A/N: Hei! Teo disini. Hoho. Fanfic DGM pertama ane nih.

Teo jarang main ke fandom DGM. Jaraaaang banget malah. Jadi kalau ada kemiripan cerita, atau ada yang udah make ide cerita ini, cerita ini akan Teo hapus segera ;)

D Gray-Man punya Hoshino Katsura. D Goreng-Man punya saya. Namun tetap saja cerita dan karakter aslinya punya Katsura-sensei.

.

.

.

.

D. Goreng-Man

Disclaimer udah, males nulis lagi /plak

.

.

.

.

Pagi hari bagi Allen tak semulus yang ia kira. Dimulai dari jatuh dari tempat tidur (jatuh bangun aku~~), kebagian porsi makanan dikit, jadi orang paling belakang di antrian toilet sampai keinjek ama Lenalee yang ngira Allen adalah karpet baru yang dipesan Komui (salah sendiri, Allen tidur pakai daster batik gitu).

Ngomong-ngomong soal Komui, sebenarnya dialah dalang dari salah satu dari banyak kesialan Allen. Salah satu kesialan yang paling fatal. Yang merubah hidup Allen untuk selamanya…

Ah. Nggak selamanya juga sih. Cuma sejam-dua jam. Namun, Allen nggak bisa melupakan kejadian itu…

Saat itu, Allen sedang menikmati teh—yang gulanya diaduk pake buntutnya Timcanpy—buatan Lenalee. Tiba-tiba Lenalee menghampirinya.

"Allen, kau dipanggil sama kakak," katanya. "Kakak antusias sekali. Aku jadi khawatir…"

Dan tentunya semua orang tahu, jika Komui terlihat senang berlebihan, ada sesuatu tak beres yang mengikutinya. Semua orang tahu, termasuk Allen. Ia langsung merinding. Apa maunya si Komui?

Allen segera berjalan, diliputi rasa penasaran yang amat sangat.

.

.

.

.

.

"Ah, itu dia! Alleeeeeeennnn~~~~" kata Komui saat Allen memasuki ruangan.

"A-A-A-A-A-ada apa, Komui-san? Cicilan laundry akan segera kulunasi…" tanya Allen takut-takut.

"Bukan itu, A~HA~HAAA~~~~! Aku punya alat baru loh Allen. ALAT BARU! AL to the AT to the BA to the RU!"

Allen menelan ludah. Ada sesuatu yang sama sekali tidak beres.

"TARAAA~!" seraya Komui membuka kain yang menutupi mesin itu, ia mengedipkan matanya dengan gaya Sailormoon. "Ini namanya KOMPAR!"

"Kom…par? Itu bukannya yang buat masak?" pikir Allen. Tiba-tiba suara Mana hadir dalam pikirannya.

"Itu KOMPOR, bodoh!" bentak Mana. Allen langsung memukul-mukul kepalanya. Ada apa sih dengan dirinya.

"KOMPAR itu singkatan dari Komui's Parody. Kalau kamu memasukkan tanganmu kesini—ya, lubang ini—kau akan mausk ke dalam dunia parody. Nama-nama orang yang kau kenal akan berubah, sikap mereka juga." Jelas Komui. "Oh iya. Namamu juga akan berubah lho, Allen. AYO MASUK~~~~"

"Hii, aku sih nggak mau masuk," sahut Allen. Ia memasang muka ketakutan dan memelas, berharap agar Komui mengurungkan niatnya.

Namun—seperti yang Allen takutkan—Komui tidak peduli.

"Ayolah Allen, berani kotor itu baik!" cerocos Komui nggak nyambung. Ia mendorong Allen kea rah mesin itu, dan tangan Allen tanpa sengaja masuk ke dalam lubang.

"TIDAAAAAAAKKKKKK…."

.

.

.

.

.

"…Ngghhh…"

Allen mengusap-usap kepalanya. Matanya setengah terbuka.

"Ini dimana…Eh. Bunga lotus. Pasti ini kamarnya si Bakanda…" gumamnya. Tiba-tiba…

BRAK!

"Eh, Monasi, ngapain lu?" bentak Kanda. Allen terkejut. Nama panggilan Kanda untuk Allen itu Moyashi, bukan Monasi! Ada apa ini?

"E-E-Ehh…"

"Apa? Mau BAB? Lo pikir kamar gue toilet?"

"Diem ah lu Bakanda!"

Mata Kanda membelalak. Tampak bingung.

"Bakanda? Siapa bakanda…? Otak lu emang udah ga beres, ya…" kata Kanda. Lho…?

"Masa' kau lupa? Gue kalo manggil lo kan Bakanda." melihat reaksi Kanda, Allen juga bingung.

"Kagak lah. Nama gue Yuu Kandang kagak ada Kanda-kandanya."

"…YUU KANDANG?" Allen semakin kebingungan. Ia pengen ketawa, tapi juga bingung. Apa-apaan itu?

"Lah, bener gak beres nih. Iya, Yuu Kandang. Yang megang Ihnonsense Duren. Lo manggil gue Mbak Kandang." jelas 'Kanda', sambil mengelap pedangnya.

"Dengar ya. Namamu Yuu Kanda. Dan Ihnonsense-mu—Innocence?—itu bukan Duren, tapi Mugen. Mengerti?" kata Allen, masih shock. Kenapa Yuu Kanda jadi Yuu Kandang?

"Ihnonsense-ku Duren!" bentak Kanda lagi. "Kok lo bisa amnesia gini sih? Jadi aneh! Emang sih, waktu lo masuk Belek Order—"

"BELEK ORDER? Apa pula itu?" Allen cengo. Benar-benar aneh. Apa ini mimpi?

"Gile lu kagak tau Belek Order. Organisasi yang musuh besarnya Ahlumah ama Earl of Mintacium itu loh. Lo kan anggota… Dan Ihnonsense-mu namanya Keong Clown atau apalah namanya itu."

Allen, lagi-lagi, bengong.

"Amnesia lu. Ck ck ck. Udahlah gue bawa Kamuih aja deh."

.

.

.

.

"Ah, Allen dan Kandang? Ada apa?" tanya si 'Kamuih' sambil menyeruput kopinya. Rupanya si Kamuih adalah Komui…dan sepertinya tidak jauh berbeda dengan Komui yang Allen kenal.

"Si Monasi amnesia," jelas Kandang cuek. "Gara-gara elu Monasi, gue jadi kehilangan 10 menit waktu tidur gue!"

Setelah itu Kandang melengos pergi, meninggalkan Allen dan Kamuih berdua.

"Kau amnesia? Benarkah? Hmm, beritahu namamu."

"Allen."

"Nama lengkap?"

"Allen Walker—"

Kamuih terbelalak. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau… Allen, jangan berpura-pura."

"A-aku tidak berpura-pura, Komui-san! Na-namaku memang Allen Walker…kan?"

"Tidak, tidak, ini tidak boleh terjadi," desah Kamuih. "Allen. Dengarkan aku. Namamu Allen Wongker. Kau anggota Belek Order. Kau Sokeksis (baca: Exorcist). Kau punya Ihnonsense. Ihnonsense-mu namanya Keong Clown, adanya di tanganmu. Tuh tangan kirimu banyak jerawatnya. Nah, itu Ihnonsense-mu."

Allen melirik tangan kirinya. Benar—ada banyak jerawat yang harusnya tidak ada. Tangannya di 'Black Order' warna merah, tapi tidak berjerawat.

Lalu ia ingat sesuatu. Namun haruskah ia memberitahu Kamuih?

"Anu…Kamuih, kan? Aku…aku…"

Allen menceritakan semuanya. Kamuih—entah mendengarkan atau tidak—hanya diam.

"Hmm, jadi ada dunia yang hampir sama seperti ini, dengan orang-orang yang sama, benda-benda dan kejadian-kejadian yang sama, tapi hanya namanya yang berbeda?" kata Komui setelah Allen selesai bercerita. "Hmm, menarik, Allen. Aku percaya padamu."

Allen tersenyum. Lega. Ia kira Kamuih tidak akan mempercayainya.

"Namun, Allen. Itu berarti aku harus menjelaskan nama-nama orang disini lagi, kan? Ikut aku. Kita akan keliling." Kamuih berdiri, lalu berjalan keluar.

.

.

.

.

.

"Ini…lorong-nya sama…" kata Allen. Lalu, ia melihat seorang perempuan yang sangat familiar. Perempuan yang cantik, kalau rambutnya digerai.

"Mi…randa?"

"Ah, Allen?" Miranda tersenyum. Matanya yang banyak kantung hitamnya itu, menurut author, malah membuatnya tambah cantik. Kesannya gothic gitu.

"Namanya Miranda Botol," jelas Kamuih. "Di duniamu namanya Miranda Lotto?"

"Ya, begitulah," kata Allen sambil menahan ketawa. Miranda Botol? Nama macam apa itu? Botol…botak tolol…Bookman? *dilempar*

.

.

.

.

.

"Ini palu milik siapa?" tanya Allen. Sebenarnya ia tahu, tapi ia tak ingin Kamuih membongkar nama parody orang tersebut.

"Itu milik Navi," jawab Kamuih. "Eh, itu orangnya."

Seorang pria berambut merah, berkacamata hitam dan membawa gitar—

Author: Aduh, salah fandom lagi nih. Gile, gile.

Seorang pria berambut merah, dengan eyepatch di mata kirinya, tersenyum dan berjalan ke arah Allen dan Kamuih. Di belakangnya tampak seorang kakek tua botak.

"Gdhfjafhkjsfhkjshfshfs!" kata si pria berambut merah.

"Lavi, kau ngomong apa...?" sahut Allen. Namun 'Lavi' malah memasang tampang bingung.

"Tjfsjdfhsjhj? Podpafdfdsjfhj, vvsjsfhdjsf dehdjhf."

"Di dunia sana namanya Lavi ya? Hm, kalo disini namanya Navi. Tahu kan, mahluk-mahluk warna biru di film Avatar? Katanya si Navi ini keturunan salah satu dari mereka. Namun anehnya, kulitnya nggak biru. Ia dianggap aneh oleh keluarganya dan dibuang." jelas Kamuih.

"Jadi karena itu bahasanya aneh?" tanya Allen. Kamuih mengangguk.

"Disini yang mengerti bahasanya Navi cuma satu. Itu, si kakek belakang Navi. Namanya Bookep."

"Di duniaku namanya Bookman," kata Allen sambil cekikikan.

"Begitukah? Meski orangnya ngeres, Bookep ini gurunya Navi. Dia tahu banyak, lho. Coba kamu tanya sesuatu."

"Permisi, Bookep? Umm, bisakah Navi bicara bahasa…yang bisa kumengerti?" tanya Allen. Bookep berpikir sebentar.

"Jangan pura-pura tak kenal, Wongker. Ahm. Kau mengerti bahasa Cina?" tanya Bookep. Allen mengangguk, walau ia sama sekali tak mengerti. Ia hanya capek mendengar bahasa Navi.

"Baiklah. Navi, fjkdhfjhfjfkhfjs. Erueifehfehj, spofpsifos. Adhahfjds." kata Bookman. Navi mengangguk, lalu tersenyum ke Allen. Ia menarik nafas dan mulai berbicara bahasa Cina.

"Shesheshaa, yukoshayashiyanihashiyong KONIDIN!" katanya sambil nyengir.

"Lu-lupakan," kata Allen sambil sweatdrop.

.

.

.

.

.

"Ah, itu MY SISTER—"

"Kakak! Kan ada Allen!" sahut—Lenalee?—marah.

"Ti-tidak apa-apa kok, Lenalee!" sahut Allen, berusaha melerai mereka berdua. Hmm, seperti yang sudah Allen—dan kalian—duga, Lenalee cengo.

"Allen? Tumben kau salah menyebut namaku. Nyaris sih. Hehe. Ini aku, Lelenalee!"

"LELE…NALEE?" Allen headbang. "Lele…nalee…"

"Ya, dia Lelenalee, mai shisutaaa~~" kata Kamuih sambil menari-nari.

"Ada apa sih, kak? Kok Allen kayak anak sekolah lagi MOS gitu."

"Ah, suatu saat nanti kau akan tahu, my sister~"

Aduh, dunia disini sepertinya sama ngaconya dengan dunia asli, pikir Allen.

.

.

.

.

.

"Jangan lupa ya, Allen! Ini kamarmu. Jangan berisik, lagi ada si Homo Link di sebelah kamarmu. Dia memang ditugaskan untuk mengawasi kau—eh! Ya udahlah, tidurlah."

Allen menghela nafas. Gak di dunia sini, gak di dunia asli, kalau namanya Komui, sarapnya sama aja. Tiba-tiba, Allen teringat sesuatu.

"Eh! Kamuih, tunggu!" ia keluar dari kamar dan mengejar Kamuih. Kamuih menoleh, "Ada apa?"

"Di dunia ini…ada Noah?" tanya Allen.

"Di dunia sana namanya juga Noah? Hmm, untuk kali ini namanya sama. Namun pasti ada perbedaan. Disini Noah adalah singkatan dari Perkumpula(n) (O)rang-orang (A)nti Ma(h)o. Udah lawak, maksa lagi ye?"

"Biarin aja, authornya emang kayak gitu… Gak di fandom DGM, gak di fandom lain, garingnya sama aja." jelas Allen, kini penuh plester dan lebam-lebam akibat digebuk author.

"Well then! Selamat tidur, Allen."

"…Terima kasih."

Ungg… Dasar Komui. Gimana caranya aku bisa keluar dari dunia ini? Pasti belum ada caranya. Huft. Komui bodoh! gumam Allen.

.

.

.

.

.

TBC~ (T)yki (B)elom Mun(c)ul!

Tyki munculnya chapter depan, horee! *ngasih spoiler*

AHHHH. Tuntas sudah. Chapter pertama. Uhuhuh. Multichap ES21 belom kelar malah ngerjain DGM. Namanya juga anak SD baru lulus, ya sudah lah~

RnR please?