Kanan kiri. Sebisa mungkin keempat kakinya yang kokoh itu ia arahkan dengan cepat dan tangkas berlari diantara sela – sela pohon didalam hutan. Bulunya yang tadinya berwarna putih bersih itu mulai ternodai oleh bercak darah segar disekitar perutnya. Ia berusaha sebisa mungkin mencapai tempat tujuannya dengan cepat tapi tetap memastikan bahwa berat tubuh milik seorang anak laki –laki yang berada dipunggungnya tetap aman. Setelah merasa cukup dekat dengan tempat yang ia tuju, ia menurunkan sosok anak laki – laki dipunggungnya dengan perlahan di balik sebuah pohon besar. Serigala putih itu lalu memutar tubuhnya sekali dengan gerakan cukup anggun langsung merubah dirinya menjadi sesosok wanita dewasa yang cantik mengenakan gaun musim dingin berwarna putih gading. Wanita itu melihat kedepannya, kearah anak kecil yang menatapnya ketakutan. Rambut keduanya yang begitu kontras bersinar dibawah sinar rembulan. Dengan segera ia mendekap anak laki – laki itu begitu erat.

"Mama," bisik anak laki-laki itu tak yakin.

"Shh..." Sang ibu berbisik pelan diatas kepalanya, nafasnya menjadi kabut tipis di dalam udara malam yang dingin. Suasana hutan disekitar mereka sangat gelap dan sunyi namun dapat terdengar suara binatang malam dan lolongan serigala dikejauhan. Wanita itu segera melepas dekapannya dan beranjak kearah samping mencari sesuatu dari kantung terluar tas yang digunakan anak itu.

Anak itu kembali melihat ibunya dan masih tidak berani membuat suara. Walaupun ia masih kecil, ia bisa melihat ketakutan ibunya dan itu membuatnya diam. Ia memperhatikan hutan asing yang ada di depannya melalui pundak ibunya, dimana ibunya tetap sibuk mencari sesuatu didalam tasnya. Ia melihat jejak dari mana mereka muncul. Wanita itu tak mengharapkan mereka datang lebih cepat, karena jelas ia tau mereka mengikutinya, tetapi semua dapat melihat ada jejak langkah seekor binatang besar yang berakhir dibalik pohon diatas salju yang mulai menumpuk.

"Mama?" anak laki-laki itu mulai menangis ketakutan.

"Shh.. shh.. It's okay love," ibunya menjawabnya, perlahan ia mulai menuntun sang anak untuk duduk diantara celah besar akar pohon yang sangat familiar baginya dan kawanannya.

"Mama, aku tak suka tempat ini." anak laki-laki itu mencibir sesaat lalu mengendus udara begitu mecium bau yang sangat familiar baginya. "Mama, darah.. Mama berdarah.. Kau berdarah, Mama.."

Wanita itu memandang sedih ke arah wajah sang anak yang menatap ngeri gaunnya yang sudah ditutupi dengan darah. Ia lalu melihat dirinya sendiri dan dapat mendapati jaket navy blue yang ia kenakan sudah dipenuhi semua oleh darah. "Kau terluka, Mama? Apa kau terluka?"

"Mama baik-baik saja," jawab wanita itu sambil berusaha keras menutupi air matanya. Wanita itu lalu ikut duduk seperti sang anak dan melihat kedalam mata anak laki-laki itu untuk menghilangkan kesakitannya dalam keberaniannya. Mata itu... seperti mata milik ayahnya.

"Mereka akan datang." Bisik anak itu lalu menangis dalam diam. Penampilannya yang begitu menyedihkan membuat wanita itu tak bisa lagi membendung air matanya.

"Ya sayang, tetapi ini akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir akan mereka lagi. Mereka tak akan mengganggumu lagi, kau akan baik - baik saja setelah ini." Wanita itu mengatakannya dengan nada bergetar dalam suaranya sambil mengalungkan benda yang ia cari tadi.

"Apa ini, Mama?" Ia bertanya ketika wanita itu memakaikan kalung yang melewati kepalanya.

"Ini akan membawamu ke tempat dimana mereka tidak dapat menemukanmu," jawab wanita itu. Anak laki-laki itu mengangguk mengerti.

Wanita itu melihatnya sedih dan mencoba sekuat tenaga menjaga ketenangannya. "Sekarang dengarkan Mama, jika kau bertemu serigala seperti Mama, kau jangan takut. Mereka akan melindungimu. Dan jangan hilangkan tasmu. Ingat, jangan hilangkan tasmu dan jangan takut." Ucap wanita itu sambil menggenggam tangan anak laki - laki itu.

Anak laki-laki itu mengangguk lagi. Air mata mengenangi matanya. Dia tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi ketakutan yang disembunyikan ibunya tiba-tiba berhenti dan itu membuatnya sedih.

"Lihat Mama sayang.." mata anak laki-laki itu bertemu lagi dengan mata ibunya dan tangannya yang lembut beralih menakup pipinya, "Zifan, I Love you. Mama dan Papa selalu mencintaimu, ingatlah itu sayang."

Beberapa tetes air mata jatuh ke pipi ibunya dalam diam dan pelan-pelan tangannya yang gembil menghapusnya. Wanita itu menyerigai tipis ketika ia melihat jejak tangannya yang berdarah tertinggal di kedua pipi anaknya. Tanpa banyak bicara lagi, ia mengambil kalung yang melilit leher putranya. Dia menaruh bandulnya di telapak tangan dan menatap kearah jam pasir kecil yang ada ditengah dikelilingi oleh tiga cincin. Ia memegang cincin yang paling luar dan memulai memutarnya. Anak laki-laki itu melihatnya dengan pandangan kagum dan mencoba memegangnya.

"No, jangan pegang itu," ibunya menegur pelan, tetapi tetap menghitung putaran dalam kepalanya. Dia tersentak kaget ketika suara dahan pohon yang bergerak cepat dan terdengar semakin dekat kearahnya. Ia kehabisan waktu. "I Love you, Zifan."

Mata anak laki-laki itu melotot ketakutan saat melihat sang ibu memuntahkan darah segar dari mulutnya tepat setelah milidetik sesosok figur pria berdiri dibelakang tubuhnya. Anak laki-laki itu melihat tangan ibunya berhenti memutar cincin dan tepat didada kiri sang ibu, ia melihat tangan pria itu muncul. Lalu ia menghilang, bersamaan dengan dunia disekitarnya.

.

.

.

Silver Moon : Coming

By

Roxanne Jung

Inspiration : Aurelian, fanfiction from Harpot fandom and Twilight

.

.

.

Dengan tidak tau dirinya saya muncul bawa ff baru -/\-

Dibuat saat keadaan kuota abis, belum gajian, mantan minggu ini naik kepelaminan dan kondisi badan gak fit xD

Dan, jujur saya agak takut dibilang plagiat karena gabungin dua ceita berbeda dikemas dalam satu cerita ala buatan saya -

Gw pesimis mama :"( /nangis dipelukan bang yoochun

With love,

Roxanne Jung

22032016 10:54PM