.

.

.

.

.

.

.

Sunshine and Light

"Aku… takut ia akan menjauhiku. Aku tidak ingin dia marah padaku."

"Kau tidak perlu sedih, ia tidak marah padamu, Natsu."

"Semoga saja begitu."

"Kalaupun begitu, aku akan selalu ada untukmu."

.

.

.

.

.

.

.

Hari ini, kota Magnolia tetap sama seperti biasanya. Tetap ramai, selalu penuh kesibukan, dan tentu saja… Fairy Tail Guild.

Bisa dilihat, seorang gadis muda berambut blond yang indah, sedang berjalan dengan riangnya. Rambutnya yang tertiup angin membuatnya seperti sebuah tirai kuning yang bercahaya. Serta aura yang bercahaya terang, membuat gadis bermata coklat madu itu seperti seorang malaikat yang sedang turun ke bumi untuk berrmain-main di dalamnya.

Seolah-olah… ia terlalu bosan bermain di dalam surga.

Ya, gadis ini bernama Lucy Heartfilia. Seorang celestial spirit mage yang juga merangkap sebagai anggota Fairy Tail Guild.

Sesampai di Guild, tanpa basa-basi Lucy masuk ke dalam Guild. Di dalamnya, ia bisa melihat berbagai anggota Fairy Tail yang lain menyapanya. Tapi, ia tidak melihat tim-nya. Matanya berkeliaran menelusuri berbagai sudut di Guild. Tapi, si rambut pink dan rambut merah tidak Nampak sedikitpun.

"Mira-san, kau tahu di mana Natsu, Erza dan Gray?"

Bartender itu menoleh kearrah Lucy sambil tersenyum. "Mereka mengambil ssebuah misi tadi pagi. Pagi-pagi sekali bersama Lisanna." Lucy terdiam. "Ada apa Lucy?" tanya Mirajane.

"Mereka sudah berjanji akan mengambil misi bersamaku untuk membantu melunasi sewa apartemenku!" Mirajane tertawa kecil. Ia mengambil gelas kaca tinggi bening yang cantik dan menuangnya dengan milkshake vanilla kesukaan Lucy. Sedangkan Lucy hanya bisa merebahkan kepalanya di meja bar. "Kurasa… aku akan ditendang keluar dari apartemenku kali ini…"

Melihat kesedihan Lucy, Mirajane menunjuk mission board.

"Seingatku, di situ ada sebuah misi yang mudah dengan jewel yang banayak. Lebih baik kau segera mengambilnya, Lucy." Mirajane tersenyum manis melihat reaksi Lucy yang langsung mengangkat kepalanya dengan tatapan yang bersinar-sinar.

"Arigatou, Mira-san!"

.

.

.

.

.

"AAAAH! Aku lupaa!" teriak Natsu Dragneel –fire dragon slayer-. Erza, Lisanna dan Gray menoleh ke arah Natsu.

"Apa yang kau lupakan?" Tanya Erza dengan suara , tidak ada satupun yang terlupa dalam perjalanan pulang dari lokasi misi. Belum kunjung Natsu menjawab, Erza sudah menjitak kepalanya. Seperti yang sudah diperingatkan, jangan membuat sang Titania menunggu.

"Kalau orang idiot sepertimu tentu saja bisa lupa segalanya. Bahkan bisa saja kau lupa namamu sendiri, ashbrain"

Erza langsung menolehkan kepalanya menuju Gray dan memelototi yang bersangkutan sampai-sampai Gray lupa melepas pakaiannya sendiri. Ya, Gray langsung keder begitu ditatapi oleh death glare-nya Erza.

"Seingatku kita tidak melupakan apapun, Natsu."

Natsu menggeleng cepat menanggapi pernyataan Lisanna. "Ada yang kita lupakan. Sepertinya… Lu-..."

Saat itu juga, Erza, Gray, -terutama Natsu- langsung diam mematung. 'Kita… melupakan Lucy…'

"AYE! KITA MELUPAKAN LUCY!" teriak Happy yang tiba-tiba muncul dari acara memancing ikannya. Kali ini, bisa dipastikan bahwa Natsu harus menghadapi Erza kedua. Jujur saja, Lucy yang sedang marah sangat menakutkan. SANGAT MENAKUTKAN!

"Lebih baik kita pulang sekarang juga. Aku merasa sangat bersalah terhadap Lucy."

"Heh, kau akan kena ganjarannya, idiot."

"Diam kau, snowflake!"

.

.

.

.

.

.

Sekarang ini, Lucy sedang mengerjakan misinya sebagai seorang waitress di sebuah kafe mengenakan bunny girl suit berwarna pink. Didalam hatinya, ia mencerutuki Natsu dan kawan-kawan karena melupakan dirinya. Bukannya ia tidak bisa menuntaskan misi berhadiahkan 20.000J, tapi…

Dia merasa tersisihkan sejak kembalinya Lisanna. Ia senang karena Lisanna telah kembali, sehingga Mirajane dan Elfman menjadi lebih bahagia dari sebelumnya. Bagaimanapun, ia akan merasa bahagia apabila sahabatnya merasa bahagia pula.

Tapi tetap saja, dia merasa terpojokkan. Belum lagi tim-nya yang lebih mengingat Lisanna. Terutama… Natsu. Lelaki itu hanya menyapanya dengan senyum biasa setiap pagi. Sedangkan kepada Lisanna, ia langsung merangkul bahu animal take-over mage itu dengan akrabnya.

"Mereka melupakanku… Natsu juga melupakanku…"

Merasa air matanya akan keluar, ia langsung menghapusnya. 'Aku tidak perlu memikirkan hal semacam ini! Lebih baik kau kerjakan misi ini dengan semangat! Yeah!'.

Diambilnya nampan kayu bulat dan menaruh dua gelas jus di atasnya beserta lasagna pesanan pelanggan lainnya. Ketikaia berjalan ke meja nomor5, ia melihat pasangan yang begitu mesranya. Menyaksikan adegan mesra,Lucy langsung ingin menangis. Ia ingin agar suatu hari dirinya dan Natsu bisa seperti itu.

"Tidak ada jalan lain, aku harus menuntaskan misi ini secepatnya! Aku masih ada satu misi lagi!"

.

.

.

.

.

.

"LUUUCYYYY!"

Natsu dan Happy segera menghambur masuk ke dalam Guild. Mereka segera mencari-cari si rambut kuning.

"Natsu, Happy, Lucy sedang melaksanakan sebuah misi. Jadi, lebih baik kalian menunggunya sampai minggu depan." Tukas Cana.

"…."

"Lucy? Misi?" Happy menanyakannya lagi seolah-olah tak percaya apa yang dilakukan Lucy. "kenapa misinya sampai satu minggu lamanya?"

Cana menghela napas. "Mana ku tahu, yang jelas, dia mengambil 2 misi. Misi yang pertama sebagai waitress selama 2 hari saja."

"Lalu… apa misinya yang kedua?"

Cana cuma menaikkan bahunya tanda tak tahu.

Akhirnya, Natsu dan Happy mendatangi Mirajane. Mereka tahu pasti, Mirajane pasti tahu misi apa yang diambil Lucy.

"Mira, kau tahu misi apa saja yang diambil Lucy?"

"Hmmm… kalau tidak salah, dia mengambil misi sebagai waitress selama 2 hari, dan…" Mira tidak melanjutkan kalimatnya. Air mukanya juga langsung berubah menjadi… bersalah? Merasakan rasa bersalah Mirajane, Natsu menghentakkan tangannya di atas meja bar.

"KATAKAN PADAKU, MIRA! MISI APALAGI YANG DIAMBILNYA?"

Seluruh Guild segera menjadi diam mendengar teriakan penuh emosi dari Natsu. Ia sangat mengkhawatirkan Lucy. Bagaimana kalau ada apa-apa yang terjadi pada Lucy? Bagaimana kalau dia terluka parah? Bagaimana kalau…

"Tenanglah Nat-" si rambut merah ini mencoba untuk menenangkan Natsu, tapi…

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG? DIA BISA TERLUKA TANPA ADA AKU!"

"Natsu, kurasa kau benar. Aku sudah berusaha mencegahnya untuk mengambil misi 'itu', tapi dia bersikeras melakukannya."

"Misi apa?"

Mira berdiam sejenak. Mira sudah berjanji kepada Lucy bahwa dia tidak akan membocorkan tentang misinya kali ini, apalagi kepada Natsu. Dengan berat hati, bartender ini membuka mulutnya.

"Lucy… Lucy…" Mira menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Dengan tatapan yang tajam, ia menegakkan badannya. "Lucy mengambil misi selama 4 hari untuk mencari dan menangkap para penyihir tahanan yang kabur dari penjara penyihir."

"APA? "

Kepanikan kini melanda para peri. Erza, Gray dan yang lainnya segera menuju ke pintu masuk. Mereka akan menyelamatkan Lucy kali ini! Erza dan Gray merasa sangat bersalah. Gara-gara mereka melupakan Lucy, sampai-sampai Lucy terpaksa menjalani misi berbahaya sendirian demi melunasi biaya sewa apartemennya.

"STOP!"

Mereka semua mendapati Natsu yang telah terbakar amarah berada tak jauh dibelakang mereka. Semua anggota Guild kini menatapi Natsu.

"Cukup aku sendiri yang akan mencarinya. Kalian semua, tunggu Lucy di Guild."

Setelah berkata seperti itu, ia keluar dari dalam Guild. Tanpa di ketahuinya, seorang gadis berambut pendek berwarna putih menarik tangannya. Natsu tidak menoleh ke arah gadis itu. "Ada apa, Lisanna?"

"Tidak, aku cuma ingin bilang… hati-hati, dan…"

"Dan?"

"Kau tidak apa-apa kan? Kau… khawatir pada Lucy-san, bukan?"

Dragon slayer api ini terdiam sejenak. Ia menundukkan kepalanya. Jujur, ia sangat khawatir pada Lucy. Kehadirannya sangat penting baginya. Wajahnya, rambut berkilau miliknya, aura bercahaya yang berpendar, dan… senyum penuh perasaan miliknya.

"Aku… takut ia akan menjauhiku. Aku tidak inginnnb dia marah padaku."

Saat itu juga, Lisanna bagaikan digempur oleh tenaga yang sangat besar. Lisanna cemburu. Selama 2 tahun kepergiannya, ia tidak menyangka bahwa anak laki-laki yang dulu menjadi 'suami' baginya, akan berpindah hati kepada wanita yang lain. Ia merasa seperti seorang istri yang dikhianati oleh suaminya yang berselingkuh.

"Kau tidak perlu sedih, ia tidak marah padamu, Natsu." Ia memaksakan senyum tampil di wajahnya. Ia berharap, Natsu akan melihat senyum terpaksanya itu dan menanyakan: "Kenapa senyummu seperti itu?".

"Semoga saja begitu." Tapi tampaknya harapannya tidak akan terkabul. Natsu bahkan tidak tersenyum mendengar hiburrannya itu.

"Kalaupun begitu, aku akan selalu ada untukmu."

Si Salamander cuma bisa mengangguk pelan.

Terima kasih, Lisanna.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Gimana? Bagus? Haaah… akhirnya selesai juga deh chapter satu…

Oke, jangan lupa review! Natsu gak bakalan mau update chapter berikutnya kalau reviewnya gak mencapai 3! :D

Review yaaaaaa~