Hi, minna-san!
Kali ini Natsu kembali lagi dengan fic Natsu yang baru! Jejeeeeeng *symphony no. 5 Beethoven*
Kali ini, fic-nya ber-rated M ^^ tapi untuk safety aja sih.. habisnya, Natsu kan belum pernah coba tulis fic dengan rated M. jadi tolong dimaklumi kalau ada kekurangannya yaaa
Naruto is not mine, it's Masashi Kishimoto's sensei.
There are lots of anime in this fic that doesn't belong to me.
.
.
.
.
.
.
Tetangga Cantik
"Apa? Lucy Heart*ilia dari anime Fa*ry Ta*l?"
"Hn, figure-nya laku keras!"
"Andaikan saja ada wanita dengan tubuh aduhai seperti itu… mungkin di bar ada?"
"Lebih baik aku pergi ke kuil, berdoa kepada dewa agar datang gadis seperti itu."
.
.
.
.
.
.
Tokyo, 17 Juli 2011 12:46
Suasana di musim panas benar-benar menyiksa Sasuke. Matahari yang bersinar dengan teriknya, hawa panas seperti tidak ada udara membuat keringat Sasuke meluncur turun dari pelipisnya. Putra bungsu keluarga Uchiha ini berjalan menyusuri stasiun kereta yang ramai akan orang.
Seiring dia berjalan, para gadis berebut pandang melihatinya.
Apabila diungkapkan dengan majas personifikasi,pemuda berambut hitam dengan mata obsidian ini seperti penjelmaan dari seorang dewa yang turun dari surga untuk menyejukkan musim panas dengan ketampanannya yang cool.
Tapi Sasuke tidak membalas satupun tatapan gadis-gadis itu. Melewati mesin pemeriksa tiket, dia berjalan dengan cuek kedalam kereta. Di dalam kereta, Sasuke menyandarkan punggungnya di sebuah tiang besi untuk pegangan.
Secara tidak sengaja, kemeja biru muda miliknya tersangkut di sebuah sekrup tua.
"Chikuso!"
Sasuke berusaha melepaskan kemeja kesayangannya itu. Tapi, sungguh sial nasib si ganteng. Kemeja biru itu malah semakin tersangkut di sekrup itu. Sudah keadaan kereta yang berdesak-desakan dengan orang-orang, kemejanya tidak mau lepas, lagi!
Mau tak mau, dia hanya memasrahkan nasibnya. Mau diapakan lagi, toh sudah begini, pikir Sasuke pesimis. Panas, bau badan yang penuh keringat dan deodorant, serta wangi parfum yang menyeruak membuat hidungnya terasa penuh.
Dengan wajah tidak suka, Sasuke mengernyitkan alis rapi kebanggaan Uchiha. Mencoba menyingkirkan campuran bau tidak nyaman itu, dia memikirkan festival yang sudah ia tunggu-tunggu.
Di saat kepalanya sibuk memikirkan tujuan yang akan ia tuju, tiba-tiba tercium bau lembut yang ringan. Bau lavender dan vanilla…
Terbuai dengan wangi itu, Sasuke tidak menyadari kereta yang sudah berhenti. Sunggguh ironis, Sasuke Uchiha yang terkenal di Universitas Tokyo –otaknya yang cemerlang, parasnya yang elok, dan sikapnya yang cool- harus menanggung malu karena setelah beberapa kali kondektur menegur, Sasuke tetap melamun sambil menatap kosong ke depan.
Memasang wajah tidak tahu malu, Sasuke keluar dari dalam kereta. Sesampainya di luar kereta, ia mencerutuki kebodohannya gara-gara wangi lembut yang tadi membuat kosong pikirannya.
Untung saja si idiot itu tidak ada di sini.
Kalau Naruto ada di sini bersamanya sekarang, pasti kejadian yang tadi sudah dijadikan bahan ejekan untuknya di universitas. Brrr… baru membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri.
Tidak ingin kejadian memalukan yang tadi terulang lagi, dia mulai berjalan keluar dari stasiun kereta. Diluar, dia bertemu dengan Naruto.
"Yo! Teme!"
Naruto melambai-lambaikan tangannya dengan kencang seperti anak kecil yang bertemu dengan ayahnya. Berjalan mendekati Naruto, Sasuke langsung menjitak kepala Naruto .
BUK!
"I-IITAAAAI!"
"Urusai, baka! Kau ribut sekali, tahu?"
Naruto Cuma bias memegangi kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya. Belum sempat si rambut kuning ini menyahut Sasuke, taksi yang sudah dipesannya datang.
Menaiki taksi itu, Sasuke dan Naruto langsung merasa lega. AC di dalam taksi itu begitu sejuk. Wajah Naruto berubah menjadi konyol. Mulutnya tersenyum, dan matanya tertutup. Ia memajjukan sedikit tubuhnya kearah AC, tapi Sasuke sudah mendahuluinya.
"HEI! JANGAN EGOIS, TEME!"
"Urusai!"
Musim panas benar-benar sebuah bencana bagi Sasuke. Tapi, kali ini Sasuke tidak akan menyerah untuk memberikan posisi adem-ayem itu kepada sahabat sedari kecilnya ini.
Tangan Naruto mencoba menggeser Sasuke dari posisinya. Tapi, pangeran Uchiha ini tidak bergeming sedikitpun.
Yup, bisa ditebak. Terjadilah perang-geser-tempat di dalam taksi yang sempit. Sasuke, Naruto, berterima kasihlah pada supir taksi itu. Berterima kasih karena ia dengan baik hati tidak menurunkan kalian yang terlalu ribut di dalam taksi.
.
.
.
.
.
.
Kyoto, 17 Juli 2011 12:46
"Kau serius akan hal ini, chichi-ue?"
Seorang gadis berambut coklat yang berumur antara 14 tahun, memegang sebuah penyiram tanaman di tangannya. Rambut coklat lurus, bola mata silver seperti sebuah cermin. Garis wajah tegasnya menghiasi wajah cantik itu.
"Apakah aku pernah bercanda?" jawab seorang pria paruh baya yang mirip dengan gadis itu.
Dia adalah Hiashi Hyuuga.
Hiashi Hyuuga, seorang penerus klan Hyuuga yang menguasai teknik bela diri. Seorang pria pendiri Hyuuga corp. yang memiliki kedisiplinan tinggi lebih dari siapapun. Seorang pria stoic tanpa istri –duda-.
Mendengar jawaban sang ayah, gadis ini cuma memandang sekilas ayahnya kemudian melanjutkan menyiram tanaman kesayangan kakaknya.Setelah kakak perempuannya pergi, gadis bernama Hanabi ini merasa kesepian.
Tapi, itu adalah salah sang kakak juga. Seharusnya dia tidak melakukan hal memalukan seperti itu. Merasa terlalu membebani pikirannya, Hanabi melanjutkan kegiatannya.
Hiashi Hyuuga yang menatapi punggung putri bungsunya itu merasa bangga. Sebagai seorang Hyuuga, berumur muda seperti Hanabi dan sudah memiliki aura kharismatik serta kejeniusan di atas rata-rata sungguh memenuhi persyaratan sebagai penerus keluarga Hyuuga. Dengan kata lain, Heiress.
Tidak seperti putri sulungnya yang lemah, Hanabi adalah orang yang kuat. Kemampuan fisiknya dapat mengalahkan laki-laki dewasa. "Hanabi, jangan lupa akan latihanmu yang kemarin kuajarkan.".
Menghentikan sejenak kegiatannya, Hanabi menundukkan kepalanya.
"Hai, chichi-ue"
.
.
.
.
.
.
.
"Dijual terbatas! Triple Amazing Figure edisi spesial! Lucy Heart*ilia, Ju*ia Loxar, dan… Er*a S*arlet!"
Seorang penjual figure di Anime and Manga festival yang dikunjungi Sasuke dan Naruto dengan semangatnya mengibas-ngibaskan bendera lambang Fa*ry Ta*il. Tanpa basa-basi, orang-orang langsung mengerumuni tempat itu. Begitu juga Sasuke dan Naruto.
.
.
.
"Akhirnya… Er*a S*arlet ada di tanganku! AHAHAHAHAHAH!"
Dengan bahagianya Naruto memeluk barang kesayangannya. Ditempelkannya pipi dengan garis-garis seperti kumis kucing itu di kotak figure tersebut.
"Kau tipe uke. Er*a tipe seme"
Naruto tidak memperdulikan perkataan sinis dari Sasuke. Dia terbuai di dunianya sendiri dengan Er*a.
Sementara Nartuo sibuk dengan khayalannya, Sasuke sibuk mencari figure Miku*u A*ahina. Dia sangat suka tokoh moe dari anime Har*hi Suz*miya itu. Sudah bohay, manis, sopan lagi.
Tapi sayang, tokoh kesukaannya tidak ada di festival. Tiba-tiba saja, kakak kelas mereka di universitas datang mengahampiri Sasuke dan Naruto.
"Un!" pemuda berambut kuning yang diikat kuncir kuda, menepuk pundak Naruto dan Sasuke.
Otomatis, Naruto menjatuhkan kotak figure-nya. Untung saja figure didalamnya tidak apa-apa. Kalau tidak, maka bisa dipastikan akan ada keributan.
"BAKA! BAGAIMANA KALAU ER*A-CHAN RUSAK?"
"Ehe, gomen, un~"
"Ada perlu apa, Deidara?" ucap Sasuke bosan.
"Kalian tahu di mana tempat jual figure wanita-wanita cantik?'
"Kalau kau mau, ada figure Lucy Heart*ilia di gerbang timur nomor 8B" dengan bangganya Naruto memberitahu Deidara yang –sepetinya terlambat datang.
Deidara berteriak nyaring sambil mengeluarkan darah dari hidungnya seperti air mancur.
"Apa? Lucy Heart*ilia dari anime Fa*ry Ta*l?" Deidara menggoncang-goncang pundak Naruto dengan kencang. Sasuke yang kasihan melihat Naruto, mengambil alih jawaban.
"Hn, figure-nya laku keras!"
Mendengar kata 'laku' dan 'keras', pemuda berwajah maniak itu pergi secepat shunpo para Shinigami dari anime Ble*ch.
"Andaikan saja ada wanita dengan tubuh aduhai seperti itu… mungkin di bar ada?" Naruto memegang dagunya sambil tersenyum mesum.
"Lebih baik aku pergi ke kuil, berdoa kepada dewa agar datang gadis seperti itu."
Mencerna perkataan cerdas sahabatnya selama 0,01 detik, Naruto langsung menarik tangannya keluar dari tempat festival itu diadakan.
"Ayo kita ke kuil, Sasukeeee!"
.
.
.
.
.
.
.
"Ara-ara? Ada perlu apa, ojou-chan?" seorang nenek tua berkonde dengan celemek pink menyapa seorang gadis berambut indigo yang masuk ke halaman rumahnya.
"Ini… tempat kos, bukan?"
"Tentu saja, ojou-chan. Kau mau mnyewa disini?"
Gadis ini tersenyum.
"Hai."
.
.
.
.
.
.
.
TBC
HOOOOH… selesaii! :D
Gimana? Bagus gaak? Lumayan panjang gak? Keren gak? Hehehe
Sebenarnya ide ini sudah lama datangnya, cuma masih ragu buat nulis fic rated M :D tapi kali ini, Natsu sudah siap lahir batin! Lol
Oke. Silakan direview!
P.S: Review yang banyak yaaa (^.^)/
