A/N : FLASH DISK-KU HILANG DI STUDIO!! Itu udah jadi flash disk ke-2 gue yang ilang di studio terkutuk itu!! AAARRRRGGGHHHH!!! Ilangnya aneh, pula. Barengan sama hengpon temen gue, duit 200rb temen gue, dan duit temen gue juga (tapi gue gak tau brapa jumlahnya). Masa' di studio gw ada klepto, sih?? Gak enak banget 4 taun dirundung rasa saling curiga gini…

James : Alaaahh… Keselip palingan flash disk lo.

… iya, ya…

Peter : Tapi, kalo yang lain-lainnya gimana? Masa' keselip juga?

Sirius : Udah diperiksa blom?

Udeh. Sampe ngobrak-ngabrik laci, locker, sama tas masing-masing anak.

Remus : Siapa yang ngecek?

Anak-anaknya sendiri. Tapi, kalo seandainya emang flash disk gue keselip di tempat orang lain, harusnya ada yang ngeh kalo itu bukan barang punya dia, kan? Gak ada tuh yang ngomong ada barang lebih di meja dia.

Sirius : Berarti flash disk lo juga dikleptoin.

Hah?? Masa' sih? Temen gue sendiri?? Lagian itu flash disk gak ada hebat-hebatnya! Kapasitas cuma 2 GB, merk pasaran (Kingston), warna item. Lagian, di kampus gue yang punya flash disk model begituan ada banyak!

Sirius : (shrugs) Namanya juga klepto. Asal embat aja, kan, barang yang dia suka.

… Iya juga sih. Hengpon yang ilang aja Esia CDMA yang harganya cuma brapa ratus ribu. Hmmm…

Peter : Panggil Conan aja, gih!!

James : Eh, jangan-jangan yang nyolong di studio lo bukan orang. (mulai horror)

He? Maksudnya??

James : … tuyul maybe?

Ngaco lo. Klenik abis. Tapi, temen-temen gue emang sempet curiga ke arah situ, sih. Malah cari cara biar bisa dibalikin. Ada yang ngusulin panggil dukun segala. Giling-giling…

Remus : Orang luar mungkin, gak?

(geleng-geleng) Gak mungkin. Itu barang-barang ilang pada jam setelah istirahat. Gue sendiri udah mastiin kalo flash disk gue masih ada di tangan gue beberapa menit sebelum temen gue teriak kalo hengpon dia ilang. Terus, gue nyadar flash disk gue udah raib pas besok paginya. Sial… Gue nangis semaleman, bo. Sedih banget. Sekarang aja rasanya pengen nangis lagi… Hiks…

Remus : (meluk authoress) Cup, cup. Udah, jangan nangis. Masalah data, kan, bisa diketik ulang. Toh, lo inget semua yang pernah lo ketik, kan? Udah, ketik aja lagi. Jangan males! Terus, masalah lagu tinggal download lagi aja di internet atau cari langsung. Buat yang lagu klasiknya, bisa cari ke PIM. Lagian, bentar lagi dapet laptop, kan? Hotspot-an aja di kampus lo kalo lagi nganggur, nge-download-in lagi lagu-lagu yang ilang.

Bener juga! Gue cinta hotspot!! Ibuuuu!! Cepet beliin anakmu ini laptop! Masalah nikahan sama honeymoon kakak gue mah, ntaran aja! Laptop!! Aku mau MacBook, gak mau MacAir. Gak ada CD drive-nya. Accer juga gak apa-apa, deh! Huahahahaha!!!

Disclaimer : Flash disk gue yang ilang punya Kingston, MacBook sama MacAir punya Apple. Trus, 4 orang yang nimbrung ngobrol di atas itu adalah kepunyaan JK Rowling. Accer punya… Accer? Yang flash disk merk Kingston gue punya, tapi ilang (terkutuk!!). MacBook dan Accer kepunyaan temen gue, tapi someday gue bakal punya itu! Huahahaha!! 'Viva la Vida'-ku!!! Huuueee….!! 'Until'-ku!!! Until the sun goes dimmed, until… Sting, you are the best, man. Gue cinta 'Until'-mu.

Sesuai dengan keinginan pembaca 'Benteng!', inilah sequel dari 'Benteng!' Kali ini tantangannya dikasih sama Slytherin. Oiya, lupa 1 hal…

Warning : Slash LM/RL, SB/RL dan JP/LE tetep menghiasi fic gue. Huahahaha!!

If I caught the world in an hourglass, saddled up the moon and we could ride. (Until – by Sting)

I hear Jerusalem bells are ringing, Roman cavalry quires are singing. Be my mirror my sword and shield, my missionaries in a foreign field. For some reason I can't explain. Once you've gone there was never, never an honest word. That was when I ruled the world. (Viva la Vida – by Coldplay)


Special Note : Berhubung ini adalah tantangan dari Slytherin, jadi cerita ini diambil dari sudut pandangnya Slytherin. Jadi, kita bakal lebih sering ngebaca situasi di lingkungan Slytherin, bukan Gryffindor.


Lucius Malfoy memasuki Aula Besar Hogwarts untuk mengikuti makan malam dengan senyuman mengembang di wajahnya. Ia telah menyiapkan tantangan baru untuk Gryffindor. Tantangan yang pasti akan menjadikan Slytherin keluar sebagai pemenangnya.

"Kau yakin kalau tantangan ini bisa membuat Gryffindor-Gryffindor itu bertekuk lutut?" tanya Rodolphus kepada Lucius. Jujur, ia sedikit meragukan keberhasilan dari tantangan ini. Meskipun harus ia akui bahwa ide Lucius sangatlah brilian, lebih brilian dari ide-idenya sebelumnya. Tapi, tetap saja ada sedikit rasa keraguan. Apalagi, setelah kekalahan pahit yang mereka alami sewaktu bermain 'Benteng' dengan Gryffindor sebagai penantangnya. Bayangkan saja. Pagi hari begitu kau membuka mata dan turun ke Ruang Rekreasi Asrama-mu langsung berhadapan dengan Gryffindor yang sibuk merayakan kemenangan mereka.

"Tenang saja." sahut Lucius. "Aku yakin rencanaku ini tidak akan gagal. Aku sangat yakin kalau rencana ini pasti akan berhasil. Karena..." Lucius membalik tubuhnya dan menatap ke arah meja Gryffindor. Tidak ada seorang pun Gryffindor yang menyadari tatapan dingin Lucius Malfoy terarah kepada mereka. Sebenarnya, tatapan itu hanya terarah kepada satu penghuni asrama Gryffindor. Seorang anak laki-laki berwajah manis dan berambut coklat keemasan sedang tertawa-tawa bersama teman-temannya.

Lucius tersenyum singkat. "Yang pasti, aku akan mendapatkan apa yang kumau." katanya sembari mengambil makanan yang ada di depannya.

Tak terasa, makan malam berakhir sudah. Sebagaian murid-murid mulai bersiap-siap untuk kembali ke asrama masing-masing untuk beristirahat atau mengerjakan tugas mereka. Lucius sendiri sedang sibuk membersihkan sepihan-serpihan makanan dari sekitar mulutnya menggunakan serbet.

"Oi, Malfoy!" Terdengar suara lantang seorang James Potter dari meja Gryffindor memanggil Ketua Murid Hogwarts itu. "kau bilang kau punya tantangan baru untuk kami. Kau lupa atau memang kau hanya membual waktu itu?!" ejeknya disertai seringai dari anak-anak Gryffindor.

"Si brengsek Potter itu..." geram Snape.

"Mr. Malfoy?" Kali ini terdengar suara Profesor Dumbledore, sang Kepala Sekolah Hogwarts. "Benar yang dikatakan Mr. Potter. Apakah kau masih ingin memberikan tantangan kepada Gryffindor?"

"Tentu, Kepala Sekolah." jawab Lucius. Ia berdiri dari tempat duduknya dan berbalik menatap meja Gryffindor dan melihat ke sekeliling. Murid-murid lainnya yang tadi hendak beranjak dari Aula Besar kembali duduk ke tempat masing-masing, tertarik dengan tantangan macam apa yang akan diajukan oleh Lucius. Lucius sendiri mendaratkan matanya pada Remus Lupin yang menatapnya dengan tatapan bingung dan –untuk kepuasan Lucius sendiri- takut.

"Setelah pertandingan yang dilakukan diantara kami –Gryffindor dan Slytherin- sebagai pihak Slytherin, saya merasa telah dicurangi oleh para Gryffindor. Merekalah yang pertama kali menggunakan sihir, melanggar peraturan yang mereka buat sendiri." kata Lucius.

"Hei! Kami tidak akan memakai sihir kalau kau tidak berbuat curang lebih dulu!" seru Sirius dengan kesalnya.

"Curang?" Lucius mendengus mendengar seruan Sirius. "Kami tidak berbuat curang sama sekali."

"Kau sudah menculik Remus dan melukainya, masih bilang kau tidak main curang!?"

"Hei, asal kau tahu, Black. Temanmu yang bernama Potter itu mengizinkan siapa pun, bahkan Gryffindor untuk mengambil tahanan. Pacarmu itu hanya berada di asrama dan tempat yang salah."

Sirius melompat dari tempat duduknya dan siap untuk menghajar Lucius. Beruntung, Frank, Arthur, dan Peter menangkapnya sebelum Sirius benar-benar menghajar Slytherin berambut perak itu. Mereka bertiga berhasil menarik Sirius mundur dan mendudukkannya ke tempat duduk semula. Setelah Sirius kembali duduk di tempat duduknya, Remus mulai membisikkan kata-kata yang menenangkan Sirius, membuat laki-laki berambut hitam itu sedikit menjadi lebih tenang.

"Intinya, kami tidak mengakui kemenangan Gryffindor dan kekalahan kami di pertandingan sebelumnya. Maka dari itu, saya mengajukan tantangan untuk Gryffindor. Siapa pun yang memenangkan pertandingan ini nantinya akan diakui sebagai pemenang sah." sambung Lucius.

"Apa tantangannya?" tanya Profesor McGonagall.

"Hide and seek." sahut Lucius disertai senyum bangga.

Gumam-gumam dan bisikan-bisikan terdengar dari seluruh penjuru Aula Besar. Sebagian besar murid-murid Hogwarts terlihat sangat antusias dan penasaran dengan pertandingan ulang antara Gryffindor dan Slytherin ini, dengan tantangan dari pihak Slytherin. Mereka segera memusatkan perhatian mereka ke arah Lucius Malfoy untuk menanti peraturan macam apa yang akan diberlakukan pada permainan ini.

"Tidak ada peraturan yang signifikan dalam pertandingan ini." kata Lucius sembari mengangkat kedua bahunya dengan entengnya. "Sihir diperbolehkan untuk digunakan dan permainan ini menggunakan standar 'hide and seek' yang biasanya. Hanya saja, ada sedikit perubahan dari bagaimana cara menentukan pemenangnya.

"Setiap asrama hanya akan diwakilkan oleh 10 orang dari masing-masing asrama –tidak kurang, tidak lebih. Dalam permainan ini, pemenangnya ditentukan dengan jumlah pemainan dari asrama mana yang berhasil bertahan hingga pagi menjelang di keesokan harinya. Dengan kata lain, permainan ini akan memperbolehkan musuh untuk saling melukai atau menyekap lawannya hingga pagi menjelang. Asrama dengan pemain yang berhasil bertahan hingga pagi akan dinyatakan sebagai pemenangnya.

"Peraturan tambahan, kesepuluh pemain ini tidak akan diperkenankan untuk masuk ke dalam asrama mereka masing-masing. Permainan ini akan dimulai setelah sarapan berakhir dan diakhiri saat waktu sarapan di hari berikutnya. Ada 2 waktu istirahat, yaitu makan siang dan makan malam masing-masing selama 1 jam." jelas Lucius panjang lebar.

"Tipikal Slytherin." dengus James. "Kalian itu sepertinya sangat terobsesi untuk melukai kami, ya."

Lucius menghiraukan celetukan dari James dan mengarahkan matanya kepada Dumbledore. "Profesor," ucapnya. "Aku meminta izin dari Anda untuk menjalankan permainan ini. Aku berani jamin kalau tidak akan ada murid-murid Anda yang terluka serius selama permainan berlangsung. Jika ada seorang murid Gryffindor mengalami luka eksterior, maka aku akan mundur dari jabatanku sebagai Ketua Murid."

Pernyataan Lucius membuat semua orang yang berada di Aula Besar terkejut. Bahkan, teman-teman Slytherinnya sendiri juga sama terkejutnya dengan murid-murid asrama lain. Seorang Antonin Dolohov sampai tersedak jus labu yang sedang ia minum sedangkan tangan Bellatrix Black yang sedang menyendok semangkuk sup terhenti di tengah jalan dan menjatuhkan sendok yang dipegang hingga berdenting beradu dengan mangkuk.

"Kalau begitu, siapa saja yang akan bermain?" tanya Dumbledore.

"Dari pihak Slytherin adalah saya, Severus Snape, Antonin Dolohov, Narcissa Black, Bellatrix Black, Andromeda Black, Rodolphus Lestrange, Rabastan Lestrange, Theodore Nott, dan MacNair."

"Kalau begitu, dari Gryffindor akan bermain..." Belum James menyelesaikan perkataannya, Lucius sudah memotongnya disertai senyuman licik.

"Tidak usah repot-repot memilih komradmu, Potter." katanya. "Aku sudah memilihkan 9 orang temanmu yang akan ikut serta dalam permainan ini. Arthur Weasley, Kingsley Shackebolt, Frank Longbottom, Lily Evans, Alice , Gideon Prewett, tentu saja James Potter, Peter Pettigrew, Sirius Black, dan yang terakhir…" Lucius sengaja mengulur-ulur waktu untuk menyebutkan peserta Gryffindor yang terakhir untuk melihat reaksi Remus. Anak kelas 5 itu sekarang menatap Lucius dengan tatapan ngeri dan tidak percaya. Dia menggeleng sedikit untuk menyatakan dirinya tidak mau ikut dalam permainan tolol ini.

'Terlambat, Remus.' Kata Lucius senang di dalam kepalanya. "Terakhir adalah Remus Lupin."

Lucius bisa mendengar erangan pelan keluar dari mulut Gryffindor berambut emas itu, membuat Sang Ketua Murid tersenyum puas.

"Kapan kau akan memulai permainan ini?" tanya Slughorn, sang Kepala Asrama Slytherin.

"Besok." jawab Lucius dengan tegas. Dengan senyuman khasnya, ia melirik ke arah meja Gryffindor. "Hanya butuh 1 hari untuk menghabisi mereka semua."


"Lupin, Lupin, dan Lupin." gumam Dolohov sambil berjalan mengiringi Lucius menuju Ruang Rekreasi Slytherin. "Sepertinya akhir-akhir ini kau sedikit terobsesi dengan Lupin. Apa ini ada hubungannya dengan penawanannya dulu? Memangnya apa yang kalian berdua lakukan?" tanya Dolohov sedikit bersemangat. Maklum, hubungan cinta antara Slytherin dan bukan-Slytherin sedikit tabu dan menjadi gosip panas di asrama berlambang ular ini. Apalagi kalau kasusnya antara dua orang Slytherin – Gryffindor. Wow...

"Apa maksudmu, Dolohov?" Lucius bertanya dengan nada sedikit keras, tanda kalau dia tidak senang dengan pertanyaan Dolohov.

"Yaa... Kuperhatikan daritadi kau terus melirik ke meja Gryffindor. Tadinya aku sempat berpikir kalau kau sangat marah atas kemenangan Gryffindor –dan aku tahu pasti kalau kau sangat kesal akan hal itu- makanya kubiarkan. Tapi, setelah kuperhatikan lagi, bukan kesal ataupun amarah yang memancar dari matamu, Lucius."

"Memangnya apa?"

Dolohov mengangkat bahunya. "Entahlah. Aku juga tidak terlalu mengerti dengan ekspresi yang pernah kau tunjukkan, Lucius. Tapi, yang tadi itu sama sekali belum pernah kulihat." Dolohov mengerenyitkan keningnya, berpikir sesaat untuk mendeskripsikan tatapan Lucius dengan kata-kata yang tepat. "Mungkin... tatapanmu waktu itu seperti singa yang kelaparan dan siap menerkam mangsanya."

Lucius menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Dolohov. Cibiran kecil tersungging di bibir merah mudanya, seperti mengejek. Sang Ketua Murid mencondongkan tubuhnya dan berbisik dengan pelan ke telinga Dolohov. "Kalau memang itu kenyataannya, bagaimana? Bagaimana kalau ternyata Remus adalah mangsaku dan aku adalah singa lapar yang siap menerkamnya jika diberi kesempatan. Dan bagiku, pertandingan ulang ini bisa menjadi kesempatan yang baik."

Dolohov mengerenyit semakin dalam, sedikit bingung dengan perkataan Lucius. "Lucius, apa maksudmu?"

Lucius menggerakkan jari telunjuknya, menandakan Dolohov untuk mendekat. Ia kemudian berbisik lebih pelan dari sebelumnya. Pembicaraan mereka tidak dapat didengarkan oleh orang lain kecuali mereka sendiri.

Lucius kembali menegakkan tubuhnya sambil tersenyum puas. Ia telah memberitahukan rencananya dalam permainan ini. "Bagaimana?" tanyanya kepada Dolohov sambil tersenyum licik.

Dolohov terdiam sesaat, menimbang-nimbang rencana Lucius –keuntungan dan kerugiannya. Perlahan, ia mendongak dan menatap kedua mata Lucius. Senyum licik merekah di bibirnya. "Tentu. Aku akan beritahu beberapa pemain lainnya supaya rencana ini bisa berjalan dengan lancar."

Lucius tersenyum puas. "Dia harus tahu kalau aku paling benci jika ada yang berhutang padaku. Dan dengan ini, akan kubuat Remus membayar hutang beserta bunganya."

TBC


A/N : Hyaa...!! Akan diapainkah Remus oleh Lucius? Nantikan 'Petak Umpet!' berikutnya!

Remus : TEEGAAAAAAAAAAAAAA!!!

Biarin. Siapa suruh lo jadi tokoh favorit gue? Yee... Lagian, siapa suruh juga jadi karakter paling imut nan manis nan cute de-el-el dari HP fandom? Siapa, coba?!

Remus : Yang jelas bukan salah gue, lah! Siri-poo!! (lari ke pelukan Sirius) Tolongin aku…

Sirius : Tenang, Remy-honey! Kakanda pasti akan menyelamatkan belahan jiwa kakanda ini (ngeliat ke Remus yang tenggelam dalam pelukan Sirius) dari segala macam serangan! Tenanglah, wahai belahan hatiku!

James : HOOEEEEEKKKKKKHHHH!!! NAJIIIISSS!!! AMIT-AMIT!! NORAK! GAK BANGET!!!! CUIH-CUIH-PUIIIHH!!!!!

Sirius : Ih. Situ oke!? (sinis)

... ya sudah, lah. Oiya, disini petak umpetnya bakal disebut hide and seek, ya. Entah kenapa, gue gak tega kalo ngebikin anak-anak Hogwarts ngomong "Main petak umpet, nyok!!" Berasa kayak lagi pulang kampung…

James : Emang kampung lo dimana, sih?

Ada, deh. Mau tau aja! Gyaha! Oiya, Gue punya cerita baru, lho! Judulnya 'Superstar'! Itu bahasa Inggris. Well, sebenernya lebih lama dari sequel ini, sih...

Peter : Remusnya jadian sama Riddle.

WOI! Jangan spoiler, dong! Hehe. Yaa... Tapi, mungkin pada akhirnya dia bakal jadian sama Sirius. Mungkin. Doain aja, lah semoga hubungan mereka bisa langgeng sampe ke pelaminan. Amin.

Oiya, sama ada juga yang baru pake bahasa kita, Bahasa Indonesia! Yeiy! Judulnya 'Commercial Break Down'. Silakan dibaca dan jangan lupa meninggalkan kritik dan saran sebelum keluar, ya. Yang 'Superstar' juga, tu! Jangan lupa review. Pake bahasa Indonesia atau Inggris terserah. Bahasa Jawa juga boleh, lah. Asal jangan Jawa Kuno. Bisa tolol mendadak gue...

Oiya, sebelum gue pamit, ada pertanyaan buat lo semua. HARUS DIJAWAB! Kalo gak ada yang jawab, gak bakal gue lanjutin ni cerita! (ngancemnya gak banget...) (ehm) Enaknya....

Bali atau Lombok?

Dipilih, ya! Via review aja. Gue sangat butuh!

Coolkid (yeah! Gue balik ke pen name gue yang semula! Bikin kesel aja pen name gue yang baru) pamit!!