midnight, tickling

haikyuu © furudate haruichi
saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini


Detik yang bergulir di ruang tamu menggema panjang, pertanda tak ada aktivitas berlangsung. Kesimpulan sederhana yang ditarik Tooru saat kaki besarnya melepaskan diri dari sepatu olahraga usangnya. Genkan-nya berantakan; dua pasang sepatu olahraga beda ukuran dan sepasang sneakers yang ukurannya lebih kecil sekian mili bergelimpangan tak teratur.

Bagian dalam apartemen terlihat cukup kacau. Tentu saja, inilah resiko hidup sebagai pelajar. Majalah voli bulanan ditumpuk asimetris, dua mug beresidu kopi instan di atas meja keluarga, syal berlukiskan biru langit musim dingin berserakan di atas karpet.

Ketika jemari Tooru menelisik di sudut mata, ia tak dapat menahan rasa penasaran dari mana biduk kerak-kerak berada di sana. Seharian matanya tak terpejam. Kuliah kuliah kuliah lalu latihan voli di gelanggang mahasiswa sampai larut. Anggap saja ada banyak debu tak berguna hinggap di luar konsiusnya.

Tunggu.

Jaket almamater dan tas selempang dianggurkan olehnya di atas sofa. Oi, ini jam berapa? Terburu-buru ia menapak di atas lantai, menggapai pintu kamar di dekat kompartemen dapur. Selama ia masuk beberapa saat yang lalu, ia tak mendengar sedikitpun tanda-tanda kehidupan di sana.

Engsel berderit lembut, ekor matanya mengintip ke dalam.

Oh. Tobio-chan tidur.

Celah kecil Tooru biarkan terbuka. Melawan lelah dengan dengusan kecil, Tooru beralih ke dapur. Sengaja ia lakukan agar saat dirinya merebus air, memasukkan mi kering dan bumbunya, lalu menyeduhnya di atas mangkok, dia akan terusik dari lelapnya.

Sia-sia belaka. Bahkan ketika mangkok sedang berisi mi rebus kare mengepul hangat di tangan Tooru, harumnya tak membangunkan Tobio juga. Dasar bodoh.

Tooru berdiri di ambang tahu dan malas tahu tentang impuls bocah yang terbit sekian saat barusan. Dia menaruh mangkok yang sudah ia buat sepenuh hati di nakas samping Tobio persis. Ah, bukankah kalau ada harum makanan kesukannya tepat di bawah hidung Tobio biasanya langsung bangun. Dalam hati, Tooru menyelamati dirinya yang sudah membuat keputusan jenius memilih mi kare.

Hanya butuh beberapa menit sebelum Tobio bangun. Mengambil posisi berlawanan dari teman seranjang, di situlah Tooru berbaring. Takkan ia biarkan Tobio mendahuluinya, walaupun dalam benak ia jumawa sendiri membayangkan Tobio-chan sujud syukur padanya karena sudah dibangunkan buat belajar malam persiapan ujian masuk universitas.

Sepertinya barusan ada sehembus napas bergelung di tengkuk Tooru. Entahlah, dia sendiri tak yakin. Bila besok ia temukan mangkok mi sajiannya kosong bisa jadi itulah jawabannya.


note. anggep aja oikawa bikinin mi rebus kare karena udah terlalu ngantuk buat beli kare beneran /dibalang