Yaoi area

Chanbaek
Chanyeol-Baekhyun

Sky of Love by : pcy-bee

Mpreg

Sorry for typo

.

.

.

Baekhyun menatap sedih pada sebuah potret lama yang terbingkai cantik di sebuah figura. Itu foto pernikahannya tujuh belas tahun yang lalu.

Air matanya mengalir tanpa perintah kala ingatan bersama suaminya dulu berputar-putar di kepalanya. Tapi suaminya telah lama pergi, tepatnya lima tahun yang lalu. Bukan karena sebuah tuntutan pekerjaan atau karena memiliki tambatan hati lain. Kecelakaan adalah yang menyebabkannya pergi selamannya, meninggalkan Baekhyun dan juga putra mereka.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menyadarkan lamunan lelaki cantik itu, jemari lentiknya terulur untuk segera menghapus air mata yang membasahi pipi.

" Mom...apa Mommy ada di dalam? Bolehkah tae masuk?" Baekhyun mendengar suara putra kesayangannya berteriak dari balik pintu kamarnya.

" Masuklah sayang, pintunya tak terkunci."

Cklek

Saat pintu kamar terbuka saat itu pula seorang remaja tampan tersenyum manis pada ibunya.

" Oh, kenapa sudah pulang? apa tae bolos sekolah?" yang lebih tua bertanya.

Remaja itu berjalan mendekati ibu cantiknya, lalu duduk tepat disisi sang ibu," Tae sudah minta izin untuk pulang cepat, mom. Bukankah ini hari peringatan kematian Daddy? Apakah kita jadi mengunjungi Daddy?"

Si ibu mengangguk. "Tentu, sekarang gantilah bajumu dan kita akan segera berangkat."

Park Taehyung, enam belas tahun yang baru saja memasuki sekolah sekolah menengah atas, pemuda yang mewarisi ketampanan sang ayah Park Chanyeol dan terlahir dari rahim lelaki cantik, Byun Baekhyun.

Remaja tampan itu melangkahkan kaki keluar dari kamar ibunya, sebelumnya ia menyempatkan diri mencium sayang pipi sang mommy.

Taehyung tak bodoh untuk tahu jika mommynya tadi habis menangis. Tak perlu berpikir keras untuk alasan apa mommynya selalu memasang air muka sedih, tentu saja karena itu tak jauh-jauh dari daddynya yang telah pergi saat usianya sebelas.

" Huft..." Remaja tampan itu menghembuskan nafas panjang, tangannya membuka pintu kamarnya lalu melemparkan tubuhnya di atas ranjang empuk.

Matanya menatap langit-langit kamar. " Daddy, apa yang harus tae lakukan agar mommy tak selalu bersedih?" tanyannya pada angin.

Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, Taehyung juga merindukan sang ayah. Hanya saja ia tak pernah menunjukkannya apalagi di hadapan sang ibu. Ia tak mau menambah kesedihan ibunya, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi kuat agar bisa menjaga ibunya seperti apa yang telah ayahnya ajarkan.

.

.

.

.

Hening tentu saja, hanya hembusan angin khas musim semi yang menyambut kedatangan mereka di areal pemakaman. Baekhyun meletakkan sebuket bunga matahari di atas makam suaminya. Dia selalu membawa bunga itu jika mengunjungi makam sang suami karena suaminya sangat menyukai bunga itu.

" Bunga matahari menginggatkan ku pada senyuman mu, Baek...Bersinar cerah dan menghangatkan." itu lah yang Chanyeol katakan padanya dulu.

" Chanyeol-ah...bagaimana kabarmu disana?" Baekhyun mengelus lembut nisan suaminya.

" Kau tahu? Tahun ini anak kita sudah mulai masuk sekolah menengah atas, bukankah itu sudah lama sejak kau meninggalkan kami." air mata Baekhyun tanpa bisa dicegah telah mengalir deras menuruni pipi mulusnya saat ia mulai bercerita.

" Taehyung kita tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan, bahkan lebih tampan darimu." Baekhyun tertawa kering, matanya melirik sebentar pada putranya yang berdiri terpaku di belakangnya.

" Kau tahu, aku selalu mencintaimu, kan? Berbahagialah di sana, dan tunggulah aku sampai kita bisa bertemu lagi. Kami juga akan selalu berbahagia disini."

Taehyung melangkah mendekati ibunya, ia lalu menarik lembut lelaki cantik yang telah melahirkannya itu ke dalam pelukkan terhangat. Berharap ibunya bisa sedikit merasakan ketenangan. Selalu saja seperti ini jika mereka datang mengunjungi daddy.

" Daddy, Ini Taehyung_" pemuda itu membawa kepalanya menengadah untuk menatap langit biru. "_ Tae rindu...rindu pelukan hangat daddy, rindu bermain dengan daddy,rindu senyum dan tawa daddy." ucapnya lirih.

Ia menatap sendu pada langit seolah berbicara pada daddy nya yang ada di surga sana. Yang paling muda bisa meraskan bahwa orang yang sedang ada dalam dekapannya semakin mengeratkan pelukan mereka.

" Tae ingat daddy selalu mengatakan bahwa seorang pria harus memegang janjinya. Tae telah berjanji pada daddy, bahwa tae akan menjaga mommy dengan baik. Jadi, bolehkah tae menjaga mommy dengan cara tae sendiri?" Taehyung masih menatap pada langit yang sama, ia berusaha keras menahan air matanya agar tak menetes.

Sedih itu semakin menjadi dan Baekhyun semakin terisak dalam pelukan putranya, bahkan kemeja Taehyung kini telah basah karena air mata yang terlalu banyak tumpah.

Angin berhembus lembut. Seolah mengatakan bahwa dua orang yang tengah berpelukan haru itu berhak merasakkan kebahagiaan lebih dari yang mereka rasakan sekarang.

" Tae anggap daddy setuju." Taehyung tersenyum dan memejamkan matanya menikmati segarnya hembusan angin. Tangannya semakin mendekap erat tubuh sang ibu, seolah takut bahwa ibunya akan terbang terbawa angin.

.

.

.

.

" Sunbae, aku mohon sekali ini saja ikutlah ke rumahku! humb," Taehyung memasang wajah melas kepada seorang pemuda tinggi yang tak lain adalah seniornya.

" Aish, Sudah ku bilang berhenti mengekoriku. Lagi pula kenapa aku harus ikut ke rumahmu, sih?" Si senior memasang wajah kesal.

Terang saja kesal, sudah beberapa hari ini dia selalu di hantui oleh murid kelas satu yang nyatanya sangat menyebalkan dan tahu malu.

" Aku hanya akan mengenalkan sunbae pada ibuku. Setelah itu aku janji tak akan menganggu sunbae lagi. Kumohon, mau ya?" Taehyung sudah bertekat untuk membawa pulang yang lebih tua bagimanapun caranya.

" Apa kau sebegitu tergila-gilanya pada ku sampai harus memperkenalkan ku pada ibumu?"

" Bukan begitu sunbae_" Yang lebih muda mengibaskan kedua tangannya cepat.

"_ Aku tak bisa menjelaskannya. Sunbae hanya perlu ikut ke rumah. Berkenalan dengan ibuku, lalu selesai. Hanya sesederhana itu, kumohon sunbae!" yang lebih muda menangkupkan kedua tangannya di depan dada masih dengan memasang wajah memelas.

" Sudahlah, aku tak memiliki waktu dengan bocah ingusan sepertimu. Dan satu lagi. berhenti mengikuti jika tak ingin ku sebut penguntit." Sang senior melangkahkan kaki panjangnya menjauhi Taehyung.

" Aku tak akan menyerah ! kau dengar itu, sunbae !" Taehyung berteriak karena jarak yang mulai menjauh, yang lebih tua hanya mengangkat tangannya dan mengacungkan jari tengah tanpa menoleh sedikitpun.

" Aish, kenapa susah sekali sih membawanya pulang." gumamnya kesal.

" Yo, Taehyung-ah."

Taehyung yang merasa di panggil menolehkan kepalanya pada sumber suara. Itu Park Jimin, sepupu sekaligus teman sebangkunya.

" Wae?"

Jimin berjalan mendekat pada sepupunya, menepuk pundak yang lebih tinggi." Sudahlah, menyerah saja tae. Sunbae itu tak mungkin mau memenuhi permintaan konyol mu."

" Kau ini sepupu macam apa? tak memberi semangat malah menjatuhkan mentalku."

" Bukan begitu, lagi pula caramu mendekatinya itu salah."

Taehyung mengernyitkan alisnya bingung." Apa maksudmu?"

" Kau itu terlalu agresif, tae. Sejak pertama kali melihatnya, kau selalu saja mengejarnya dan mengikutinya kemana pun dia pergi. Apalagi dengan ajakan yang tak masuk akal itu. Seorang junior asing memaksa seniornya pulang bersama. Yang ada dia takut bukannya menurut, aku bertaruh bahkan dia tak tahu namamu." Taehyung berpikir sejenak setelah mendengar pencerahan dari Jimin.

Kalau di pikir-pikir benar juga omongan sepupu pendeknya itu. Seingatnya dia hanya mengejar dan tak pernah memperkenalkan diri seperti yang semestinya.

" Yakk, Pak Jimin...kau mau kemana?!" Taehyung berteriak setelah sadar bahwa sepupunya telah pergi menjauh.

" Ke kelas Suga hyung ! bertemu lagi di kelas ! bye tae." Jimin melambaikan tangannya.

" Aish, dasar...apa bedanya denganku? Bahkan dia juga selalu di tolak."

.

.

.

.

" Baekhyun-ah, kau belum mau pulang?"

Seorang lelaki tinggi dan berkulit pucat berjalan mendekati Baekhyun yang masih sibuk dengan berkas-berkas kantornya.

" Pulanglah dulu, Sehun-ah ! pasti Luhan hyung sudah menunggumu di rumah." Baekhyun berujar tanpa beralih pada lawan bicaranya.

" Kau terlalu memaksakan diri bekerja, Baek. Ayo pulang bersama, Tae pasti juga sedang menunggumu di rumah."

" Oh, kau benar... aku terlalu sibuk sampai melupakan Taehyungku." saat mendengar nama anaknya disebut, Baekhyun membereskan berkas-berkasnya dan bersiap untuk pulang.

" Kau bukan terlalu sibuk, kau hanya senang menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk mengalihkan pikiranmu tentang Chanyeol hyung. Aku benar bukan?"

Baekhyun tertunduk lesu di kursinya. Sehun, asistennya di kantor ini memang selalu tahu apa yang ada di otaknya. Apalagi kalau bukan Chanyeol, suaminya yang telah membuatnya hidup menduda.

" Apa kau masih belum bisa merelakannya? apa kau masih takut untuk menjalin hubungan baru?" Baekhyun menatap tak suka setelah mendengar pertanyaan Sehun.

" Kau tahu? Chanyeol adalah cinta pertama dan terakhirku, jadi sampai mati pun aku tak akan menghianati cinta kami. Aku hanya akan menyerahkan hidupku pada putraku satu-satunya sampai aku menyusul suamiku nanti. Lagi pula aku sudah terlalu tua untuk menjalin sebuah hubungan." Baekhyun menghembuskan nafas kasar.

" Kau itu masih sangat cantik, Baek. Jika saja aku tak ingat anak istriku, aku pasti sudah mengemis cinta padamu." Sehun berucap dengan nada jahil dan hanya di balas pelototan dari yang lebih pendek.

" Oke, oke, aku mengerti sangat mengerti. Jadi berhentilah memasang wajah cemberut dan mari pulang bersama. Kasihan keponakanku jika harus menunggu ibunya terlalu lama." Sehun menarik pergelangan tangan bosnya.

Baekhyun hanya menuruti dan mengikuti saja langkah Park Sehun, asisten sekaligus adik kandung suaminya.

.

.

.

.

Taehyung melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul delapan malam. Saat ini dia sedang melakukan kegiatan rutinnya, menunggu sang ibu pulang kerja dengan hanya di temani televisi yang menyala. Meski nyatanya ia tak terlalu fokus pada benda kotak yang menampakan gambar yang bergerak-gerak itu.

Sejak ayahnya meninggal, Ibunya yang mengambil alih kendali perusahaan dan selalu membuat sang ibu pulang malam. Padahal tanpa harus ke kantor pun ibunya itu masih bisa memantau perusahaan dari rumah. Beliau hanya perlu duduk manis dan menyerahkan pekerjaannya untuk di urus oleh pamannya, Park Sehun.

" Aish, kenapa mommy lama sekali, sih." Taehyung mengerutu.

Cklek!

Suara pintu utama yang terbuka membuat Taehyung bangun dari duduknya dan berlari kecil menyambut kedatangan sang ibu.

" Apa tae terlalu lama menunggu mommy?" Baekhyun mengecup sayang pipi putranya yang mengangguk-angguk lucu.

" Maafkan mommy. sayang. Pekerjaan mommy menumpuk karena kemarin mommy cuti bekerja. Mommy akan mandi sebentar, tae tunggu saja di meja makan. Mommy akan memasak untuk makan malam setelah selesai mandi."

" Siap mom, Tae akan menata meja makan untuk makan malam." Taehyung tersenyum kotak.

Ibunya memang yang terbaik, selelah apapun kondisinya, ia pasti selalu menyempatkan diri untuk memasak untuknya, memastikan bahwa sang putra selalu makan makanan yang sehat dan bergizi.

" Anak pintar." Baekhyun membelai sayang kepala anak semata wayangnya lalu berjalan menaiki anak tangga untuk pergi ke kamarnya. Ia sangat lelah dan butuh mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

.

.

.

.

Kringgggg...

Suara bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Taehyung bergegas membereskan buku-buku dan perlengkapan sekolahnya lalu memasukkannya ke dalam tas.

" Kau akan menemui sunbae itu lagi?" Tanya Jimin

" Tentu, kali ini aku akan mengenalkan diri dengan benar." Taehyung berujar mantap.

" Kau yakin dia akan luluh dan memenuhi permintaan konyolmu setelah kau memperkenalkan diri dengan benar?"

" Aku hanya sedang berusaha, Jim. Jadi, doakan saja aku."

" Aku tahu perasaanmu tae, tapi ku pikir dengan mengenalkannya dengan mommy mu bukanlah pilihan yang baik."

" Entah baik atau buruk, biarlah itu menjadi urusan nanti. Aku pergi dulu, Jim. Maaf tak bisa pulang bersama lagi." Taehyung berjalan meninggalkan sahabatnya sambil melambaikan tangan berpamitan.

Disisi lain, tepatnya di parkiran sekolah seorang pemuda tinggi sedang berjalan beriringan dengan pemuda tinggi lainnya yang memiliki kulit tan.

" Aku duluan, Kai." yang paling tinggi menepuk bahu sahabatnya.

" Oke, aku juga sedang buru-buru, Kyungsoo sudah menungguku di kafe. Kau hati-hati di jalan." Yang berkulit tan tersenyum pada sahabatnya lalu berjalan ke arah mobilnya.

Yang paling tinggi mengambil kunci mobil dari sakunya. Bersiap membuka pintu mobil sebelum seseorang menghentikan pergerakannya.

" Tsk, kau lagi. Sudah ku bilang jangan mengangguku, bocah." Si tinggi menatap kesal pada seseorang yang baru saja datang secara tiba-tiba.

" Maaf menganggu mu lagi, sunbae. Aku kan sudah bilang bahwa aku tak akan menyerah. Jadi untuk hari ini saya akan memperkenalkan diri lebih dulu."

" Apa pentingnya bagiku? aku tak peduli siapa dirimu, jadi menyingkir dari hadapanku sebelum aku menghajarmu di sini."

" Aku Park Taehyung enam belas tahun kelas 1A . Sunbae boleh menghajarku sepuasnya setelah sunbae memenuhi permintaanku untuk bertemu dengan ibuku."

" Kenapa kau keras kepala sekali, sih?" Yang lebih tua mendorong paksa yang lebih muda untuk menyingkir dari pintu mobilnya.

Taehyung terjatuh dan meringis kecil merasakan pantatnya yang mencium tanah. Matanya tak lepas dari sosok senior yang kini telah memasuki mobil dan menyalakan mesin mobilnya.

Taehyung tak hilang akal, dia bangun dari acara jatuhnya dan berlari begitu saja menuju ke depan mobil yang seniornya naiki.

Cekittt !

Suara ban mobil yang di rem mendadak mengema dengan kerasnya. Taehyung terpental ke tanah dan terbaring pingsan di tempat parkiran. Sedangkan yang membawa mobil menatap terkejut dengan apa yang baru saja di alaminya. Juniornya yang keras kepala itu dengan gagah berani menghentikan mobilnya dengan cara memasang badan tepat di depan mobil yang ia kendarai. Dia tak bisa percaya ini.

" Taehyung-ah...!" Park Jimin berteriak histeris, panik melanda kala ia melihat sepupunya yang nekat itu. Park Jimin melihat jelas kejadian tadi. Niatnya untuk mengambil mobil ia urungkan setelah melihat sepupu bodohnya terbaring pingsan di area parkiran. Ia berlari untuk memeluk tubuh tak bergerak sepupunya.

" A-ayo angkat dia ke dalam mobil ku. Kita bawa dia ke rumah sakit." Sang senior yang entah sejak kapan sudah keluar dari mobilnya berbicara dengan raut wajah panik. Tentu saja ia panik, beberapa saat lalu ia telah menabrak seseorang, bagaimana jika orang itu mati.

Jimin mengangkat tubuh sahabatnya dan di bantu oleh si pelaku penabrakan menuju jok penumpang belakang mobil. Ia memangku kepala Taehyung dan membelai lembut kepala sepupunya itu, sementara si tersangka telah beralih peran sebagai supir tanpa ada yang meminta.

" Sunbae, apa kau tak bisa lebih cepat sedikit? Bagaimana jika sahabatku mati karena terlambat di tangani. Apa yang harus ku katakan pada ibunya nanti." Jimin mengoceh memarahi sunbaenya.

Sebenarnya laju mobil sudah terbilang kencang, tapi karena panik ia tak bisa memikirkan hal lain selain bagaimana cara agar cepat sampai rumah sakit.

" Yakk...jangan menakut-nakutiku ! dia pasti akan baik-baik saja." protes yang lebih tua.

" Malang sekali sepupuku ini. Dia sudah tak memiliki ayah dan sekarang dia harus celaka karena di tabrak seorang senior yang telah menolaknya berkali-kali." Jimin tak henti berceloteh sambil sesekali terisak meratapi nasib sepupu malangnya.

" Hei... itu tak sepenuhnya salahku ! salahkan saja temanmu yang sinting itu !" yang lebih tua melayangkan protesnya lagi.

" Taehyung-ah, lihatlah... sunbae brengsek ini bahkan tak merasa bersalah setelah menabrakmu." Jimin berbicara pada taehyung yang masih menutup matanya.

" Yakk... siapa yang kau sebut brengsek ! Argh... sudahlah, kita sudah sampai dan cepat turun sebelum temanmu itu mati."

.

.

.

.

Baekhyun berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Tubuh mungilnya tak henti bergetar setelah mendapat telepon dari Jimin yang mengatakan bahwa putra kesayangannya mengalami kecelakaan.

Dengan wajah panik dan takut, lelaki cantik itu menguatkan diri untuk membuka pintu ruang rawat yang di tempati putranya.

" Taehyung-ah! Ini mommy... Bangunlah, sayang." Baekhyun menciumi wajah putranya penuh sayang setelah berhasil mendekat. Ia bahkan tak menyadari bahwa ada sosok lain di dalam ruangan itu.

"A-anu... Apa anda ibunya Taehyung? Saya minta maaf karena telah menyebabkan putra anda terbaring di sini."

Deg

Suara ini. Jantung Baekhyun berdetak tak normal setelah indra pendengarannya menagkap suara yang sangat ia kenal, itu terdengar seperti suara bass milik suaminya.

" Maaf paman, apa anda baik-baik saja? " sosok itu mengeluarkan suaranya lagi.

Baekhyun tersentak dari lamunan dan membalikkan badan mencari orang yang bicara padanya.

Waktu seolah berhenti dan matanya melotot kaget melihat sosok yang berdiri menjulang di depannya. Dadanya terasa sesak dan tiba-tiba sangat sulit untuk sekedar bernafas.

Apa ia sedang bermimpi? atau ini kenyataan? Air matanya mengalir tanpa ia sadari. Tangannya yang bergetar tanpa di perintah sudah ia angkat untuk membelai lembut wajah itu. Wajah yang ia yakini milik suaminya yang telah lama pergi dan yang sangat ia rindukan lima tahun terakhir.

" C-chanyeol-ah_"

.

.

.

Tbc