I'm Married a Nasty Guy
.
.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: AU/OC/OOC/tidak semua chapter berisi lemon
Genre: Romance, Humor ndak lucu/dkk
Rate: M
.
Summary: Demi membujuk ibunya agar mau berobat, Sakura rela menikah diusia 18 tahun. Meskipun harus dengan pria aneh bermasker yang dikiranya maniak yang bahkan tidak ia kenal.
.
Don't like, don't read!
Not kakasaku fans, don't read!
Chapter 1 – The Pervert Man
'DAP..DAP..DAP..' Hentakan cepat sepasang kaki gadis berambut merah muda itu membuat gadis yang bernama Sakura itu mengeluarkan banyak cairan keringat di dahinya. Dia sangat kelelahan. Betapa tidak. Sedari tadi dia terus berlari dari sekolah ke stasiun hanya untuk mengejar kereta.
Ya, mengejar kereta. Kenapa kereta harus di kejar? Hanya orang bodoh yang bisa melampaui kecepatan kereta. Masalahnya bukan dia ingin melampaui kecepatan kereta, tapi dia ingin mengejar ketertinggalan keberangkatan kereta jam siang ini. Memangnya kemana dia akan pergi? (A/N) Entahlah, aku juga tidak tahu. Kenapa tidak tanya Sakura saja?
Baiklah, kita kembali ke Sakura.
Sekarang dia telah memasuki gerbong kereta dari Konoha menuju Shibuya. Peluh membasashi sekujur tubuhnya karena dia berlari mengejar kereta ini.
"Haaah.. Selamaat.." Sakura menghela nafas lega karena berhasil masuk gerbong kereta. Lututnya sedikit ditekuk dan kedua tangannya memegangi lututnya.
"Sialan, Gai-sensei! Hanya karena aku yang paling terakhir di kelas, dia seenaknya menyuruhku mengepel lantai toilet dengan 'semangat muda' payahnya itu! Aku jadi hampir telat kerja, deh." Seru Sakura sambil mengepalkan kedua tangannya.
'Set..set..' Sebuah tangan nakal tampak mengerayangi sesuatu.
'Tunggu, kenapa pantatku dielus begini?' Tanya Sakura dalam hati. Dia merasakan pantatnya dielus seseorang.
'Eeeh, semakin masuk ke dalam celana dalaam..' jerit Sakura. Jidatnya yang lebar mengernyit marah.
'Dasar! Masih saja ada maniak di dalam kereta!' Seru Sakura gusar.
Dengan gesit tangannya meluncur ke balik badannya dan mendapatkan tangan yang telah menodai pantatnya. Ditariknya tangan itu, dan..
'SHANNAROOO….' Seru Inner Sakura yang kuat itu menarik tangan kekar dari kerumunan orang. Muncullah seorang pria berbadan tegap dengan rambut keperakan menantang gravitasi dan kedua mata onyx yang bisa mempesona setiap wanita. Begitu juga Sakura dan Inner-nya yang selama lima detik terpesona dengan ketampanannya. Meskipun ia memakai masker hitam yang menutupi setengah wajah tampannya.
"Nona.. kenapa kau menarik tanganku?" Tanya pemuda itu kemudian. Saat itulah Sakura tersadar dari pesona pemuda itu dan kembali dengan kemarahannya.
"DASAR MANIIAAAKKK…" Seru Sakura sambil menunjuk dan meninju perut pemuda tampan itu yang ternyata orang kantoran.
"UURRGHH" Rintihnya kesakitan. Semua orang dalam kereta segera melihatnya yang dituduh Sakura sebagai 'maniak'.
'Perhatian, para penumpang. Saat ini kita telah sampai di Stasiun Shibuya. Bagi yang akan turun di Statius Shibuya segera mempersiapkan diri untuk keluar dari gerbong kereta.' Suara seseorang dari pengeras suara. Sakura tahu disinilah dia akan turun.
"Selamat tinggal, maniak." Kata Sakura lalu pergi. Orang-orang dalam kereta semakin mendeathglare pemuda itu karena telah berbuat senonoh pada gadis SMU.
"Eh, hei! Tunggu! Aku bukan mani.." Ucapannya terhenti ketika seseorang mendekatinya.
"Ikut denganku, Maniak!" Seru seorang pria berambut putih panjang dan tato merah di bawah matanya. Di tangan kanannya memegang kerah baju pria berambut hitam panjang dengan eyeshadow ungu di hidungnya. (tahu-kan, siapa?) Pria putih itu lalu memegangi kerah belakang pria itu dengan tangan kirinya dan menyeret mereka keluar gerbong.
.
.
Sekarang, Sakura sudah sampai di depan restoran tempat ia kerja sambilan. Nama restoran itu adalah Konoha Restaurant. Restoran yang dimiliki oleh seorang pria tua berbadan besar dengan tato merah di bawah mata yang bernama Jiraiya.
Sakura memasuki restoran itu dan mendapati restoran sedang ramai oleh pengunjung. Sakura segera masuk ke ruang karyawan dan mengambil seragam kokinya di loker. Setelah itu dia segera menyusul teman-teman sesama karyawannya untuk membantu mereka.
"Hei, Jidat! Kemana saja, kau?" Seru seorang gadis berambut pirang pucat yang dikucir ekor kuda.
"Ah, Ino-pig. Ini gara-gara kau meninggalkanku dan aku disuruh Gai-sensei mengepel lantai toilet." Jelas Sakura sambil melirik daftar pesanan. Dia ditugasi membuat steak ayam oleh chef.
"Hehe, gomen ne, Sakura. Kau tahu, kan? Shikamaru itu paling tidak suka menunggu." Jelas Ino sambil menyatukan telapak tangannya.
"Kau harus membayar mahal! Gara-gara kau meninggalkanku, aku jadi harus berurusan dengan maniak. Untung dia sudah kubuat malu." Kata Sakura. Kali ini di tangannya sudah menempel pisau untuk memotong daging ayam.
"Eh? Memang kau apakan, dia?" tanya Ino yang penasaran. Biasa-laah. Dia-kan tukang gossip. Sakura terdiam melihat Ino yang masih saja santai padahal keadaan restoran begitu ramai dengan pengunjung karena hari ini malam Minggu.
Seorang pria besar yang tak lain adalah Jiraiya, si pemilik restoran melipat tangannya dan mengernyit heran ketika melihat Ino begitu santai dan tidak melihat keadaan. Serta merta di menarik daun telinga Ino alias menjewrnya.
"YA-MA-NA-KAA.." Seru Jiraiya dengan geram.
"Adududuuh.. boos.. sa..kiitt.." Ino merasa kesakitan karena Jiraiya menjewernya.
"Mengganggu Haruno, lagi? Kau kesini untuk apa, ha? Bergosip? Cepat antar pesanan atau ku kurangi jatah libur-mu!" Seru Jiraiya. Ino segera melesat pergi meninggalkan Sakura yang masih terfokus pada steak-nya. Jadi selama mendengarkan Ino dan bercerita , dia melakukan pekerjaannya? Hebaat.
"Hei, Haruno!" Seru Jiraiya.
"Ya, sensei?" Jawab Sakura sambil mengoleskan saus pada steak yang sudah matang.
"Tadi anak perempuan yang berurusan dengan maniak berambut perak itu kamu, ya?" Tanya Jiraiya. Sakura terkejut dan menghentikan pekerjaannya.
"Eh, kok tahu?"
"Yah, aku melihatmu menangkap basah si maniak." Jawab Jiraiya sekenanya.
Setelah mendengar itu, Sakura segera fokus lagi dengan steaknya. Dia tidak mau mendengar seorang-pun termasuk Jiraiya membicarakan dirinya dengan si maniak. Sedangkan Jiraiya masih di tempatnya mengoceh tidak jelas karena keramaian dapur. Setelah selesai, Sakura segera menaruh steak yang sudah jadi di meja saji dan melanjutkan pesanan yang lain.
.
.
Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Keramaian kota Shibuya terus meningkat. Begiutu juga dengan mobil Ferrari merah menyolok mata yang melesat kencang.
"SIAL!" Umpat seorang pemuda berambut perak anti gravitasi dengan masker hitam yang menutupi setengah wajahnya. Meski marahnya terlihat karena bicaranya yang kasar, tapi tak terlihat dari wajahnya yang datar.
"Niatnya mencoba naik gerbong kereta rakyat jelata (?) sekalian ambil ferrariku yang habis diservis malah dituduh maniak!" Saat ini dia tidak lagi berada di tempat terkutuk (menurutnya) yang disebut dengan 'gerbong kereta rakyat jelata' (?) tapi di dalam Ferrari merah miliknya.
"Tapi, gadis itu aneh. Biasanya, gadis lain malah tersipu kalau aku dituduh maniak. Sedangkan dia, tampaknya tak terpengaruh pesona-ku." Gumamnya sambil fokus dengan jalanan. (A/N) Jadi dia dituduh maniak bukan cuma sekali ini?
~back to story~
'CKIITT' pemuda itu mengerem mendadak saat dilihatnya lampu lalu lintas berubah merah. Dia lalu menunggu timer lalu lintas untuk berubah menjadi warna hijau dengan melihat keadaan jalanan.
Onyx kembar milik pemuda itu mengerlingkan pandangannya ke sudut trotoar. Tampak seorang gadis berambut pink pendek sebahu yang tampak familiar dengannya berusaha melindungi seorang gadis berambut pirang pucat berekor kuda dengan menghajar sekelompok pemuda berandalan.
Gadis pink yang tak lain adalah Sakura itu menghajar dan mengalahkan sekelompok pemuda jalanan itu sendirian. Itu membuat mata kembar si pemuda perak memandangnya takjub.
'Gadis yang menarik. Tak hanya menolak pengaruh pesonaku, tapi juga pandai berkelahi. Dia juga anak yang pintar. Lihat saja seragamnya. Seragam Perguruan Konoha, sekolah yang hanya boleh diisi oleh anak-anak pintar dan berbakat.' Gumam pemuda itu dalam hati.
.
Saat ini Sakura dalam keadaan terdesak. Tidak seperti keadaannya satu menit yang lalu. Dia bisa memenangkan perkelahian. Preman-preman yang menggodanya dan Ino memanggil teman-temannya yang membawa senjata tajam.
"Ino, kalau ku beri aba-aba, kita lari, ya!" Bisik Sakura pada Ino.
"Ya!" Jawab Ino singkat. Mereka memandang wajah para preman dengan tajam.
"1..2..3.. LARI!" Seru Sakura. Dengan cepat kedua gadis itu berlari kencang menjauhi preman-preman tersebut. Tentu saja para preman itu mengejar Sakura dan Ino.
Si pemuda terkejut dengan Sakura dan Ino yang tiba-tiba lari. Tangannya bergerak sendiri menjalankan kemudi mobilnya mengejar Sakura dan Ino.
"Hei! Cepat masuk!" Seru pemuda perak itu ketika mobilnya sampai di dekat Sakura dan Ino. Sakura dan Ino mengerling kaget. Tanpa pikir panjang, mereka segera memasuki mobil Ferrari itu.
"Haah.. Syukurlaah.." Seru Sakura dan Ino lega bersamaan ketika sudah berada di dalam mobil.
"Terima kasih sudah menolong kami." Kata Ino sambil tersenyum. Si pemuda juga tersenyum di balik maskernya. Sakura yang melihat pemuda itu dari kaca spion belakang mulai curiga dengan masker hitam pemuda itu. Mengingatkannya dengan pemuda maniak bermasker yang ditemuinya tadi siang.
"Aku Ino Yamanaka dan ini temanku, Sakura Haruno." Kata Ino memperkenalkan dirinya dan Sakura. Sedangkan Sakura mengintip wajah si pemuda masih dengan kaca spion belakang.
"Aku Kakashi Hatake. Salam kenal." Ucapnya.
"Kenapa seperti nama putra satu-satunya orang terkaya di Konoha, ya?" Tanya Ino bercanda.
"Haha.. mungkin nama kami sama." Balas Kakashi dengan tertawa ringan. Dan saat itulah, Sakura berhasil melihat wajah Kakashi sepenuhnya. Tidak hanya pada bagian maskernya, tapi seluruhnya hingga rambut perak aneh miliknya. Dan itu membuat Sakura yakin kalau Kakashi adalah…
"PRIA MANIAAAKKK!" Seru Sakura Sakura sambil menunjuk Kakashi dari belakang kursi kemudi. Teriakan Sakura itu sampai membuat Kakashi terkejut hingga membuat Ferrari nya melompat. Meski hatinya berdegup kencang karena terkejut, dia berusaha tenang menyetir mobilnya.
"Sakura, apa maksudmu?" Tanya Ino heran. Dia menoleh ke arah Kakashi dan Sakura bergantian.
"Dia pria maniak itu, Ino." Ucap Sakura sambil memandang Kakashi dengan pandangan sindiran dan mengena langsung ke Kakashi. Ino tampak mengerti sedikit.
"Kau sudah ku tolong dari preman itu dan menyebutku maniak lagi? Kau hutang budi padaku dua kali." Kata Kakashi mencoba sesantai mungkin.
"Bagaimana bisa hutang budi dua kali? Kau hanya menolongku sekali." Dengus Sakura dan membuat Kakashi menghentikan mobilnya. Sakura mengernyit heran. Begitu juga dengan Ino.
"Kenapa berhenti?" Tanya Sakura. Kakashi membalik badannya.
"Hutang budi pertama, saat kau terkena korban maniak. Aku berusaha memberitahumu. Tapi maniak yang seperti ular itu malah manrik tanganku ke pantatmu dan jadilah aku yang kena. Dan yang kedua karena menyelamatkanmu dari preman yang tadi. Puas?" Tanya Kakashi masih dengan nada yang santai dan itu membuat Sakura marah karena Kakashi tak kunjung marah.
"Yang pertama tidak masuk akal. Itu memang karena kau yang maniak. Jadi kau menyembunyikannya. Dengan alasan aneh seperti itu." Kata Sakura dengan nada kasar.
"Sakura.. tenanglah.." Ino berusaha menenangkan Sakura. Tapi tatapan menusuk Sakura terus saja diarahkan ke Kakashi. Sedangkan Kakashi hanya memandangnya santai. Dia tampaknya sudah terbiasa menanggapi Sakura.
"Kalau begitu apa aku harus memanggilkan pengacaraku dan menuduhmu sebagai pelaku pencemaran nama baik atas nama putra konglomerat terkaya se Konoha?" Tanya Kakashi masih dengan wajah santainya namun dibalas dengan wajah Sakura yang terkejut. Itu karena dia yakin dia takkan bisa memenangkan kasus itu jika Kakashi benar-benar putra konglomerat terkaya se-Konoha dan membawanya ke pengadilan.
"Sakura," Gumam Ino yang memandangnya khawatir. Untuk beberapa menit mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Kakashi dengan pikiran santainya, Ino dengan perasaan khawatirnya, dan Sakura yang berpikir keras untuk mencari cara agar Kakashi bisa jera dari maniak-nya pada Sakura (?).
"A..aku punya bukti." Kata Sakura kemudian. Ino terkejut begitu juga dengan Kakashi tapi dengan wajah tenangnya.
"Bukti?" Tanya Kakashi meyakinkan.
"I..iya."
"Tunjukkan padaku sekarang." Perintah Kakashi sambil menatap Sakura yang tiba-tiba dari santai menjadi tajam penuh rasa penasaran.
"Hmm, bawa aku ke restoran Konoha."
.
.
Saat ini mereka bertiga sudah berada di depan Konoha Restaurant milik Jiraiya. Mereka bertiga dipimpin oleh Sakura masuk ke restaurant yang masih buka itu.
"Jiraiya-sensei!" Panggil Sakura sambil masuk ke ruangan Jiraiya diikuti oleh Kakashi dan Ino. Kakashi terkejut melihat Jiraiya namun dia menenangkan dirinya sendiri.
"Sakura? Ino? Kenapa kalian belum pulang?" Tanya Jiraiya.
"Maaf, mengganggu sensei."
"Ada apa? Kenapa kau bawa Kakashi?" Tanya Jiraiya yang baru menyadari keberadaan Kakashi. Sakura terkejut.
"Eh? Sensei tahu pria MANIAK ini?" Tanya Sakura sambil menekankan kata 'maniak' pada Kakashi.
"Tentu saja. Dia orang yang ingin memberitahumu kalau kau sedang digoda maniak. Tapi malah dia yang kena getahnya." Jelas Jiraiya dan membuat mulut Sakura menganga lebar tak percaya.
"APAAA?"
.
.
Sakura diantar Kakashi pulang ke rumahnya. Bukan apa-apa, hanya saja perintahJiraiya karena tak ingin karyawati yang sudah dianggapnya anak tersayangnya pulang malam. Ino sudah dijemput Shikamaru sebelumnya.
"Terima kasih untuk traktirannya, nasi gorenganya, dan antarannya," Kata Sakura sambil memalingkan muka. Kakashi tersenyum.
"Lalu.. maafkan aku," Kata Sakura kemudian sambil menunduk. Tangannya menggenggam bungkusan nasi goreng kesukaan ibunya yang sempat dibelinya sebelum pulang. Maksdunya dibeli Kakashi. Ya, Kakashi mentraktir Sakura makan malam dan membelikan Sakura nasi goreng yang awalnya akan dibeli Sakura dengan uangnya. Namun akhirnya menggunakan uang Kakashi.
"Tidak apa-apa. Salahku juga yang kurang tanggap."
"Sebagai permintaan maaf dan terima kashiku, maukah kau masuk sebentar dan kujamu secangkir teh? Kita bisa mengobrol di dalam. Akan kukenalkan pada ibuku." Saran Sakura. Bahasa-nya berubah menjadi formal ketika menyadari bahwa Kakashi adalah pekerja kantoran yang dari penampilannya (menurut Sakura) umurnya lebih dari 30 tahun itu. Kakashi tampaknya mengerti perubahan Sakura karena menyadari penampilannya.
"Tak perlu memakai bahasa seformal itu. Aku tak setua yang kau bayangkan." Balas Kakashi. Sakura menunduk malu.
"Emm.. baiklah.." Kakashi tersenyum melihat perubahan sikap Sakura di depannya. Kemanakah karakter keras dan urakan tadi?
"Kalau untuk secangkir teh, sepertinya tidak cukup. Bagaimana kalau kau mentraktirku ke suatu tempat besok? Besok hari minggu." Kata Kakashi.
"Ah.. baik." Sakura mengangguk setuju. Kakashi tersenyum. Saat itu Sakura kembali terpesona dengan ketampanan Kakashi.
"Baiklah, kujemput jam 9.00, ya." Kata Kakashi sambil menepuk kepala Sakura pelan. Sakura blushing sedikit. Kakashi segera masuk ke Ferrari nya dan melaju pulang.
Sakura tersenyum memandang Kakashi entah apa maksudnya.
.
.
"Aku pulang.." Kata Sakura sambil memasuki rumah kontrakan mungil miliknya dan Ibunya. Sakura melepas sepatunya dan menatanya rapi di tempat sepatu.
"Ibu?" Panggil Sakura seraya menaruh tas dan bungkusan nasi goreng ibunya di meja makan. Namun hanya suara batuk-batuk yang menjawab panggilannya dari kamar ibunya. Sakura segera masuk ke kamar Ibunya dan mendapati seorang wanita dewasa dengan badan yang terlihat lemas berada dalam selimut dengan koyo di kedua pelipisnya. Rambut pink-nya yang sama dengan rambut Sakura terlihat memudar dan helaiannya hilang di banyak bagian. Beberapa botol obat berlabelkan namanya, Sakuya Haruno, berjejeran menemaninya.
"Saku-chan? Sudah pulang?" Tanya Sakuya lirih. Sakura duduk bersimpuh di samping futon Ibunya.
"Iya, bu."
"Kok lama?" Tanya Sakuya lagi. Dia memandang wajah cantik putri satu-satunya itu dengan khawatir. Memang, tak biasanya Sakura pulang lebih dari jam 8. Paling-paling pekerjaannya selesai sampai jam 6.30 malam.
"Ngg, tadi sedikit macet bu." Jawab Sakura berbohong. Dia terpaksa berbohong agar ibunya tidak banyak khawatir padanya. Sehingga kondisi beliau akan semakin menurun. Ibu Sakura tahu kalau Sakura berbohong. Beliau tersenyum kecil. Dia sedikit beranjak dari tidurnya dan memeluk Sakura.
"Kalau ada masalah, jangan dipendam sendiri, ya. Ceritalah dengan Ibu. Ibu tak apa-apa, kok." Kata Sakuya. Sakura mengangguk. Tiba-tiba Sakura teringat sesuatu dan segera melepaskan pelukan ibunya.
"Ibu, aku membawakan nasi goreng kesukaan ibu. Tunggu sebentar." Sakura beranjak keluar dari kamar ibunya. Dia mengambil bungkusan nasi goreng yang ditinggalkannya lalu mengambil piring dan sendok, dan kembali ke kamar Sakuya.
"Tadi temanku mentraktirku makan malam dan membelikanku nasi ini untuk ibu." Kata Sakura sambil membuka bungkusan nasi itu dan menuangkannya ke piring.
"Sakura," Panggil Sakuya lirih. Sakura menoleh ke arah ibunya.
"Ya, bu?"
"Maafkan ayah dan ibu, ya nak. Karena ayahmu meninggal, tulang punggung satu-satunya keluarga kita cuma kamu. Belum lagi ibu yang sakit-sakitan ini. Cuma bisa merepotkan kamu." Sakura terdiam dengan kata-kata ibunya.
"Kalau begitu ikutlah terapi, bu. Bukankah paman Sakumo akan membiayai seluruh pengobatan ibu. Aku berjanji akan membayarnya jika sudah lulus dan bekerja nanti." Kata Sakura mengingatkan Ibunya. Sakuya terkejut dan teringat pada Sakumo. Sakumo adalah sahabat Sakuya sejak kecil. Mereka sudah seperti saudara. Berkali-kali Sakumo membujuk Sakuya agar mau berobat tapi Sakuya menolak dengan alasan tidak bisa melihat Sakura setiap hari.
"Tapi, kalau begitu aku tidak bisa melihatmu berkembang. Aku tidak bisa melihatmu setiap hari."
"Aku janji akan mengunjungi ibu di rumah sakit setiap pulang sekolah." Jawab Sakura meyakinkan ibunya.
"Tapi, aku tidak bisa menjagamu, Sakura. Bagaimana jika ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi di saat aku tidak bersamamu?"
"Ibu, jangan berpikiran negatif begitu. Kalau ibu menganggap semua akan baik-baik saja, semuanya pasti baik-bak saja, bu." Mendengar jawaban anaknya, Sakuya menghela nafas panjang. Dia mengambil piring nasi gorengnya.
"Keluarlah, Sakura. Biarlah ibu makan dengan tenang." Pinta Sakuya. Sakura menurutinya. Dia beranjak dari tempatnya dan keluar dari kamar Ibunya lalu menutup pintunya. Sementara Sakuya terdiam menatap nasi goreng nya. Beberapa saat kemudian, dia menatap foto Sakumo Hatake dan dirinya sewaktu kecil, sahabatnya yang selalu baik padanya.
.
.
'TRRTT…TRRTTT…' Getaran smartphonenya membuat seorang pria paruh baya berambut keperakan menghentikan aktivitasnya membaca dokumen-dokumen pekerjaannya. Matanya melirik kearah smartphone-nya itu dan terbacalah nama 'Sakuya Haruno' di layar smartphonya.
"Sakuya? Kenapa dia menelpon malam-malam begini?" Gumamnya. Disambarnya smartphonenya dan di tekannya tombol hijau tanda menerima panggilan dan di tempelkannya smartphonenya ke telinganya.
"Konbawa, Sakuya? Ada apa malam-malam menelpon?" Tanya Sakumo sambil memutar kursi rodanya kearah belakang agar bisa melihat pemandangan malam dari balik jendela ruang kerjanya yang besar.
"Emm, begini, Sakumo aku mau bicara. Bisakah kau ke rumahku, besok pagi?" Tanya Sakuya dari seberang.
"Hmm, coba kulihat jadwalku dulu. Asuma-san!" Panggil Sakumo kemudian. Lalu masuklah pria berjanggut memasuki ruang kerja Sakumo yang luas.
"Ya, Sakumo-sama?"
"Besok Minggu jam berapa jadwalku kosong?" Tanya Sakumo. Asuma segera membuka buku jadwalnya.
"Antara jam 10.00 sampai 11.00, tuan." Jawabnya.
"Baiklah, kau boleh pergi." Asuma segera kembali ke ruang kerjanya dan Sakumo kembali ke gagang smartphonenya.
"Jam 10.00 bisa. Memang ada apa?"
"Hmm, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."
"Masalah apa?"
"Ini tentang penawaranmu, dan putra-putri kita."
~T.B.C~
(A/N) dengan wajah yang super merasa tidak bersalah, kazuko mengeluarkan fanfic baru dengan pairing KAKASAKU (selalu)! Jangan salahkan imajinasi kazuko yang selalu mengeluarkan imajinasi aneh tapi selalu putus di tengah jalan. Sebenarnya. Semua fanfic kazuko sudah direncanain dengan sangat matang.
Untuk Fault of Destiny ch 6 sudah matang 80%. Tinggal akhir chapternya, dan mood-ku aj. Masalahnya, kemarin aku masuk 10 besar..#wuiiss hebaat.. 10 besar.. terendah dikelas maksudnya.. yaah, rank 23 dari 30 anak.. (#rapor nya kazuko: dsar kazuko gak tau malu buka aib sendiri! #kazuko: eh, ini aib, ya?) gra" itu, ibu kazuko nyuruh belajar di akhir" liburan dan kalian tahu kapan akhir liburan itu tiba? Besok sabtu dan minggu! Kazuko di suruh belajar! Makanya itu yang bikin gak mood!
(#readers: trus knapa pas bikin fanfic yg ini mood bgt?
#kazuko: yaah, itu krn tiba" ak mengimajinasikan seorang anak cewk yg rela menikah meskpun dgn org asing yg bru dkenalnnya. Drpda ilang sketika, mending langsung dketik..
#readers: ngomong aj kalo loe mesum kebelet bikin fanfic rate:M!)
Kalo yang Silvery Butterflies, kemungkinan akan publish ulang krn bynk typo-typo aneh dan karakter Sakura yang ketuker dengan karakter Kakashi. Kenapa bisa begitu? Aku juga gak tahu. Semua keluar begitu saja dari jari-jariku.
Kalo KHSXFTHS, sebenernya d akun ffku yg lama, ak dah publis KHSXFTHS n dah ad yg nge-review.. tpi gr" sesuatu yg entah kenapa aku jga gak tahu sebabnya apa, trpaksa ku publish ulang di akun yg baru.. eeee, dilalah KHSXFTHS malah gak ada yg nge-review blas! Meskipun dah ch 4 krn keinginanku sndiri. Jadi, bagi yg mnantikan KHSXFTHS ch 5, harus bersabar, krn ak akan publish kalo ad yg nge-review.. #reader: gak ad yg mnantikan tauk!
Baiklah, sekian dr kazuko.. reviewnya tolong, yaa, ya.. yg mw muji", boleeh..(emgny ada? -,-') yg mw protes, boleehh..(pasti banyk -,-') yg mw flame, silakan…
Akhir kata, J.A.A….
