ditambah posisiku seperti ini pula. Kya..., apa yang akan di lakukannya terhadapku? Tuhan, aku masih ingin perawan. Jangan buat aku menjadi wanita secepat ini. Entah kenapa bibirku rasanya menjadi kelu untuk sekedar berbicara. Padahal, aku bisa saja berteriak minta tolong. Namun, setiap mataku menangkap sosok pemuda itu, aku seakan tersihir oleh pesonanya.

Aku bisa melihat dengan jelas sosok pemuda tersebut berbalik haluan. Matanya yang kelam memandangku dengan tajamnya, setajam pandangan elang terhadap mangsanya. Hah? Ia pikir aku daging atau semacamnya hingga di pelototi seperti itu? Langkahnya semakin mendekat dan mendekat. Aku bahkan harus menenggak salivaku yang serasa makin banyak bersarang di mulutku. Tatapannya masih berupa seringai mesum yang menakutkan sekaligus memesona. Ah, aku gila saat ini!

" Dengar ya. Kalau kau berani macam-macam denganku, maka kau...-kya..." teriakku saat pemuda di hadapanku menerjang tubuhku dan memelukku erat. Wajahnya yang tampan di tenggelamkannya di leherku. Aku merasakan sensasi geli sekaligus hanyut. Dapat ku rasakan hembusan dan hirupan nafasnya yang terasa hangat di leherku. " Apa yang kau lakukan? Lepaskan! Dasar bajingan!" seruku seraya meremas rambut ravennya. Namun, entah mengapa aku seperti tak kuasa meremasnya dengan kasar. Lagi, aku menggeliat pelan tatkala ku rasakan sapuan hangat dan basah mengenai leherku. Seketika, nafasku menderu. Naik turun tak beraturan. Tak hanya sekali, sensasi tersebut ku rasakan berulang-ulang hingga aku mengeluarkan lenguhan kecil. " Shh..., apa yang kau lakukan..., akh!" jeritku tatkala ku rasakan sebuah gigitan kecil mengenai kulit leherku. Aku menggeliat kecil merasakan sensasi tersebut. Apa-apaan dia ini? Ku akui ia memang sangat tampan. Tapi, kalau begini dia namanya bajingan!

Ku lihat pemuda tersebut mengangkat wajahnya dan menatapku. Matanya memandangku dengan seringai yang agak gila. Aku masih mengatur nafasku yang naik turun akibat beberapa sensasi yang baru saja ku rasakan. " Apa yang kau lakukan?" kataku dengan nafas yang ngos-ngosan.

" Kau harus bertanggung jawab atas kesalahanmu. Selain itu, kau manis juga. Rasa dan aroma tubuhmu menggoda." katanya seraya mendekati wajahku.

" Apa? Beraninya kau! Jadi, kau..." ucapanku terputus lantaran melihatnya tertawa kecil dan sedikit mengejekku. Gila, mau bagaimanapun, wajahnya tetap saja tampan dan memesona.

" Hanya memberimu sedikit sapuan dan gigitan kecil. Ku pikir kau tidak akan bereaksi apa-apa. Ternyata..., kau malah menikmatinya." katanya dengan nada santai. Tangannya mencengkram kedua belah tanganku, membuatku menjadi tak leluasa untuk bergerak. Bah! Seandainya dia tidak memiliki pesona seperti ini, sudah pasti dia akan hancur plus mati di tempat.

" Lepaskan aku! Aku ada urusan penting! Temanku..."

" Kau ingin aku melepaskanmu? Boleh saja. Asal kau bisa mengalahkanku!" katanya dengan sensual. Bisa kurasakan ujung lidahnya menjilat lembut ujung cuping telingaku berulang. Membuatku menjadi bergidik karenanya.

Mengalahkan? Mengalahkan apa! Belum sempat aku mencerna kalimatnya dengan sempurna, aku merasakan jikalau bibir lembutnya menempel di bibirku. Sapuan lidahnya yang lembut dan hangat membuatku sedikit melenguh. Oh, baru aku paham sekarang. Mengalahkannya dalam hal French Kiss. Cih, kita buktikan saja, pemuda picik! Aku mungkin terlihat polos dan manis, tapi, kalau dalam hal seperti ini, aku akan memenangkannya. Dengan begitu sensualnya, pemuda yang menahanku sekarang menggigit bibirku, memberikan isyarat agar aku membuka mulutku. Dengan senyum licik, ku buka mulutku. Lidahnya terasa mengeksploitasi bagian dalam mulutku. Haha..., lidahnya terasa kaku. Kurang pengalaman rupanya. Baiklah, sekarang balasan balik. Lidahku yang semula pasif, kali ini berusaha melawan lidahnya. Ku tekan-tekan lidahku, berusaha mendominasi. Benar saja, lidahku kali ini mengeksploitasi bagian dalam mulut pemuda ini. Dengan ganas, ku balikkan posisiku. Dengan ciuman panas yang ku berikan, ia ku dengar beberapa kali mendesah pelan. Ku selusupkan tanganku ke dalam kaos yang di kenakannya. Ku elus dan ku telusuri pelan bentuk tubuhnya. Sesekali, ku goda titik sensitifnya. Benar-benar membuatnya kalah telak. Dengan segala usaha, ku lepaskan ciumanku dan berusaha berdiri.

" Aku mengalahkanmu! Dasar!" kataku sinis. Ia hanya membuang wajahnya yang memerah akibat ulahku. Heh! Jangan kira kalau aku adalah gadis yang lemah dan hanya bisa menerima. Aku juga gadis dengan typical pervert yang sangat kuat. Jangan berani-berani denganku.

" Kau liar sekali." gumamnya seraya bangkit dari matras dan merapikan kembali kaosnya yang berantakan akibat ulahku.

" Heh! Aku keluar sekarang!" kataku seraya melenggang ke arah pintu dan membuka pintunya. Sebelum aku benar-benar keluar dari ruang olahraga, aku menangkap suara pemuda tersebut dengan nada yang menakutkan.

" Kau akan menyesal karena menunjukkan sisi liarmu. Aku akan mencarimu." katanya seraya duduk di hamparan matras seraya menyentuh bibirnya sendiri. Aku menoleh kearahnya, tanpa sebuah jawaban atau suara. Aku melangkah meninggalkan gedung olahraga dan berjalan menuju lapangan. Ku lihat semuanya sudah bubar. Cih, gara-gara pemuda sialan itu aku jadi ketinggalan berita. Namun, sebelum aku benar-benar pergi dari sekolah ini, sebuah suara mengejutkanku.

" Sakura." panggil seseorang membuatku menoleh. Ino.

" Ada apa?" tanyaku dengan nada monoton seraya berjalan. Ino berjalan dengan kecepatan menyamaiku untuk memberi tahu sesuatu.

" Kau kemana saja? Aku mencarimu kemana-mana loh." katanya seraya mengernyitkan dahi.

" Hn, aku ada urusan." kataku seraya mencoba melepaskan segala beban dengan menghela nafas berat.

" Oh ya. Ini daftar yang harus di lakukan dan di pakai besok. Dalam rangka MOS. Ambillah." katanya seraya menyodorkan selembar kertas ke arahku. Ku ambil kertas yang di pegangnya. Seketika, aku membelalakkan mataku. Masih juga? Cih, aku bersumpah kalau aku tidak akan melakukannya.

" Apa kita memang harus mengenakan ini?" tanyaku kepada Ino.

" Ya, tentu saja. Kau mau di hukum oleh senior kita?" kata Ino dengan helaan nafas yang panjang.

Aku menghela nafas melihat keadaan MOS yang benar-benar tidak berubah. Seketika, topeng kepribadianku beralih. Aku bukanlah gadis bodoh yang akan menuruti hawa nafsu dari senior-senior sekolah ini. Aku masuk sekolah ini untuk belajar, bukan sebagai objek untuk memuaskan para senior dengan mengenakan aksesoris gila macam ini. Aku tidak akan pernah menerimanya.

" Hem, Sakura..., lehermu kok merah?" tanya Ino seraya menyentuh leherku. "juga agak basah." katanya lagi. Seketika, aku mengingat ucapan pemuda tersebut. Pemuda yang memberikanku sensasi tersebut. Pemuda yang memberikanku tanda merah di leher serta sapuan hangat iini.

" Kau akan menyesal menujukkan sisi liarmu. Aku akan mencarimu"

Tuhan, hidup apalagi yang harus ku jalani di tempat ini? Antara MOS yang gila dan pemuda dengan segudang pesona dan wajah tampannya? Bagaimana aku akan bertahan?

~ TBC ~

Yosh, chapter 1 finish. Jujur, sebenarnya aku mau buat ini oneshoot. Tapi, kalau ku buat oneshoot, wordnya bisa kepanjangan. Setelah timbal balik, akhirnya aku putuskan kalau ini multichapter. Paling juga cuma 3 chapter. Soalnya aku mau fokus sama fic "Empress Ha (Between You and Revenge!)" dulu. Oh ya, ini fic rate M ku yang pertama. Tapi, M disini ku gunakan untuk konten balas dendam sama kekerasannya. Untuk adegan hot itu, ya ada. Dikit-dikit doang sih.

Aku sedih karena fic Empress Ha reviewnya menurun. Aku prediksi kenapa jadi demikian, mungkin karena ada yang menghindar. Karena, kali aja ada yang search via internet gimana ending Empress Ki, yang menjadi ilham bagi Empress Ha. Aku akui kalau ending Empress Ki sangat sedih. Aku bahkan baper satu minggu karena nonton endingnya doang. Nah, aku buat Empress Ha karena aku kecewa sama ending Empress Ki. So, intinya aku akan buat ending Empress Ha happy ending sebagai obat untuk menetralisir sakit akibat nonton ending Empress Ki. Seratus persen happy ending, walau jalan ceritanya takkan selalu happy.

Fic ini memang sengaja ku buat santai. Beda sama Empress Ha yang bahasanya memang ku buat serius. Hem, topeng kepribadian itu memang ada. Aku adalah contohnya. Kalau sama ortu, sama teman, sama guru, dan sama keluarga pasti pakai topeng kepribadian yang berbeda-beda. Tapi, kalau aku menulis fic, keprbadianku yang tsundere, mudah balas dendam, dan kasar akan keluar. Itu juga harus di netralisir secara habis-habisan.

Gimana menurut kalian fic baruku ini?

Lanjut or Delete?

REVIEW PLEASE *^*