Disclaimer :
Sebelumnya saya ingin memberitahu pada reader sekalian bahwa cerita ini terinspirasi dari film Thailand berjudul One Day, jadi jangan heran ketika kalian menemukan kesamaan cerita dari fanfic ini dengan film tersebut. Latar yang saya pakai disini adalah Negara Jepang dan Korea. Alasannya, kalo Jepang emang negara asal Oikage dan kalo Korea karena ternyata banyak fujoshi ataupun fudanshi Korea yang suka sama Oikage couple. Sebenernya saya tau hal itu dari Pixiv sih dan juga Naver, tapi kalo menurut kalian itu nggak bener ya saya minta maaf. Karena latarnya di Jepang dan Korea jadi ada beberapa kata-kata asing di fanfic ini, bagi kalian yang belum pernah denger bahasa-bahasa asing tersebut tenang aja karena saya sudah memberikan summary diakhir cerita. Oh iya, fanfic ini saya buat hampir sekitar 39 halaman di ms word dengan font Times New Roman size 12, sebenernya pengen membagi cerita dari fanfic ini menjadi beberapa chapter tapi karena saya adalah orang yang pemales takutnya nanti malah berhenti ditengah jalan dan akhirnya saya jadiin oneshot aja, jadi sabar aja bacanya ya? Oh iya, btw ff ini saya upload lewat hp, biasanya sih lewat laptop cuma adaptor wifi laptop saya rusak, jadi maapin yak kalo ada typo-typo? Oke, daripada saya banyak ngebacot mending langsung baca aja fanfic ini. Selamat membaca!
.
.
.
_Good Day_
Pria berambut brunette itu tidak pernah berubah di mata Kageyama Tobio. Ia tetap pria yang mengagumkan bagi Kageyama. Akan tetapi rasa benci pria idolanya itu juga tidak pernah berubah padanya. Meskipun mereka berdua tidak lagi bermain bola voli dan sama-sama bekerja di satu gedung sebuah perusahaan rekayasa industri. Namun entah kenapa Oikawa Tooru nama sang idola, masih enggan untuk memperlakukan Kageyama dengan baik. Dendam di masa lalu akibat voli sepertinya masih terpendam di hati dan ingatan Oikawa. Hanya karena Oikawa merasa bahwa Kageyama jauh lebih sempurna dalam bermain voli, pria itu membencinya.
Kageyama masih asyik memperhatikan Oikawa yang tengah bercanda dengan salah satu karyawan di dekat dispenser yang berada tak jauh dari divisi pemasaran dimana tempat Oikawa bekerja dan divisi IT dimana tempat Kageyama bekerja. Sedari tadi keduanya terlihat asyik bercanda satu sama lain, hingga tanpa sadar mengundang perhatian dari para karyawan lain termasuk Kageyama.
"Andai aku bisa seakrab itu dengan Oikawa-san. Pasti ia juga akan tersenyum dan tertawa seperti itu padaku." batin Kageyama.
Ia sangat sadar diri jika hal itu tidak akan pernah terjadi. Karena bagaimana pun juga mantan seniornya sewaktu SMP itu akan tetap membenci bakat alami bermain voli miliknya.
"Oikawa, Kageyama, kalian berdua dipanggil oleh Direktur ke ruangan beliau sekarang." ucap seorang pria bernama Iwaizumi Hajime.
"Eeehh?! Kenapa?" tanya Oikawa terkejut, sebenarnya bukan hanya ia yang terkejut namun Kageyama juga demikian.
Iwaizumi pun hanya mengendikkan bahunya tanda bahwa ia tidak mengetahui rencana apa pun yang disusun oleh sang direktur yang melibatkan sepasang musuh bebuyutan itu.
.
.
.
"Jadi begini." ucap sang direktur memecah keheningan yang terjadi semenjak Oikawa dan Kageyama datang memenuhi panggilannya.
"Oikawa, kau tau kan kalau Kageyama termasuk karyawan yang masih baru?"
"Iya, aku tau." jawab Oikawa ogah-ogahan.
"Jadi, aku berencana untuk mengikutkan Kageyama dalam sebuah pelatihan di Seoul selama tiga hari." jelas sang direktur, Ukai Ikkei.
"Oh, itu ide yang bagus Ukai-san, kalau perlu mutasikan saja Kageyama ke Seoul." jawab Oikawa, ia bahkan tidak sadar jika ucapannya barusan mampu menyayat hati Kageyama.
"Lalu, apa hubungannya denganku Ukai-san?!" lanjut Oikawa tidak sabaran.
"Karena kau termasuk karyawan senior di divisi pemasaran dan kau sudah beberapa kali ikut pelatihan. Jadi, aku akan mengikutkanmu dalam pelatihan juga sehingga kau bisa membimbing Kageyama disana."
Kedua bola mata Oikawa dan Kageyama sama-sama melotot tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Ukai.
"T-tapi Ukai-san-" ucap Oikawa dan Kageyama bersamaan.
Setelahnya, Oikawa menatap tajam ke arah Kageyama tanda ia tidak suka jika Kageyama menirukan ucapannya.
"Ukai-san! Aku tidak terima! Kenapa harus aku yang menemani Kageyama? Aku bukan satu-satunya karyawan di bagian pemasaran dan aku juga bukan satu-satunya karyawan yang pernah ikut pelatihan. Anda kan bisa meminta Iwaizumi, Hanamaki, atau Sugawara, lagipula mereka sudah pernah ikut pelatihan dan sama-sama di divisi pemasaran." protes Oikawa.
"Tapi kau lebih mampu mengambil hati para petinggi perusahaan rekayasa industri disana. Kau tidak ingat? Setelah aku mengirimmu untuk melakukan pelatihan disana, banyak perusahaan di Seoul yang akhirnya menawarkan menanamkan saham mereka pada perusahaan kita. Lagipula, ini perintah tidak seharusnya kau berani menolaknya. Pokoknya kau harus menemani Kageyama disana, jika kau masih saja bersikeras untuk menolak, aku tidak akan menggajimu selama dua bulan."
Nice, Oikawa tidak mampu untuk berkata apa-apa lagi. Ia pun menerima keputusan itu dengan terpaksa secara sepihak. Saking shocknya ia bahkan tidak sadar jika ia telah berada di luar ruang direktur bersama dengan Kageyama.
"Um... ." gumam Kageyama, yang berhasil membuyarkan lamunan Oikawa.
"Oikawa-san, aku berjanji aku tidak akan merepotkan Oikawa-san selama berada di Seoul." ucap Kageyama lirih.
Oikawa menatap Kageyama tidak suka, dan beberapa saat kemudian ia berkata,
"Kenapa sih kau selalu saja mengganggu hidupku? Kau sama saja seperti Ukai-san, kau hanya mementingkan dirimu sendiri! Kau bilang tidak akan merepotkanku? Jika kau benar-benar berniat untuk tidak merepotkanku, harusnya kau menolak tawaran Ukai-san untuk memberangkatkanmu ke Seoul!"
Dan dengan itu, Oikawa langsung pergi meninggalkan Kageyama yang terdiam membatu di depan ruang direktur.
Terkadang berdebat dengan Oikawa bisa membuatnya menangis setelahnya, seperti saat ini.
"Ya Tuhan, kenapa selalu berakhir seperti ini? Kenapa Oikawa-san selalu kesal padaku? Jika kepergian kami ke Seoul mampu membuat kami akrab selama tiga hari, aku akan sangat bersyukur. Jika tiga hari terlalu banyak, sehari saja juga sudah cukup membuatku senang."
_Good Day_
Hari keberangkatan Oikawa dan Kageyama ke Seoul pun datang. Sekalipun Oikawa mendapatkan seat yang berdekatan dengan Kageyama, nampaknya ia masih enggan untuk bersikap baik padanya. Kageyama pun sudah terbiasa dengan sikap dingin seniornya itu, sehingga ia lebih bisa untuk memakluminya.
Mood Oikawa memang sudah terlihat tidak baik selama beberapa hari ini, moodnya semakin memburuk manakala ia tau jika Ukai hanya memesankan satu kamar untuk dirinya dan juga Kageyama. Itu artinya selama tiga hari berturut-turut Oikawa akan selalu bertatap muka dengan Kageyama. Tapi untungnya, kamar yang ditempati Oikawa dan Kageyama memiliki dua singel bed, sehingga Oikawa tidak begitu merasa dirugikan.
Hari pertama di Seoul tampaknya tidak ada hal spesial yang terjadi selain hanya mengikuti pelatihan di salah satu perusahaan di Seoul. Oh, tapi itu hanya pikiran awal Kageyama, nyatanya belum genap 24 jam ia dan juga Oikawa berada di Seoul pihak perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan tempat mereka berdua bekerja, langsung mengajak mereka untuk berkunjung ke Namsan Tower. Kageyama sangat senang mengingat satu-satunya tempat yang ia tau dari kota metropolitan itu hanyalah Namsan Tower.
"Oikawa-ssi*1 dan Kageyama-ssi, ini adalah Namsan Tower bangunan paling tinggi dari Kota Seoul. Tempat ini akan lebih ramai pada malam hari, karena kalian dapat melihat gemerlap Kota Seoul di malam hari dan yang paling terkenal dari tempat ini adalah gembok cintanya. Pasangan muda-mudi yang sedang kasmaran tidak pernah absen untuk menggantungkan gembok pada pagar tower ini. Yah, gembok-gembok itu tentu tidak dibiarkan polos melainkan mereka isi dengan cita-cita dan harapan mereka agar hubungan mereka langgeng untuk selamanya. Kebetulan kami telah membelikan dua buah gembok untuk Oikawa-ssi dan Kageyama-ssi, siapa tau kalian ingin menuliskan cita-cita dan harapan kalian untuk kekasih kalian masing-masing."
Kageyama begitu antusias saat Tuan Kim selaku direktur perusahaan di Seoul memberinya sebuah gembok.
"Maaf, tapi saya tidak tertarik untuk ikut menggantung-gantungkan gembok di tempat ini. Tapi, terimakasih Tuan Kim, saya akan menyimpan gembok ini sebagai kenang-kenangan dari tuan." sahut Oikawa.
Pria berambut brunette itu sempat membuat para pegawai perusahaan terdiam beberapa saat dengan kata-katanya yang sedikit sarkastik. Namun, setelahnya Oikawa nampak dapat mengatasi kecanggungan itu dengan menebar senyum dan cerita lucu yang ia buat.
Sekarang Kageyama bingung, ia saja tidak memiliki kekasih lalu apa gunanya menerima gembok itu? Lagi-lagi ia dibuat terpana dengan sikap tegas Oikawa, ia terlihat idealis sehingga seniornya itu mampu menolak apa yang tidak ia suka dan mampu menyatakan apa yang ia suka secara gamblang. Namun, apa salahnya jika ia mencoba untuk menggantungkan gembok di pagar Namsan tower? Tapi yang jadi masalah ia tidak punya kekasih kan? Kageyama berpikir sejenak, harapan apa sebaiknya yang ia akan tulis pada gantungan berbentuk hati yang terkait dengan gembok. Saat tengah sibuk berpikir, fokus Kageyama menjadi tertuju pada Oikawa yang tengah tesenyum lebar dengan para karyawan dan akhirnya Kageyama tau apa yang harus ia tulis pada gantungan gembok tersebut.
Semoga, besok, walaupun hanya satu hari saja, Oikawa-san tidak membenciku.
Kageyama Tobio.
Seoul, 21 December 20xx
.
.
.
Baik Oikawa maupun Kageyama sama-sama baru makan sekali hari ini, tidak dapat dipungkiri jika keduanya mulai kelaparan. Kageyama pun berinisiatif mengajak Oikawa untuk makan malam di luar, meskipun kecil kemungkinan jika Oikawa mengiyakan ajakannya, namun Kageyama tetap menawarinya.
"Ano*2... Oikawa-san. Aku ingin pergi mencari makanan di luar. Apa Oikawa-san ingin ikut pergi denganku?" tanya Kageyama.
"Tidak Tobio-chan." jawab Oikawa singkat.
"... Baiklah kalau begitu, aku akan pergi sendiri. Aku juga akan membawa beberapa makanan ketika kembali. Sampai jumpa Oikawa-san."
"Ya, ya, pergilah."
Baru berselang beberapa menit Kageyama pergi. Oikawa baru menyadari jika Kageyama tidak tau sama sekali menggunakan bahasa Korea, dan hanya sedikit sekali orang Korea yang mengerti bahasa Inggris. Bukankah, tujuan Ukai mengikut sertakan Oikawa dalam pelatihan adalah untuk menemani Kageyama dan bagaimana jika sesuatu hal yang buruk terjadi pada Kageyama? Lagipula, bukankah mereka mengikuti pelatihan di saat musim dingin, bagaimana jika Kageyama tersesat dan mati membeku karena tidak tau jalan pulang ke hotel? Bukan hanya tidak mendapatkan gaji selama dua bulan, namun kemungkinan untuk dipecat dari perusahaan juga cukup tinggi.
Akhirnya, Oikawa mengambil jaket parasut tebal miliknya dan bergegas pergi menyusul Kageyama.
Beruntung, Kageyama belum pergi terlalu jauh dari hotel tempat mereka menginap sehingga Oikawa masih sempat menemukan Kageyama.
"Tobio-chan!" panggil Oikawa.
Orang yang dipanggil pun langsung menoleh padanya.
"Oikawa-san, ada apa?" tanya Kageyama dengan polosnya.
"Kau ini bodoh ya? Apa kau lupa jika ini negara orang? Kau juga hanya mengerti dua bahasa, Jepang dan juga Inggris. Bisa-bisanya kau nekat pergi sendirian?!"
"Tapi, aku sudah mengajak Oikawa-san dan Oikawa-san tidak mau ikut. Selain itu Oikawa-san juga memperbolehkanku untuk pergi."
"Ya, ya, pergilah."
Ding! Oikawa baru ingat jika ia memang melakukan semua hal yang dikatakan oleh Kageyama. Oh, shit! Tapi tidak, Oikawa tidak akan mengijinkan Kageyama untuk menang dalam perdebatan ini.
"Lalu maksudmu ini semua salahku? Seharusnya kau tau jika aku sangat lelah sehingga aku tidak berselera untuk melakukan apapun!"
Oikawa senang, nampaknya ucapannya barusan mampu membuat Kageyama bungkam. Well, tapi entah kenapa beberapa saat kemudian Oikawa malah merasa kasihan dengan Kageyama, saat melihat raut wajah pria yang lebih muda dua tahun darinya itu menjadi sedih.
"Maafkan keegoisanku Oikawa-san. Baiklah kalau begitu, kita kembali saja ke hotel. Lagi pula ini sudah jam sepuluh malam, sebaiknya kita segera tidur. Besok pagi kan kita bisa sarapan di hotel."
Kageyama pun berbalik dan berjalan melangkahkan kakinya ke arah hotel mereka berada. Namun, baru beberapa langkah berjalan, tubuh Kageyama tidak mampu bergerak lantaran sebuah tangan tengah menarik pergelangan tangannya. Namun, secepat kilat juga tangan itu melepaskan pergelangannya saat Kageyama sudah membalikkan tubuhnya menghadap si empunya tangan.
"Baiklah, ayo kita pergi mencari makan malam untukmu. Sebelum kau mati kelaparan dan membuatku dipecat dari pekerjaanku."
Kageyama tersenyum begitu mendengar ucapan Oikawa.
"Iya." jawab pria bersurai hitam itu semangat.
Entah kenapa senyuman Kageyama barusan cukup manis untuk menyaingi senyuman seorang wanita dipenglihatan Oikawa.
Makanan yang Kageyama beli ternyata cukup simpel, bukan makanan mahal di restoran melainkan makanan street food yang terjajar rapi di jalanan Kota Seoul tepatnya di Myeongdong shopping street malam itu. Saat Kageyama tengah membayarkan uang untuk makanan ketiga yang ia beli, tiba-tiba saja mata Oikawa menangkap sosok seorang wanita yang ia yakini adalah tunangannya.
Tanpa pikir panjang, Oikawa pun langsung berlari menyusul sosok wanita itu.
"Oikawa-san! Tunggu! Kau mau kemana?"
Kageyama pun langsung berlari mengejar Oikawa tanpa tau apa sebenarnya penyebab Oikawa tiba-tiba berlari meninggalkannya.
Langkah Kageyama terhenti begitu melihat Oikawa dari jarak lima meter tengah bersitegang dengan seorang wanita yang berdiri bersampingan dengan seorang pria berkepala plontos.
"Kiyoko! Bisa kau jelaskan semua ini? Kenapa kau bisa ada disini? Dan siapa pria yang berdiri disampingmu itu?" tanya Oikawa.
"Ini bukan urusanmu Oikawa-san." ucap wanita yang dipanggil Kiyoko itu oleh Oikawa.
"Tentu saja ini urusanku. Kau itu tunanganku dan kau malah berduaan dengan pria lain di negara ini!" protes Oikawa.
"Dengar ya Oikawa-san, aku sudah muak. Aku sudah muak berpura-pura bahagia selama ini di depan kedua orang tuaku. Asal kau tau saja, aku tidak pernah sedikit pun mencintaimu. Kau tau sendiri jika kita dijodohkan. Mungkin ayahmu tidak pernah menceritakan ini padamu. Tapi aku terpaksa menerima perjodohan itu karena kedua orang tuaku mempunyai hutang yang sangat banyak pada ayahmu. Karena tidak sanggup melunasi hutang tersebut, akhirnya kedua orang tuaku pun menjadikan aku sebagai penebus hutang mereka dengan cara aku harus mau dijodohkan denganmu."
"A-apa?!" tanya Oikawa tidak percaya.
"Dan pria ini adalah Tanaka Ryuunosuke, dia adalah kekasihku sebelum kita berdua dijodohkan." ucap Kiyoko memperkenalkan pria plontos yang ada di sampingnya.
"Dulu dia orang yang susah sehingga ia tidak bisa banyak membantu menanggung hutang kedua orang tuaku, walaupun ia sangat ingin. Karena sekarang ia telah menjadi pria yang mempunyai finansial bagus, ia kemudian datang kepada ayahmu dan melunasi hutang kedua orang tuaku dan kami akan menikah minggu depan."
Dapat Kageyama lihat jika Oikawa sangat terpukul setelah mendengar pengakuan Kiyoko.
Bahkan mulai banyak orang yang memperhatikan ketiganya, Oikawa, Kiyoko, dan juga Tanaka.
"Maafkan aku Oikawa-san."
Kiyoko kemudian berlalu pergi meninggalkan Oikawa sambil merengkuh erat lengan Tanaka.
Cukup lama Oikawa terdiam membeku, saat sosok Kiyoko sudah agak jauh pergi darinya tiba-tiba Oikawa berlari menyusul mereka. Kageyama pun tidak tinggal diam, ia pun ikut berlari mengejar Oikawa.
"Aku tidak akan memaafkanmu Kiyoko!" teriaknya sambil terus berlari, hingga Oikawa tidak sadar jika ia tengah berada di jalan raya.
Kejadian selanjutnya adalah ia mendengar suara teriakan Kageyama yang menyuruhnya untuk menyingkir bersamaan dengan benda keras yang menghantam tubuhnya hingga membuatnya terpental beberapa radius meter.
_Good Day_
Demi apapun, yang bisa Kageyama lakukan hanyalah menangisi tubuh Oikawa yang tergolek lemas dengan kepala yang telah terlilit perban.
"Tuan Kageyama, bisakah tuan ikut saya sebentar untuk menemui dokter?" sahut seorang suster.
"Baiklah." ucap Kageyama lirih.
Begitu sesampainya di ruang dokter yang menangani Oikawa dan Kageyama telah dipersilahkan untuk duduk, dokter itu berkata,
"Tenang saja tuan Kageyama, teman anda baik-baik saja dan masalah biaya rumah sakit telah ditanggung oleh pihak perusahaan tempat anda bekerja."
"Iya dok, saya tau."
"Tujuan saya memanggil anda kemari adalah untuk memberitahukan kabar baik dan kabar buruk. Yang saya jelaskan sebelumnya merupakan kabar baik. Sementara kabar buruknya... Tuan Oikawa akan mengalami amnesia begitu tersadar besok pagi."
"Amnesia? Saya tau Oikawa mengalami kecelakaan, tapi apa separah itu keadaannya sehingga ia bisa amnesia?"
"Iya, kepala beliau cukup keras mengalami benturan sehingga menyebabkan trauma pada otaknya. Tapi memang tidak begitu parah, yang jelas kemungkinan beliau terkena Transient Global Amnesia keesokan harinya sangat besar."
"Transient Global Amnesia?" tanya Kageyama tidak mengerti.
"Iya, ini semacam penyakit gangguan ingatan yang anehnya si penderita hanya akan kehilangan ingatannya dalam satu hari dan keesokan harinya ketika ia terbangun dari tidurnya, ingatannya akan kembali seperti semula. Akan tetapi, ia akan melupakan ingatannya ketika ia sedang amnesia." jelas sang dokter.
.
.
.
Kageyama tidak mungkin meninggalkan Oikawa sendirian di rumah sakit sehingga ia pun dengan setia menunggu Oikawa hingga tanpa sepengetahuannya ia tertidur sampai pagi dikursi yang terletak di dekat tempat tidur Oikawa.
Tepat jam tujuh pagi, Oikawa tersadar. Dengan perlahan ia membuka kedua matanya. Membiasakan berkas cahaya yang menyusup mamasuki lensa mata cokelatnya. Telapak tangannya terasa hangat, beberapa saat kemudian ia sadar jika ada seseorang yang menggenggam tangannya entah sudah berapa lama orang itu menggenggamnya.
Kageyama yang terusik karena gerakan lembut dari tangan Oikawa pun refleks terbangun.
"Oikawa-san! Kau sudah sadar?" ucap Kageyama antusias.
"Dimana aku?" tanya Oikawa dengan suara parau.
"Di rumah sakit Oikawa-san. Apa Oikawa-san ingat siapa nama panjang Oikawa-san?"
"Tentu saja aku ingat. Namaku Oikawa Tooru."
Amnesia? Dokter itu pasti bercanda, Oikawa bahkan masih ingat namanya sendiri.
"Kau? Kau siapa?"
Ternyata Oikawa mengalami amnesia itu bukan sebuah candaan.
"A-aku Kageyama Tobio."
"Bisa kau jelaskan kenapa aku bisa ada disini?"
"Ceritanya panjang. Tapi intinya kau mengalami kecelakaan sehingga membuatmu cedera di bagian otak." jelas Kageyama.
Tidak mungkin kan jika ia bilang penyebab dari kenapa Oikawa bisa masuk rumah sakit adalah karena ia tertabrak mobil akibat mengejar tunangannya yang pergi bersama pria lain?
"Oooh begitu. Lalu apa hubunganku denganmu?"
Kageyama tertegun, ia tidak tau jawaban apa yang sesuai untuk menjawab pertanyaan Oikawa. Jika ia menjawab musuh, ia takut Oikawa akan menghindarinya. Jika ia menjawab teman, mereka tidak benar-benar berteman. Tiba-tiba percakapannya dengan dokter semalam melintas di pikirannya.
"Transient Global Amnesia?"
"Iya, ini semacam penyakit gangguan ingatan yang anehnya si penderita hanya akan kehilangan ingatannya dalam satu hari dan keesokan harinya ketika ia terbangun dari tidurnya ingatannya akan kembali seperti semula. Akan tetapi, ia akan melupakan ingatannya ketika ia sedang amnesia."
Bahkan bayang-bayang wajah Oikawa yang begitu sedih saat melihat Kiyoko bersama pria lain masih begitu jelas terpatri diingatan Kageyama. Memori selanjutnya adalah memori ketika Kageyama diam-diam mengintip Oikawa yang tertawa bercanda dengan teman-temannya saat hari kelulusannya dari SMP. Kageyama sangat ingin Oikawa bisa bahagia dan bisa melihat Oikawa memamerkan juga senyumannya pada Kageyama. Hingga dengan penuh keberanian Kageyama pun berkata,
"Aku adalah kekasihmu."
Oikawa shock bukan main.
"Kekasihku?! Kau bercanda ya? Mana mungkin orang sepertimu adalah kekasihku?!"
"Memangnya orang seperti apa?"
"Y-ya sepertimu! Kau kan pria, aku juga pria. La-lalu kau bilang kau kekasihku?"
Kageyama mencoba untuk bersikap tenang meskipun ia sendiri sudah mulai ketakutan.
"Tapi memang kenyataannya begitu. Lagipula Oikawa-san mengalami amnesia, wajar jika kau tidak ingat jika aku kekasihmu."
"Amnesia?"
"Iya, amnesia akibat kecelakaan."
Hening.
"Ja-jadi aku gay?" tanya Oikawa ragu.
"Iya."
"Lalu, si-siapa yang menyatakan cinta duluan?"
"Tentu saja kau, Oikawa-san."
"Sudah berapa lama kita berpacaran?"
"Kurang lebih dua tahun."
Oh tidak, semakin panjang percakapan ini, semakin panjang pula kebohongan-kebohongan yang dibuat oleh Kageyama.
"Kalau begitu aku minta bukti! Mana handphoneku? Kalau kita benar-benar pacaran pasti ada foto kita berdua di handphoneku!"
Kageyama diam tidak berkutik, karena tak kunjung memberikan apa yang diinginkan Oikawa, Oikawa pun mendesaknya lagi.
"Dimana handphoneku?!"
Akhirnya dengan tangan sedikit bergetar Kageyama pun memberikan handphone milik Oikawa. Dengan cepat Oikawa langsung meraih handphonenya dan membuka aplikasi galeri. Oikawa mencoba untuk mencari fotonya dengan Kageyama, namun hasilnya nihil, tidak ada satu pun dari foto-foto yang ada di galerinya yang berisikan mereka berdua berada dalam satu frame.
"Kau bohong kan?! Tidak ada foto kita berdua di handphoneku!"
"...I-itu karena... Kita sudah sepakat untuk tidak pernah berfoto bersama. Yah, kau tau kan tidak semua orang bisa menerima kehadiran kaum gay seperti kita?"
Nampaknya Oikawa cukup dapat menerima logika tersebut.
"Lalu, apa orang tua kita tau jika kita gay?" tanya Oikawa lagi.
"Tentu saja tidak." jawab Kageyama.
"Baiklah, percakapannya sampai disini dulu. Mari kita pulang ke hotel tempat kita menginap." lanjut Kageyama.
"Hotel?"
"Iya, tenang saja kau pria yang baik jadi kau belum melakukan apapun padaku. Kita menginap di hotel karena kita sedang diutus untuk mengikuti pelatihan di Seoul oleh direktur perusahaan tempat kita bekerja. Ngomong-ngomong kita adalah rekan kerja satu kantor dan kau adalah seniorku saat SMP, Oikawa-san."
"Tunggu, tunggu, kau bilang kita di Seoul?"
"Iya begitulah."
_Good Day_
"Kau mau kemana?" tanya Oikawa begitu melihat Kageyama mematut diri di depan cermin lemari kamar mereka dengan dasi biru tuanya.
"Aku ingin pergi pelatihan sebentar, mungkin aku akan kembali dua jam lagi. Aku juga akan meminta izin untuk absenmu Oikawa-san."
Setelah semua siap, Kageyama pun pamit pada Oikawa dan memberi wanti-wanti agar Oikawa tetap berada di dalam kamar mereka dan segera menghabiskan sarapan bubur yang sudah ia pesankan pada pihak hotel untuk Oikawa.
Oikawa pun menuruti nasehat Kageyama. Namun, baru setengah jam Kageyama pergi, pria bersurai hitam itu kembali lagi.
"Ada apa? Apa ada yang ketinggalan?" tanya Oikawa.
"Ah tidak. Hanya saja, aku disuruh untuk berhenti mengikuti pelatihan karena kondisimu sedang tidak baik. Lagipula ini pelatihan pertama yang aku ikuti setelah masuk ke perusahaan, mereka bilang aku bisa ikut pelatihan lagi tahun depan."
Mimik Kageyama yang terlihat kecewa, membuat Oikawa merasa bersalah.
"Ma-maafkan aku ya? Ini semua pasti karena kesalahanku."
Mata Kageyama mengerjap tidak percaya saat Oikawa meminta maaf padanya. Amnesia bisa membuat Oikawa berubah 180 derajat dari Oikawa yang sebelumnya.
"Tidak apa-apa Oikawa-san." jawab Kageyama sambil tersenyum.
BADUMP!
Oikawa masih menyangkal jika dirinya adalah kekasih Kageyama. Namun, entah kenapa senyuman Kageyama barusan mampu membuat jantungnya berdegup tidak karuan.
"Oh iya, karena tidak ada lagi tugas kita disini. Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja dari pagi sampai malam hari?"
"Haaah?! Apa kau sudah gila? Lagipula ingatanku tentangmu belum kembali sepenuhnya. Kenapa juga aku harus jalan-jalan bersamamu?!"
"Aku tidak peduli, mari kita anggap kita sedang berlibur di negara ini. Dan juga Oikawa-san, berhentilah memanggilku 'kau'. Aku sudah bilang kan namaku Kageyama Tobio. Lagipula dulu kau sering memanggilku Tobio-chan."
"Tobio-chan? Seperti panggilan perempuan saja."
"Lagipula salah siapa jika aku mendapat panggilan seperti seorang perempuan?" jawab Kageyama ketus.
Meskipun Oikawa sudah menunjukkan rasa tidak sukanya saat Kageyama mengajaknya 'kencan', tapi Kageyama tidak peduli. Yang Kageyama inginkan hanyalah membuat kenangan indah dengan Oikawa, agar pria itu dapat melupakan Kiyoko. Walaupun nantinya ingatan Oikawa kembali, Kageyama tidak akan pernah menyesal karena sudah berpura-pura menjadi kekasihnya, atau setidaknya begitu pemikirannya untuk saat ini.
Tujuan pertama mereka adalah menonton film. Kageyama memilih untuk berjalan kaki menuju bioskop karena hotel tempat mereka menginap berada di pusat kota Seoul sehingga akan sangat mudah menemukan bioskop, lagipula ia melakukan semua itu juga karena ia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Oikawa walaupun hanya dalam waktu 24 jam.
Begitu sesampainya di bioskop Kageyama pun bertanya pada Oikawa film apa yang ingin ia tonton.
"Aku ingin menonton film itu!" ucap Oikawa sambil menunjuk salah satu figura dari film yang disuguhkan di bioskop.
Kageyama pun langsung mencermati judul dari film yang ingin ditonton oleh Oikawa. Film itu berjudul Alien vs. Predator. Begitu tau film apa yang ingin Oikawa tonton, Kageyama langsung tertawa geli.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Oikawa heran.
"Ah tidak apa-apa. Mari kita memesan tiket untuk menonton film itu Oikawa-san?"
'Ternyata, walaupun amnesia, Oikawa-san masih tetap mencintai alien.' batin Kageyama sambil tersenyum menatap pria jangkung yang berjalan di sebelahnya.
Oikawa tampak menikmati film yang tengah ia tonton bersama dengan Kageyama. Disisi lain, Kageyama sendiri malah mati-matian untuk menutup matanya karena banyaknya adegan sadis dan mengerikan dalam film. Karena Kageyama tidak mengeluarkan satu pun suara dari bibirnya selama film diputar, Oikawa pun menjadi penasaran dan menengokkan kepalanya sedikit kearah Kageyama. Kini giliran Oikawa yang terkekeh geli melihat tingkah imut Kageyama, pria bersurai hitam itu terlihat menyipitkan kedua matanya dengan wajah meringis ketakutan.
Kageyama masih tidak sadar jika dirinya diperhatikan oleh Oikawa karena sibuk membuka dan menutup matanya untuk memilih adegan mana yang layak dan tidak layak ia tonton. Tiba-tiba saja sebuah lengan mengusap kepala Kageyama dan setelah itu mendorongnya lembut menuju ke depan dada bidang orang yang ada di sampingnya.
"Seharusnya kalau kau takut untuk menonton film ini, kau bisa menolaknya dari awal Tobio-chan." bisik orang tersebut.
Demi Patrick si bintang laut, Kageyama berani bersumpah jika saat ini jantungnya tengah berdegup dengan kencang akibat perlakuan dari orang yang duduk di sampingnya, Oikawa.
.
.
.
"Hey, ayo kita pulang saja." ucap Oikawa pada Kageyama yang sibuk membuka Google Maps di handphonenya.
"Tidak boleh, lagipula kita sudah sampai sejauh ini."
Setelah menonton film, Kageyama mengajak Oikawa untuk ke Jongno-gu, sementara posisi awal mereka berada di Myeong-dong dan mereka harus menaiki subway selama lima belas menit untuk ke Jongno-gu.
"Kita mau kemana sih?" tanya Oikawa sedikit kesal.
"Kita akan ke Gyeongbokgung Palace*3 Oikawa-san." jawab Kageyama.
"Tempat apa itu? Untuk apa kita kesana?"
"Nanti aku jelaskan."
"Aku lelah dan merasa haus, jadi tolong tuan diktator izinkan aku membeli minuman dulu."
Tuan diktator? Sebegitu buruk kah imej Kageyama di mata Oikawa? Sampai-sampai saat amnesia pun Kageyama terlihat seperti raja diktator di mata Oikawa.
"Huaaaa!" teriak Kageyama terkejut saat sebuah benda dingin menempel di pipinya.
"Jangan melamun terus Tobio-chan. Minumlah ini dulu."
Kageyama pun dengan perlahan meraih benda dingin yang masih Oikawa tempelkan di pipinya.
Kageyama terkejut melihat minuman yang ia pegang. Di kemasan minuman tersebut tertulis 'Banana Mat Uyu', Kageyama memang tidak begitu bisa membaca hangul*4 apalagi berbicara dengan bahasa Korea tapi ia adalah penggila susu dan cukup banyak susu produksi dari Korea yang juga diperjual belikan di Jepang sehingga ia bisa tau jika minuman yang ia pegang adalah susu, minuman favoritnya.
"Jangan bengong begitu dong. Cepat minum susu itu." ucap Oikawa.
"A-arigatou*5 Oikawa-san... ."
Sambil menyedot susu pisang yang ada di genggaman tangannya, sedikit demi sedikit air mata Kageyama turun membasahi pipi gempilnya yang merona merah karena terpaan udara dingin di Korea.
"Are*6?! Kenapa kau menangis Tobio-chan? A-apa susu itu basi? Apa perutmu sakit sekarang?" tanya Oikawa panik.
"Tidak, aku hanya bahagia." jawab Kageyama sambil terus menitikan air mata dan tersenyum manis pada Oikawa.
Lagi-lagi Oikawa dibuat terpana dengan senyuman Kageyama.
"Sepertinya aku tau alasan kenapa kau bisa menjadi kekasihku." ucap Oikawa sambil membelai lembut puncak kepala Kageyama.
Sementara Kageyama sendiri dibuat kebingungan dengan ucapan ambigu Oikawa barusan.
"Tempat ini tidak buruk juga." ucap Oikawa begitu dirinya dan juga Kageyama masuk ke dalam pelataran Gyeongbokgung Palace.
Sambil merangkul Kageyama, Oikawa menyorotkan kamera handphonenya di hadapan dirinya dan juga Kageyama.
"Katakan kimchi, Tobio-chan!"
Belum sempat Oikawa membidik gambar, Kageyama langsung mendorong tubuh Oikawa.
"O-Oikawa-san, kau lupa ya jika kita sepakat untuk tidak mengambil gambar berdua?"
Ingat, disini Kageyama hanya bersandiwara menjadi kekasih Oikawa kan? Oleh karena itu, Kageyama takut saat ingatan Oikawa kembali nanti, Oikawa akan marah besar padanya begitu tau jika Kageyama hanya mengelabuhinya.
"Hanya sekali saja kok, kau ini kenapa sih? Kalau begitu... ." ucap Oikawa menggantungkan kalimatnya.
Pria yang lebih tua dua tahun di atas Kageyama tersebut tiba-tiba mengambil segenggam salju dan menyorotkan kamera belakang handphonenya ke arah Kageyama, sebelum akhirnya ia melemparkan salju yang ia genggam pada Kageyama.
"Ahahaha! Ekspresi yang lucu Tobio-chan!" teriak Oikawa sambil tertawa menggenggam handphonenya.
"O-Oikawa-san! Kau merekamku ya? Ku mohon hentikan!" pinta Kageyama sambil ikut tertawa karena tingkah jahil Oikawa.
"Neveeeer~~!" ejek Oikawa.
Oikawa pun terus-terusan melempari Kageyama dengan salju sambil terus merekam Kageyama yang berlari mengejarnya dengan tangan penuh salju untuk ia lemparkan pada Oikawa.
_Good Day_
"Tobio-chan, ayo kita makan siang di restoran itu!""
Oikawa menunjuk sebuah restoran bernama Hwanghu Myeongga yang ingin ia jadikan sebagai tempat makan siangnya dengan Kageyama.
"Baiklah."
Begitu melihat daftar menu, alis Kageyama menjadi tertaut hingga membuat Oikawa heran.
"Kenapa Tobio-chan?"
"Ah, bukan apa-apa. Aku hanya bingung mencari nasi kare di daftar menu ini."
"Pfftt! Kau jauh-jauh datang ke Seoul hanya untuk makan nasi kare?" ucap Oikawa sambil tertawa geli.
Sungguh sudah berapa kali Oikawa dibuat tertawa geli melihat tingkah Kageyama?
"Hey, setidaknya cobalah ini." ucap Oikawa sambil menunjuk sebuah gambar sup dalam menu makanan Kageyama.
"Tapi ini bukan nasi kare Oikawa-san." ucap Kageyama dengan polosnya.
"Memang bukan, ini samgyetang, atau sup ayam ginseng Korea. Cobalah, ini sangat enak! Jangan pilih-pilih makanan."
Dan dengan itu, pelayan restoran pun pergi mengambil pesanan Oikawa dan Kageyama. Bagi Kageyama, Oikawa masih cukup mengenal negara tetangga Jepang ini walaupun mengalami amnesia. Ia lupa jika Ukai-san pernah mengutus Oikawa untuk mengikuti pelatihan sebelumnya di Seoul, mungkin memorinya tentang kota indah ini tidak sepenuhnya hilang.
Begitu pesanan keduanya datang, Oikawa langsung melahap makanannya. Sementara, Kageyama sendiri dengan ragu menyuapkan sup yang direkomendasikan oleh Oikawa.
"Umai!*7" ucap Kageyama lantang, kedua bola matanya sampai membulat tidak percaya.
"Sudah kubilangkan?" balas Oikawa sambil tersenyum.
Saat Oikawa dan Kageyama telah menyelesaikan makan mereka, Oikawa pun mengajak Kageyama untuk pergi. Namun, Kageyama meminta Oikawa untuk duduk kembali ditempatnya karena Kageyama ingin buang air kecil terlebih dahulu. Begitu sosok Kageyama menghilang dari hadapannya, Oikawa tiba-tiba melihat dompet Kageyama yang tertinggal di atas meja.
"Dasar anak ini, ceroboh sekali." gumam Oikawa.
Saat ingin mengambil dompet Kageyama, tiba-tiba saja paspor Kageyama terjatuh ke lantai. Bukan tidak sopan dan tidak mengerti privasi orang lain, tapi paspor Kageyama terjatuh dalam keadaan terbuka sehingga menampakkan halaman identitas dirinya dan Oikawa pun mau tidak mau dapat melihatnya.
"Dua puluh dua Desember?"
Oikawa langsung menghidupkan layar handphonenya dan melihat tanggal yang tertera disana.
"Jadi, hari ini ia ulang tahun?"
Saat tengah memandangi foto imut Kageyama di paspor, tiba-tiba ada suara seorang wanita yang berbicara cukup nyaring hingga membuat Oikawa dengan segera menyimpan paspor dan dompet Kageyama ke dalam tas kecilnya, serta berlari ke arah sumber keributan.
"Kau bocah tengik! Apa kau tidak menggunakan kedua bola matamu untuk melihat hingga kau malah menabrakku?!" protes wanita itu menggunakan bahasa inggris.
Kageyama memang terburu-buru meninggalkan toilet karena takut membuat Oikawa menunggu lama, hingga ia tidak sengaja menabrak seorang wanita yang berjalan sambil membawa minumam kopi expresso di depannya. Parahnya, ternyata wanita yang ia tabrak adalah Kiyoko, mantan tunangan Oikawa. Well, akibat tabrakan tersebut kopi expresso yang Kiyoko bawa menjadi tumpah mengenai pakaian Kiyoko.
"Ma-maafkan aku nona. Aku akan mengganti biaya laundry untuk pakaianmu yang kotor." ucap Kageyama meminta maaf menggunakan bahasa Jepang.
"Oh jadi kau orang Jepang? Biaya laundry katamu? Kau pikir bajuku ini barang murahan? Noda kopi ini tidak akan semudah itu hilang bodoh! Aku ingin kau menggantinya dengan uang sebesar satu juta won*8!"
"Sa-satu juta won? Ma-maaf, aku tidak punya uang sebesar itu nona."
"Kalau kau tidak punya uang sebesar itu untuk mempertanggung jawabkan kesalahanmu karena telah menabrakku. Maka kau pantas mendapatkan ini!"
Tanpa ragu Kiyoko menyiram Kageyama dengan jus jeruk yang ada di salah satu meja pengunjung yang dekat dengan tempat mereka berdua berdiri.
Oikawa yang baru datang di tengah kerumunan pun langsung berdiri di depan Kageyama.
"Tobio-chan, kau basah kuyup… ." ucap Oikawa khawatir sambil menyeka air jus yang hendak mengalir ke kelopak mata Kageyama.
Oikawa langsung berbalik ke arah Kiyoko dan menatap wanita itu tidak suka.
"Kau! Beraninya kau melakukan hal ini pada pria ini!" ucap Oikawa menggunakan bahasa Korea agar orang-orang tau hal apa yang sebenarnya terjadi.
"O-Oikawa-san? Kenapa kau ada disini? Dan kenapa kau membela bocah sialan itu?!" ucap Kiyoko yang ikut menggunakan bahasa Korea.
Oikawa terkejut begitu wanita yang tidak ia kenal itu mampu menyebutkan namanya, ingat ia tidak mengenali Kiyoko karena sedang amnesia.
"Maaf nona, apa kita pernah kenal sebelumnya? Oh, tapi sepertinya tidak. Mana mungkin aku kenal dengan wanita rendahan sepertimu! Ups, jangan marah, karena aku akan memberimu uang untuk mengganti baju murahan yang kau pakai itu!"
Oikawa pun langsung melemparkan setumpuk uang ke tubuh Kiyoko.
"Ambil itu! Belilah baju yang lebih mahal dengan uang sebesar dua juta won dariku!"
Karena banyak orang yang menyoraki Kiyoko akhirnya wanita itu pergi dengan membawa rasa malu dan kesal.
"Joesonghamnida*9, bisakah aku meminta handuk?" tanya Oikawa pada seorang pelayan restoran.
"Baiklah tuan, akan saya ambilkan."
Begitu pelayan itu kembali dan memberikan handuk pada Oikawa, Oikawa pun langsung berterimakasih dan membawa Kageyama menjauh dari kerumunan orang-orang yang sedari tadi menonton mereka.
Oikawa langsung mengusap wajah Kageyama dengan lembut menggunakan handuk, setelah itu ia membawa handuk tersebut ke atas kepala Kageyama dan mengusap rambut Kageyama yang basah dengan handuk.
"Tobio-chan, setelah kita mengeringkan rambutmu, mari kita pergi mencari pakaian untukmu?" ajak Oikawa.
"Tidak usah Oikawa-san." tolak Kageyama.
"Tidak apa-apa, kau tidak mau rambut dan tubuhmu menjadi lengket kan? Atau parahnya digigiti oleh semut? Tenang saja, aku yang akan membelikan pakaian untukmu."
"Kumohon Oikawa-san, abaikan saja aku. Aku baik-baik saja kok. Aku tidak mau merepotkanmu."
"Tapi aku tidak bisa mengabaikanmu dan juga aku tidak merasa direpotkan olehmu. Aku tidak tau kenapa aku bisa punya uang cash banyak sekali di dompetku jadi aku lemparkan saja uang itu ke wanita tadi."
Ya, tentu saja Oikawa tidak ingat jika ia berasal dari keluarga berada sehingga ia bisa punya uang banyak di dompetnya. Lagipula alasan mengapa Kiyoko mau dijodohkan dengan Oikawa karena uang kan? Tapi, bukan karena uang Kageyama bisa menyukai Oikawa melainkan karena sifat Oikawa yang periang, suka menyemangati orang lain, pekerja keras dan masih banyak lagi, oh dan terutama karena Oikawa adalah setter paling hebat yang Kageyama kenal. Kageyama menjadi merasa bersalah karena telah berpura-pura menjadi kekasih Oikawa, hanya karena ingin Oikawa bersikap baik padanya ia sampai bertindak sejauh ini. Bahkan tanpa ia sadari perlahan rasa kagum pada Oikawa yang ia pendam sejak duduk di bangku SMP berubah menjadi rasa suka yang teramat dalam pada Oikawa. Kageyama tidak ingin hari ini berakhir, Tuhan… .
"Terimakasih Oikawa-san, ayo kita pergi karena aku cuma punya waktu sedikit disini." ucap Kageyama sambil menangis.
"Kau ini bicara apa sih? Jangan menangis lagi dong. Kau ini ternyata anak yang cengeng ya?"
"Terimakasih."
"Hey, aku bukan memujimu!"
.
.
.
Oikawa yang super overprotektif menyuruh Kageyama untuk keramas terlebih dahulu di wastafel yang ada di toilet toko baju bernama MSK, sementara Oikawa sendiri sibuk memilihkan pakaian yang akan ia beli untuk Kageyama. Begitu selesai me-makeover Kageyama, akhirnya Oikawa dan Kageyama kembali melanjutkan perjalanan ke distrik Songpa-gu menaiki subway kurang lebih selama lima puluh menit.
Oikawa dan Kageyama hanya berjalan-jalan saja di distrik Songpa-gu. Oikawa terus berbuat jahil pada Kageyama seperti contohnya mengambil gambar dari Kageyama dengan kamera handphonenya, walaupun pria bermanik blue ocean itu meminta Oikawa untuk berhenti memfotonya, namun Oikawa tampak tidak mengindahkan permintaannya. Oikawa berhenti memfoto Kageyama ketika pria yang lebih muda itu tiba-tiba termenung saat memperhatikan sesuatu yang ada di hadapannya.
"Oikawa-san, kenapa disana ada banyak sekali gerombolan orang?" tanya Kageyama.
Oikawa pun memilih untuk mengalihkan pandangannya pada lautan manusia yang Kageyama perhatikan sejak tadi.
"Oh, mungkin akan ada artis Kpop yang ingin konser. Lagipula, itu kan Jamsil Indoor Stadium."
"Apa TWICE yang akan menyelenggarakan konser?"
Saat Oikawa melihat banyak orang mengenakan atribut konser yang bergambarkan para personil TWICE, Oikawa pun mengiyakan pertanyaan Kageyama.
"Tobio-chan, kau tau darimana jika girlband yang ingin konser adalah TWICE?"
Kageyama tidak menjawab pertanyaan Oikawa, ia malah menyanyikan sebuah lagu sebagai jawabannya.
"You're my candy candy pop pop kimi no. Honey honey na egao ni. Doki doki heartbeat tomaranai, nee doushite sweetie?" *10
Oikawa tertawa melihat Kageyama bernyanyi dengan begitu ekspresifnya, ia pun ikut-ikutan menyanyikan lagu yang Kageyama nyanyikan.
"Candy candy pop pop kimi to~ Kirakira kagayaku hibi wo sugosetanara saikou. Kimi~ wa candy pop!" *11
Oikawa dan Kageyama, keduanya pun tertawa setelah bernyanyi bersama.
"Aku tidak tau apa pun tentang Negara Korea Selatan, apalagi Kpop. Tapi saat itu aku tidak sengaja melihat TWICE tampil di tv Nasional Jepang. Mereka membawakan lagu Candy Pop dan aku jadi menyukai mereka sejak saat itu." kenang Kageyama.
"Benarkah? Berarti kau penggemar TWICE? Kau tau? Aku juga penggemar TWICE!"
"Benarkah Oikawa-san?!"
Oikawa pun langsung menganggukkan kepalanya antusias.
"Bagaimana jika kita masuk ke dalam stadium Oikawa-san?" tanya Kageyama.
"Tobio-chan, tidak semudah itu kita bisa masuk. Orang-orang yang diijinkan masuk adalah orang-orang yang memiliki tiket, kalau pun kita ingin membeli tiketnya sekarang, aku yakin dari banyaknya jumlah orang disini pasti tiketnya sudah sold out."
"Begitu ya?" ucap Kageyama lirih, raut wajahnya berubah menjadi sedih.
"Maafkan aku ne*12? Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana kalau kita pergi ke tempat lain saja?" tanya Oikawa sambil mengelus puncak kepala Kageyama.
"Baiklah."
Belum sempat Oikawa dan Kageyama melangkahkan kakinya tiba-tiba ada dua orang wanita yang menghampiri keduanya. Kedua wanita itu tampak menyerahkan dua lembar kertas pada Oikawa dan mengajak Oikawa mengobrol sebentar menggunakan bahasa Korea, sebelum akhirnya kedua wanita tersebut pergi meninggalkan Oikawa dan juga Kageyama.
"Ada apa Oikawa-san?"
"Kita beruntung Tobio-chan! Kita mendapatkan dua tiket gratis untuk menonton konser!"
"Yoshaaaaa! Tapi Oikawa-san, kenapa mereka bisa memberimu tiket secara cuma-cuma?"
"Aku tidak tau. Katanya mereka adalah penggemarku, mereka mengatakan sesuatu seperti… Setter tim bola voli yang hebat? Atau semacamnya."
Kageyama langsung terdiam, ia takut jika ingatan Oikawa kembali karena kedua gadis tadi mengungkit masalah tentang voli.
"Well, aku tidak ingat bisa bermain bola voli, yang aku ingat sekarang adalah aku ingin menonton konser bersama kekasihku." ucap Oikawa sambil mencubit pipi Kageyama.
_Good Day_
Kageyama tampak sangat senang saat menonton konser TWICE, ia bahkan dengan semangat melambai-lambaikan light stick TWICE. Oikawa pun tak lupa merekam tingkah Kageyama, tentu orang yang direkam masih tidak ingin Oikawa melakukan hal tersebut.
Setelah beberapa puluh menit kemudian, Oikawa nampak menyibukkan diri melihat jam tangannya. Jarum kecil dari jam tangannya menunjukkan angka sembilan dan jarum panjangnya menunjukkan angka dua belas. Oikawa pun tiba-tiba menghentikan tangan Kageyama yang masih aktif memainkan light stick.
"Tobio-chan, ayo kita pergi?" bisik Oikawa pada Kageyama cukup nyaring agar suaranya tidak tertelan oleh kegaduhan konser dan dapat didengar oleh Kageyama.
"Kemana Oikawa-san?"
"Sudah, ikuti aku saja."
"Tapi, konsernya belum selesai."
"Aku tau."
Oikawa pun langsung menarik pergelangan tangan Kageyama agar pria itu mau berjalan mengikutinya.
Kageyama terus bertanya-tanya pada Oikawa, akan kemana kah mereka? Tapi, Oikawa memilih untuk diam.
Di sepanjang perjalanan, setelah turun dari taxi, Oikawa terus menggandeng tangan Kageyama.
"O-Oikawa-san, lepaskan tanganku? Semua orang memandangi kita terus dari tadi."
Dengan refleks Oikawa pun akhirnya melepaskan tangan Kageyama.
"Ma-maaf." ucap Oikawa.
Aneh, padahal Kageyama sendiri yang meminta Oikawa untuk melepaskan tangannya tapi begitu Oikawa benar-benar melakukannya ia malah merasa kecewa.
Rupanya Oikawa mengajak Kageyama ke Lotte World Park. Oikawa meminta Kageyama untuk memilih wahana bermain apa yang ia ingin mainkan.
"Tobio-chan, Lotte World akan tutup pada jam sebelas malam jadi jangan terlalu banyak menghabiskan waktu bermain disini ya? Karena setelah ini kita akan pergi ke Lotte World Tower." ucap Oikawa dengan tubuh yang terus naik-turun akibat sedang menaiki komedi putar.
"Untuk apa kita kesana Oikawa-san?"
"Rahasia."
.
.
.
Saat menaiki lift Lotte World Tower, Oikawa sengaja menutup mata Kageyama dengan menggunakan kain. Tak lupa setelah sampai di lantai yang dituju, Oikawa menuntun Kageyama keluar dari lift, ia pun menyuruh Kageyama untuk duduk di atas lantai. Begitu Oikawa membuka kain penutup mata Kageyama, pria berambut hitam lurus itu langsung terkejut melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
"Oikawa-san! Disini indah sekali! Aku bisa melihat gemerlap Kota Seoul dari atas sini."
"Indah kan? Hey, coba kau menunduk juga ke bawah."
Saat Kageyama menundukkan kepalanya, ia refleks langsung mengaitkan kedua lengannya di leher Oikawa. Bagaimana tidak? Ternyata lantai yang ia duduki terbuat dari kaca sehingga ia bisa dengan jelas menerawang hingga ke lantai paling bawah dengan kedua bola matanya.
"O-Oikawa-san! Ayo kita turun saja? Aku phobia ketinggian Oikawa-san." rengek Kageyama.
"Tenang, lantai ini pasti kuat jika hanya untuk menopang kita berdua."
Sambil masih memeluk Oikawa, Kageyama mencoba mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia terkejut begitu melihat tidak ada orang sama sekali disana, kecuali dirinya sendiri dan juga Oikawa. Kageyama pun dengan cepat melepaskan pelukkannya dari Oikawa, hingga membuat Oikawa terkekeh geli.
"Kita cuma berdua disini karena jam hampir menunjukkan pukul sebelas malam yang mana merupakan jam tutup Lotte World Tower, sehingga tidak ada orang yang ingin membuang waktu mereka untuk naik kelantai seratus dua puluh tiga." jelas Oikawa.
"Pejamkan kedua matamu Tobio-chan." perintah Oikawa.
"Eh?! Kenapa?"
"Sudah, pejamkan saja dulu kedua matamu sebentar. Jangan mengintip ya?"
Beberapa menit kemudian, Oikawa pun memperbolehkan Kageyama membuka kedua bola matanya.
"Happy birthday Tobio. Happy birthday Tobio. Happy birthday, happy birthday~ Happy birthday to yooouuu~"
Tampak di hadapan Kageyama, Oikawa menyanyikan lagu ulang tahun sambil memegang kue muffin yang di atasnya telah diberi sebuah lilin mini. Kageyama lupa jika hari ini adalah tanggal 22 Desember, hari ulang tahunnya. Ia lupa karena saking menikmati waktunya bersama dengan Oikawa, apalagi Oikawa bersikap sangat baik padanya, berbeda dengan Oikawa yang selama ini selalu membencinya.
"Tobio-chan, berdoa lah dulu sebelum meniup lilin ini."
Kageyama pun mengangguk lalu berdoa seperti anjuran Oikawa. Selanjutnya, Kageyama langsung meniup lilin mini yang ada di atas kue ulang tahunnya.
"Hey, kalau aku boleh tau, apa isi doamu Tobio-chan?" pinta Oikawa.
"Tidak akan kuberitahu pada Oikawa-san. Karena doa yang diberitahukan ke orang lain itu biasanya tidak akan terkabul." tolak Kageyama.
"Pelit!" ejek Oikawa bercanda.
"Oikawa-san, bagaimana kau bisa tau kalau hari ini aku ulang tahun?" tanya Kageyama.
"Etto*13... Gomen*14, aku tidak sengaja melihat paspormu saat di restoran tadi." jawab Oikawa lirih.
"Tidak apa-apa Oikawa-san. Terimakasih ya? Ini adalah perayaan ulang tahun terbaik yang pernah aku alami seumur hidupku. Kedua orang tuaku sudah meninggal saat pertama kali aku duduk di bangku sekolah menengah pertama. Aku dulu sering merayakannya dengan mereka, tapi saat mereka tidak ada, maka tidak ada pula perayaan ulang tahun untukku. Hontou arigatou*15, Oikawa-san."
Kageyama menangis, menangis karena ini pertama kalinya ia merayakan ulang tahunnya semenjak kepergian kedua orang tuanya. Oikawa termenung, tanpa sadar telapak tangannya mulai meraih lembut pipi Kageyama, membiarkan ibu jarinya basah terkena air mata Kageyama.
"O-Oikawa-san?" gumam Kageyama lirih manakala Oikawa mulai mendekatkan wajahnya.
Hal yang tak Kageyama duga pun terjadi, Oikawa mencium bibirnya.
"Mnn." erang Kageyama begitu Oikawa mulai melumat bibirnya.
Tidak ia sangka kebohongan yang ia lakukan pada Oikawa berakhir dengan Oikawa yang mencium bibirnya. Tapi, tidak! Jika momen ini dibiarkan lebih lama maka ia akan benar-benar jatuh cinta pada Oikawa, sementara ia belum siap untuk menerima kenyataan jika besok Oikawa akan berubah kembali seperti Oikawa yang biasanya, Oikawa yang selalu membencinya, Oikawa yang selalu menatapnya dengan pandangan tidak suka dan juga Oikawa yang selalu bersikap buruk padanya. Ia belum siap jika besok Oikawa tersadar dari amnesia yang ia alami dan kemudian melupakannya, melupakan kejadian-kejadian yang mereka lalui hari ini.
Kageyama pun dengan kuat mendorong tubuh Oikawa hingga ciuman keduanya berakhir.
"Tobio-chan?"
Dengan cepat, Kageyama pergi berlari meninggalkan Oikawa.
"Tobio-chan! Tunggu! Ada apa?" teriak Oikawa.
Oikawa pun akhirnya ikut berlari mengejar Kageyama.
"Tobio-chan! Tunggu! Kenapa kau pergi?!" lagi, Oikawa berteriak lagi.
Saat Kageyama kehabisan nafas, saat itulah ia berhenti berlari.
"Kenapa kau pergi? Apa kau marah karena aku menciummu? Katakan padaku?!" desak Oikawa dari jarak lima meter di belakang Kageyama yang sedang berdiri memunggunginya.
"Aku ingin pulang Oikawa-san. Aku mohon, aku tidak ingin berbicara denganmu untuk saat ini."
Akhirnya Kageyama dan Oikawa pun pulang ke Myeongdong dimana letak hotel mereka berada. Oikawa tidak membiarkan Kageyama pulang sendiri, ia tetap menjaga Kageyama dari belakang meskipun ia sendiri kesal dengan Kageyama yang tidak menjelaskan alasan kenapa ia marah padanya. Di sepanjang perjalanan pulang keduanya saling bungkam, sesekali Oikawa mencuri pandang ke arah Kageyama saat mereka menaiki subway dengan tempat duduk yang berjauhan satu sama lain. Dari manik coklatnya, pria yang lebih muda darinya itu terlihat murung dan tertekan.
Sesampainya di hotel, Kageyama langsung mengganti pakaian dan juga tidur, ia memilih posisi tidur yang memunggungi Oikawa. Oikawa sendiri hanya duduk di tepi ranjangnya sambil memandang Kageyama kecewa, tak lama ia ikut berbaring memunggungi Kageyama. Kurang lebih lima belas menit telah berlalu, namun Oikawa tak kunjung bisa tidur.
"O-Oikawa-san?"
Oikawa terkejut saat suara Kageyama tiba-tiba memanggil namanya.
"A-apa Oikawa-san sudah tidur?"
Oikawa memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Kageyama. Tak lama terdengar decitan ranjang dari teman sekamarnya, Oikawa pun langsung memejamkan matanya berpura-pura tidur, sampai akhirnya ia merasakan berat tempat tidurnya bertambah.
Oikawa terkejut saat tiba-tiba Kageyama memeluknya dari arah belakang, namun ia tetap profesionalitas dalam beracting pura-pura tidur.
"Oikawa-san, maafkan aku. Maafkan aku karena sudah marah dan mengabaikanmu." gumam Kageyama lirih.
"A-aku seperti itu karena sebenarnya aku itu-"
"Kau kenapa Tobio-chan?" ucap Oikawa sambil berbalik menghadapkan tubuhnya pada Kageyama.
"O-Oikawa-san? Kau belum tidur?"
"Kau tidak adil! Kau hanya mau berbicara padaku saat aku tidur."
"Tapi ternyata kau tidak tidur." bela Kageyama.
"Yah begitulah. Jadi kau ingin bilang apa? Sebenarnya kau kenapa?"
Kageyama tidak langsung menjawab pertanyaan Oikawa, ia mengambil jeda beberapa detik sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Oikawa.
"Aku hanya ingin bilang, sebenarnya aku sangat menyukai Oikawa-san!" jawab Kageyama susah payah.
"Pfftt! Kau sangat aneh. Lalu kenapa kau tiba-tiba pergi meninggalkanku tadi, jika kau menyukaiku? Oh, jangan-jangan! Selama dua tahun kita berpacaran kita belum pernah berciuman dan itu adalah ciuman pertamamu? Padahal kau menginginkan aku menciummu di hari pernikahan kita tapi karena aku amnesia jadi aku melanggar janji itu, begitu kan? Oleh karena itu kau langsung marah padaku."
"Tidak! Bukan karena itu."
"Lalu?"
"Aku hanya... Hanya marah pada diriku sendiri karena telah membuat kesalahan besar."
"Kesalahan besar apa Tobio-chan? Aku tidak mengerti." tanya Oikawa tidak paham.
"... ."
"... ."
"Oikawa-san tidak perlu tau." jawab Kageyama kemudian.
"Yang Oikawa-san harus tau adalah aku sangat menyukai Oikawa-san sejak SMP. Aku mohon jangan lupakan hari ini? Hari indah ini yang kita lalui bersama. Jangan membenciku lagi besok dan jangan mencariku jika aku pergi besok."
Air mata Kageyama turun lagi, tangan kosongnya ia biarkan meraih dan meremat bagian depan dari kaos Oikawa.
"Tentu saja." tandas Oikawa sambil memeluk Kageyama hingga dahi pria bersurai hitam itu menempel pada dadanya.
"Tentu saja aku tidak akan melupakan hari ini dan tidak akan membencimu Tobio-chan. Aku janji."
"Hey, ngomong-ngomong, apa maksudmu dengan 'jangan mencariku jika aku pergi besok'?" sambung Oikawa.
"Bukan apa-apa. Izinkan aku untuk tidur di sampingmu Oikawa-san, untuk kali ini saja?"
"Boleh sih. Tapi jangan protes jika aku suka menendang orang saat tidur."
Kageyama hanya terkekeh mendengar ucapan Oikawa.
"Sebenarnya aku bukan kekasihmu, harusnya itu yang aku beritahukan padamu Oikawa-san. Maafkan aku." batin Kageyama.
_Good Day_
Perlahan Oikawa membuka kedua matanya karena bias cahaya matahari pagi yang memaksa masuk melalui jendela kamar hotelnya. Setelah mengerjapkan mata beberapa kali, Oikawa bangkit dan duduk di atas ranjang sambil meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Astaga! Aku harus segera pergi mengikuti pelatihan!" seru Oikawa saat melihat jam dinding yang menggantung di dinding kamarnya telah menunjukkan pukul 07.45.
Saat Oikawa hendak memasuki pintu kamar mandi, ia menyadari ada yang berbeda dengan kamar yang ia tinggali.
"Apa tempat tidur Tobio memang serapi itu?" gumam Oikawa berbicara sendiri.
"Ah, mungkin dia sudah pergi duluan. Anak itu! Bisa-bisanya ia tidak membangunkanku? Awas saja!"
Tanpa rasa curiga sedikit pun, akhirnya Oikawa melenggang pergi masuk ke dalam kamar mandi.
Bukannya disuruh untuk mengikuti pelatihan, sesampainya Oikawa di kantor perusahaan ia malah diminta untuk pulang kembali ke hotel untuk beristirahat.
"Tuan Kim, kenapa saya harus pulang? Saya baik-baik saja hari ini."
"Benarkah? Oikawa-ssi mungkin kau tidak tau, tapi kemarin Kageyama-ssi bilang jika kau mengalami kecelakaan." ucap Tuan Kim.
"Kecelakaan?"
"Iya benar, bahkan biaya pengobatanmu sudah ditanggung oleh Direktur Ukai-san."
"Tapi saya tidak ingat apa-apa Tuan Kim. Kageyama sudah datang duluan kan? Dimana dia sekarang?"
"Aku pikir dia malah datang bersamamu."
"Tidak Tuan Kim. Lalu kemana Kageyama?"
"Maaf Oikawa-ssi, aku tidak tau. Lagipula ini adalah hari terakhir kau ikut pelatihan, tapi karena kondisimu sedang tidak memungkinkan untuk bekerja kau bisa pulang ke hotel sekarang dan setelah itu kembali ke Jepang."
"Maaf Tuan Kim, apa maksud anda dengan hari terakhir? Saya rasa anda salah, ini baru hari kedua saya mengikuti pelatihan." sergah Oikawa.
"Oh iya, aku lupa, Kageyama-ssi memberikan kami kabar jika kau mengalami kecelakaan di saat hari kedua kalian akan mengikuti pelatihan. Sehingga aku menyuruhnya untuk kembali pulang ke hotel demi merawatmu sampai sembuh."
Oikawa hanya termenung setelah mendengar penjelasan pria paruh baya yang ada di hadapannya, ia mencoba untuk mengingat kembali kapan ia terakhir kali melihat atau bertemu dengan Kageyama. Tapi hasilnya nihil! Ia juga sama sekali tidak ingat kegiatan apa saja yang ia lakukan kemarin.
"Tuan Kim, bolehkah saya tau? Apakah Kageyama memberitahukan pada anda di rumah sakit mana saya dirawat?"
Begitu Tuan Kim memberikan alamat rumah sakit yang bertanggung jawab merawat Oikawa, Oikawa pun langsung pergi setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih pada Tuan Kim. Beruntung saat Oikawa tiba di rumah sakit yang ia cari, dokter yang menanganinya kemarin sedang tidak bertugas sehingga ia bisa dengan leluasa menginterogasi dokter tersebut.
"Dokter, apa benar dokter adalah orang yang menangani saya ketika saya kecelakaan?"
Setelah sebelumnya mengucapkan salam dan memperkenalkan diri, dengan sopan Oikawa langsung bertanya pada sang dokter.
"Benar Oikawa-ssi."
"Dokter, sebenarnya apa yang terjadi pada saya kemarin?"
"Oikawa-ssi, apa teman anda tidak memberitahukan pada anda jika anda mengalami kecelakaan hingga mengakibatkan anda kehilangan ingatan?"
"Tidak, dokter. Anda bilang tadi, kehilangan ingatan?"
"Iya, sepertinya kendaraan yang menabrak anda kemarin cukup laju sehingga anda terpelanting dan kepala anda terbentur ke aspal. Akibatnya, otak anda mengalami cedera, sehingga saya dapat pastikan anda mengalami Transient Global Amnesia."
"Transient Global Amnesia?" tanya Oikawa tidak mengerti.
"Iya, itu merupakan salah satu jenis amnesia yang akan mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan ingatan hanya dalam jangka waktu dua puluh empat jam dan keesokan harinya ketika si penderita terbangun dari tidurnya, ingatannya akan kembali seperti semula. Akan tetapi, ia akan melupakan ingatannya ketika ia sedang amnesia." jelas sang dokter.
Itu sebabnya Oikawa tidak mengingat apapun yang terjadi di hari kemarin? Begitu pergi meninggalkan rumah sakit, Oikawa bergegas pulang ke hotelnya untuk mencari dimana keberadaan Kageyama.
"Tobio-chan! Keluar kau!" teriaknya membabi buta.
Pria berambut brunette itu berjalan kesana kemari mencari keberadaan Kageyama di setiap sudut kamar mereka.
"Tobio-chan! Kau dimana? Cepat keluar!"
Hasilnya tidak berubah, tanda-tanda kehidupan dari Kageyama telah lenyap dari kamar yang Oikawa tinggali bersama pria itu. Namun, ada satu benda yang menyita perhatian Oikawa, benda itu adalah sebuah syal berwarna merah yang tergeletak di atas tempat tidur Kageyama.
"Apa dia sudah pulang duluan ke Jepang? Baik sekali dia, setelah tidak membangunkanku pagi ini, tidak memberitahuku jika aku kecelakaan dan mengalami amnesia dan sekarang ia pergi meninggalkanku pulang lebih dulu ke Jepang? Dia pasti bercanda!"
Dan dengan itu, Oikawa langsung bergegas melakukan packing untuk pulang ke Tokyo, Jepang, tak lupa ia memasukkan syal milik Kageyama ke dalam kopernya.
Keesokan harinya, Oikawa berangkat untuk bekerja seperti hari biasanya. Sebelum berjalan menuju ke divisi pemasaran, ia menyempatkan diri untuk mampir ke divisi IT demi menyerahkan syal yang Kageyama tinggalkan di hotel. Namun, meja kerja Kageyama terlihat bersih, rapi dan kosong?
"Apa dari awal meja kerja Tobio sekosong ini? Lagipula kenapa jam segini ia belum datang ke kantor?"
"Oikawa-san, percuma saja jika kau meletakkan syal itu di atas meja Kageyama dan berharap Kageyama akan mengambilnya." sahut salah seorang karyawan rekan kerja Kageyama di divisi IT, Kunimi Akira.
"Apa maksudmu Kunimi-chan?"
"Oikawa-san, kau kudet sekali. Kageyama baru saja resign kemarin dari perusahaan."
"Apa?!" ucap Oikawa tidak percaya.
"Alasan ia resign juga sebenarnya belum jelas. Mungkin kau bisa bertanya pada Ukai-san."
Syal merah yang awalnya Oikawa letakkan di atas meja Kageyama pun akhirnya Oikawa ambil kembali, tanpa membuang waktu ia pun pergi menuju ke ruang direktur untuk menemui Ukai seperti saran dari Kunimi. Oikawa langsung mendobrak masuk ke dalam ruang direktur.
"WOW! Anak muda kau membuatku kaget saja." sahut Ukai, setelah sebelumnya ia meloncat kaget karena kemunculan Oikawa yang tiba-tiba.
"Hey, pak tua, cepat katakan dimana Kageyama sekarang!" sahut Oikawa tidak sopan.
"Attitude yang bagus untuk bertanya ne, Oikawa-kun?"
"Aku tidak mau berbasa-basi! Dimana Kageyama sekarang? Dia benar-benar resign atau malah anda yang memutasikannya ke perusahaan lain?"
Ukai tersenyum miring mendengar pertanyaan Oikawa.
"Bukankah kau sendiri yang bilang padaku untuk memutasikan Kageyama ke Seoul? Kenapa kau yang sekarang marah Oikawa-kun? Bertingkah seolah-olah kau mempedulikan Kageyama-kun."
Oikawa terdiam begitu mendengar ucapan Ukai. Ia sendiri juga heran kenapa ia begitu emosian hari ini?
"Jika kau ingin bertanya dimana Kageyama-kun sekarang, aku sendiri juga tidak tau dia ada dimana. Ia tidak begitu mau untuk mengatakan alasannya resign dari perusahaan."
"Kalau begitu berikan aku alamat rumah Kageyama!" tanya, atau lebih tepatnya perintah Oikawa.
Akhirnya Ukai memberikan alamat rumah Kageyama. Setelah pulang kerja, Oikawa langsung menuju ke alamat yang diberitahukan oleh Ukai dengan mengendarai motor sportnya. Saat sampai di tempat tujuan, rumah Kageyama yang bergaya rumah tradisional Jepang itu terlihat sepi. Namun, Oikawa nekat menekan tombol bel rumah Kageyama demi memastikan jika Kageyama masih ada di dalamnya.
"Sumimasen*16!" teriak Oikawa.
"Sumimasen!" teriaknya lagi sambil menekan tombol bel berkali-kali.
"Sumima- WAAH!" teriak Oikawa terkejut saat seorang nenek-nenek telah berdiri di sampingnya.
"Halo anak muda? Apa kau mencari Kageyama-kun?" tanya nenek itu.
"Ugh, etto... Ohayou gozaimasu*17, nama saya Oikawa Tooru. Iya nek, memang betul saya mencari Kageyama-kun kesini. Apa anda tau dimana Kageyama?"
"Sayang sekali, Kageyama-kun tidak terlihat berada di rumah dari kemarin. Biasanya ketika aku mengantarkan makanan untuknya, ia akan langsung membukakan pintu dan mempersilahkanku singgah untuk sekedar minum teh hijau buatannya."
"Mengantarkan makanan?"
"Iya, Kageyama-kun itu hanya tinggal sendiri di rumah ini semenjak neneknya yang merupakan sahabatku, telah meninggal sebulan yang lalu." kenang sang nenek.
"Kalau boleh saya tau, kemana gerangan kedua orang tua Kageyama?"
"Anak muda, aku pikir kau teman Kageyama sehingga kau pasti tau jika orang tua Kageyama sudah meninggal sejak ia pertama kali duduk di bangku SMP."
Oikawa terkejut mendengar penjelasan sang nenek. Ternyata, ia tidak tau banyak hal tentang Kageyama.
"Aku rasa, ia telah menjual rumah ini. Karena pagi tadi ada pasangan suami-istri dan anak-anaknya yang masuk ke dalam rumah."
.
.
.
Oikawa masih memandangi selembar kertas yang ia temukan di depan pintu kamar apartemennya. Di permukaan kertas berwarna beige itu tergores tinta hitam bertuliskan nama tunangannya, Kiyoko Shimizu dan nama seorang pria lain, yaitu Tanaka Ryuunosuke. Kertas itu berisi ajakan untuk menghadiri pesta pernikahan Kiyoko dan Tanaka. Oikawa marah, beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi Kiyoko tapi tidak ada satupun panggilan darinya yang dijawab oleh wanita itu. Oikawa tidak mengerti, kenapa Kiyoko malah menikahi pria lain sementara tunangan prianya yang sebenarnya adalah Oikawa?
Oikawa penat, ia tidak mengerti kenapa hidupnya jadi berantakan begini. Oikawa pun memutuskan untuk membuka aplikasi galeri di handphonenya demi membuat perasaannya lebih baik dengan cara melihat foto-fotonya bersama dengan orang terdekatnya. Oikawa terkejut saat melihat foto yang berada di jajaran paling atas di galerinya merupakan foto bergambar wajah Kageyama.
"Kenapa? Kenapa bisa begini?" gumamnya.
Semakin lama Oikawa mengutak-atik galerinya semakin banyak wajah Kageyama muncul. Oikawa pun memilih untuk melihat rincian waktu kapan foto-foto tersebut ia ambil. Untuk kedua kalinya ia kembali terkejut saat melihat tanggal pengambilan foto-foto dari Kageyama jatuh pada dua hari yang lalu atau lebih tepatnya hari dimana dirinya mengalami amnesia.
"Tidak! Ini tidak mungkin!"
Saat tengah sibuk menyangkal kenyataan yang ada, kepala Oikawa tiba-tiba sakit.
"Aaargh!" erang Oikawa sambil memegangi kepalanya.
Aneh, namun tiba-tiba memori di otaknya berjalan memutar kembali kejadian di saat dirinya bertemu dengan Kiyoko dan Tanaka di Seoul. Ia melihat dirinya sangat marah karena merasa dikhianati oleh Kiyoko dan berusaha mengejar wanita itu hingga akhirnya ia ditabrak oleh sebuah mobil saat ingin menyeberang jalan.
"Jadi itu alasannya Kiyoko menikah dengan Tanaka? Jadi itu alasannya aku bisa mengalami amnesia? Tapi… Tapi, kenapa aku bisa menyimpan foto-foto Tobio-chan?"
Oikawa kembali menelusuri galeri handphonenya dan menemukan dua buah video. Secara bergantian ia memutar kedua video tersebut. Didalam kedua video itu hanya ada sosok Kageyama, sosok yang ia benci selama ini. Anak itu terlihat bahagia di dalam video yang Oikawa putar, tak jarang muncul suaranya sendiri yang menggoda sosok Kageyama. Tak terasa, air mata Oikawa mengalir sendiri membasahi pipinya.
"Kenapa? Kenapa aku menangis?" gumam Oikawa saat menyadari dirinya menangis.
"Ini aneh! Ini sangat aneh! Kenapa bocah sialan itu begitu bahagia di dalam video? Kenapa ia sangat manis saat tersenyum dan tertawa dengan pipinya yang bersemu merah? Kenapa aku malah menangis? Dasar bodoh!"
Oikawa tidak mengerti, ia sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dua hari yang lalu? Sehingga ia bersikeras untuk memanggil kembali memorinya di hari itu. Karena terlalu memaksakan dirinya untuk mengingat kejadian yang terjadi pada dua hari yang lalu, kepala Oikawa tiba-tiba sakit lagi. Kali ini yang muncul adalah memori disaat dirinya bangun dari pingsan akibat kecelakaan dan Kageyama lah orang yang pertama kali ia lihat begitu sadar.
Tak lama, berangsur-angsur memori Oikawa kembali, memori disaat Kageyama mengajaknya untuk 'berkencan' dengan menonton film, memori saat Oikawa kehausan dan merengek ingin membeli minum, memori saat mereka berkunjung ke Gyeongbokgung Palace, memori saat mereka makan di restoran dan berakhir dengan Oikawa yang melempar Kiyoko dengan setumpuk uang, memori saat mereka menonton konser TWICE, atau memori saat Oikawa mengajak Kageyama bermain di Lotte World Park, memori saat Oikawa memberi kejutan ulang tahun untuk Kageyama, oh dan bahkan Oikawa bisa mengingat jika dirinya dengan seenak jidat mencium bibir Kageyama yang lembut hingga membuat Kageyama marah, dan yang terakhir adalah memori disaat mereka tidur di ranjang Oikawa. Tunggu sebentar, jangan berpikiran aneh-aneh, maksudnya 'tidur' disini adalah tidur biasa.
Tapi, dari semua memorinya yang kembali, yang paling membekas di hati dan ingatan Oikawa adalah ketika Kageyama berkata,
"Yang Oikawa-san harus tau adalah aku sangat menyukai Oikawa-san sejak SMP. Aku mohon jangan lupakan hari ini? Hari indah ini yang kita lalui bersama. Jangan membenciku lagi besok dan jangan mencariku jika aku pergi besok."
Bulir air mata Oikawa tidak bisa berhenti mengalir.
"Mana mungkin aku diam saja dan tidak mencari dimana keberadaanmu Tobio-chan?"
_Good Day_
"Yo! Kageyama-kun! Aku membawa nasi kare kesukaanmu!" teriak seorang pria bersurai abu-abu pada pria lain yang baru saja turun dari kapal nelayan.
"Aku akan segera kesitu Sugawara-san!"
Tak lama pria bersurai hitam yang tak lain adalah Kageyama, pergi berjalan menghampiri pria yang menawarinya nasi kare, Sugarawa.
"Apakah hari ini kau mendapat banyak ikan?" tanya Sugawara.
"Iya, Sugawara-san!" jawab Kageyama antusias.
"Kau pasti lelah kan? Makanlah dulu nasi kare buatanku, staminamu pasti akan kembali normal!"
Kageyama tidak langsung memakan nasi kare yang dibawa oleh Sugawara, ia hanya melirik Sugawara dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Tumben sekali Sugawara-san mau bersusah payah membuat makanan? Jangan bilang, aku dijadikan bahan percobaan lagi untuk mencicipi makanan yang akan Sugawara-san berikan pada Daichi-san?"
Sugawara hanya tersenyum kikuk mendengar ucapan Kageyama. Tak urung, ucapan Kageyama barusan mampu membuat kedua pipinya bersemu merah.
"Sudah, sudah! Jangan meledekku terus! Atau akan kubawa pulang kembali nasi kare itu ke Tokyo?!"
"Chottoooo*18! Aku kan hanya bercanda!" bela Kageyama.
Setelah itu, Kageyama dan Sugawara pun tertawa bersama. Tanpa sungkan-sungkan Kageyama langsung mengucapkan kata 'itadakimasu*19' dan melahap nasi kare buatan Sugawara.
"Umai!" teriak Kageyama heboh.
"Benarkah Kageyama-kun?"
"Sungguh Sugawara-san, rasa nasi kare ini tidak jauh berbeda dengan nasi kare yang sering aku beli di kedai Paman Asahi!"
"Etto… aku tidak kenal siapa itu Paman Asahi." ucap Sugawara sambil memasang wajah tanpa ekspresi.
"Dia adalah penjual nasi kare di kedai yang sering aku datangi."
"Ah, siapa pun itu, aku tidak peduli. Kau tau kan, aku datang kesini untuk apa?"
Tiba-tiba saja Kageyama menghentikan acara makannya.
"Jika Sugawara-san kemari hanya untuk memintaku kembali ke Tokyo, aku menolak."
"Kageyama, kau ini keras kepala sekali ya? Setiap kali aku kesini dan mengajakmu untuk pulang ke Tokyo, jawabanmu selalu sama."
"Hal itu juga berlaku pada Sugawara-san, kenapa setiap kali datang kemari Sugawara-san selalu keras kepala untuk mengajakku kembali ke Tokyo?"
"Karena rumahmu disana Kageyama!"
Kageyama menggeleng pelan.
"Tokyo bukan rumahku. Disini lah aku tinggal sekarang, aku tidak punya keluarga lagi disana."
"Lalu, bagaimana dengan Oikawa? "
Nama itu, nama yang paling anti Kageyama dengarkan. Karena hanya dengan mendengarkan namanya saja, Kageyama bisa langsung membayangkan sosok pria bernama Oikawa itu dan disaat ingatannya terbayang dengan sosok pria itu disaat itulah hatinya terasa sakit.
"Sugawara-san, tapi maaf, bisakah kau pulang sekarang? Aku akan segera melaut lagi." ucap Kageyama sambil bangkit berdiri di samping Sugawara.
"Kageyama-kun, sampai kapan kau akan bersembunyi terus? Sampai kapan kau ingin menjadi nelayan disini? Sampai kapan kau ingin menyembunyikan rasa sukamu pada Oikawa?" tanya Sugawara bertubi-tubi.
"Kau tidak mengerti seberapa besar aku ingin mengungkapkan perasaanku pada Oikawa-san, Sugawara-san! Aku tidak sanggup melakukannya! Semua itu terlalu berat untukku!"
"Tapi-"
Belum sempat Sugawara menyelesaikan kata-katanya, Kageyama sudah lebih dulu memotongnya.
"Cukup! Aku mohon Sugawara-san. Pergilah dari sini!" perintah Kageyama.
Kageyama pun berlari pergi ke arah laut meninggalkan Sugawara.
"Kageyama-kun!" teriak Sugawara.
Teriakan Sugawara tersebut mampu membius Kageyama untuk berhenti berlari.
"Aku akan pergi! Tapi, ada satu hal yang harus kau tau. Satu hal yang belum pernah aku beritahu padamu. Jika selama ini Oikawa mencarimu! Aku rasa ia juga punya perasaan yang sama sepertimu!"
Tepat ketika Kageyama membalikkan badannya karena tercengang dengan ucapan Sugawara, saat itu juga Sugawara berlalu pergi meninggalkannya.
"Oikawa-san… ." ucap Kageyama sambil terisak.
.
.
.
Hari makin malam, namun Oikawa tak kunjung beranjak dari meja kerjanya, teman-teman sekantornya pun satu persatu telah pergi pulang. Disaat tengah berkonsentrasi mengetik di keyboard komputernya tiba-tiba saja ada seseorang yang menyapa Oikawa.
"Oikawa, apa kau tidak ingin pulang?"
"Kusooo*20! Suga-chaaan! Kau mengagetkanku saja! Aku pikir kau arwah penasaran yang ada di kantor ini."
Sugawara terkekeh pelan mendengar celotehan Oikawa.
"Habis kau serius sekali sih. Hey, bagaimana? Apa ada perkembangan?" tanya Sugawara penuh ambigu.
Tapi sepertinya lawan bicara Sugawara mengerti hal ambigu apa yang ditanyakan oleh Sugawara.
"Belum, aku belum juga menemukan informasi dimana Kageyama tinggal sekarang."
DANG! Dan ternyata objek yang mereka bicarakan sedari tadi adalah Kageyama.
"Sudah lima bulan ya kau mencari anak itu?" tanya Sugawara.
"Aku tidak ingat, tapi sepertinya iya. Tidak terasa sudah selama itu. Aku telah menghabiskan banyak materi, tenaga, dan waktuku untuk mencarinya. Tapi, sampai sekarang tidak ada hasilnya." jawab Oikawa lesu.
"Gomen ne Oikawa? Sebenarnya aku tau dimana keberadaan Kageyama."
Kedua mata Oikawa yang awalnya terfokus pada layar laptop kini beralih ke Sugawara.
"Kau bercanda kan Suga-chan? Kau hanya ingin bersimpati padaku, makanya kau berbicara seperti itu." tebak Oikawa.
"Tidak, aku serius! Selama ini Kageyama tinggal di prefektur Mie, tepatnya di Pulau Sugashima." jelas Sugawara.
"Jika memang benar begitu, kenapa kau tidak memberitahuku dari awal?" protes Oikawa.
"Aku hanya ingin melihat seberapa besar perjuanganmu untuk mencarinya. Bukankah cinta itu butuh perjuangan?" bela Sugawara.
"Lagipula, aku selalu mendengar cerita dari Kageyama jika kau itu selalu berkata kasar dan bertingkah kejam padanya sewaktu SMP." imbuh Sugawara.
Tampak beribu panah imajiner menusuk tubuh Oikawa begitu mendengar ucapan Sugawara barusan.
"Terimakasih pujiannya Suga-chan." sindir Oikawa.
"Tapi anehnya setiap kali ia menceritakan pengalaman SMP nya bersamamu, ia selalu mengucapkan kata 'kakko ii*21 Oikawa-san!' dengan wajah ceria." terang Sugawara sambil mempraktekkan ekspresi Kageyama kala itu.
Oikawa hanya tersenyum dan berkata,
"Aku tau itu." jawabnya singkat penuh arti.
"Hey, ngomong-ngomong jika kau ingin menemuinya kau harus kesana disaat sore. Karena saat itu lah ia baru pulang dari melaut. Aku belum bilang ya, jika ia sekarang menjadi nelayan?"
"EEEEEEEEHH?!"
.
.
.
Oikawa masih tercengang melihat kondisi daerah yang Sugawara katakan sebagai tempat tinggal Kageyama. Di tempat Oikawa berdiri sekarang, ia dapat melihat begitu sepinya rumah-rumah penduduk, seperti tidak ada kehidupan di daerah tersebut.
"Apa Sugawara yakin jika Tobio tinggal disini?" gumamnya.
Saat Oikawa melangkahkan kakinya lebih jauh, tanpa sadar ia sudah berada di depan dermaga kapal nelayan. Oikawa melihat banyak sekali nelayan yang berjalan dari bibir pantai menuju ke daratan tempatnya berdiri. Oikawa berusaha mencari sosok Kageyama yang sangat ingin ia temui. Tak lama, sosok pria pujaan hatinya itupun terlihat berjalan ke daratan, nampaknya pria muda itu tertinggal dari rombongan para nelayan yang lain.
Oikawa berusaha mengumpulkan nafas banyak-banyak di rongga dadanya sebelum akhirnya ia berteriak memanggil Kageyama.
"TOOOOBIO-CHAAAAAAAAN!" teriaknya sambil melambaikan kedua tangannya ke udara.
Kageyama terlihat mencari-cari dimana arah sumber suara itu berasal dan begitu manik birunya bertemu pandang dengan manik kecoklatan Oikawa, manik biru pria itu membesar tidak percaya. Oikawa pun tampak tersenyum lebar ke arah Kageyama. Namun, senyuman Oikawa sirna manakala Kageyama memilih untuk berlari, berlari pergi menjauhinya. Iya, menjauhinya, bukan mendekatinya.
Mau tidak mau Oikawa pun ikut berlari mengejar Kageyama.
"Tobio-chan! Tunggu! Kenapa kau pergi?!" teriak Oikawa.
Oh, tunggu. Peristiwa ini seperti déjà vu bagi Oikawa. Ah, ya, dia ingat, dia memang pernah berlari mengejar Kageyama sebelumnya. Tepatnya saat mereka berada di Seoul, kala itu Kageyama berlari setelah Oikawa mencium bibirnya.
"Matte*22, Tobio-chan!" teriak Oikawa lagi.
Kali ini ia serius, ia serius ingin mendapatkan Kageyama, entah bagaimana pun caranya.
"TUNGGU PENGECUT!"
Dan benar, langkah Kageyama terhenti manakala Oikawa meneriaki dirinya pengecut.
"Beraninya kau sembunyi setelah kau berpura-pura menjadi kekasihku disaat aku amnesia!"
Perlahan Kageyama membalikkan tubuhnya menghadap Oikawa yang berdiri dari jarak tujuh meter di hadapannya.
"Kenapa kau mempermainkanku? Apa kau ingin balas dendam karena aku selalu bersikap buruk padamu?"
Oikawa dan Kageyama terlihat menangis bersama.
"Maafkan aku Oikawa-san? Aku tidak bermaksud mempermainkanmu! Sejak SMP aku selalu menaruh rasa kagum pada Oikawa-san, tapi Oikawa-san tidak pernah sedikit pun melihat ke arahku, sehingga disaat aku punya kesempatan untuk menjadi lebih dekat denganmu, aku pun tidak menyia-nyiakannya."
Kali ini Kageyama tidak lari, bahkan ia tetap diam di tempatnya berdiri saat Oikawa berjalan menghampirinya.
"Kini aku ada di hadapanmu Tobio-chan. Jadi, jangan pernah bersembunyi lagi dan katakan saja apa yang ingin kau ungkapkan padaku selama ini."
"Daisuki*23 Oikawa-san! Hontouni daisuki desu*24! Aku melarikan diri karena aku sadar jika rasa kagumku berubah menjadi rasa suka dan cinta pada Oikawa-san. Aku tidak mau perasaan itu terus tumbuh sementara aku tau jika Oikawa-san membenciku."
"Boge*25! Mana mungkin aku membencimu jika aku jauh-jauh datang kesini hanya untuk mencarimu? Kau tidak tau kan aku sudah menghabiskan banyak materi, tenaga, dan waktuku selama lima bulan ini hanya untuk mencarimu? Watashi mo anata wo daisuki desu*26, Tobio-chan."
Akhirnya bibir Oikawa dan Kageyama sama-sama mengembangkan senyum bahagia, tak hentinya kedua anak manusia itu menangis. Kageyama terkejut saat tiba-tiba Oikawa memeluknya, pria yang lebih tua itu pun membenamkan kepalanya di perpotongan leher Kageyama. Dapat Kageyama rasakan hidung dan bibir Oikawa menyentuh kulit lehernya. Oh, dan sepertinya Kageyama merasakan jika Oikawa juga menghirup aroma tubuhnya lewat hidungnya yang masih setia menempel di kulit lehernya.
"O-Oikawa-san! Jangan mengendusku! Aku bau amis!"
"Tidak apa-apa Tobio-chan. Meskipun kau bau amis, aku akan tetap mencintaimu." gombal Oikawa yang anehnya mampu membuat tubuh Kageyama menjadi tegang.
Oikawa terkekeh dengan respon Kageyama.
"Akhirnya Oikawa-san mau melihat ke arahku juga. Aku sangat senang!" ucap Kageyama sambil membalas pelukan Oikawa.
"Boge! Jangan mengatakan hal yang memalukan seperti itu Tobio-chan!" sahut Oikawa, tak ayal pipinya menjadi merah akibat ucapan Kageyama barusan.
Setelah beberapa menit berpelukan akhirnya Oikawa memutuskan untuk menyudahi pelukan mereka lebih dulu dan kini kedua matanya beralih untuk menatap Kageyama dengan tatapan seakan pria itu adalah mutiara yang paling berharga dalam hidupnya.
"Tobio-chan, ikutlah pulang ke Tokyo bersamaku dan berjanjilah untuk tidak akan pernah pergi meninggalkanku lagi."
Kageyama tersenyum, sebelum akhirnya ia menjawab,
"Aku janji Oikawa-san, aku akan selalu menemanimu hingga ajal menjemputku."
.
.
.
_THE END_
Kenapa cerita ini kayak cheesy banget gitu sih, Ya Gustiiiii? Dooon't judge meee. Kepanjangan ya ceritanya? Haha! Mind to review? Apakah saya perlu membuat sequel dari fanfic ini? Please tell me on the comment box below, oke?
Summary :
*1) Oikawa-ssi = sama halnya seperti Oikawa-san/ Tuan Oikawa/ Mas Oikawa
*2) Ano = anu.
*3) Gyeongbokgung Palace = sebenernya bukan termasuk bahasa Korea, ini cuma nama tempat di daerah distrik Jongno-gu (siapa tau ada yang bingung). Tempat ini berupa istana yang intinya dibangun di jaman kuno semacem candi gitu kali ya kalo di Indonesia. Istana Gyeongbokgung ini sering banget muncul di K-Drama yang mengambil setting kerajaan-kerajaan gitu.
*4) Hangul = huruf alphabet Negara Korea.
*5) Arigatou = terimakasih.
*6) Are? = Loh? / Lah?
*7) Umai! = Lezat! / Enak!
*8) Won = nama mata uang Negara Korea.
*9) Joesonghamnida = maaf (sopan).
*10) You're my candy candy pop pop kimi no. Honey honey na egao ni. Doki doki heartbeat tomaranai, nee doushite sweetie? = Kau adalah candy candy pop pop ku. Senyum manis madu mu. Membuat jantungku berdetak tanpa henti, hei kenapa begitu sayang?
*11) Candy candy pop pop kimi to~ Kirakira kagayaku hibi wo sugosetanara saikou. Kimi~ wa candy pop! = Kau lah candy candy pop pop~ Setiap hari berkilau aku menghabiskan waktu denganmu adalah yang terbaik. Kau~ adalah candy pop ku!
*12) Ne? = ya?
*13) Etto = anu.
*14) Gomen = maaf.
*15) Hontou arigatou = terimakasih banyak.
*16) Sumimasen = permisi / maaf.
*17) Ohayou gozaimasu = selamat pagi.
*18) Chotto = tunggu.
*19) Itadakimasu = selamat makan.
*20) Kuso = sial.
*21) Kakko ii = keren.
*22) Matte = tunggu.
*23) Daisuki = aku suka kamu.
*24) Hontouni daisuki desu = aku sangat suka kamu.
*25) Boge = bodoh.
*26) Watashi mo anata wo daisuki desu = aku juga suka kamu.
