Kau tidak seperti mereka. Kau berbeda dari mereka.
Aku mengetahuinya sejak pertama kali aku bertemu denganmu.
Jadi aku mohon, lindungi semuanya.
Demi dirimu sendiri, mereka akan menerimamu.
Seperti apapun dirimu, mereka akan membuka tangan mereka lebar-lebar untuk menyambutmu.
Percayalah, Kyu…
Title : Soul Controller
Cast : Kyuhyun, Sungmin, and all of member Suju.
Genre : Romance, Fantasy, Angst, Mistery.
Rating : T - untuk sementara
Desclaimer : All cast is GOD.
Warning : BL, OOC, Typo, EYD yang tidak tepat, dan Rasakan sendiri apa yang terjadi pada kalian saat membaca fic ini.
Seoul, Korea Selatan 21.00 KST
Suara hentakan sepatu menggema di koridor sebuah gedung pencakar langit di pusat kota Seoul. Seorang namja berjas hitam berjalan sedikit tergesa-gesa menuju sebuah ruangan. Raut wajah namja tersebut terlihat begitu serius. Sekilas memang tidak nampak pada wajahnya, tapi keseriusan itu dapat terlihat jika memerhatikan wajahnya dengan seksama.
Langkahnya semakin dipercepat saat pandangannya melihat sebuah ruangan tepat berada di ujung koridor. Sebuah ruangan dengan pintu kayu Ek yang begitu kokoh. Namja itu langsung membuka pintu ruangan tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Tuan! Bukankah waktunya besok?" ujarnya pada seseorang yang berada di dalam ruangan tersebut.
Tampak seorang namja yang sedang duduk di balik mejanya menghadap ke luar jendela. Membelakangi namja yang menyebut dirinya 'Tuan' tersebut.
"Ya. Aku tahu Kibum." kata namja itu dengan tenang.
Terlihat dari pandangan namja yang bernama Kibum tersebut, bahwa tuannya sedang memegang segelas anggur kemudian menyesapnya sedikit setelah berkata seperti itu.
"Jadi? Apa rencana tuan kali ini?" Tanya Kibum.
Namja yang disebut tuan itu membalikkan posisinya menjadi menghadap Kibum. Ekspresi wajahnya benar-benar sangat tenang. Parasnya begitu tampan. Dengan senyum mengukir indah di wajahnya yang bagai porselen itu dan juga lesung pipi yang berada di kedua pipi tirusnya
Namja itu tersenyum ramah pada Kibum kemudian berkata, "Kita tunggu saja, Kibum. Kebangkitannya setelah 50 tahun."
Kemudian namja tersebut bangkit dari duduknya, berjalan menuju jendela yang menyajikan pemandangan malam kota Seoul yang begitu indah.
"Kau tau, aku sudah lama menantikannya. Dan besok saatnya ia harus bangun dari tidur panjangnya. Ah… mungkin kita bisa sedikit memberinya sambutan. Bukankah itu menarik?" Lanjutnya.
"Ya, Tuan." Jawab Kibum seraya menunduk, memberikan hormat kepada tuan yang sangat ia kagumi tersebut.
"Dan kita tidak akan membiarkan kejadian yang dulu terulang lagi. Kali ini dunia yang dipenuhi dengan manusia-manusia picik ini akan berada di bawah kendali kita, Kibum." Kali ini senyuman manis dari wajahnya berubah menjadi seringai yang sangat mengerikan. Membuat siapa saja yang melihatnya dapat bergidik. Tatapan matanyapun menjadi sangat mengerikan, tatapan mata yang penuh dengan ambisi yang sangat besar.
"Tentu, Tuan Siwon." Ucap Kibum. Menatap tuannya yang bernama Siwon tersebut dengan pandangan penuh kekaguman. Tidak nampak ketakutan pada dirinya saat melihat perubahan ekspresi Siwon seperti itu.
Setelah itu, tatapan matanya berubah menjadi sangat hangat. Dan senyumnya yang menawan kembali terukir di wajahnya yang tampan itu. "Kemarilah, Kibum." Ucap Siwon. Menyuruh Kibum mendekat padanya.
Tanpa basa basi Kibumpun mendekat. Siwon segera menarik lengan Kibum dan memeluknya erat. "Ahh… aku begitu merindukan mu." Kata Siwon seraya menenggelamkan wajahnya dilekukan leher Kibum. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang telah membuatnya candu tersebut.
"Begitupun dengan saya, Tuanku."
.
.
.
"Bangun, Kyu. Sudah saatnya kau bangun"
"Siapa?"
"Ayo, Kyu. Kamu harus bangun."
"Kenapa aku harus bangun?"
"Karena dia sudah datang."
"Siapa yang datang?"
"Seseorang yang akan menggantikanku untuk membantumu. Dia akan menjadi awal dari segalanya. Dia yang akan membuat semua menerimamu."
"Apakah ia seorang manusia seperti mu?"
"Tentu, Kyu."
.
.
.
Sungmin POV
07.00 KST
Sang surya sudah menampakkan wujudnya di ufuk timur. Memancarkan cahayanya keseluruh penjuru dunia ini. Perlahan-lahan langit yang tadinya gelap berubah menjadi biru aqua dengan awan-awan putih yang tersebar.
Dengan terpaksa aku membuka mata akibat cahaya matahari yang masuk. Menandakan hari sudah berganti.
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, menyesuaikan pandanganku dengan sinar yang begitu menyilaukan itu. Setelah pandanganku dapat beradaptasi, aku bangun perlahan kemudian duduk dengan bersandar pada senderan tempat tidur.
Aku memegang kepalaku yang terasa begitu pusing. Akibat mimpi yang aku alami selama seminggu ini. Di dalam mimpi tersebut, aku sedang duduk di pinggir pantai yang sepi bersama seorang yeoja. Seorang yeoja yang sangat cantik, memiliki kulit putih yang pucat. Wajahnya terlihat sangat sedih, tatapan matanya terlihat sangat sayu, sarat akan kesedihan.
Aku tidak mengenalnya. Aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya.
"Kau siapa?" tanyaku.
"Kau tidak perlu tahu. Yang perlu kau tahu adalah kau akan menggantikan diriku." Jawabnya.
"Menggantikan apa?" tanyaku lagi
"Kau akan mengetahuinya jika saatnya sudah tiba." Jawabnya dengan senyum yang sangat manis.
Begitulah percakapanku pada yeoja tersebut. Hanya itu terus-menerus.
Aku langsung beranjak dari tempat tidur ku hendak menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarku. Aku harus mandi, membersihkan diri karena hari ini adalah hari dimana aku harus pergi ke suatu tempat.
Setelah selesai mandi dan merapikan diri, aku langsung keluar kamar dan menuju dapur kecilku. Aku mengambil sepotong roti dan juga susu strobery yang berada di dalam kulkas. Sedikit sarapan kuarasa perlu untuk menambah energiku.
.
.
.
Aku berdiri didepan sebuah makam dengan batu terpahat sebaris nama, Mr & Mrs. Lee. Makam sederhana kedua orang tuaku. Mereka dimakamkan dalam satu makam. Mereka meninggal akibat kecelakaan 10 tahun lalu. Meninggalkan diriku seorang diri yang saat itu masih berusia 11 tahun.
Tidak. Aku tidak marah pada mereka. Hanya saja, kadang aku berpikir kenapa tuhan tidak mengambil diriku juga. Kenapa hanya orang tuaku. Membiarkan diriku hidup seorang diri.
Aku meletakkan sebuket bunga krisan di dekat batu nisan, setelah itu menjulurkan tanganku untuk menyentuh permukaan batu nisan tersebut. Menghapus debu yang tampak terlihat di atas permukaannya.
"Apa kabar umma… appa..? Bagaimana kabar kalian. Ini aku, Lee Sungmin. Putra kalian." Sapaku kepada kedua orang tuaku. Tidak lupa mengukir sebuah senyuman diwajahku.
"Jangan mencemaskan diriku. Selama ini aku hidup dengan baik, jadi istirahatlah yang tenang."
Aku selalu mengatakan hal itu jika aku datang ke tempat ini. Aku merasa, jika aku mengatakan hal itu kedua orang tua ku akan tenang di alam sana. Aku tidak mau mereka mencemaskan diriku.
Setelah itu aku beranjak dari tempat itu. Memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar karena nampaknya cuaca hari ini sangat cerah.
Aku melangkahkan kaki ku menuju padang rumput yang sangat luas. Padang rumput yang letaknya tidak jauh dari makam kedua orang tuaku. Disana begitu damai. Seberapa jauh kau memandang yang terlihat hanya rerumputan hijau.
Tiba-tiba saat aku melangkahkan kakiku, pijakan yang aku injak runtuh. Langsung saja aku terjatuh ke dalamnya. aku tidak menyangka di tempat seperti ini aku bisa terjatuh di dalam tanah.
Sakit. Itulah yang kurasakan saat aku berdiri. Lututku terluka dan mengelurakan banyak darah.
"Tempat apa ini?" ujarku. Ini seperti ruang bawah tanah. Tidak terdapat apa-apa disini, hanya sebuah lorong yang terkena sedikit sinar matahari dari lubang tempatku terjatuh tadi. Kenapa ada tempat seperti ini disini.
"Aku tidak boleh berdiam diri disini. Aku harus mencari jalan keluar." Aku segera melangkahkan kakiku menelusuri lorong tersebut dengan menahan sakit pada lututku. Berharap bahwa di ujung lorong tersebut terdapat pintu keluar.
Benar-benar tidak lucu jika aku terjebak disini selamanya!
Setelah beberapa menit aku menyusuri lorong tersebut, akhirnya aku melihat sebuah pintu yang sangat besar. Mungkin saja itu pintu keluarnya.
Segera saja aku mempecepat langkahku menuju pintu tersebut dengan sedikit terseok-seok. Aku sudah cukup kelelahan karena sedari tadi berjalan dengan menahan rasa sakit pada lututku.
Aku berhenti tepat didepan pintu tersebut. Sebuah pintu besi yang sangat besar, terlihat tampak sangat kokoh dengan ukiran-ukiran unik disekelilingnya. Sebuah pintu yang menurutku tidak biasa. Pintu seperti ini tidak seharusnya berada ditempat seperti ini.
Terlihat sebaris tulisan dipermukaannya. Juga sebuah ukiran timbul berbentuk salib di atas tulisan tersebut.
"The Eternal Devil is Sleep." Begitulah tulisan tersebut.
Tanganku terjulur untuk menyentuh tulisan tersebut dan juga salib yang berada tepat diatasnya. Namun, tiba-tiba saja pintu tersebut bergerak. Dan terbuka sepenuhnya.
Deg! Deg! Deg!
Kenapa tiba-tiba jantungku berdetak sangat cepat. Aku merasa takut, tapi aku tidak bisa menghentikan rasa keingin tahuan ku akan apa yang ada didalam ruangan tersebut. Seakan ada suatu hal yang mengharuskanku memasuki ruangan tersebut. Akan ada sesuatu yang sangat penting didalam sini.
Kedua mataku melebar saat aku melihat sebuah peti mati terdapat di tengah-tengah ruangan bebentuk persegi tersebut. Ruangan yang tidak terlalu luas. Empat tiang penyanggah terdapat di keempat pojokan ruangan tersebut. Dinding yang terlihat sangat kusam. Dan aku yakin tempat ini akan sangat gelap jika pintu tersebut tidak terbuka, karena pintu itulah satu-satunya jalan agar cahaya bisa masuk.
"Siapa itu?"
Deg!
Jantungku berdetak dua kali lebih cepat saat indra pendengaranku menangkap sebuah suara. Suara yang begitu berat, dan menggema diruangan ini.
Yang benar saja, disaat seperti ini aku harus melihat hantu? Oh tuhan, selamatkanlah diriku. Itulah pikiran bodohku disaat seperti ini. Tapi, siapa yang tidak merasa takut jika berada diposisiku. Sendirian di tempat asing seperti ini dan hanya ditemani oleh sebuah peti mati.
Dan jangan lupakan suara yang menggema itu.
"Siapa disana?"
Samar-samar aku dapat melihat bayangan dibalik peti itu. Bayangan yang awalnya tidak terlihat jelas kini nampak jelas saat seseorang telah berdiri dari balik peti tersebut.
Seorang namja yang tampak sangat berantakan. Pakaiannya terlihat sangat aneh dan juga kotor. Wajahnya yang putih dan pucat itu terlihat sangat menyedihkan. Rambut hitamnya yang terlihat kusut. Dan juga tatapan matanya yang sangat tajam, menatapku dengan pandangan mengintimidasi seperti itu. Seharusnya aku merasa takut melihat namja tersebut, tapi aku sama sekali tidak merasakan hal itu sedikitpun.
Saat itu, entah apa yang terjadi ketakutan ku yang sebelumnya begitu besar tiba-tiba saja menghilang.
"Kau kah yang membuka segel gerbang itu?" tanyanya namja tersebut.
Segel? Apa maksudnya? Aku tidak mengerti.
"Kau siapa?" tanyaku, mengabaikan pertanyaannya sebelumnya karena aku benar-benar tidak mengerti apa yang dia maksud.
"Namaku Kyuhyun. Aku adalah iblis seperti apa yang kalian para manusia menyebutku." Jawabnya.
Aku tidak dapat berkata apa-apa. Namja tadi menyebut dirinya iblis. Berbagai pertanyaan langsung memenuhi pikiranku saat itu juga. Membuat isi kepalaku penuh seketika.
Sebenarnya siapa namja yang bernama Kyuhyun ini? Dia berkata bahwa ia adalah iblis. Tapi apa itu benar? Kenapa dia bisa berada di tempat seperti ini?
Sungmin POV End
.
.
.
Ini adalah awal dari sebuah pertemuan yang baru dan awal dari sebuah bagian. Tidak ada yang mengetahui bagaimana akhir dari semua ini, tapi mulai saat ini mereka akan melewati masa-masa yang sangat sulit.
.
.
TBC
Annyeong...^^
saya kembali dngan fic gaje..stelah lama facum dri fandom ini..hohoho
maaf mungkin krna saya nakal jdinya saya balik lagi...hehe..
dan bwat pihak" yg tidak suka, maafkan saya.. tapi kurasa bnyak juga yg masih aktif d fandom ini..
jadi sebelum pihak yg berwenang*heleh* yg menghapus fic" saya..qw rasa tidak ada msalah..
terimakasih..^^
don't forget to review please..^^
