Balada Souji Seta

Genre : Drama / humor / romance

Disclaimer : Persona milik ATLUS. Beberapa dialog adalah milik Shina Suzuki dan Miyashita Kuroka yang tersebar pada beberapa topik di PLI. Schindler's List Main Theme dalam fic ini menggunakan versi saxophone-nya Dave Koz. Quote yang ada di bagian terakhir diambil dr serial Kera Sakti / Monkey King. Jadi semuanya bukan saia kecuali ceritanya.

Rating : T

Synopsis : DLDR, Prekuel dr fic You Will Never Know. Apa yang akan kau lakukan saat mimpi burukmu jadi kenyataan? RyoNao, RnR?

Author Notes : Mungkin ini adalah fic dgn bahasa terlebay yg pernah saya buat^^.


.

PROLOG

SHATTERED DREAMS

.

Apakah yang lebih menyakitkan

Ketimbang harapan kandas di depan mata?

Adakah yang lebih menyedihkan

Daripada akhir cinta memupus asa?

.

Lembayung senja bersemburat merah hiasi angkasa kala petang menjelang. Gantikan siang yang meraja 'tuk turun tahta dalam rangka menuju malam bertabur bintang ketika semilir angin berhembus kencang. Hempaskan sebuah batu jalanan di tepian guna menuju rerumputan. Mengguncang tubuh yang tergetar menatap kering rerumputan. Tanda getar jiwa karena sedihnya rasa sukma dikandung badan. Seakan alami perjalanan menyedihkan dengan dirinya sebagai saksi kehidupan.

Inikah akhir sebuah kisah?

Benarkah di sana ada jawabnya?

Sungguh, ia sama sekali tidak tahu, juga takkan pernah mengerti apalagi memahami. Ingin niat hati mengumbar tanya. Ajukan "mengapa" sebagai pembuka ucapan namun harus pada siapa perkataan itu diajukan sebab sang kekasih sendiri nihil pengetahuan guna menjawab persoalan.

Berakhir... Ya, bagi dirinya semua ini telah berakhir.

Ditatapnya dalam-dalam dedaunan yang hanyut oleh riak sungai Samegawa. Dilihatnya pula matahari senja bewarna merah di ufuk barat. Berharap masih ada asa tapi sungguhkan tersisa demikian?

Ia lalu menghela nafas panjang. Silangkan kedua tangan di depan dada. Tahan segenap perasaan agar tetap terbenam dengan diam tiada bergerak. Lantas akhirnya berkata pelan sambil tetap memunggungi sang pasangan yang terduduk pada bebatuan di bantaran. Selagi sekumpulan burung gagak terbang melintasi langit Yasoinaba.

"Cukup... Cukuplah sudah semua ini. Biarlah perasaan ini hapus diterpa ombak, mengalir jauh layaknya intan permata tanpa makna yang jatuh hingga ke dasar lautan yang kelam."

Kemudian kembali terdiam. Bungkam dalam ketersendirian belaka melalui kebisuan suara sembari terus terpaku menatap langit. Seakan berharap sebuah jawaban turun di depan mata. Ungkap segala penjabaran akan kenapa perpisahan menjadi akibat yang hadir selaku fakta. Padahal hari diawali dengan begitu indah.

Mungkinkah Tuhan sudah bosan dengan tingkahnya?

Yang selalu salah dan bangga akan kemampuannya bermain cinta?

Atau...

Apakah sang kekasih yang sudah bosan 'tuk melanjutkan hingga dirasa tak pantas lagi dirinya bersanding dengan sang pemilik tubuh bernama Souji Seta? Oh, andai rumput yang bergoyang di pelupuk mata bisa memberikan kata-kata penerang walau sekedar pelipur lara semata.

Terlebih saat didengarnya tanggapan kata-kata yang terlontar lirih dari sang pasangan bernama Naoto Shirogane.

"Tiada mungin kupungkiri perasaan jiwa ini. Tapi kumohon kiranya engkau mengerti betapa sulitnya diriku membendung segenap perasaan dalam dada, yang bagaikan ledakan keras menghantam karang. Meretas asa meniti harapan. Tak Tahukah engkau betapa bahagianya Nanako sewaktu mendengar berita itu."

"Aku tahu...aku tahu itu, Naoto. Kusadari sekali bahwa dengan itu sudah tertutup celah bagiku untuk tetap memanggilmu malaikat kecilku. Juga sudah kupahami pula kenyataan bahwa engkau akan menjadi seorang ratu di sebuah istana kecil yang indah tanpa kehadiranku berserta semua perasaan ini. Jadi..." Souji berhenti sejenak, tahan segala perasaan jumawa dalam sukma agar tidak tumpah ruah merusak suasana. Sebab disadarinya ia adalah seorang pria dan sebagai seorang lelaki sejati sudah sepantasnya pula laki-laki berambut abu-abu tersebut tidak menangis kecuali dalam pemakaman orang tua, "Mungkin... Inilah saatnya kuberkata padamu untuk yang terakhir kalinya... Bahwa meskipun benar diriku adalah bukan sosok seorang pria penjunjung kesetiaan, semua perasaanku padamu itu adalah tulus adanya, Naoto-san..."

Pelan, perlahan. Sosok berjuluk "banchou" itu mulai membalikkan badan. Lalu berjalan guna memandang sang Tantei Ouji sebagai belahan jiwa untuk terakhir kalinya, kemudian menggenggam kedua tangannya erat sarat pemaknaan. Coba sampaikan yang tak terungkapkan.

"Aku..."

"Maafkan aku senpai... Kuharap kau mau..."

"Tidak apa, Naoto... Kusadari betul betapa Nanako lebih membutuhkanmu daripada aku. Sebagaimana layaknya pamanku memerlukanmu lebih ketimbang diriku. Lagipula dengan persetujuan kakekmu itu, masih adakah celah bagiku untuk memasuki relung hatimu?"

Mereka lantas saling berpandangan untuk sesaat. Pendam dalam-dalam kesedihan di pelupuk mata sementara dari kejauhan terdengar suara saksofon baru Ayane Matsunaga memainkan lagu Schindler's List dengan penuh penghayatan layaknya seorang Dave Koz saat membawakan lagu serupa.

"S-Senpai!"

"Sudahlah, Naoto. Masih pantaskah seorang lelaki disebut lelaki apabila dirinya mencintai seorang yang hatinya telah mendua? Terbagi dua antara diriku dan dirinya?"

Naoto bungkam.

Ingin rasa berikan jawaban namun sadar akan keberadaan kata-kata balasan yang sesungguhnya tak akan pernah bisa ditemukan. Karena memang kenyataannya ucapan-ucapan itu adalah tepat kosong kesalahan. Sedangkan Souji masih terus berkata-kata.

"Pergilah... Di sanalah kebahagiaanmu berada dan jadilah pendamping yang baik. Sekaligus ibu yang baik. Demi keponakanku... Pamanku... Juga demi diriku... Sebab kaulah figur yang tepat untuk kupanggil "bibi" sekarang."

Sebelum akhiri pertemuan dengan berlalu.

Tinggalkan Naoto via rona sendu.

Angkat kaki tanpa niat terburu-buru.

Meski air mata akhirnya jatuh di atas batu.

Dan tak seorangpun tahu.

.

"Begitulah cinta, deritanya tiada akhir."

-Bhiksu Tong Sam Cong, Kera Sakti-

.

TBC

.


Sedikit komentaar :

Spesial thx semuanya saya tujukan buat PLI, Shina-san, Kuroka-san, ADA Band (lagu pemain cinta), Iwan Fals (lagu Aku Bukan Pilihan), Ebiet G. Ade (lagu Berita Kepada Kawan), Dave Koz (lagu Schindler's List versi saxophone), Tolololpedia (judul), Indosiar (film Kera Sakti). Tanpa semua itu fic ini nggak akan pernah ada. Akhir kata, have enjoy, RnR dan GOOD LUCK!

.

.

.

V