Selamat Membaca~

.

.

.

Disclaimer : semua karakter mutlak milik Masashi Kishimoto, saya hanya pinjam untuk kepentingan cerita saja.

WARNING : freak, aneh, tidak nyambung, ide murahan, ga ada bagusnya, typo(s), OOC, alur kemana-mana, OOT, cerita abal, action ga jelas, dan DON'T LIKE DON'T READ!

Genre : Friendship, Action, Romance, and Humor.

Rated : K+ sampai dengan T *Hiko tidak jago bikin fic lime dan sejenisnya. Lagi belajar.*

Summary : Naruto Uzumaki anak dari pemilik sekolah adalah murid bebal di Konoha High School bersama dengan kedua sahabatnya Sasuke dan Kiba, sering terlibat dengan banyak kekerasan yang menyeretnya kedalam masalah. Dan yang lebih merepotkannya lagi, Naruto sama sekali tidak suka dengan peraturan yang dibuat oleh ketua dewan siswa baru yang terkesan menyesatkan. Bagaimana ceritanya?/AU/RnR?

Naruto © Masashi Kishimoto

School Days © Akihiko Fujiwara

School Days
Chapter 1 : Selamat datang di Neraka!

.

.

.

Haruno Sakura nampak berjalan perlahan menyusuri koridor sekolah yang nampak sepi dari biasanya dan hanya ada beberapa murid yang berlalu lalang, dia tak menggubrisnya dan tetap melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Mata hijau emeraldnya tak sengaja melihat salah seorang murid berlari menuju tangga lantai dua, alisnya berkedut heran melihat kejadian itu. Apa yang sebenarnya terjadi, sepertinya sumber masalah utama ada di kafetaria.

Sakura urungkan niatnya kekelas dan berjalan menuju kafetaria untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, dari jauh dia bisa melihat kerumunan yang mengitari kafetaria itu. Dia semakin penasaran dan berjalan mendekat untuk melihat sesuatu apa yang terjadi, namun tiba-tiba seseorang dari belakang menahan pundaknya. Gadis pink itu menoleh dan menatap teman sekelasnya Rock Lee menatapnya balik dengan wajah sedikit panik.

"Sakura-san, jangan kesana…" ucap Rock Lee.

Sakura hanya diam dan kembali menatap gerombolan murid didepannya, bagaimana mungkin dia tidak kesana. Dia adalah ketua dewan siswa disini, menangani masalah yang ada itu sudah menjadi tugasnya.
"Maafkan aku Lee-san, tapi aku akan kesana"

"Disana ada perkelahian, berbahaya kalau seorang gadis sepertimu kesana"

Sakura yang berjalan tidak jauh kembali menoleh menatap Lee heran, perkelahian? Siapa yang berkelahi? Jangan bilang murid brengsek pembawa masalah itu yang melakukannya, Sakura sudah muak kali ini. Tindakannya sudah diluar batas wajar.
Sakura tak menggubris dan malah meninggalkan Lee yang berusaha mencegahnya meskipun dia tahu bahwa itu memang tugas ketua dewan siswa, gadis pink itu menyerobot segerombolan murid untuk maju dibarisan paling depan.

Dengan sangat susah payah menerobosnya, akhirnya Sakura dapat berdiri dibarisan paling depan. Namun matanya membulat kaget setelah melihat sebuah adegan terjadi didepan matanya.

"Ini balasanmu karena sudah berlaku kasar padaku brengsek!" seorang pemuda pirang menendang perut sang korban membuat empunya meringis menahan sakit.

Sakura tertegun sejenak sampai ia mengeratkan kepalan tangannya melihat hal diluar batas yang sudah dilakukan pemuda pirang itu, Sakura maju selangkah dan menahan lengan si pirang yang hendak memukul lagi membuat semua pasang mata yang menyaksikan perkelahian tadi membelalak tak percaya.

"Hentikan tindakanmu ini Uzumaki-san!"

Naruto tak bergeming menatap seorang gadis yang tengah menahan lengan kanannya, dia tersenyum menyeringai.
"Kau lagi ketua sok pahlawan, mau apa? Mau menyelamatkan dia? Selamatkan saja mumpung masih sempat…"

PLAKK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Naruto, pemuda pirang itu menggeram melihat hal yang sudah dilakukan oleh gadis sialan itu. Siapa dia berani-beraninya melayangkan tamparan untuk seorang Naruto Uzumaki, hampir saja dia membalas tindakan itu sebelum Sasuke yang sedari tadi berdiri dan melihat segera menahan pundaknya untuk tidak berbuat hal yang lebih lagi.

"Hentikan dobe, dia perempuan tidak seharusnya kau melawan perempuan…" ucap Sasuke pelan tepat ditelinga Naruto membuat pemuda itu urung membalasnya, sapphirenya menatap tajam gadis pink dihadapannya itu.

Sakura hanya bisa mengatur napasnya ngos-ngosan setelah tamparan yang sudah dia berikan pada laki-laki kurang ajar itu, dia tidak salah kan? Dia sudah benar, dia sudah benar dengan menampar wajah brengsek seorang Naruto Uzumaki.

"Aku akan memaafkanmu kali ini, kalau kau berani melakukan hal itu lagi padaku kau akan tahu akibatnya" seru Naruto dengan pandangan tajam, namun sama sekali tak membuat gadis itu gentar melihatnya.
"Ayo pergi teme" Naruto segera berlalu dari sana diikuti Sasuke dari belakang yang merutuk melihat tindakan bodoh sahabat pirangnya itu. Para gerombolan murid yang menyaksikan perkelahian tadi pun ikutan bubar.

Sakura buru-buru berbalik dan mendekati pemuda yang telah menjadi sasaran bully si pirang itu, Sakura memasang wajah panik melihat kondisi pemuda berambut merah dihadapannya itu. Dia tak percaya melihat kondisi Gaara babak belur seperti ini, bagaimana bisa apa yang terjadi sebenarnya. Selain itu murid lainnya hanya menyaksikan tanpa berbuat apa-apa, apasih yang ada dipikiran mereka? Mereka semua sudah gila.

"Gaara-kun, kau tidak apa-apa?" tanya Sakura panik.

Gaara membuka sebelah matanya dan tersenyum simpul melihat Sakura yang kini tengah didekatnya.
"S-Sakura? Aku tidak apa-apa kok" ucap Garaa dengan suara lirih dan terbata-bata.

"Aku akan mengantarmu sekarang ke UKS, kau bisa berdiri kan?"

Sakura membantu Gaara berdiri, pemuda berambut merah itu meringis menahan rasa sakitnya yang terasa di sekitar perut. Pasti ini akibat tendangan Naruto tadi.
"Sakura, maafkan aku merepotkanmu…" kata Gaara lirih.

"Tidak apa-apa Gaara-kun, si Uzumaki sialan itu memang harus diberi pelajaran. Kenapa dia tidak dikeluarkan saja sih!" protes Sakura dongkol sembari berjalan perlahan dan menuntun Gaara disampingnya.

"Itu tidak mungkin Sakura, Naruto-san kan anak pemilik sekolah. Jadi itu hal yang mustahil sekali…"

Sakura hanya bisa mendengus, memang benar apa yang dibilang oleh pemuda merah itu. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membalas tindakan keterlaluan si pirang yang selalu saja membuatnya darah tinggi, paling dia hanya bisa menceramahi saja.

"Lagipula apa yang sudah terjadi sampai kau dipukuli seperti itu?"

"Aku tadi tidak sengaja menumpahkan minuman milikku di seragam milik Naruto-san, jadinya dia menghajarku tadi…" jelas Gaara

"Yaampun hanya begitu begitu saja, dasar sombong. Lihat saja nanti hukuman ku rubah jelek…"

XXX

Naruto menatap malas lapangan sepak bola dari dalam kafetaria, hujan deras mengguyur membuatnya tak dapat bermain sepak bola seperti biasa.
Sasuke yang duduk dihadapannya hanya sibuk membaca majalah yang tersedia disana ditemani Kiba yang tertidur nista, mereka bertiga adalah geng paling berpengaruh di Konoha Senior High School.

Naruto yang notabene anak bungsu sang pemilik sekolah yang memang suka bertingkah seenaknya dan ditakuti disana, Sasuke dari keluarga Uchiha yang berwatak dingin dan acuh keluarganya memiliki berbagai perusahaan periklanan yang juga sahabat sedari kecil dengan Naruto dan Kiba, dan terakhir Inuzuka Kiba cowok bertatto, playboy kelas teri yang suka sekali menggoda perempuan disekolahnya keluarganya punya usaha perusahaan travelling. Mereka memang bukan berasal dari keluarga biasa-biasa saja, mereka berasal dari keluarga berada. Dan hal itulah yang memicu mereka bertingkah seenaknya.

"Teme, bagaimana hubunganmu dengan Karin?" tanya Naruto tiba-tiba yang masih menatap keluar jendela, pemuda raven itu sontak mendongak menatap datar pemuda dihadapannya.

"Tidak ada masalah dobe, tumben kau nanya begitu. Ada apa?"

"Tidak ada kok, soalnya akhir-akhir ini aku lihat Karin dirumah sering tersenyum-senyum aneh. Jadi kupikir kau membuat dia melting…" Naruto menoleh berbalik menatap Sasuke dengan menyeringai.

"Uchiha tidak pernah melakukan itu, tanpa kata-kata pandanganku sudah membuatnya melting dobe" balas Sasuke menyeringai tajam, Naruto hampir tertawa lepas mendengarnya. Cih sombong sekali Sasuke sialan itu.

"Aku heran bagaimana mereka para murid-murid dungu itu mau patuh pada aturan bodoh ketua dewan siswa yang terkesan menyesatkan…" omel Naruto yang didominasi oleh suara dengkuran Kiba yang tertidur.

" … "

"Dan aku pikir ketua itu angkuh sekali, ingin sekali aku mematahkan kedua tangannya. Tapi dia wanita tidak mungkin pria tampan sepertiku menyakiti wanita lemah seperti dia…" Naruto masih asik mencerocos namun hanya ditanggapi dengan acuh oleh pemuda raven itu.

Kiba yang sedari tadi tertidur kemudian terbangun sambil mengucek ngucek matanya, dia menatap Naruto dan Sasuke bergantian dengan wajah innocent. Dia menoleh kearah arloji yang melingkar di tangan kirinya, jam menunjukkan pukul 10 pagi dan mereka masih berada dikafetaria tanpa mengikuti satupun pelajaran.

"Kau sudah bangun, pemalas?"

"Heh, aku bukan pemalas. Hanya saja aku begadang semalam karena menonton drama kesukaanku…" jawab Kiba nyengir menatap Sasuke yang barusan mengejeknya, Naruto hanya tersenyum simpul tanpa ikutan komentar.

"Hn, terserah saja. Lagipula tidak ada playboy murahan seperti mu yang menonton drama untuk wanita Kiba" lagi-lagi Sasuke mencemoohnya membuat Naruto yang duduk dihadapann pemuda raven itu tertawa nyengir sambil menatap remeh Kiba.

Pemuda tatto itu hanya menatap dengan sebal kedua temannya yang sering kali mengejek dirinya itu, Kiba hanya menggosok hidungnya malas.
"Terkadang drama menyuguhkan beberapa kisah yang tak akan kau pahami…"

"Jujur saja aku tak mengerti maksud bicaramu itu Kiba, lebih baik aku pergi ke gudang belakang sekolah saja. Merokok lebih baik…" Naruto bangkit sambil menenteng jaket coklatnya pergi dari sana meninggalkan Sasuke dan Kiba di kafetaria.

Sasuke hanya bisa mendengus, diantara mereka bertiga Naruto memang suka sekali merokok. Apalagi jika pemuda pirang itu merasa tengah pusing dan terbebani, dia akan melakukannya. Meskipun Sasuke terkesan badboy, tapi dia sangat anti dengan rokok dan asapnya yang menyusahkan itu. Seperti halnya Kiba pemuda bertatto itu pun sama sekali tidak menyukai rokok, mau berusaha sekeras apapun mereka untuk menyuruh pemuda pirang itu untuk berhenti merokok. Sama saja menunggu pohon pisang berbuah kelapa, hal yang mustahil.

"Ada masalah apa dengan si rubah itu?" tanya Kiba pada Sasuke yang masih fokus dengan majalahnya.

"Aku tidak tahu, tapi menurutku ada sesuatu yang membuat dia tak nyaman" jawab Sasuke.

Kiba berpikir sejenak.
"Apa karena ketua dewan siswa itu?" cetus Kiba asal.

Sasuke menghentikan aktivitasnya dan menoleh menatap Kiba, pemuda itu hanya mengedip-ngedipkan matanya tidak tahu kenapa tiba-tiba si Uchiha itu langsung menatapnya setelah dia menyebut kata ketua dewan siswa barusan.

"Mungkin ada benarnya, karena barusan saat kau tidur dia mengeluh tentang peraturan yang diterapkan oleh dewan siswa. Apa karena itu?" pikir Sasuke.

XXX

Bel istirahat berbunyi nyaring diseluruh lorong lingkungan sekolah elite itu, semua murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka dikantin termasuk Sakura. Gadis itu berjalan terburu-buru menuju ruang konseling siswa untuk menyelesaikan beberapa tugas yang belum dia baca karena mengurusi satu siswa bedebah yang sangat membebaninya.
Dia berbelok kearah kanan disebelah kafetaria, tiba-tiba saja seorang murid lelaki dengan seragam baseball dan sebuah tongkat ditangannya menghampiri Sakura dengan setengah berlari.

"Ketua…"

"Ada apa?" tanya Sakura heran.

"G-gudang belakang sekolah ketua, disana m-masih banyak murid laki-laki yang merokok. Aku melihatnya tadi" jelasnya dengan napas terengah-engah.

Alis Sakura berkedut, gadis itu segera berlari kearah gudang kosong yang tak terpakai lagi di gedung belakang sekolah. Siswa lelaki yang melapor tadi ikutan berlari dibelakang Sakura. Tak lama dia berhenti tepat didepan ambang pintu dan melihat beberapa murid tengah merokok disana.

"Apa yang kalian lakukan?"

Semua murid yang tengah keasikan merokok didalam sontak langsung buru-buru menatap Sakura ngeri yang tengah memasang wajah garangnya, salah satu murid lelaki binal yang berambut oranye dan memiliki tindik itu malah menghisap rokok miliknya dan kemudian menghempaskannya ketanah.

"Ada apa nona ketua? Mau memarahi kita lagi karena merokok, aku sudah muak dengan peraturan bodoh yang dewan siswa buat. Kalau aku mau merokok memangnya kenapa?"

Sakura menggenggam erat jari-jari tangannya menahan emosi melihat tampang memuakkan murid kurang ajar dihadapannya itu.
"Pain-san ini peraturan yang sudah ditetapkan, kalau kau tidak mau mematuhinya. Aku dengan terpaksa akan menghukum mu disini…"

"Silahkan saja, aku tidak pernah takut pa—"

"Hanya laki-laki banci yang berani melawan perempuan, bedebah sialan!" ucap Naruto yang tiba-tiba muncul dibelakang Sakura dan murid lelaki itu, dia menyeringai lebar dengan sebatang rokok bertengger di bibir merahnya. Sakura menoleh kebelakang menatap muak Naruto yang lagi-lagi selalu berulah, dan sekarang pemuda sialan itu merokok dengan terang-terangan didepan matanya.

"Apa maksudmu menyebutku banci rubah sialan, kau ingin mencari masalah denganku ya? Hah!" teriak Pain tidak terima dengan ucapan Naruto barusan, pemuda pirang itu hanya tersenyum menyeringai dan berjalan menghampiri Pain. Berdiri tepat disamping Sakura.

"Tenanglah manusia tindik, aku hanya mengingatkanmu saja. Dia ini ketua dewan siswa, jadi semua harus mematuhi aturannya. Iya kan ketua sialan?"

Sakura hilang kesabaran kali ini, dia memutar badannya kearah murid lelaki itu dan memegang pemukul bisbol. Dia menganyunkannya kearah kepala pirang Naruto dan membuat pemuda itu tersungkur, dia kembali mengarahkannya kearah Pain namun pemuda tindik itu dengan sigap menghindar dan mencengkeram erat pergelangan Sakura. Tak mau kalah gadis itu memainkan kakinya dan menendang perut Pain keras membuat empunya mundur sekejap.

"Jangan pernah remehkan ketua…"

"Cih kusho, ternyata ada juga wanita mengerikan sepertimu. Kau memang menyulut emosi ku teme…." Pain sontak berlari mengarahkan pukulannya kegadis itu, Naruto tiba-tiba bangkit dan menahan pukulan pemuda itu. Sakura hanya bisa terpana.

"Aku kan sudah bilang hanya laki-laki banci yang berani melawan perempuan, kushoyaro!" gumam Naruto menatap Pain dengan tatapan menantang masih dengan seringaian yang tak hilang dari wajahnya.

Pain hanya bisa memasang wajah geram melihat mimik muka yang ditunjukkan oleh si anak pemilik sekolah, dia menghempaskan kepalan tangannya dan berjalan berlalu pergi dari sana bersama dengan dua temannya. Sakura diam sejenak.
Naruto menghisap rokoknya dalam lalu membuangnya dan menginjak rokok itu sampai mati, dia berbalik menatap Sakura sembari memasukkan kedua tangannya kedalam celana.

"Aku membelamu bukan berarti aku melindungimu, ini hanya kebetulan saja. Tapi kalau kau bertemu dengan si sialan Pain, aku tidak akan susah payah melindungimu…lawan dia sendiri"

Sakura tak menjawab perkataan pemuda pirang itu, dia hanya menunduk sambil mengenggam erat tongkat pemukul baseball ditangannya. Dibelakangnya anak laki-laki tadi hanya dapat menyaksikan adegan yang telah terjadi barusan. Naruto hanya memasang wajah datar lalu pergi dari sana meninggalkan kedua murid itu.

"Ketua"

"Aku baik-baik saja…" jawab Sakura pelan, dia mendongak dan berbalik menyerahkan kembali tongkat pemukul itu kepada sang pemilik.
"Maafkan aku, kau harus melihat hal yang sama sekali tidak pantas tadi"

"Eh, tidak apa-apa aku sama sekali tidak keberatan. Tapi baru kali ini aku melihat Naruto-san mau membantu orang lain, meskipun dia berkata bahwa kebetulan tapi ini merupakan hal yang jarang sekali selama aku bersekolah bersamanya…" jelas murid lelaki itu panjang lebar, Sakura hanya dapat berdiam diri sambil memikirkan penjelasan yang dilontarkan oleh murid itu.

"Yah tapi mau bagaimana lagi, berandal tetaplah berandal. Dan Naruto Uzumaki adalah murid nomor satu yang harus dibasmi dari sekolah Konoha, aku tidak takut meskipun dia anak pemilik sekolah. Keadilan harus tetap ada!" seru Sakura kemudian berhembus pergi dari sana dengan langkah tergesa-gesa, murid lelaki tadi hanya diam sejenak kemudian mengendikkan bahunya dan ikutan berlalu.

XXX

Sasuke menendang keras bola sepak yang mengarah padanya, pemuda stoic itu mengelap keringat yang turun lambat dari dahinya. Dia menoleh kekanan kearah Kiba yang berdiri disamping lapangan dengan mengangkat tinggi-tinggi air mineral di tangan kirinya, Sasuke berjalan perlahan kearah pemuda tatto itu.

"Bukankah harus menggunakan seragam olahraga kalau mau bermain sepak bola?" tanya Kiba menyodorkan air mineral kearah Sasuke.

"Kalau untukku itu tidak ada larangan…" jawab Sasuke singkat kemudian meneguk air yang diberikan oleh Kiba tadi.

Kiba hanya tersenyum menyeringai menatap Sasuke, memang benar-benar seorang perfeksionis kelas atas.
"Oh ya, dimana si rubah?"

"Aku tidak tahu, bukankah dia tadi pergi kegudang belakang. Kenapa sekarang kau malah bertanya balik padaku baka Kiba"

"Mungkin saja kau tahu Sasu-chan, si rubah itu kan kekasihmu" ucap Kiba nyeleweng membuat Sasuke menatapnya tajam, pemuda tatto itu hanya bisa tertawa keras.

"Wah-wah, ada perkumpulan orang bodoh rupanya…"

Sasuke dan Kiba sontak menoleh kearah suara barusan, mereka berdua dapat melihat dengan jelas anak kelas tiga yang paling berkuasa meskipun tidak sekuat mereka bertiga. Neji Hyuga si ketua taekwondo, Sai Shimura ketua seni lukis yang jago bela diri, dan si penggila seni Deidara anak kimia yang hobi membuat bahan peledak.

Sasuke menyeringai tajam menatap sekumpulan pria tengil sok keren dihadapannya itu, Kiba yang berdiri disampingnya hanya memasang wajah innocent sambil sesekali memegangi tindik ditelinga kirinya.
"Kau bilang bodoh tadi, hanya orang idiot yang mau menghampiri orang bodoh. Miris sekali…" sindir Sasuke sinis diimbuhi oleh senyum kemenangan dari Kiba.

Neji yang dari tadi menunjukkan wajah datarnya kini berubah geram, Sai mencengkeram erat pundak kanan Neji. Dia tahu betul bahwa setiap kali pemuda itu emosi, dia tidak akan segan-segan memukul korbannya. Neji termasuk seorang temperamen.

"Lalu kenapa kalau kami orang idiot, asal kau tahu kami kemari untuk membalas apa yang sudah kalian lakukan pada kami. Termasuk pemimpin kalian si rubah bodoh itu" seru Deidara mengawali perdebatan mereka.

Sasuke memikirkan sejenak ucapan Deidara, seingatnya minggu kemarin memang dia, Naruto, dan Kiba menghajar habis-habisan trio idiot itu karena ulah mereka yang selalu saja mencari masalah. Dan Naruto yang notabene mudah marah tak ayal menghajar mereka bertiga dibantu oleh Sasuke dan Kiba sendiri.

"Terus kenapa, kau masih tidak terima? Laporkan saja pada kepala sekolah, kenapa harus ketempat kami lagi. Dasar bodoh…" celetuk Kiba santai melipat kedua tangannya didepan dada, Sasuke hanya bisa menatap remeh ketiga kawan itu sambil menarik longgar dasi seragamnya.

"Tindakan kalian sudah diluar batas" seru Sai berbicara.

"Lalu, mengasari perempuan juga bukan tindakan diluar batas? Jelaskan padaku dimana tindakan tidak diluar batasnya?"

Kelimanya menoleh langsung kearah suara disamping kiri mereka, Naruto berdiri tegap dengan memegangi kepala kuningnya bekas pukulan yang dia dapat dari ketua dewan siswa yang galak itu. Pemuda pirang itu tersenyum licik dengan mengunyah permen karet jeruk kesukaanya, Naruto berjalan perlahan kearah Sasuke dan Kiba yang berdiri.

Deidara menatap ketiga murid paling berpengaruh itu satu persatu, dia mengeratkan kepalan tangannya geram. Dia sudah muak dilecehkan, jangan mentang-mentang mereka orang kaya dia tidak bisa melakukan apa-apa, tampar Deidara apabila dia berani menghajar salah satu dari mereka sekarang juga.

"Sudah cukup, aku datang bukan untuk main-main."

Deidara maju selangkah dan meraih kerah baju Naruto, menatap tajam pemuda itu. Yang ditatap hanya bisa membalas dengan raut wajah datar, Neji memicingkan matanya kearah Sasuke yang berdiri tidak jauh dihadapannya. Sedangkan Sai hanya bisa diam tanpa mengindahkan Kiba yang menatapnya tajam.

"Jauhkan tangan kotormu itu dari bajuku brengsek, kau tak lebih dari seorang kutu penganggu!"

Segera saja Naruto melayangkan tinjunya keras tepat diwajah Deidara, pemuda blonde itu sontak terdorong mundur. Dia memegangi ujung bibirnya yang mengeluarkan darah segar, Naruto hanya tersenyum menyeringai. Murid-murid yang berlalu lalang disana mulai penasaran ada kejadian apa yang tengah dilakukan oleh keenam cowok yang terkenal bebal itu, mereka mengelilingi tempat itu dan melihat adegan yang tengah memanas. Neji yang mau ikutan bermain bersama dengan Sasuke dihadapannya yang sudah meremehkannya dari tadi langsung ditahan oleh Sai.

"Neji jangan sekarang, berkelahi disekolah bukan pilihan tepat…kita akan habisi mereka besok di belakang sekolah" bisik Sai pelan menenangkan Neji agar tidak ikut-ikutan emosi layaknya Deidara, Neji hanya bisa diam masih dengan matanya yang tertuju tajam pada Sasuke.

"Kau sudah mengibarkan bendera perang rubah brengsek, ingat. Besok sepulang sekolah aku akan menunggumu dibelakang, kita selesaikan secara jantan!" Deidara meludah kebawah, sesaat setelah mengatakannya pemuda berambut blonde panjang itu segera berlalu diikuti oleh Sai dan Neji dibelakangnya.

Tiga sekawan itu hanya menyaksikan kepergian sang lawan tanpa banyak berkomentar apapun, murid-murid yang menonton barusan juga ikutan bubar dengan bergumam tidak jelas. Kecewa karena adegan berkelahi yang tidak jadi diteruskan oleh mereka, Sasuke yang berdiri disamping Naruto sontak mendorong kepala kuning Naruto membuat empunya menoleh tajam tidak terima.

"Apa yang kau lakukan dasar bodoh?" terka Sasuke tak mengerti.

"Cih, aku selalu emosi melihat wajah bedebah si Deidara. Jadi aku pukul saja, memangnya kenapa?" tanya Naruto inncocent.

"Sudah biarkan saja Sasu-chan, sepertinya keputusan Naruto tadi sudah tepat. Kita akan menghadapi mereka besok…" imbuh Kiba mendukung sahabat blondenya itu, Naruto yang berdiri disampingnya tertawa nyengir. Sasuke hanya bisa menggeleng pelan.

"Ya terserah saja sih, yang penting dia tidak akan bisa menang dariku" komentar Sasuke singkat dan berjalan perlahan pergi dari sana diikuti Kiba dibelakangnya yang memberikan gerakan tangan kearah Naruto.

Naruto hanya menggaruk-garuk kepalanya tak mengerti, dia merogoh sakunya mencari kotak rokok dan mengambil sebatang untuk menghilangkan rasa bosannya. Pemuda pirang itu menghisap rokoknya dalam lalu menghembuskan santai, Naruto segera berlalu pergi dari sana menyusul kedua temannya.

XXX

Sakura memegangi kepalanya pening menatap beberapa tumpuk kertas diatas meja kerjanya, dan yang lebih parahnya lagi tumpukan kertas itu adalah pelanggaran yang dilakukan oleh murid Konoha Senior High School hampir setiap harinya. Bagaimana dia tidak terbebani oleh hal itu, apalagi kelakuan gila seorang Naruto Uzumaki yang sangat-sangat menyusahkannya itu. Sakura menatap sejenak arloji merah yang melingkar manis di tangan kirinya, jam menunjukkan pukul 5 sore dan disinilah dia sekarang. Masih dipusingkan dengan kertas yang menumpuk.

"Ketua, bisa kubantu?"

Sakura menoleh kearah pintu disebelah kanan mejanya, Gaara dengan wajah yang dibalut beberapa kain kasa karena babak belur dihajar oleh pemuda pirang itu berdiri diambang pintu dengan senyuman tipis. Sakura balas tersenyum singkat.

"Gaara-kun kau sudah baikan?" tanya Sakura beralih lagi menata tumpukan kertas itu.

Gaara berjalan perlahan kearah meja Sakura dan duduk disalah satu kursi diruangan itu.
"Lumayan, aku tidak begitu suka berlama-lama didalam uks. Makanya aku segera kemari…"

Sakura mengangguk mengerti tanpa mengalihkan aktivitasnya memeriksa kertas-kertas itu, Gaara yang duduk tidak jauh dari tempat Sakura hanya mengamati sambil sesekali bersiul-siul nyaring.
"Sakura umm ano, mau pulang bersamaku nanti?" ucap Gaara tiba-tiba, gadis pink itu sejenak berhenti dan menoleh pelan kearah Gaara. Pemuda itu hanya tersenyum manis menanggapinya.

"Kau…serius Gaara-kun?"

"Tentu saja serius" Gaara mengangguk antusias masih dengan senyuman manis yang terukir diwajah putihnya, Sakura hanya bisa termangu sejenak dan akhirnya mengangguk tanda menyetujui ajakan pulang bareng itu.

XXX

Sesampainya dirumah, Naruto memarkir mobil bugatti miliknya didalam garasi seperti biasa. Dia keluar perlahan dari mobil dan berjalan menuju pintu utama rumah besarnya yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran artistik dan membukannya lebar-lebar, matanya menerawang kesegala arah. Tidak ada satupun orang yang menyambut kedatangannya, dia bahkan sudah merasa biasa saja dengan situasi seperti itu. Disaat semua anak seumurannya pulang orang tua mereka akan menyambut mereka dengan senang hati, namun Naruto jarang bahkan tidak pernah merasakan hal tersebut meskipun dia memiliki segala hal yang dia inginkan.

"Tuan Naruto…anda sudah pulang?" tanya salah satu pelayannya, pemuda pirang itu hanya mengangguk sekilas.

Naruto segera berjalan kelantai atas menuju kamarnya, sebelum itu dia berbalik sejenak kearah pelayannya barusan.
"Matsuri-san, dimana Kyuubi?" tanya Naruto menyebutkan nama kakak laki-lakinya itu.

"Tuan Kyuubi tadi barusan saja pergi, saya tidak tahu dia pergi kemana. Tapi yang pasti dia barusan saja pergi dengan menenteng tas dan membawa mobil merah miliknya…" jelas pelayan itu dengan lengkap, Naruto hanya mengangguk sekilas dan melanjutkan kembali niatnya menuju kekamar.

Naruto melempar tasnya kesembarang arah dan membanting tubuhnya diatas kasur, dia merasa lelah. Matanya menerawang ke langit-langit atas, tak lama dia menoleh ke arah meja belajarnya melihat secarik kertas yang menempel disana. Seingatnya dia tidak ada menempel kertas apapun disana, penasaran akhirnya pemuda pirang itu menghampirinya dan memperhatikan baik-baik tulisan kecil rapi yang tertera disana.

Naruto, kakak akan pergi sebentar ke Hokkaido untuk urusan perkuliahan beberapa hari kedepan. Selama aku tidak dirumah jangan melakukan hal yang tidak-tidak ya, Tou-san dan Kaa-san masih lama berada diluar negeri. Jadilah anak yang baik selama aku tidak mengawasimu. Salam, Kyuubi.

Naruto tak bereaksi sejenak sampai akhirnya dia meraih secarik kertas itu dan merobeknya sampai menjadi serpihan kecil, dia sungguh tak peduli. Dia sudah lelah dipermainkan oleh orang tuanya, dia hanya yakin bahwa kakaknya saja Kyuubi dan Jiraiya kakeknya yang sangat perhatian padanya. Namun ayah dan ibunya selalu dan selalu mementingkan urusan pekerjaan mereka tanpa pernah meluangkan sedikit saja waktu untuk Naruto, pemuda pirang itu iri. Dia iri melihat semua teman-temannya merasakan kasih sayang yang mereka dapat dari kedua orang tuanya. Karena itulah Naruto selalu melampiaskan kesepiannya untuk berlaku bebal dan semena-mena.

"Cih, aku tidak peduli…mau mereka diluar negeri didalam negeri silahkan saja."

XXX

Keesokan paginya Sakura terlihat datang pagi-pagi menuju kembali keruangan dewan siswa untuk melanjutkan lagi pekerjaannya yang tertunda semalam, saat mau naik kelantai atas dia melihat beberapa seksi ketertiban tengah kebingungan menghadapi beberapa murid yang enggan memakai atribut lengkap. Sakura menghembuskan napas pelan dan segera menghampirinya.

"Ada apa ini?" seru Sakura dengan suara tinggi.

Seluruh murid disana termasuk dua perwakilan dari seksi ketertiban tadi terlonjak kaget melihat ketua mereka tiba-tiba sudah berada disitu, Shikamaru yang notabene ketua seksi ketertiban hanya memasang wajah malas seperti biasa.

"Seperti biasa mereka tidak mau mematuhi peraturan untuk memakai atribut seragam lengkap, bagaimana jadinya nanti?" kata Shikamaru kepada Sakura, gadis itu nampak frustasi sendiri.

"Baiklah kalau memang begitu. Shikamaru, kau sebagai ketua ketertiban suruh mereka melepas seragam mereka dan jemur ditiang bendera sekarang juga" seru Sakura tegas.

Para murid lelaki yang menbangkang tadi sontak saja menelan ludah kasar, apalagi murid berambut perak yang bernama Suigetsu itu. Dia sudah pernah merasakan bagaimana dihukum langsung oleh ketua dewan siswa yang terkenal garang, jadi wajar jika pemuda bertampang hiu itu merasa takut berhadapan lagi dengan hal seperti ini.
Ayolah, mereka adalah laki-laki yang menganggap diri mereka sendiri sangat tampan. Bagaimana jadinya jika para siswi seluruh KSHS melihat mereka hanya memakai celana boxer dan dijemur ddibawah tiang bendera? Memalukan sekali.

"Baiklah aku mengerti, ayo kalian cepat ikut aku sekarang. Aku akan menjemur kalian sekarang juga, kalian akan melakukan pengeksotisan kulit secara gratis" ucap Shikamaru datar dan menggiring anak-anak ayam itu untuk segera pergi dari sana, mereka memasang puppy eyes berharap agar Sakura membatalkannya.

Namun sayang sekali, gadis pink itu bukannya membatalkannya malah memasang deathglare super mematikan kearah gerombolan murid menyusahkan itu. Rasakan itu makluk astral, peraturan harus tetap dijalankan. Merasa masalah sudah selesai, Sakura segera beranjak dari sana untuk naik keruanganya. Baru pagi-pagi saja sudah ada yang melanggar peraturan. Ternyata menjadi ketua sama sekali bukan hal yang mudah, dibenci banyak murid karena harus menegakkan peraturan. Padahal peraturan itu dibuat memang untuk kebaikan mereka sendiri.

"Ayo-ayo jangan lupa nanti sepulang sekolah kalian harus segera ke lapangan belakang sekolah!" teriak Kisame nyaring tepat didepan mading lantai satu disebelah tangga yang akan dinaiki oleh Sakura, tentu saja gadis itu dapat mendengar dengan jelas teriakan barusan.

Sakura yang baru menaiki separuh anak tangga menoleh kebawah dan memasang wajah sebal melihat lagi-lagi perkumpulan orang bodoh yang membuatnya stress, tapi ya sudahlah toh mereka hanya melakukan ritual gila saja tanpa melanggar aturan. Palingan ada pertandingan olahraga mungkin.

"Karena Naruto akan melawan Deidara, jadi tiket akan aku jual dengan harga murah…" lagi-lagi Kisame teriak-teriak tidak jelas dengan dikerumuni oleh banyak anak laki-laki disana, memang berita tentang perkelahian kedua kawanan itu menyebar begitu cepat. Jadi banyak oknum-oknum tak bertanggung jawab yang memanfaatkan perkelahian itu seperti Kisame barusan.

Sakura yang bereaksi biasa saja tadi sontak langsung memerah menahan marah, pengumumam macam apa itu? Membuat tiket untuk menonton perkelahian? Ini tidak boleh dibiarkan.
"Hei kalian semua, cepat bubar dari sana. Kalau sampai nanti aku memergoki kalian semua dilapangan belakang, aku akan memotong kepala kalian satu persatu!" teriak Sakura melengking membuat seluruh siswa disana segera membubarkan diri dengan ketakutan.

Sakura menghela napas, pagi-pagi sudah dibuat emosi, lama kelamaan dia bisa punya penyakit darah tinggi. Tadi atribut dan sekarang perkelahian, kapan sih mereka semua bisa mematuhi aturan dengan sangat baik? Dan lagi-lagi yang selalu berulah pasti si bodohUzumaki itu beserta kawan-kawannya, membuat muak saja.

.

.

.

TBC

A/N : Halo, Hiko kembali lagi bawa fic baru yang hmm mungkin mengandung unsure sekolah dan sebagainya yang sudah umum? Gomen, Hiko membuat new story lagi padahal story lain masih nunggak belum di endingin -_- hehehe, tapi sayang kalau ide tidak dimafaatkan jadi dengan senang hati Hiko melampiaskannya kedalam fic yang berjudul school days ini…hohoho…lagipula ini Hiko buat diwaktu senggang dan masih bisa curi-curi waktu soalnya mungkin ya mungkin bulang depan disibukkan dengan UTS jadi Hiko usahakan untuk update atau membuat cerita di fanfiction.

Disini Naruto emang preman dan Hiko buat karakter si bodoh ini tidak terlalu nampak, Naru akan Hiko buat seperti anak kurang kasih sayang yang akhirnya bertindak seperti tadi hanya untuk diakui oleh kedua orang tuanya. Dan Sakura yang notabene ketua dewan sama sekali tidak tahu dan hanya menganggap Naruto itu pembawa masalah…sekali lagi maaf kalau Hiko dateng membawa fic baru bukan malah mengupdate yang lama. Tapi insyallah I love u stupid prince minggu-minggu ini akan Hiko update, jadi jangan kuatir :D

Baiklah segitu saja mungkin ceramah tidak jelas dari saya, kurang lebihnya readers bisa mereview dikolom review dibawah. Terimakasih banyak yang sudah mampir dan membaca fic abal saya, kalian yang terbaik. Sekali lagi terima kasih banyak.
Permintaan terakhir Hiko silahkan review apa saja yang ingin readers ungkapkan, Hiko akan terima dengan senang hati. Yosh, sampai jumpa lagi.