Hai semuaaaaa, udah lama banget ngga ngetik di FFN. Maaf ya atas hiatusku selama ini hahahaa, sibuk banget punya anak itu, aku baru bisa ngetik pas Rinka anakku udah bisa main sendiri, dan ini juga pake laptop kakak, laptopku yang lama rusah, which means semua data-data fict aku ilang semua, ngga ada yg selamat. bukan berarti aku mengabaikan semua fict aku yang belum tamat. doain aja aku ada rejeki beli laptop baru dan nerusin fict lama dengan ide baru juga, karena sangat susah nyatuin mood fict lama yang udah terlantar tanpa draft. jadi untuk refresh otak, aku bikin fict baru dulu hehehehe...

semoga kalian suka yaaaa XD

ini untuk Sakura-centric...

.

.

Naruto Fanfiction

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Rated: M

Genre : Romance, Fantasy, Angst

.

.

Sakura Haruno, sudah beberapa jam dirinya berada di taman bunga yang sudah menjadi tempat favoritnya. Duduk sambil merangkai beberapa bunga yang sudah gugur menjadi mahkota, Sakura bersenandung menikmati kegiatannya setiap sore ini. Ketika gadis yang memiliki ciri khas berambut pink ini akan bangkit, dia melihat ada kelinci yang terdiam dan sedikit gemetar, perlahan Sakura membelai bulu lembut berwarna putih itu dan membelainya.

"Kasihan, kau terluka ya?" tanya Sakura pada sang kelinci, "sebentar ya," Sakura fokus meletakkan telapak tangannya pada tubuh kelinci, dan seketika kelinci itu menjadi lincah dan pergi melompat meninggalkan Sakura. Gadis itu tersenyum, "jangan terluka lagi yaaa!" seru Sakura sambil melambaikan tangannya.

Sakura adalah suku elf yang mempunyai kemampuan khusus untuk menyembuhkan makhluk hidup. Tidak semua suku elf memiliki kemampuan tersebut, hanya ras tertentu dan biasanya dari keluarga terpandang yang memiliki kekuatas magis tinggi. Di Roseyard, tempat dimana suku elf hidup dengan damai dan tenang terdapat ras yang sangat dihormati, mereka adalah Haruno. Elf dengan ras Haruno mempunyai ciri khas berambut pink dan biasanya mempunyai kekuatan khusus untuk menyembuhkan makhluk hidup, tapi tidak semua Haruno mendapatkan kekuatan tersebut, hanya keturunan Haruno murni lah yang mendapatkan kekuatan tersebut. Karena itu, ras Haruno mengizinkan adanya pernikahan sedarah agar keturunannya tidak punah.

Damai.

Itulah yang mereka harapkan.

"Nona Sakuraaa!"

Sakura menoleh pada arah suara yang memanggilnya, laki-laki berambut pink dengan tubuh yang sudah tua berlari dengan wajah pucat, "Paman, ada apa?"

Laki-laki tua itu mengatur napasnya, "Tolong... tolong anak saya, mereka kembali... mereka para goblin kembali untuk merekrut ras Haruno agar menjadi budak mereka."

Sakura mengepalkan kedua tangannya dan langsung pergi menuju lokasi, meninggalkan laki-laki tua yang masih mengatur napasnya.

Tidak akan Sakura biarkan mereka mengambil lagi ras Haruno yang sekarang hampir punah. Sakura terus berlari sampai dia melihat sekerumunan mengelilingi satu tenda yang sangat ia kenal.

"Tidak, jangan mereka," gumam Sakura.

Laki-laki berambut hitam dengan mata hitam yang tajam kini menatap dingin pada beberapa ras Haruno yang sedang sujut di hadapannya.

"Kami mohon, jangan ambil anak kami."

"Lalu, siapa yang harus kami ambil untuk menjadi budak? Terakhir kami membawa ras Haruno... hah, dia sudah sangat tua sekarang, tidak bisa apa-apa."

Suku Goblin, ras Uchiha, arogan, dingin, dan sadis. Tidak ada satu pun yang berani pada mereka. Setiap sepuluh tahun sekali, mereka akan kembali untuk mengambil satu dari ras Haruno untuk dijadikan budak. Bisa dibilang spesifiknya adalah untuk dijadikan penyembuh pribadi sang raja, karena tidak ada ras yang kompeten untuk menyembuhkan kecuali ras Haruno. Melihat dua orang tua bersujut menangis, Sakura menerobos kerumunan itu dan menghadang kelompok Uchiha.

Uchiha Sasuke, yang memimpin kelompok saat ini menaikan satu alisnya pada Sakura yang menghadangnya dengan tatapan menantang, "Minggir," ujar Sasuke dingin.

"Apa kau gila!? Anak mereka masih berumur delapan tahun!? Bahkan dia belum sempurna menguasai ilmu penyembuhan!" bentak Sakura.

"Lalu, siapa menurutmu di sini yang mendapatkan kehormatan untuk menjadi budak kami, nona?" ucap Sasuke sambil menaikkan dagu Sakura memakai tombaknya.

"Ukh." Sakura tidak bisa berkata apa-apa, tidak mungkin dia menyarankan salah satu dari mereka untuk dibawa.

"Atau..." ucap Sasuke dengan seringai keji nya.

Atau?

"Kau bersedia menggantikan anak itu?" Sasuke menurunkan tombak dari dagu menurun ke arah dada Sakura dan sedikit menekannya hingga tergores dan keluar darah. Beberapa Uchiha di belakang menelan ludah mereka seolah darah yang keluar dari ras Haruno adalah santapan yang paling lezat.

"Bagaimana?"

Sasuke menyeringai.

"Bawa aku!" sahut suara wanita.

Kedua mata Sakura terbelalak, itu adalah ibu dan ayahnya yang datang.

"Ibu, jangan-"

"Bawa saja aku," ucap sang ibu.

"Tidak! Jangan!"

"Menarik," ucap Sasuke yang menurunkan tombaknya dan mengarahkan pada wanita paruh baya.

"Jangan kau berani-berani mengarahkan tombakmu pada ibuku!" bentak Sakura.

Sakura mengambil satu langkah untuk memberikan tinju terbaiknya untuk Sasuke, namun Uchiha yang lain menghalangi dengan cara mencengkram pergelangan Sakura dengan sangat kuat, laki-laki itu sedikit mirip dengan Sasuke namun dengan tubuh yang lebih besar. Sakura memperhatikan laki-laki itu dengan seksama, kemudian Sakura sadar apa yang terjadi pada mata laki-laki tersebut. Matanya berubah menjadi merah, seolah darah akan keluar dari kedua onyx tersebut.

Sakura terhipnotis-hampir terhipnotis- seketika Sakura memejamkan kedua matanya dan membukanya kembali memberikan laki-laki itu tatapan tajam. Cengkramannya terlepas dan Sakura berlari ke arah orang tuanya.

"Jangan libatkan kedua oang tuaku!" bela Sakura.

"Sakura, sayang, sebagai kepala ras, aku harus melindungi kalian, bawalah aku sebagai budak," ujar sang ayah.

"Tidak! Bawa aku! Aku yang akan ikut dengan kalian!"

Menang.

Sasuke menyeringai, kalimat itulah yang dia tunggu dari tadi, agar Sakura mengucapkannya dengan sendiri tanpa harus ada paksaan dari dirinya. Sasuke menoleh pada anak buahnya dan memberi kode agar mereka mengikat Sakura.

Sasuke menepuk pundak Uchiha yang tadi mencengkram tangan Sakura, "Kita mendapat tangkapan bagus, semoga Madara suka dengan apa yang kita bawa."

"Tenang saja, nii-san pasti akan suka," ujar laki-laki itu tersenyum dingin.

Sasuke mengerjapkan kedua matanya,"Apa yang membuatmu sangat percaya diri, Izuna?"

Izuna menatap Sasuke dengan senyuman khas Uchiha lalu membisikkan sesuatu, "Dia menangkis sharingan milikku."

Kedua mata Sasuke terbelalak, namun dia tidak sempat bertanya apa-apa lagi karena Izuna sudah pergi dan menaiki kudanya.

"Sakura, kau tidak perlu melakukan hal ini," ucap sang ibu sambil memeluk Sakura dan menangis.

"Aku adalah anak dari pemimpin ras Haruno, ini yang harus kulakukan, setidaknya mereka tidak akan kembali dua puluh tahun ke depan pada kalian, selama itu, carilah tempat tinggal yang jauh lebih aman dari jangkauan para Goblin," jawab Sakura.

Beberapa penduduk desa menangis atas kepergian Sakura bersama ras Uchiha, mereka menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa.

"Andai saja desa Suna bisa menolong kita," ucap sang ibu penuh harap.

Sang ayah menoleh dengan tatapan seolah mendapatkan ide, "Ide bagus! Kita minta pertolongan pada mereka, kita setujui saja permintaan pemimpin desa yang masih muda itu."

"Sakura tidak akan senang dengan hal itu,"ujar laki-laki yang baru saja keluar dari tenda sambil memegangi perutnya.

"Sasori, kau tidak boleh bangun, luka di perutmu masih basah." Sang ibu menghampiri anak laki-lakinya dan membantu menopang tubuh ringkih itu.

"Sakura tidak akan terima jika kita meminta bantuan pada Gaara dengan menyetujui rencana pernikahan tersebut," sambung Sasori sinis, "akupun tidak setuju, kita cari jalan keluar lain."

.

.

Sakura ditutup kedua matanya dan tali melingkar ketat di tubuhnya. Sesampainya di istana, Sakura dibawa oleh Sasuke dan Izuna menuju tempat dimana sang raja sedang dilayani oleh beberapa budak. Raja yang memiliki rambut hitam panjang, tatapan keji melebihi siapapun di ruangan ini, dan aura yang mengintimidasi siapapun yang menatapnya. Sasuke melepaskan tutup mata Sakura dan mendorong wanita itu hingga berlutut.

"Ras Haruno, masih segar, kudengar dia bisa menyembuhkan," ucap Sasuke.

Madara memperhatikan sosok Sakura dengan seksama, dia menditeksi aura Sakura kemudian berucap, "Aura milikmu mengingatkanku pada Tsunade, wanita yang mempunyai kekuatan penyembuh yang hebat, yang berasal dari Senju, apa kau ada hubungan darah dengannya?"

Sakura menggertakkan giginya, "Aku... muridnya," jawab Sakura tanpa melihat tatapan Madara, rasanya ingin sekali dia pergi dari ruangan itu, tekanan yang diciptakan Madara membuatnya ingin menangis. Sakura takut, seperti sedang disiksa secara batin.

Madara menyuruh pada budak yang tadi sedang memijat pundaknya untuk pergi, "Berdiri."

Perintah itu mutlak, Sakura perlahan berdiri.

"Lihat aku."

Tubuh Sakura gemetar. Sasuke dan Izuna hanya memperhatikan dari belakang.

"Apa kau bisa memeriksa goblin yang terluka?"

Sakura mendongakan kepalanya, bukan melihat kedua mata Madara, melainkan bibir Madara, itu cara terbaik untuk berhadapan dengan raja Goblin ini.

"Te-tergantung... membutuhkan cakra yang-"

"Bisa atau tidak?!" ucap Madara dengan sangat tegas.

"Bisa!" jawab Sakura spontan.

Madara memberi kode pada Sasuke dan laki-laki itu mengangguk, "Ikut aku," ajak Sasuke pada Sakura.

Ketika keluar dari ruangan tersebut, Sakura menghela napas dan mencengkram lengan Sasuke, "Haahh~ terima kasih telah membawaku keluar dari ruangan itu," ucap Sakura.

Terima kasih?

Apa Sasuke salah dengar?

Sasuke yang membawa Sakura ke markas Uchiha, tapi gadis itu malah berterima kasih hanya karena perihal keluar dari ruangan Madara. Yaahh... siapa yang suka berada lama-lama di ruangan itu, rasanya bisa mati karena ketakutan.

"Aku menjalankan perintah," ucap Sasuke.

"Kita mau kemana?" tanya Sakura, masih dengan tali yang terikat di tubuhnya.

"Istana keluargaku," jawab Sasuke.

"Untuk?"

"Untuk ukuran elf, kau banyak tanya."

"Untuk ukuran goblin, kau terlihat arogan."

"Kami arogan."

"Dan egois, tidak punya hati nurani, kejam, menyebalkan."

"Terima kasih pujiannya."

Saat mereka sampai di istana keluarga Sasuke, Sakura dikejutkan oleh sosok wanita cantik yang memeluk laki-laki itu.

"Sasuke, syukurlah kau kembali."

"Ibu, sudah kubilang aku tidak apa-apa." Sasuke menepuk pelan sosok wanita berambut panjang yang memeluk erat dirinya, kedua mata itu menatap Sakura dan mengerjapkannya beberapa kali.

"Apakah dia..."

"Ya," jawab Sasuke cepat, "budak baru, penyembuh baru."

"Itachi bisa sembuh?" tanya Mikoto dengan antusias.

Sasuke terdiam kemudian menatap Sakura, "Dengar..." Sasuke melepaskan tali pada tubuh Sakura, "alasanku membawa ras Haruno pada Uchiha adalah agar kau-kalian bisa menyembuhkan kakakku."

"Dan kakakmu... kenapa?" tanya Sakura.

Sasuke mengajak Sakura ke ruangan dimana sosok laki-laki terbaring tak berdaya, "Dia sakit, tapi kita semua tidak ada yang tahu penyebabnya."

Sakura mendekati sosok laki-laki itu dengan tatapan nanar, mengamati sosok laki-laki tampan yang terbaring memejamkan matanya. Jadi, untuk inikah ras mereka dipaksa masuk ke istana?

Sakura menoleh ke Sasuke seolah bertanya apa yang ada dipikirannya, Sasuke mengangguk.

"Apa yang terjadi dengan ras-ku yang dulu, mereka tidak bisa menyembuhkan laki-laki ini?" tanya Sakura tanpa mengalihkan tatapannya pada laki-laki tampan itu.

"Sang raja membunuhnya," jawab Sasuke.

Sakura mematung, wajahnya terlihat syok atas jawaban Sasuke, "Apa...?"

"Jadi, jika ingin nyawamu selamat, selamatkan anakku," ujar suara berat yang baru saja masuk ke ruangan tersebut.

"Ayah." Sasuke membungkuk.

"Suamiku, apa kau baik-baik saja? Bagaimana hasil rapat dengan yang lain?" tanya Mikoto pada suaminya.

"Penerus Madara sudah ditentukan, dia sudah memilih pada siapa kekuatannya akan diwariskan," jawab Fugaku.

"Dan?" tanya Mikoto.

Sakura hanya terdiam berdiri di sana dengan suasana tegang yang membuat dirinya tidak nyaman

"Antara Sasuke dan Obito."

Sasuke terbelalak, "Tapi... Izuna?"

Fugaku menggelengkan kepalanya, "Madara bilang Izuna tidak kompeten untuk posisi raja."

Mikoto dan Sasuke saling tatap dengan tatapan cemas, "Jika kita ingin selamat, jangan bikin Madara kesal, patuhi segala keinginannya, demi Itachi," ucap Fugaku.

Mereka mengangguk, kecuali Sakura.

Sasuke mendekati Sakura, "Jadi, kau harus menyembuhkan kakakku, atau kau akan mati."

Sakura mengernyitkan dahinya, "Apa aku punya pilihan lain?"

"Maaf nona, hanya itu pilihan dari kami, aku mohon tolong anakku."

Sakura tipe yang tidak bisa menolak jika ada seorang ibu memohon seperti ini, lagipula, begitu Sakura kembali melihat kondisi Itachi sekarang, dia teringat kakaknya yang sangat ia sayangi itu, "Sasori..." gumam Sakura, "baiklah, aku akan mencobanya, dengan satu syarat."

"Sepertinya kau tidak kenal dengan kami, kami tidak menerima sya-"

"Katakan apa itu." Fugaku memotong kalimat Sasuke. Tidak biasanya Fugaku menuruti permintaan budak.

"Jika aku berhasil menyembuhkannya, kalian harus memutuskan perjanjian yang sudah terjadil selama dua ratus tahun ini tentang perbudakkan antara ras Uchiha dengan ras Haruno. Bebaskan kami." Sakura mengucapkan keinginannya dengan tatapan tajam dan suara lantang.

Fugaku tersenyum, "Aku tidak bisa janji tapi akan kuusahakan jika Sasuke terpilih sebagai raja berikutnya."

"Baiklah, tolong katakan pada anak buah kalian, aku membutuhkan beberapa peralatan untuk memeriksa anakmu."

Sakura kembali menatap Itachi yang masih memejamkan matanya.

Sebenarnya...

Apa yang terjadi di sini?

To Be Continue

.


A/N : Untuk kesekian kalinya, maaf ya aku malah bikin fict baru hehehehe... semoga fict ini menghibur kalian semua yang membaca, oh, jangan berharap aku update cepet karena aku ngga punya laptop untuk ngetik, ini aja nebeng di laptop kakak hahahaha, sedih ya, iya sedih...

oke, sampai jumpa di chapter depan XD

XoXo

V3 Yagami