Destiny ‖ Bang Yongguk x Kim Himchan (GS) ; AU
Kehidupan pria itu sangatlah sempurna, sangat sempurna sampai membuat iri semua orang yang tahu akan kisah hidupnya. Kesuksesan pada pekerjaan yang bisa ia capai pada usia muda, kemudian menikahi satu-satunya wanita yang sangat ia cintai. Membina bahtera rumah tangga dan menjadi sebuah keluarga kecil yang harmonis. Ditambah lagi setelah sekitar 5 bulan menikah, kabar baik lainnya menyempurnakan kehidupannya yang sempurna itu. Istrinya hamil, yang artinya dalam beberapa bulan ke depan mereka resmi jadi orang tua.
Tapi kesempurnaan itu hanyalah sebuah sampul untuk menutupi segala ketidak sempurnaan yang ada dan mendatangi keluarga kecil itu secara perlahan. Membuat seorang Bang Yongguk percaya bahwa kesempurnaan itu tidak ada, selain Tuhan yang memilikinya. Musibah mendatanginya secara bertubi-tubi. Ia tertipu oleh suatu investasi yang membuatnya harus menutupi kerugian perusahaan karena kesalahannya mengambil proyek. Membuatnya jadi bekerja 3 kali lebih keras dari sebelumnya, mengabaikan keluarga kecilnya, istrinya yang tengah mengandung buah hatinya.
Ketika perusahaan mulai terkendali, masalah datang dari keluarganya. Istrinya perlahan mengambil langkah menjauh darinya. Lebih banyak diam ketika bersama, dan bodohnya Yongguk yang tak mengerti akan hal itu. Itu juga salahnya, Yongguk mengakuinya sekarang, mengabaikan keluarganya secara tidak sadar. Sampai di hari dimana ia dan istrinya beradu argumen karena Yongguk yang benar-benar tidak mengerti kenapa itu menyampaikan pemikirannya dengan emosi. Membuat istrinya terluka untuk yang kesekian kalinya. Tapi ia masih belum sadar, bahwa itu semua kesalahannya.
Keadaan lebih memburuk, ketika istrinya pergi menyetir sendirian untuk menenangkan diri di pinggiran kota dan mengalami kecelakaan yang cukup fatal. Yongguk mengutuk dirinya sendiri karena kelalaiannya. Karena keadaan darurat, maka bayi dalam kandungan istrinya yang masih berusia 8 bulan itu akhirnya harus dilahirkan ke dunia. Dan dua hari setelah dirawat di rumah sakit, istrinya kembali kepada Tuhan sebelum Yongguk dapat mengucapkan permintaan maaf. Membuat pria itu berada dalam keadaan paling buruk selama hidupnya. Kini hanya tinggal putri-nya lah kekayaannya. Bayi prematur itu tumbuh dengan baik, menjadi seorang gadis kecil yang manis dan berhati baik.
"Rahee ? Ayo, turun, sarapanmu sudah siap !" teriakan dari suara berat Yongguk itu menggema di sebuah rumah di sekitar Seoul. Tak lama kemudian munculah Rahee, dengan seragam sekolah dan tas bergambar Hello Kitty-nya, ia siap memulai harinya.
"Telurnya hitam." ungkap gadis kecil itu jujur ketika melihat telur mata sapi-nya berwarna hitam alias gosong.
"A-ayah tadi lupa membaliknya, tidak apa-apa makan saja. Hmmm, enak kok." Yongguk terbata karena ucapan putri kecilnya. Kemudian ia memakan telur miliknya yang sama hitamnya kemudian mengatakan bahwa telurnya masih enak dan bisa dimakan. Awalnya Rahee menatapnya tidak percaya, tapi kemudian gadis 4 tahun itu ikut memasukkan telur gosong tersebut ke mulutnya.
"Baiklah, karena telurnya masakan ayah, jadi Rahee makan." senyuman Rahee terkembang ke arah ayahnya yang menatapnya dengan penuh kasih sayang.
Putrinya adalah hal paling berharga yang saat ini Yongguk miliki, dan pria 31 tahun itu bersumpah akan menjaga Rahee dengan baik sampai kapanpun. Seorang ayah akan memberikan segalanya untuk kebahagiaan putrinya.
"Aigoo, uri gongju-nim. Cepat habiskan, kemudian kita pergi ke sekolah." Rahee mengangguk dengan senyumannya yang masih tertoreh di wajahnya. Yongguk akan memberikan apapun agar Rahee selalu tersenyum seperti itu kepadanya. Apapun.
––
Ketika semua wanita di usianya sibuk memikirkan pernikahan, pria yang baik untuk membina rumah tangga bersama, maka di sinilah dirinya. Duduk di salah satu meja bertuliskan 'ketua bagian management', yang mungkin jabatannya memang tidak seberapa, tapi cukup untuk dijadikan tempat hidupnya bergantung dan keluarganya, maksudnya ibunya. Boleh dibilang ia adalah seorang workaholic, seorang wanita karir yang tak memikirkan soal hubungan antara pria dan wanita ke jenjang berikutnya.
Entahlah kenapa ia bisa berpikir demikian. Menurutnya, ia bisa menghidupi hidupnya dan ibunya sendirian. Jadi untuk apa menikah ? Lagipula ia sendiri punya sifat yang tidak bisa hidup terkekang dan suka diperintah seenaknya, kecuali perintah dari atasannya di kantor. Kalau masalah cinta atau tidaknya, ia cuma pernah sekali mencintai seseorang dalam hidupnya, dan yah, itu tidak berjalan baik. Karena ia terlalu trauma dan malas untuk mencari cinta yang baru, maka ia memilih untuk hidup sendiri.
Mereka bilang ia sedikit gila, memang sih, tapi setiap orang kan punya pilihan hidupnya masing-masing, dan ini pilihan hidup seorang Kim Himchan. Jadi wanita karir selama usia produktifnya, kemudian menikmati hasil kerja kerasnya nanti sewaktu hari tuanya datang. Ia tak masalah jadi perawan tua, yang penting ia bisa menikmati kehidupannya dengan baik.
"Yak, eonni !" pagi yang menyebalkan.
"Wae ?" ujar Himchan santai karena ia tak mau merusak masker paginya.
"Tagihan air dan listrik semuanya eonni yang bayar ?" Himchan menatap gadis yang berdiri di sampingnya kemudian menggumam.
"Eung."
"Kan sudah kubilang jangan dibayar semuanya, setengahnya biar aku saja yang bayar. Entah yang tagihan air, atau yang tagihan listrik, atau setengah-setengah, tidak apa-apa. Aku kan juga ingin bertanggung jawab karena aku sudah bekerja sekarang." entah gadis itu mengomel atau curhat, Himchan tidak tahu. Wanita yang lebih tua usianya hanya tersenyum mendengarnya.
"Hei, Yoo Youngjae. Kau simpan saja uangmu untuk nanti-nanti, kalau eonni-mu ini sudah tidak punya uang barulah kau yang bayar." enteng sekali bicaranya.
"Tapi kan aku juga mau menyisihkan uangku untuk rumah ini. Aku tidak pernah berkontribusi apapun selama tinggal di sini."
Harusnya Himchan bersyukur punya homemate seperti Youngjae ini karena sadar diri, tapi ia sendiri lebih senang bahwa Youngjae menabung uang gajinya dan membiarkannya mengurusi masalah rumah. Perlu kalian ketahui jika Youngjae adalah sepupu Himchan, lahir dari bibi yang merupakan adik ibunya. Mereka juga sudah saling kenal sejak kecil dan tumbuh bersama-sama, jadi rasanya seperti mereka lahir dari satu rahim.
"Gwaenchana, eonni yang akan mengurusi semuanya." Youngjae hanya mengerucutkan bibirnya.
"Eonni tidak ada rencana menikah ?" pertanyaan yang sama setiap harinya, membuat Himchan sedikit menggeram karenanya.
"Tidak, dan tidak akan pernah. Kalau besok kau bertanya lagi, aku akan memberikan jawaban yang sama. Jadi jangan tanya begitu lagi." kalau saja ia tidak sedang memakai masker saat ini, pasti ia sudah mengomeli gadis berusia 23 tahun itu.
"Tapi wajah eonni cantik, bohong kalau tidak ada laki-laki yang menyukai eonni." Himchan menoleh ke arah Youngjae yang juga sedang menatapnya. Dasar anak itu, masih saja naif padahal usianya sudah hampir seperempat abad.
"Aku tahu, tapi maaf saja, aku tidak peduli. Kau tidak siap-siap berangkat kerja ?" saatnya mengirim gadis ini pergi sebelum obrolan mereka mengusik lebih jauh soal masalah pernikahan dan hubungan dengan pria. Himchan sedikit tidak suka membicarakan hubungan semacam itu.
"Eonni saja masih santai begini." ujarnya mencibir Himchan sekarang,"tapi eonni, apa eonni tidak mendengar gosip di kantor ?" lanjutnya sedangkan Himchan hanya menggeleng. Mereka satu kantor tapi beda bagian, Youngjae ada di bagian pemasaran.
"Mereka bilang eonni seorang lesbian."
"Hah ?!"
Sialan, maskernya pecah.
––
Setelah minggu yang panjang, akhirnya akhir pekan pun tiba. Indahnya jadi wanita single saat akhir pekan adalah menghabiskan waktu dengan belanja sepuasnya atau hanya dengan jalan-jalan biasa. Seperti Himchan saat ini. Iya, dia sendirian, Youngjae ada kencan dengan kekasihnya, masa iya dia mau jadi obat nyamuk di antara keduanya ? Jadi baiklah, Himchan memberikan kedua orang itu space-nya sendiri untuk bermesraan.
Langkah kakinya yang bebas itu mengajaknya ke berbagai tempat di departement store ini. Mulai dari baju, sepatu, sampai pakaian dalam, Himchan akan mengambil satu atau dua jika ia tertarik. Karena ia tak terbebani tagihan apapun, ia bebas memilih sesuka hatinya, meskipun ia sendiri harus sering-sering mengerem hasrat belanjanya yang kadang keterlaluan itu untuk kelangsungan tabungannya. Dan well, ia tidak tahu kenapa langkah kakinya membawanya ke area bermain anak, cuma lewat tadinya, tapi ia jadi tertarik untuk mencuri pandangan ke dalamnya.
Himchan sangat menyukai anak kecil, sangat-sangat suka, mungkin efek sifat keibuannya yang semakin menguat dari tahun ke tahunnya. Bohong kalau ibunya tidak marah ketika tahu dirinya tidak tertarik untuk menikah, ia tahu kalau ibunya sangat ingin ia menikah dan memiliki anak, tapi maaf, ia sungguh tidak tertarik untuk menikah.
Suara tangisan anak kecil memecah lamunannya, ia melihat ke arah dimana tangisan itu berasal. Seorang gadis kecil dengan dress warna merah muda sedang menangis di pojokan, sepertinya ia tersesat. Tidak tega, Himchan akhirnya mendatangi gadis itu untuk menanyakan apakah ia benar tersesat atau tidak.
"Aigoo, gwaenchana ? Kenapa menangis, eung ?" gadis kecil itu berhenti meraung dan menatapnya dengan mata basah.
"Rahee-hiks tersesat-hiks." jawabnya sambil sesenggukan.
"Apakah kau datang dengan orang tuamu ?" tanya wanita berusia 29 tahun itu lagi, si gadis hanya mengangguk.
"Aigoo, sudah ya, jangan menangis. Kalau kau menangis eonni akan ikut sedih." dengan lembut Himchan membantu menghapus jalan air mata di pipi gembul gadis kecil itu, kemudian ia menyunggingkan senyumannya ketika mereka bertatapan.
"Eonni akan menolong Rahee menemukan ayah kan ?" tanya gadis kecil itu pada Himchan yang langsung dijawab anggukan oleh Himchan.
"Pasti. Kajja, ikut eonni ! Eonni tahu kemana semua orang tua pergi mencari anaknya."
Himchan berdiri dari tempatnya dan menggandeng tangan kecil gadis yang bernama Rahee itu. Orang tua macam apa yang melalaikan anaknya sendiri seperti ini. Himchan selalu berpikir jika orang tua yang kehilangan anak mereka seharusnya tidak usah jadi orang jika menjaganya di tempat perbelanjaan saja tidak bisa.
"Permisi, aku ingin melaporkan ada anak yang terpisah dari orang tuanya." ujarnya pada bagian informasi departemen store tersebut.
"Baik, nona. Boleh saya tahu siapa nama anaknya ?" ujar petugas informasi tersebut.
Himchan melihat ke bawah, dimana seharusnya anak yang ia bawa berada, namun kosong. Himchan terbelalak, tidak mungkin ia membawa hantu berwujud anak kecil kan ? Setelah matanya mencari, akhirnya ia menemukan anak kecil yang tadi ia bawa sudah berada di gendongan seorang pria yang ia yakin 100% adalah ayahnya.
"Ehm, tidak usah. Sepertinya anak itu sudah menemukan ayahnya." ujarnya sambil menunjuk ke arah si ayah dan anak yang sepertinya sangat bahagia setelah bertemu lagi.
"Ah, baiklah." sahut petugas informasi tersebut.
Himchan mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya pergi dari sana, tapi sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat itu, ia merasa ada seseorang memanggilnya dari belakang. Himchan mencoba menoleh dan ia melihat gadis kecil yang ia temukan tadi sedang berlari ke arahnya dengan senyuman lebar. Otomatis Himchan yang melihatnya juga ikut mengulas senyuman di wajah cantiknya.
"Hati-hati !" teriak pria di belakang gadis kecil itu.
Sebuah pelukan tiba-tiba didapatkannya dari gadis kecil yang ia bahkan tidak tahu siapa namanya itu. Karena perbedaan ketinggian, gadis kecil itu hanya bisa memeluk kakinya yang tersembunyi di balik dress panjangnya. Himchan terkejut, sangat, tapi ia berusaha bersikap biasa saja. Ia tak pernah tahu bahwa rasa pedulinya pada anak-anak akan membawa dampak seperti ini.
"Eonni, terima kasih karena sudah membawa Rahee pada ayah." ucapannya sungguh lucu di telinga Himchan, dan siapa tadi namanya ? Rahee ? Himchan berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka.
"Sama-sama, sayang. Lain kali jangan tersesat lagi, ya ? Tetap bersama orang tuamu apapun yang terjadi, oke ?" ujar Himchan yang disambut anggukan keras dari Rahee.
Setelahnya Rahee pergi untuk kembali ke sisi ayahnya, dan Himchan kembali berdiri , berhadapan dengan seorang pria yang merupakan ayah dari Rahee. Untuk ukuran seorang ayah beranak satu, pria itu benar-benar hot dan tampan. Well, Himchan tidak pernah bilang kan ia tidak suka pada pria tampan ? Ia hanya tidak suka menikah.
"Terima kasih telah menemukan Rahee dan membawanya ke bagian informasi." Himchan hampir saja mengumpat setelah mendengar betapa rendah dan mempesonanya suara pria itu.
"Ah, iya, tidak apa-apa. Saya harap lain kali anda lebih hati-hati lagi dalam menjaga Rahee agar ia tidak tersesat." ini bukan Himchan, sungguh. Himchan yang sesungguhnya tidak sesopan dan seanggun ini. Ada apa dengan dirinya ?
"Terima kasih atas sarannya. Kami pergi dulu." pria itu sedikit membungkuk untuk mengucapkan selamat tinggal padanya. Begitu juga Rahee yang membungkuk padanya sambil tersenyum manis. Himchan membalas bungkukan itu, kemudian mengantarkan mereka pergi dengan tatapannya.
"Kenapa aku jadi seperti ini ? Kembalilah Kim Himchan, kembali." jika saja ia tidak mengatakannya dengan suara pelan, orang-orang bisa mengira dirinya gila.
––
"Rahee ?" entah apa yang sudah ia pikirkan, tapi ia sungguh tidak bisa menahan perasaannya. Ia merasa bahwa wanita itu adalah wanita yang tepat.
"Ne, ayah ?" ia yakin putri kecilnya pasti juga ingin merasakan kasih sayang dari seorang ibu.
"Rahee ingin punya ibu ?" awalnya mata gadis kecil itu mengerjap lucu, Yongguk yang sedang menyetir mobilnya hanya tersenyum melihatnya. Putrinya itu pasti terkejut.
"Ibu ?" tanyanya lagi seakan tidak percaya.
"Iya, apa Rahee ingin punya ibu ?" Yongguk menanyakannya sekali lagi agar pertanyaannya jelas untuk Rahee.
"Tentu saja !" begitulah jawaban Rahee yang membuat Yongguk makin membulatkan tekadnya. Di usianya yang sudah kepala 3 ini, ia tidak perlu menjalin hubungan rumit dan kekanakan seperti anak SMA. Ia hanya perlu datang untuk mendekat, kemudian menanyakannya dengan tenang. Mudah memang, secara teori. Tapi ia yakin tidak akan ditolak mentah-mentah. Bilang saja ia terburu-buru dan terlalu percaya diri, karena memang begitu aslinya.
––
Himchan keluar dari taksi tepat di depan rumahnya dan Youngjae. Lampu ruang tamu masih menyala yang artinya Youngjae belum tidur. Ia berjalan memasuki halaman rumahnya dengan pikiran yang melayang. Ia belum pernah seperti ini ketika berhadapan dengan seorang pria. Belum pernah. Kim Himchan bukanlah seorang wanita yang anggun seperti tadi, sungguh. Ia bisa saja tadi mengomel karena pria itu tidak bisa menjaga anaknya dengan baik. Tapi entah kenapa, ia tadi hanya bisa menutup mulutnya dan berbicara dengan kalem seperti ada yang menekannya untuk jadi seperti itu. Jadi apa yang merasukinya untuk bisa bersikap seanggun itu di depan pria yang rupanya ayah Rahee tadi ?
Perlu kalian ketahui, wanita itu tidak pernah seperti ini sebelumnya kepada lelaki manapun. Yah, kecuali pada lelaki yang sekitar 10 tahun lalu bisa masuk ke dalam hatinya yang ia tutup rapat-rapat. Ia tidak pernah berbicara sekalem itu sebelumnya, bahkan pada orang baru. Apakah ia menyukai pria beranak satu itu ? Aish, Kim Himchan ! Tidak ! Tidak boleh ! Pria itu sudah berkeluarga, kau tidak boleh menyukai pria yang sudah punya keluarga. Tidak karena kau juga tidak suka dengan segala macam hubungan yang melibatkan hati dengan makhluk berjenis kelamin pria.
"Aku pul-YA ! APA-APAAN KALIAN INI !?"
Wanita itu tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Baiklah, ini memang sudah malam, tapi setidaknya 2 orang yang sedang jatuh cinta ini punya tempat sendiri untuk bercumbu mesra. Bukan di ruang tamu rumahnya.
"Eon-eonni ?" Himchan hanya melemparkan tatapan tajamnya pada Youngjae yang sekarang sedang gugup karena 'acara' mereka ketahuan.
"Annyeonghaseyo, noona." Himchan juga hanya melemparkan tatapan tajamnya pada kekasih Youngjae yang bernama Daehyun itu.
"Kalian setidaknya harus punya tempat untuk melakukan 'acara' kalian itu. Jangan di ruang tamuku !" bukan bermaksud tidak membolehkan, tapi kalau seperti ini kan juga sulit. Semuanya jadi terasa canggung.
"Mi-mian." ujar pasangan kekasih itu kompak.
Himchan menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Ia harus tenang dulu sebelum melanjutkan bicaranya, bisa-bisa ia salah bicara nanti. Sebenarnya ia merasa bersalah menggagalkan 'acara' keduanya seperti ini. Tapi siapa suruh mereka melakukannya di ruang tamu ? Untung ia masih memergoki mereka ketika berciuman, kalau sudah level selanjutnya bagaimana ? Dasar anak muda. Mungkin tidak semuda itu juga, tapi usia 23 itu masih terbilang muda.
"Pergi ke kamar sana." dan perintah itu diindahkan dengan cepat oleh Youngjae dan Daehyun yang langsung pindah ke kamar Youngjae.
"Aku bisa gila lama-lama kalau begini ceritanya." ujarnya sembari melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk menuju kamarnya.
-TBC-
Please leave a review for this fanfiction, guys. Thank you buat yang udah nyempetin baca ff ini. Karena ini GS jadi gak yakin banyak yang bakal suka. Intinya thanks udah baca dan tolong reviewnya. Big love for ya. See you~
