.

BLACK ROCK SHOOTER

~Siapa Aku?~

A Fan Fiction by

Kohan44

.

Aku mulai berlari mengitari White Rock Shooter, melompat dari satu atap rumah ke atap rumah lain, dari satu (runtuhan) gedung ke gedung lain. Semata-mata mengulur waktu. Super gun (senjata tembak setinggi dua setengah kaki dengan 10 macam peluru, masing-masing berisi tak kurang dari 150 shoots) belum siap digunakan setelah aku meluncurkan 3 tembakan leser turbo (satu-satunya tembakan yang hanya dapat dilakukan 3 kali setelah 1 jam pengisian energy). Satu-satunya senjataku sekarang adalah black blade, pedang silver dengan pegangan dan sarung hitam. Artinya, aku hanya bisa menyerang dalam jarak dekat.

Tepat setelah aku berada di posisi awal sebelum berlari, White Rock Shooter mengarahkan bazoka ke arahku. Detik White Rock Shooter menembak, skypper datang dari arah berlawanan. Membawaku naik setelah ku pijak permukaan ratanya, menghindari tembakan lurus.

DUARR! Tembakan mengenai reruntuhan gedung yang kini menjadi debu dan kerikil bangunan. Aku bersyukur skypper datang tepat waktu. Tanpa alat yang mirip papan seluncur ini, mungkin aku sudah menjadi bagian partikel terkecil di dunia ini.

White Rock Shooter berlari ke arah jam 9. Beberapa saat aku tertegun, menebak apa yang sedang direncanakannya.

Beberapa tombol skypper ku injak. Sepasang besi menyerupai tangan keluar dari sisi kiri-kanan, mengambil super gun lalu menyimpannya di bagian bawah. Aku berdiri tegak, mengunci satu-satunya sasaran, White Rock Shooter. Aku pasti bisa melenyapkan kloninganku itu. Sekuat-kuatnya dia, dia tak akan lebih kuat dariku. Karena aku, Black Rock Shooter terakhir.

.

.

Prolog

.

Dunia tak lagi stabil dengan melenjitnya pertumbuhan ilmu pengetahuan. Tekhnologi tak dapat dihindari dan era robot pun tercipta tanpa terduga. Sebagian ada yang menguntungkan banyak manusia dan sebagian lagi hanya menguntungkan beberapa. Inilah yang membuat ilmu pengetahuan menjadi hal yang berbahaya dan bahkan menakutkan.

Kegilaan para professor terhadap temuan atau eksperimen telah membuat manusia lupa dunia. Kini, telah ditemukan bakteri yang menghambat pembusukan. Manusia yang telah meninggal masih dapat digunakan tubuhnya sebagai "alat" pekerja pembantu robot. Tentu setelah tubuh manusia yang telah meninggal tersebut ditambah oleh bagian-bagian robot di titik yang diperlukan. Singkatnya, zombie robot, mungkin. Yah.. pokoknya begitu.

Selain zombie robot, ilmu pengetahuan telah melampaui batas akal itu sendiri. Ingatan yang dulu orang pikir hanya dapat dimiliki oleh pemilik asli ingatan tersebut, kini teori itu telah berubah. Ingatan bisa berpindah dari satu otak ke otak lain. Ingatan yang telah terlupakan pun masih bisa dikembalikan. Bagiku, inilah awal kengerian dari ilmu pengetahuan.

Manusia tak pernah lepas dari nafsu, ketamakan. Orang-orang pintar saling berlomba dalam cara masing-masing. Beberapa ada yang masih memiliki akal sehat, dan beberapa ada yang tak lagi bisa disebut manusia normal. Mereka lupa diri sehingga menghancurkan dunia ini. Membawa era robot menjadi era kebodohan. Manusia menciptakan robot sebagai prajurit penjaga wilayah kekayaan, bukan sebagai alat meringankan pekerjaan.

Karena itulah, kami manusia dengan akal sehat yang kami miliki, menentang mereka yang berakal gila. Kami berusaha menghentikan kekacauan ini tanpa menimbulkan dampak negative lain dengan cara 'cuci otak'. Taktik ini kami lakukan secara diam-diam dan bahkan menyamar sebagai sekutu mereka guna menjadi bagian dari orang terdekat mereka supaya mempermudah 'penculikan' lalu 'cuci otak'.

Penumpasan perselisihan antar professor gila berhasil. Namun tak semua 'kegilaan' berhasil kami lenyapkan. Siapa sangka, diantara kami, orang-orang berakal sehat, ternyata terdapat satu orang berakal gila. Sebut saja J.J. (terkadang aku memanggilnya J.J. Si Menjijikan).

Diam-diam, J.J. mengembangkan ilmu transfer ingatan. Seseorang yang telah ditransfer ingatannya, maka orang tersebut tidak bisa memiliki ingatannya kembali, dan seseorang yang menerima ingatan tersebut akan mampu melakukan keahlian yang terdapat dalam ingatan tersebut. Namun, ada kelemahan dalam system ini. Ingatan tidak bisa dipilah terlebih dahulu. Jadi, terkadang ada ingatan yang tak dibutuhkan yang ikut tertransfer ke otak baru.

Kebanyakan, target J.J. adalah mantan 'professor gila' dan anggota milliter aktif yang telah meninggal atau dibunuh lebih dulu lalu dijadikan zombie robot. Zombie robot cenderung bodoh meski mereka diberi ingatan seseorang yang pintar. Mungkin tujuannya agar mereka tidak berkhianat pada J.J.

Dari sekian banyak manusia, terdapat satu golongan manusia istimewa, yakni golongan Black Rock Shooter. Mereka manusia yang terlahir biasa seperti manusia pada umumnya (terkecuali warna rambut hitam pekat dan mata biru gelap nyaris terlihat hitam). Tetapi dalam diri mereka terdapat antibody yang 10x lipat lebih kuat dan panca indra yang lebih tajam. Menurut penelitian yang ada, sebenarnya Black Rock Shooter adalah bentuk dari kontaminasi bakteri penghambat pembusukan. Namun teori ini lemah, karena bakteri penghambat pembusukan tidak bisa menguatkan panca indra.

Black Rock Shooter membantu kami mengalahkan J.J. Walau begitu, kami masih tidak cukup kuat. J.J. telah merencanakan seluruhnya nyaris sempurna. Dia telah mempersiapkan pasukan dari sebelum misi 'cuci otak' dijalankan. Jadi, kami kalah strategi. Banyak Black Rock Shooter berguguran dan karena jumlah Black Rock Shooter yang terbatas, diantara kami ada yang mencoba menciptakan Black Rock Shooter. Sayangnya, segala upaya selalu berakhir gagal. Sebagian ada yang berakhir buruk, sangat buruk.

Seorang professor yang mengangkatku sebagai sepupunya, berhasil menciptakan sebuah plasma yang terdiri dari bakteri penghambat pembusukan, amoeba, DNA hewan tingkat tinggi, dan bahan lainnya. Namun dia belum mendapatkan orang yang mau menjadi bahan percobaan. Seiring temuan yang selalu gagal, banyak orang putus asa dan tak bersedia sebagai kelinci percobaan.

Di situlah aku mulai berfikir, aku hidup karena sebuah tujuan. Aku tak tahu tujuan hidupku apa semenjak aku adalah salah satu korban J.J.—ingatanku dirampas. Lalu aku memutuskan untuk memilih tujuan tersebut; menjadi Black Rock Shooter.

"Aku yakin, temuanku ini memiliki kesempatan berhasil sebesar 95,7%. Tapi… jika berhasil, plasma ini mungkin memiliki efek negative. Sel-sel didalamnya akan berbalik menggerogoti tubuhmu." Begitu kata Professor. Professor sangat menyayangiku dan bahkan hampir menganggapku sebagai putrinya sendiri. Dia menolak ketika aku menawarkan diri untuk percobaan plasmanya.

Suatu hari, keadaan menjadi sangat genting. Dimana jumlah manusia berakal sehat tak lagi sepadan dengan jumlah pasukan J.J. Bahkan waktu itu jumlah Black Rock Shooter tinggal 4 orang. Hari itu seakan menjadi hari penentuan, apakah kehancuran ini akan berhenti atau terus berlanjut. Banyak diantara kami yang menyerah lalu pasrah, ada pula yang masih mencoba membuat ciptaan baru.

Dalam situasi seperti ini, aku mendesak Professor untuk menyuntikkan plasmanya ke dalam tubuhku. Aku tak mau hidupku berakhir sia-sia. Aku tak tahu kehidupanku sebelumnya seperti apa. Ketika sadar, hanya kehancuran yang ku tahu. Setidaknya dengan plasma tersebut, aku telah berusaha mencapai tujuanku, sama seperti usaha orang lain dalam mencapai tujuan hidupnya.

Professor bersi keras menolak. Tetapi, tekadku bulat.. aku menyuntikan plasma tersebut ke dalam diriku sendiri. Proses peleberuan plasma dalam diriku memakan waktu banyak dan hampir membahayakan diriku sendiri. Professor bilang, aku tergolong hebat atau mungkin beruntung. Hanya dalam hitungan jam proses berakhir, aku sudah sehat kembali. Setelah 48 jam, aku dinyatakan lolos dengan serangkaian percobaan lain dan sah sebagai golongan Black Rock Shooter Sintesis pertama.

Professor mendapat penghargaan dan kepercayaan atas ini oleh Pemimpin kami. Aku sendiri segera bergabung bersama 4 Black Rock Shooter lain meski tanpa restu Professor. Untuk pertama kalinya, aku berlari dalam kecepatan yang tak biasa, melompat dalam batas tinggi di luar rata-rata, dan luka ditubuhku cepat mengering. Awalnya aku tak terbiasa dengan berat peralatan tempur, lama kelamaan segalanya menjadi biasa.

Di medan tempur, aku kehilangan salah satu rekan, Zero. Ini rasanya menyedihkan, tetapi aku mengikuti 3 orang lainnya, mereka bertindak tegar. Kami membawa Zero ke markas pusat, tempat Professor bekerja.

Sebelum tubuh Zero mengeras, ingatannya ditransfer ke otakku berdasarkan amanat Zero di hembusan nafas terakhirnya. Itulah bagaimana aku bisa menguasai ilmu pedang.

Hari demi hari berlalu hingga seluruh Black Rock Shooter berguguran. Tinggalah aku seorang, dengan sisa-sisa ingatan dari mereka. Kemampuanku ini seolah warisan dari mereka. Mulai hari itu, aku sadar bahwa ada beban berat di kedua pundakku. Banyak orang menaruh kepercayaan padaku. Namun, aku mengecewakan mereka.

Setahun berlalu, cairan plasma menunjukan efek negatifnya. Tubuhku sering tiba-tiba ambruk, ototku melemah dan di beberapa bagian tubuh yang tak memiliki luka sering keluar darah. Kata Professor, hal itu disebabkan karena ada kelainan dalam trombositku. Selain itu, sel darah dalam tubuhku sukar membeku.

Paman adalah Professor terhebat sepanjang masa, begitu pikirku. Dia seperti Tuhan, mengetahui hal ini akan terjadi. Professor telah mempersiapkan jalan alternative untuk melawan J.J. sementara aku tak berkutik. Tanpa sepengetahuanku, Professor menciptakan kloninganku. Aku adalah gabungan dari 4 Black Rock Shooter murni terakhir. Jadi, bisa dikatakan aku ini luar biasa. Mungkin itulah salah satu alasan Professor menciptakan kloningan.

Aku baru diberi tahu setelah satu tahun berlalu dari semenjak Professor memulai rencananya. Aku tak bisa berkata-kata ketika aku melihat ciptaan Professor. Aku tidak tahu apa-apa, tetapi aku merasa dia adalah kebalikanku meski kami hampir 99% mirip. Tingginya sekitar 145cm dengan panjang rambut selutut berwarna putih. Itulah kenapa aku dan Professor memberinya nama White Rock Shooter.

J.J. mengetahui keadaanku yang memburuk. Aku tak tahu kenapa J.J. tak memberi banyak penyerangan pasca kematian 4 Black Rock Shooter. Tapi ini malah jadi kesempatan yang bagus bagiku dan juga bagi White Rock Shooter. White memang memiliki postur tinggi, walau begitu umurnya masih satu tahun. Sekali lagi, ini semua berkat ilmu pengetahun. Percepatan pertumbuhan yang mengerikan. Ini juga ada efek sampingnya, tetapi Professor belum mengetahui efek samping macam apa yang akan diderita White.

Tanpa menunggu lama, Professor segera memindahkan sebagian ingantaku pada White, dan tak perlu waktu lama untuk membuat anak 1 tahun itu dapat berbicara lancar dan mengetahui banyak hal. Siapa yang akan mengira sebenarnya dia itu masih balita?

Ingatan yang tertanam dalam White diprogram sebagai ingatan miliknya sendiri. Ini dimaksudkan agar jiwa balitanya tak keluar. Seperti kata pribahasa sebaik-baiknya tupai melompat, pasti jatuh juga. Jiwa balita dalam diri White merupakan bagian dari hukum alam. White akhirnya bertindak selayaknya anak-anak. Di usia 3 tahun, White menghilang setelah aku dan Professor memberitahunya soal tujuan kenapa dia diciptakan.

Sekarang aku di sini, diantara reruntuhan gedung hasil pertempuran para pejuang terdahulu dan pertempuranku mengajak White pulang. Aku tak mampu melawan J.J. sendirian, dan sebetulnya tenagaku juga tak sepadan dengan tenaga White. Namun, kata-kata Professor membuatku yakin bahwa hanya akulah yang mampu membawa White pulang.

Aku ragu, apakah setelah berhasil membawa White pulang aku masih bisa melawan J.J.? Makin lama tubuhku makin melemah.

.

.

.

To Be Continue

.

Sepertinya ini cerita pertama Black Rock Shooter dalam bahasa Indonesia. Adakah yang membaca kisah ini? Aku harap, kalian mengomentari karyaku ini.