Gadis itu berlutut di atas tanah ditengah gelapnya malam. Ia menutupi wajahnya, bahunya berguncang. Ia sedang menangis.

Siang tadi, ia telah berniat untuk menyatakan perasaanya pada Naruto. Ia telah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan Aku Mencintaimu padanya. Tapi ketika ia sedang mencarinya, hatinya shock saat ia menemukannya. Ia hanya berharap untuk tidak pernah menemukannya.

Tapi ia menemukannya. Dan ia melihatnya.

Naruto dan Hinata. Dibawah pohon. Berciuman.

Hatinya hancur seketika. Ia memutuskan untuk meninggalkan tempat sebelum Naruto maupun Hinata melihatnya.

Air mata tak pernah berhenti mengalir sejak itu. Ia tidak akan pernah lagi berkesempatan untuk memiliki laki-laki yang sudah ia idam-idamkan.

Ia tidak akan pernah menjadi miliknya.

Hujan tiba-tiba turun, menambah suasana kesedihan di hatinya semakin parah.

Gadis itu tidak mampu berdiri dari tempatnya.

Ia tidak mampu bergerak. Air hujan membasahinya. Ia kedinginan.

Ia butuh kehangatan.

Tapi tidak ada apapun disekitarnya. Ia sedang sendirian. Tidak ada orang disampingnya. Hanya sentuhan dingin dari air hujan yang kini sedang menemaninya.

Gadis itu menutup matanya. Ia merasa mengantuk dan lelah, namun tak mampu pulang ke rumah.

Ia benci menjadi lemah dan sedih. Tapi kenyataannya, itulah yang sedang ia rasakan.

Hujan masih belum berhenti. Tapi, kenapa ia tidak lagi merasakan sentuhannya?

Ia menaikkan kepalanya.

Seseorang yang sangat ia kenal baik sedang memayunginya, membiarkan tubuhnya sendiri basah.

"Sasuke?" desahnya.

Sasuke menatapnya dengan mata onyx nya. "Bangunlah, Sakura?"

Sakura mendengus. Tetapi, air mata malah semakin mengalair lebih deras, seakan-akan menumpahkan segala rasa emosi yang telah tertanam dalam dirinya.

Sasuke menurunkan payungnya. Ia mencondongkan tubuhnya pada gadis yang sedang bersedih itu.

"Ayolah."

Sakura tidak merespon. Tiba-tiba, ia menghamburkan tubuhnya pada tubuh lelaki yang ada didepannya itu. Masih menangis.

Sasuke melepaskan gengamannya dari payung. Ia membuka tangannya dan memeluk gadis itu.

"Sudahlah," hiburnya. "Hentikan tangismu."

Sakura hanya menjawabnya dengan sebuah isakan kecil.

Sasuke membelai rambut merah muda gadis itu. "Sh... sudahlah. Aku disini."

"Itu... itu sangat menyakitkan." isaknya.

"Aku tahu. Tapi jangan biarkan hal itu mengganggumu lagi."

"Aku mencintainya."

"Dan ia mencintai orang lain."

"Aku merasa tidak berguna."

Sasuke melepas pelukannya. Ia memandang wajah Sakura sambil menghapus air matanya.

"Dengar. Jadilah Sakura yang kuat seperti yang aku kenal. Kau harus jadi kuat."

"Aku... aku tidak bisa."

"Kau bisa. Aku tahu itu."

Tangisannya semakin melemah, namun suaranya masih bergetar.

"Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Hidupku terasa tak berarti ketika aku tahu ia mencintai orang lain."

"hey, itu tidak benar." bantah Sasuke. "Hidupmu masih sangat berharga untuk orang lain."

"Tidak. Tidak lagi tanpa nya. Dia adalah satu-satunya orang yang aku sayangi meskipun ia tidak mencintaiku. Sekarang... sekarang aku tidak punya apa-apa lagi."

"Itu tidak benar." kata Sasuke lagi. "Kau masih punya aku."

Sakura menatapnya dengan mata berairnya, kebingungan. "Apa maksudmu?"

"Tidakkah kau mengerti?" ia bertanya balik. "Aku mencintaimu."

Sakura membuka mulutnya seakan-akan hendak mengatakan sesuatu. Tetapi dengan cepat Sasuke meletakkan telunjuknya di bibir gaids itu.

"Shh... jagan katakan itu. Aku tahu menangkap kesan yang buruk terhadapku. Tapi dibalik itu semua, Sakura, ada sesuatu yang tersembunyi di hatiku. Dan aku tak bisa menyatakannya padamu ; tidak selama hatimu masih untuk Naruto."

Air mata kembali mengalir lagi. Tapi kali ini bukan air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan.

Sakura memeluk Sasuke. Sasuke memeluk Sakura.

"Aku akan selalu ada untukmu, Sakura." bisik Sasuke.